Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting di dunia ini. Keberadaanya pun
mutlak harus ada bagi kehidupan manusia, kehilangan air 15% dari berat badan pun
dapat menyebabkan kematian. Air itu sendiri terdapat di seluruh alam sekitar 71% dari
permukaan bumi tertutup oleh air. Air terdapat di alam dengan wujud dalam bentuk
padat (es), cair, dan gas atau uap. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air dengan
kaitannya dalam hal persediaan air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan makhluk
hidup terutama manusia (Slamet, 1994).

Air juga merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-
limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif
sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Dalam suatu tabel distribusi air di bumi
ditunjukkan bahwa lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak
dapat digunakan oleh mansia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% diantaranya
tersimpan sebagai gunung es di kutub dan uap air, yang juga tidak bisa digunakan secara
langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi
air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang
memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Efendi,
2003).

Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh manusia yaitu adalah air tanah
(ground water). Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah
dan mengalami poses filtrasi secara alamiah. Air tanah mempunyai kandungan
mikroorganisme yang relative rendah karena kontak dengan lingkungan yang relative
kecil. Sehingga pada umumnya air tanah mengandung kation dan anion terlarut dan
beberapa senyawa organik Air tanah juga mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam
Magnesium,Kalsium,dan logam berat seperti Besi (Fe).
Besi (Fe) besi memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih keperakan,
liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan
VIII, dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3 dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang
dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk
mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia.
Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja
tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama
karbon). (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).

Besi (Fe) adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah.
Besi (Fe) merupakan salah satu mikrolemen yang dibutuhkan oleh tubuh, Besi (Fe)
banyak berperan dalam proses metabolisme tubuh. Besi (Fe) merupakan logam yang
sering bersamaan keberadaannya di alam maupun di air.logam ini dibutuhkan dalam
tubuh namun dalam jumlah kecil.

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk
sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh
dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat
mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna
kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.

Kelebihan senyawa Besi (Fe) dapat menimbulkan efek-efek kesehatan seperti rusaknya
organ-organ penting, seperti pankreas, otot jantung dan ginjal. Unsur Besi dan Mangan
yang menyebabkan air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat
kontak dengan udara. Disamping menimbulkan bau yang kurang enak dan
menyebabkan warna kuning pada dinding bak kamar mandi serta bercak-bercak kuning
pada pakaian.

Banyak dari masyarakat kita selama ini sering mengkonsumsi air yang banyak diambil
dari sumur gali. Dan biasanya air pada sumur gali tersebut mempunyai karakteristik
fisik seperti berwarna kuning kecoklatan dan berbau yang menunjukkan bahwa air pada
sumur gali tersebut mengandung logam berat seperti Besi (Fe) yang melebihi kadar
maksimal dalam air. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Higiene Sanitasi, kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum, Kadar
Fe dalam air bersih maksimum yang diperbolehkan 1mg/L. Apabila kadar Besi (Fe)
melebihi baku mutu air yang telah ditetapkan,maka baku mutu air bersih tersebut tidak
memenuhi syarat dan harus dilakukan pengolahan sebelum dipakai untuk keperluan
sehari-hari terutama untuk di konsumsi.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menelakukan
penelitian dengan judul “Penggunaan Kulit Singkong Untuk Menurunkan Kadar
Besi(Fe) Pada Air Sumur Gali ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini
dirumuskan masalah penelitiannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut
1. Seberapa besar persentase penurunan kadar Besi (Fe) pada air sumur gali dengan
menggunakan kulit singkong?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Efektifitas penggunaan kulit singkong dalam menurunkan kadar besi (Fe) pada air
sumur gali.

D. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan kulit singkong dalam menurunkan
kadar Besi (Fe) pada air sumur gali
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar Besi (Fe) air sumur gali sebelum dilakukan
penambahan karbon aktif kulit singkong
b. Untuk mengetahui kadar Besi (Fe) air sumur gali setelah dilakukan
penambahan kabon aktif kulit singkong sebanyak 1 gr,2 gr dan 3 gr pada
setiap 500 ml sampel air sumur gali.
c. Untuk mengetahui persentase penurunan kadar Besi (Fe) setelah ditambahkan
karbon aktif kulit singkong
d. Untuk mengetahui kadar karbon aktif yang paling efektif dalam menurunkan
kadar Besi (Fe) pada air sumur gali sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Higiene Sanitasi, kolam
Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan penulis dan sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya,
terutama penelitian mengenai efektifitas penurunan kadar Besi (Fe) pada air
sumur gali dengan bahan dasar karbon aktif kulit singkong.
2. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah dalam merencanakan program
penyedian dan penyehatan air bersih.
3. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kulit singkong dapat
dijadikan sebagai karbon aktif untuk mengolah air sumur gali yang mengandung
kadar Besi (Fe) pada air sumur gali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
1. Pengertian Air
Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O yaitu satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat dengan kovalen pada satu atom
oksigen. Air berbentuk tidak berwarna,tidak berasa serta tidak berbau pada keadaan
standar,yakni pada tekanan 100 kpa (1bar) dan temperatur 273,15 k (0oC). Zat kimia
ini adalah zat pelarut yang mutlak,yang mempunyai kekuatan untuk melarutkan
banyak zat kimia yang lain,layaknya garam-garam,gula,asam,lebih dari satu tipe gas
serta banyak jenis molekul organik. Adanya ikatan Hidrogen inilah yang
menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang penting untuk kehidupan,yaitu :
a. Air sebagai pelarut
Karena merupakan senyawa bermuatan, air menjadi pelarut yang sangat
baik. Molekul bermuatan (disebut juga molekul polar) seperti garam, gula,
dan asam amino larut dalam air dengan mudah
b. Air sebagai penyimpan panas
Air mempunyai kapasitas kalor 4,2 Joule g-1 °C-1. Artinya, dibutuhkan
energi sebesar 4,2 Joule untuk memanaskan 1 gram air sebesar 1 derajat
Celcius. Ini merupakan kapasitas yang relatif besar, dan ini membuat suhu
air stabil, tidak mudah berubah.
c. Air sebagai pendingin
d. Air sebagai peindung
e. Air sebagai pengionisasi
f. Air sebagai penjaga Asam-Basa

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Air sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan baik itu kehidupan manusia maupun
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Manfaat air bermacam-macam misalnya untuk
diminum,untuk pembawa zat-zat makanan pada tumbuhan,zat pelarut,pembersih
dan sebagainya.
2. Sumber-Sumber Air
Pada dasarnya jumlah air didalam adalah tetap dan mengikuti suatu aliran
disebut Chyclus Hydrology, dengan adanya penyinaran matahari, maka uap air ini
akan menyatu ditempat tinggi, yang dikenal dengan awan. Oleh angin, awan ini
akan dibawa semakin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah yang 7
menyebabkan timbulnya titik air dan jatuh kebumi sebagai hujan. Jika air ini keluar
pada permukaan bumi atau tanah, maka air ini akan disebut mata air. Air permukaan
yang mengalir dipermukaan bumi umumnya membentuk sungai sungai dan jika
melalui suatu tempat rendah (cekung), maka air akan berkumpul disuatu danau atau
telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir kelaut kembali. Sumber-sumber air
yang terdapat pada alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Air angkasa/Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air murni yang ketika turun dan
melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara seperti gas
O2 ,Co2,N2,dan lain-lain. Air ini mempunyai sifat sadah karena mengandung ion
biokarbonat sehingga boros dalam pemakaina sabun.
b. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber yang dapat dipakai untuk bahan
baku bersih. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan
sumber yang tercemar. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang
dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua buangan dan sisa
kegiatan manusia dilimpahkan pada air atau dicuci dengan air,dan pada
waktunya akan dibuang kedalam badan permukaan. Air permukaan dapat
dibedakan atas :
1) Air sungai
Air sungai mempunyai derajat pengetoran yang cukup tinggi. Debit yang
tersedia ubtuk memenuhi kebutuhan domestic pada umumnya dapat
mencukupi.
2) Air rawa dan Danau
Kebanayakan air rawa dan danau mempunyai warna,yang disebabkan
oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk,misalnya asam humat
yang larut dalam air.Dengan adanya pembusukan maka kadar zat organis
dalam air rawa akan tinggi,dan umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi
pula. Pada permukaan air rawa juga tumbuh algae karena adanya sinar
matahari O2 sehingga mengakibatkan Fe dan Mn akan mengendap. Oleh
karena itu,untuk pengambilan sampel air sebaiknya dilakukan pada
kedalaman di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak
terbawa,demikian pula algae yang terdapat pada permukaan rawa dan
danau.
c. Air tanah (ground water)
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi
dan menyerap ke dalam lapisan tanh dan menjadi air tanah. Sebelum
mencapai lapisan tempat air tanah,air hujan akan menembus beberapa
lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of
water). Kesadahan pada air ini menyebabkan air mengandung zat-zat
mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut,antara lain
kalsium,magnesium,dan logam berat sepeerti Fe dan Mn.

B. Air Bersih
1. Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.Untuk
konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam
berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat
risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau
zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan
cara ini.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya,air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi system penyediaan air minum.
Adapun persyaratan kuaitas yang ditetapkan oleh Dep.Kes.R.I dapat
dikelompokkan menjadi tiga segi yang meliputi kualitas fisik,kimia dan
biologis,sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
a. Persyaratan Fisik
PeraturanbMenteribKesehatan RI Nomor 32 Tahun 20117,menyatakan bahwa
air yang layak pakai sebagai sumber antara lain harus memenuhi persyaratan
secara fisik yaitu tidak berbau,tidak berasa,tidak keruh dan tidak berwarna.
Adaapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagia factor
seperti :
1) Suhu
Air yang baik mempunyai temperature normal,80 dari suhu kamar (270C).
suhu air yang melebihi batas normal menunujukkan indikasi terdapat
bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya,fenol
atau belerang) atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme.Menurut Permenkes No.416 tahun 1990,suhu air yang
memenuhi syarat kesehatan adalah sebesar suhu ± 30C.
2) Bau dan Rasa
Bau dan rasa merupakan dua hal yang dapat mempengaruhi kualitas air
secara bersamaan dan biasanya saling berhubungan. Bau dan rasa biasanya
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk,tipe-tipe
tertentu organisme mikroskopik,serta persenyawaan-persenyawaan kimia
seferti fenol.
3) Warna
Warna pada air terjadi karena adanya zat-zat substansi yang terlarut dalam
air,dimana zat-zat tersebut dapat terjadi karena proses dekomposisi dalam
berbagi tingkat,asam humus dan bahan yang berasal dari bahan humus
serta dekomposisi lignin dianggap sebagai bahan yang memberi warna
yang paling utama,demikian juga unsur besi yang berkaitan dengan zat
organik dapat menghasilkan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan
kimia yang tesuspensi (apparent colour) yang berbahaya bagi tubuh
manusia.
Untuk mengukur tingkat warna digunakan satuan TCU (True color unit).
Berdasarkan Permenkes RI No.32 tahun 17 tingkat warna untuk air bersih
maksimum yang diperbolehkan 50 TCU.
4) Zat padat terlarut
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu penguapan dan
pengeringan pada suhu 1300C-1050C. kebanyakan bahan padat terlarut
dalam bentuk terlarut (dissolved) dalam air yang berupa bahan-bahan
kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Standar untuk zat padat terlarut
ditetapkan oleh Permenkes No.32 tahun 2017,yaitu maksimum yang
diperbolehkan 1000 mg/l.
5) Kekeruhan
Kekeruhan pada air dapat disebabkan oleh partikel-patikel yang
tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh,kotor bahkan
berlumpur. Kekeruhan pada air merupakan suatu hal yang
dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum,mengingat bahwa
kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,menyulitkan dalam
usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi
(Sutrisno,1991).
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh
Permenkes RI No.32tahun 2017,yakni kekeruhan maksimum yang
diperbolehkan yaitu 25 NTU.
b. Persyaratan Kimia
Menurut Slamet (2000),air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa
(Hg),Aluminium (Al),Arseen (As),Barium (Ba),Besi (Fe),Flourida (F),kalsium
(Ca),Derajat keasaman (pH) dan zat-zat kimia lainya. Menuru Permenkes
No.32 tahun 2017,batas maksimun untuk air bersih adalah 6,5-8,5. Khusus
untuk air hujan,pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air dapat
mempengaruhi rasa air. Maksudnya,air dengan pH kurang dari 7 akan terasa
asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.
c. Persyaratan Biologi
Menurut Slamet (2000),sumber-sumber air di alam pada umumnya
mengandung bakteri,baik air hujan (air angkasa),air permukaan maupun air
tanah. Jumlah dan jenis bakteri berada sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Bakteri yang bersifat pathogen berbahaya bagi kesehatan
manusia. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus
bebas dari bakteri pathogen seperti bakteri golongan Coli (Coliform
bakteri),Salmonella typhi,dan lain-lain.selain bakteri pathogen,bakteri non-
patogen juga sebaiknya tidak terdapat dalam air khususnya air minum. Bakteri
non-patogen tidak berbahaya bagi kesehtan tubuh tetapi dapat menimbulkan
baud an rasa yang tidak enak,lender dan ekrak pada pipa. Beberapa bakteri
non-patogen yang berada di dalam air antara lain Actinomycetes (Moldikose
bacteria),Fecal streptococci,dan Bakteri Besi (Iron Bacteria).
Menurut Permenkes RI No.32 tahun 2017,total ecoli dan coliform yang
diperbolehkan dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk Media
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah untuk ecoli batas maksimum
yang diperbolehkan 50 CFU/100ml sedangkan untuk coliform kadar
maksimum yang diperbolehkan 0 CFU/100ml.
2. Logam Pada Air
Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air
dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal
drai bahan pertambangan,peleburan logam,dan jenis industry lainnya,dan dapat
juga berasal drai lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau antihama yang
mengandung logam (Darmono,2011).

Pada dasarnya air tanah merupakan air hujan yang bersentuhan dengan tanah di
daerah peresapan. Tanah dan bebatuan terdiri dari berbagai jenis mineral yang
tersusun oleh unsure-unsur kimia (anorganik) yang kompleks. Unsure-unsur kimia
anorganik dalam mineral tersebut,ada yang berguna bagi kehidupan dan ada juga
yang dapat bersifat racun bagi tubuh manusia. Semakin lama air tersebut
bersentuhan dengan tanah ataua bebatuan maka semakin banyak pula mineral-
mineral yang larut sehingga konsentrasi unsure-unsur tertentu akan semakin tinggi
dalam air.

Pada air sumur gali yang merupakan sumber air yang berasal dar air
tanah,masalah logam yang kerap kali muncul adalah adanya logam besi (Fe) pada
air tersebut. Pada awalnya air yang disedot dari dalam tanah dana akan keluar dari
kran berwarna bening,namun setelah beberapa saat akan tampak berwarna kuning,
bahkan dalam jangka waktu lama akan membentuk endapan kuning dan
menempel didasar bak penampungan air. Pada kebanyakan sumur dangkal sampai
dalam,dimana oksigen terlarut rendah dan kandungan didalam tanah terdapat
mineral besi (Fe), maka sewaktu air disedot ke permukaan dan mulai terkena
udara, air yang mengandung besi (Fe) teroksidasi dan mulai mengakibatkan
perubahan air yang awalnya tampak bening menjadi berwarna kuning sampai
coklat kemerahan. Perubahan warna tersebut tergantung berapa besar kandungan
besi (Fe) dalam air,semakin tinggi kandungan besi (Fe) maka semakin tinggi
warna air tersebut (Anonymous,2010).

C. Besi (Fe)
1. Pengertian Besi
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat tempat di bumi,pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya,besi yang ada di dalam air bersifat:
1) Terlarut sebagai Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri)
2) Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih
besar,seperti Fe2O3,FeO,FeOOH,Fe(OH)3 dan sebagainya.
3) Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah
liat).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l,tetapi di
dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi.

2. Kandungan Besi (Fe) Dalam Air


Fe dalam tanah dan batuan sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida
(Fe(OH)3). Dalam air,besi berbentuk ferobikarbonat (Fe(HCO3)2),ferohidroksida
(Fe(OH)2),ferosulfat (FeSO4), dan besi organik kompleks. Air tanah mengandung
betuk besi terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan
kontak dengan udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan teroksidasi menjadi
ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihoksida dapat mengendap dan berwarna kuning
kecoklatan. Hal ini dapat menodai peralatan porselen dan cucian. Bakteri besi
(Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi fero (Fe2+) sebagai sumber
energy untuk pertumbuhannya dan mengendapkan ferrihidroksida. Pertumbuhan
bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter
pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.
Air tanah yang mengandung CO2 tinggi dan O2 yang terlalu sedikit, dapat
mempercepat proses pelarutan besi (dari bentuk tidak terlarut menjadi terlarut).
Sedangkan air tanah yang alkalinitasnya tinggi,biasanya memiliki konsentrasi besi
yang rendah,karena besi teroksidasi dan mengendap pada pH tinggi. Air tanah
yang mengandung besi dan organik yang tinggi akan membentuk ikatan kompleks
yang sulit mengendap dengan aerasi. Kandungan besi yang tinggi akan
merugikan, karena dapat menyebabkan air teh menjadi hitam,sayuran yang
direbus berwarna gelap,menimbulkan rasa besi/logam,astringent atau obat dan
merugikan jika diproduksi. Tubuh memerlukan besi sebesar 14 mg/hr, kekurangan
besi dapat menyebabkan anemia, namum pemenuhan besi dalam air minum
sedikit sekali karena kandungan besi dalam air tanah yang melebihi 0,3 mg/l dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, sedangkan untuk air bersih untuk kebutuhan
higiene dan sanitasi kadar maksimum 1mg/l (Anonymous,2010).

3. Dampak Besi (Fe) Terhadap Kesehatan


Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan
oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Depkes RI menetapkan kadar
maksimun unsur besi terdapat dalm air minum adalah 0,3 mg/l (Sutrisno dan
Suciastuti,1987).Besi (Fe) dibutuhkan dalam bentuk dalam pembentukan
hemoglobin. Banyaknya besi dalm tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh
manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat
tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum
yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.
Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali
disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan
menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam
air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Debu Fe
juga dapat diakumulasi dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi
paru-paru (Slamet,2004). Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi
terlarut dalam air adalah timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak
bila konsentrasi besi terfarutnya > 1,0 mg/l.
D. Tekhnologi Penurunan Kandungan Besi (Fe)
Penurunan kandungan Besi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Oksidasi
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan
dengan lima macam cara yakni oksidasi dengan udara (aerasi),oksidasi dengan
khlorine (khlorinasi),oksidasi dengan Klordioksida,oksidasi dengan potassium
permanganat,dan dengan menggunakan ozonisasi.
a. Oksidasi dengan udara (Aerasi)
Aerasi bertujuan menghilangkan bau dan rasa (yang disebabkan hidrogen
sulfide dan komponen organik) dengan oksidasi/valatilisasi.Oksidasi Fe dapat
berjalan dengan baik pada pH 7,5-8 dalam waktu 15 menit. Endapan besi yang
berbentuk dapat dihilangkan dengan koagulasi dan filrasi.Maka untuk
mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen. Pada pH
rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat,
sehingga pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara
menaikkan pH air yang akan diolah.
b. Oksidasi dengan chlorine (khlorinasi)
Klorin digunakan karena memilki kecepatan oksidasi lebih besar daripada
aerasi dan mampu mengoksidasi besi yang berkaitan dengan zat organik,tapi
kecepatan oksidasi berkurang. pH yang baik pada 8-8,3 oksidasi besi
membutuhkan waktu 15-30 menit. Pada oksidasi Fe,bahan organik
menggunakan kebutuhan sebagai khlorin dan dapat juga membentuk besi
organik kompleks sehingga memberi efek yang kurang baik pada proses
oksidasi. Selama proses oksidasi khlorin, sisa khlorin seharusnya dijaga
sampai pada proses berikutnya untuk mencegah penurunan kondisi yang dapat
menyebabkan terlarutnya kembali endapan. Pada umumnya proses standar
penurunan Fe menggunakan koagulasi dengan alum,flokulasi,pengendapan
dan filtrasi dengan didahului proses preklorinasi. Dosis sisa klor yang
dianjurkan minimum 0,5 mg/l.
c. Oksidasi dengan klordioksida
Klordioksida adalah oksidan kuat yang secara efektif mengoksidasi Fe yang
berkaitan dengnan zat organik. Klordioksida merupakan gas yang tidak stabil
dan mudah meledak. pH yang diperlukan untuk reaksi oksidasi besi minimum
7. Secara teoritis 1 mg/l klordioksida mampu mengoksidasi 0,83 mg/l besi,dan
0,41 mg/l mangan. Penggunaan klordioksida lebih mahal sekitar 5× lipat
dengan klorin.
d. Oksidasi dengan potassium permanganat
Untuk menghilangkan besi dalam air,dapat dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan memakai oksidator kalium permanganat. Oksidasi
dengan potassium permanganat merupakan oksidasi kuat,waktu oksidasi 5-10
menit pada pH 7,0.. Proses oksidasi akan lebih efektif jika ada penambahan
klorin sebelumnya. Penggunaan oksidan ini lebih mahal,namun tidak
menghasilkan trihalomethan jika digunakan untuk mengoksidasi bahan
organik.
e. Ozonisasi
Ozon dapat digunakan untuk mengoksidasi Fe dengan kecepatan oksidasi
yang tinggi. Secara teoritis untuk mengoksidasi 2,3 mg/l Fe diperlukan 1 mg/l
ozon. Dosis ozon yang berlebih di reservoir akan membentuk potassium
permanganat yang menyebabkan air berwarna merah muda.
2. Ion Exchange
Air baku yang mengandung besi <0,5 mg/l dapat diturunkan dengan
mengugunakan ion Exchange,selain itu unit juga mampu menghilangkan
kesadahan. Proses ini sebaiknya pada kondisi anaerobik untuk menjaga elemen-
eleman agar tidak teroksidasi. Proses ini biasanya digunakan dalam industry.
Kekurangan dari Ion Exchange adalah bahan untuk kimia regenerasi
mahal,korosif bahaya dan buangan reagen sulit diolah,unit otomatis memerlukan
perawatan ahli dan unit yang tidak otomatis memerlukan operator yang terlatih
dan perhatian yang serius
3. Mangan Zeolite Filtration
Zeolit adalah pasir hijau dilapisi mangan. Setiap butir pasir dilapisi dengan asam-
asam besi dan mangan. Tipe media filter ini adalah bentuk dari ion exchange yang
biasa digunakan di industri. Proses ini membutuhkan penambahan potasium
permanganat pada influen filter secara kontinu, yang berfungsi untuk
mengoksidasi besi dan mangan serta berfungsi untuk regenerasi media filter.
4. Sequestering Process
Proses ini biasanya digunakan untuk air baku dengan kandungan Fe < 2 mg/l,
termasuk kandungan sodium silica. trisodium phosphate, hexametaphosphat dan
zinc orthophosphat. Proses ini jarang digunakan untuk pengolahan air ukuran
menengah sampai sistem penyediaan air domestik karena biaya yang besar.
5. Lime Softening
Besi lebih efektif dihilangkan dengan proses pelunakan karena dapat membuat pH
menjadi 9,5 yang merupakan kondisi yang baik untuk oksidasi Fe dan Mn.
Berdasarkan hubungan pH dengan kelarutan 83% besi mengendap pada pH 8,4
dan pada pH 8,8 - 9,6 besi akan mengendap 92%-100%.. Lime softening akan
lebih efisien jika didahului dengan proses aerasi.
6. Adsorpsi (Penjerapan)
Adsorpsi adalah proses pengumpulan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda penyerap di mana terjadi suatu ikatan kimia fisika
antara subtansi dan penyerapnya (Sembiring, 2003). Zat yang menjerap disebut
adsorben, sedangkan zat yang terjerap disebut adsorbat. Adsorben dapat berupa
zat padat maupun zat cair. Adsorben padat diantaranya adalah silika gel, alumina,
platina halus, selulosa, dan arang aktif. Adsorbat dapat berupa zat padat, zat cair,
dan gas.
Adapun bahan yang dapat digunakan sebagai adsorben diantaranya yaitu :
a. Zeolit
Zeolit termasuk dalam kelompok mineral yang terjadi dari perubahan batuan
gunung api termasuk batuan gunung api berbulir halus yang berkomposisi
riolitik atau banyak mengandung massa gelas. Zeolit dapat berasal dari alam
yaitu dari batuan gunung api dan dapat berupa zeolit buatan yang terbuat dari
gel aluminium, natrium aluminat, natrium hidroksida. Zeolit ini dapat
digunakan sebagai bahan penyerap warna, penyerap amoniak, dll.
b. Moleculer Sieves (Bahan-bahan berpori)
Bahan-bahan sebagai moleculer sieves adalah bahan yang memiliki rongga-
rongga sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring molekul.
c. Karbon aktif
Karbon aktif atau arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang
mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Arang aktif dapat dibuat dari
semua bahan yang mengandung karbon, baik organik maupun anorganik asal
bahan tersebut memiliki struktur berpori (Sudrajat dan Salim, 1994). Arang
aktif dapat dibuat dari arang biasa yang berasal dari tumbuhan ataupun barang
tambang. Bahan-bahan tersebut adalah berbagai jenis kayu, serbuk gergaji,
sekam padi, dan batu bara (Pari, 1995).

E. Karbon Aktif
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang
berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batu bara,kulit
singkong,sabut kelapa dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses
aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon
aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.

Dalam satu gram karbon aktif,pada umumnya memiliki luas pemukaan seluas 500-
1500 m2,sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus
berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap
apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon
aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya arang aktif
di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis
arang aktif dapat di reaktifasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang
disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode
aktivasi sebelumnya.

Berdasarkan penelitian Snell dan Hilton dalam Rahayu (2002) diketahui bahwa arang
aktif mempunyai muatan positif. Arang aktif merupakan mikrokristalin (amorphous)
yang tersusun oleh cincin 6-karbon (yang membentuk kisi-kisi heksagon) dengan
susunan karbon yang tidak teratur dan membentuk paket-paket.

Menurut Arifin dan Ramli dalam Rahayu (2002), adsorpsi merupakan peristiwa
penyerapan suatu zat pada permukaan bahan penyerap, dan yang menjadi dasar untuk
proses adsorpsi adalah daya tarik-menarik Van Der Waals dan daya tarik-menarik
elektrostatis Coulomb. Fenomena adsorpsi ini disebabkan oleh :
- Adanya interaksi antara molekul-molekul komponen dengan permukaan bahan
penyerap dimana gaya-gaya Van Der Waals bekerja.
- Adanya gaya tarik-menarik Coulomb, yang prinsip kerjanya karena adanya
perbedaan muatan positif dan negatif (Haliday, 1990).
1. Pembuatan Karbon Aktif
a. Metode Tradisional
Pembuatan karbon aktif dengan metode tradisional sangat sederhana yaitu
dengan menggunakan drum atau lubang bawah tanah dengan cara pengolahan
sebagai berikut. Bahan yang hendak dibakar dimasukkan ke dalam drum yang
terbuat dari pelat besi atau lubang yang yang telah disiapkan, kemudian
dinyalakan sehingga terbakar. Pada saat pembakaran drum atau lubang ditutup
sehingga hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka, untuk sebagai jalan
keluarnya asap, ketika asap yang keluar sudah berwarna kebiru-biruan,
ventilasi ditutup dan dibiarkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah itu dengan
hati-hati tutup drum dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala
jika masih ada tutup derum ditutup kembali, tidak dibenarkan menggunakan
air untuk mematikan bara yang sedang menyala karena dapat menurunkan
kualitas karbon yang dihasilkan (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, 1994).

Pembuatan karbon aktif dengan metode ini biasanya menghasilkan keaktifan


yang rendah bahkan dibawah keaktifan menurut standar industri Indonesia
(SII), hal ini disebabkan proses pembentukan karbon aktif tidak
memungkinkan terbentuknya pori-pori dengan baik. Pada saat pembakaran,
residu-residu yang ada pada bahan dasar berupa senyawa-senyawa
hidrokarbon ikut terbakar tetapi masih ada tersisa dan tetap masih melekat
pada karbon tersebut, residu yang terbakar ini menutupi pori-pori karbon
sehingga menurunkan kualitasnya (Sudrajat, 1993).
b. Metode yang diperbaharui
Metode pembuatan karbon aktif yang diperbaharui dilakukan dengan dua
tahap yaitu tahap pengarangan (karbonisasi) dan tahap pengaktifan (aktivasi),
dalam metode ini bahan baku dipanaskan dengan jumlah udara seminimal
mungkin agar rendemen yang dihasilkan cukup besar. Hasil yang diperoleh
dengan metode ini berupa karbon yang memberi keaktifan dan rendemen yang
cukup besar (Supeno, 1990).

Pada proses pengaktifan terjadi pemecahan ikatan hidrokarbon atau


mengoksidasi molekul-molekul pada permukaan karbon sehingga pori-pori
atau 1uas permukaan menjadi lebih besar.Metode pengaktifan yang umum
digunakan dalam pembuatan karbon aktif ada dua cara, yaitu pengaktifan
secara kimia dan pengaktifan secara fisika (Sembiring, 2003).
2. Proses Aktivasi Karbon Aktif
a. Proses kimia
Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat
padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan yang
dikeringkan serta dipotong-potong. Aktivasi dilakukan pada temperatur 100
ºC. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan
pada temperatur 300 ºC. dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi
terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
b. Proses fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling,
diayak untuk selanjutnya diaktivasi dengan cara pemanasan pada temperatur
1000 ºC yang disertai dengan pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan
dalam aktivasi arang antara lain :
1) Proses Briket yaitu bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket,
dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan ter.
Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 ºC untuk
selanjutnya diaktivasi dengan uap.
2) Destilasi kering yaitu merupakan suatu proses penguraian suatu bahan
akibat adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit
maupun tanpa udara. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan
destilat yang terdiri dari campuran methanol dan asam asetat

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :

a) Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berkaitan
secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non
polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor
yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif mengakibatkan semakin
luas besar.Dengan demikian kecepatan adsorbsi bertambah. Untuk
meningkatkan kecepatan adsorbsi, dianjurkan agar menggunakan arang
aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis arang aktif yang digunakan
juga harus diperhatikan.
b) Sifat serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing
senyawa. Adsorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti deret homolog.
Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan
rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
c) Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada
saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses
adsorbsi adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada
titik didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorbsi dilakukan pada temperatur
kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
d) pH (Derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorbsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
menambahkan alkali, adsorbsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
e) Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat
organik dan logam dalam air akan turun apabila kontaknya cukup. Waktu
kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
3. Penggunaan Karbon Aktif
Saat ini arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia,
makanan/minuman dan farmasi. Pada umumnya arang aktif digunakan sebagai
bahan penyerap dan penjernih. Dalam jumlah kecil digunakan juga sebagai
katalisator.

Berbagai pemanfaatan karbon aktif


Maksud/Tujuan Pemakain
I. Untuk Gas
Desulfurisasi,menghilangkan gas beracun,bau
1. Pemurnian gas
busuk,asap,menyerap racun.
Desulfurisasi dan penyaringan berbahan
2. Pengolahan LNG
mentah dan reaksi gas.
Reaksi katalisator atau pengangkut vinil
3. Katalisator
kiorida, dan vinil acetat
Menghilangkan bau dalam kamar pendingin
4. Lain-lain
dan mobil
II. Untuk Zat Cair
Menyaring dan menghilangkan warna, bau,
1. Industri obat dan makanan
rasa yang tidak enak pada makanan
2. Minuman ringan,minuman Menghilangkan warna, bau pada arak/
keras minuman keras dan minuman ringan
3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah, zat perantara
Menyaring/menghilangkan bau, warna, zat
4. Pembersih air pencemar dalam air, sebagai pelindung dan
penukaran resin dalam alat/penyulingan air
Mengatur dan membersihkan air buangan dan
5. Pembersih air buangan
pencemar, warna, bau, logam berat.
6. Penambakan udang dan Pemurnian, menghilangkan ban, dan warna
benur
7. Pelarut yang digunakan Penarikan kembali berbagai pelarut, sisa
kembali metanol, etil acetat dan lain-lain
III. Lain-lain
1. Pengolahan pulp Pemumian, menghilangkan bau
2. Pengolahan pupuk Pemurnian
3. Pengolahan emas Pemurnian
4. Penyaringan minyak Menghilangkan bau, warna, dan rasa tidak
makan dan glukosa enak

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia, 2004
4. Kulit singkong sebagai karbon aktif
Kulit singkong yang biasanya kurang dimanfaatkan ternyata memiliki manfaat
lain sebagai karbon aktif. Berdasarkan penelitian Deby Jannati dan Shona Mazia
(2009), kulit singkong dapat diolah menjadi karbon aktif karena mengandung
59,31 % karbon. Setelah diuji laboratorium, karbon aktif dari kulit singkong
ternyata mampu menyerap 99,98 % kandungan tembaga air limbah. Dengan pori-
pori banyak dan besar, karbon aktif kulit singkong sangat potensial menangkap
logam berat dalam air. Karbon aktif yang akan digunakan berbentuk bubuk dan
diaplikasikan dengan cara ditambahkan ke air dalam suatu wadah.
Untuk mendapatkan karbon aktif kulit singkong dapat dilakukan melalui empat
tahapan yakni (Rajagukguk, 2011) :
a. Langkah pertama, mengupas kulit singkong dari dagingnya. Setelah itu
dikeringkan dengan durasi yang bervariasi, bergantung kondisi cuaca dan
suhu ruangan.
b. Setelah kulit singkong kering, tahapan selanjutnya adalah membakar bahan
baku di dalam oven agar menghilangkan senyawa hidrokarbon pada kulit
singkong. Temperatur yang digunakan harus tinggi, dibakar pada suhu 800
ºC dan proses pembakarannya berlangsung selama tiga jam. Agar proses
pembakarannya sempurna, selain suhu temperaturnya juga diatur pada suhu
yang sangat tinggi, pembakaran kulit singkong dilakukan pada ruang
tertutup supaya tidak ada udara atau oksigen (O2) di dalam oven.
Tujuannya supaya bahan baku kering secara total dan menguapkan senyawa
hidrokarbon dalam bahan baku.
c. Arang yang berasal dari kulit singkong tersebut dihaluskan sehingga
berbentuk bubuk.
d. Kemudian dilakukan proses aktifasi karbon dengan menggunakan larutan
NaOH atau soda kimia. Proses aktifasi ini bertujuan untuk meningkatkan
volume dan memperbesar diameter pori-pori karbon. Dengan demikian,
daya absorpsi (serap) karbon aktif menjadi tinggi terhadap logam berat
dalam air.
Karbon aktif yang sekarang banyak digunakan berbentuk butiran (granular) atau
berbentuk tepung (bubuk). Karbon yang berbentuk bubuk memerlukan waktu
kontak lebih sebentar dibandingkan karbon dibandingkan karbon berbentuk
butiran.
Jika digunakan karbon berbentuk bubuk, bubuk tersebut dapat dimasukkan
langsung kedalam air. Komponen-komponen organik dan anorganik akan
teradsorpsi pada karbon, kemudian dapat dipisahkan dengan menggumpalkan
menggunakan bahan kimia tertentu (Fardiaz, 2008).
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel penelitian ini di Desa Waylayap, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan.
2. Waktu Penelitian
a. Tahap persiapan, meliputi observasi pada lokasi pengambilan sampel air
sumur gali yang diperoleh dalam penyelesaian proposal yang dilaksanakan
pada bulan Juli – Agustus 2019.
b. Tahap pelaksanaan, meliputi pengambilan sampel pada lokasi penelitian, yaitu
air sumur gali. Pemeriksaan kadar Fe di Laboratorium Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Tanjung Karang pada bulan Agustus – September
2017.
c. Tahap penyelesaian, meliputi pengolahan data yang diperoleh dari hasil uji
laboratorium dan dianalisa secara deskriptif pada bulan September 2017.
B. Metode Penelitian
1. Kerangka Konsep

Air Sumur Gali

Fisik Kimia Bakteriologis

Parameter Zat Besi (Fe) Dan


Mangan (Mn)

Penambahan karbon aktif per 500 ml air sumur gali


dengan kadar:
- 1 gr
- 2 gr
- 3 gr
Dengan waktu kontak 50 menit

Analisa Laboratorium

Penurunan zat Besi (Fe)

Sesuai baku mutu Permenkes Tidak sesuai baku mutu


No.32 tahun 2017 Permenkes No.32 tahun 2017

Gambar 3.1 Kerangka Konsepsional

Keterangan :
Air sumur gali merupakan sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari,sarana air bersih (SGL) harus memenuhi syarat dari segi fisik,kimia dan
bakteriologis. Selanjutnya air bersih yg mengandung zat besi (Fe) yang tidak
memenuhi syarat kita lakukan penambahan karbon aktif kulit singkong dengan kadar
1 gr,2 gr,dan 3 gr dengan waktu kontak 50 menit,setelah dilakukan penambahan
karbon aktif sampel air tersebut di analisa di laboratorium. Hasilnya apakah ada
penurunan zat besi dalam sampel air tersebut setelah dilakukan penambahan karbon
aktif kulit singkong,jika ada penurunan apakah sesuai dengan baku mutu standar
kualitas bersih yang diatur oleh Permenkes No.32 Tahun 2017 dengan standar kualitas
zat besi pada air bersih yaitu 1,0 mg/l.

2. Variabel Penelitian
a. Hubungan antar variabel
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas,variabel terikat dan
variabel pengganggu,namun yang menjadi pokok dalam eksperimen ini yaitu
efektefitas karbon aktif kulit singkong.
Skema Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Efektifitas karbon aktif Penurunan kadar besi (Fe)


kulit singkong dan mangan (Mn) pada air
 Kadar 1 gr sumur gali
 Kadar 2 gr
 Kadar 3 gr
Waktu kontak 50 menit

Variabel Pengganggu
pH dan Suhu

Gambar 3.2 Skema variable penelitian

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yaitu


efektifitas karbon aktif kulit singkong dalam menurunkan zat besi (Fe)
pada air sumur gali,dengan kadar 1 gr,2 gr dan 3 gr dalam waktu 50 menit.
2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,yaitu
penurunan kadar besi (Fe) dalam air sumur gali.
3) Variabel pengganggu adalah variabel yang juga mempengaruhi variabel
terikat,yaitu suhu dan pH.
b. Defenisi Operasional
Untuk memberikan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka
penulis mengemukakan defenisi operasionalnya sebagai berikut:
1) Kadar besi (Fe) adalah konsentrasi total zat besi (Fe) pada contoh air
sumur gali yang mendapatkan perlakuan dengan penambahan karbon aktif
tersebut dalam mg/l.
2) Arang kulit singkong adalah arang yang terdiri dari danging kulit singkong
berbentuk bubuk yang dikarbonisasi melalui proses pembakaran pada
udara tertutup dengan suhu 8000C dalam waktu 3 jam,sehingga
mengandung unsur karbon aktif. Dengan kadar 1 gr,2 gr dan 3 gr dengan
waktu kontak 50 menit.
3) pH yang diukur adalah kadar asam/basa air sumur gali yang diukur dengan
menggunakan pH meter.
c. Kriteria Objektif
1) Arang kulit singkong dinyatakan mampu menurunkan kadar besi (Fe) dan
mangan (Mn) apabila setelah proses filtrasi memenuhi standar Permenkes
No.32 tahun 2017. Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
bersih,bahwa kadar maksimun besi yang diperbolehkan untuk air bersih
adalah 1,0 mg/l.
2) Arang kulit singkong dinyatakan tidak mampu menurunkan kadar besi
(Fe) apabila setelah proses filtrasi tidak memenuhi standar Permenkes
No.32 tahun 2017. Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
bersih,bahwa kadar maksimun besi yang diperbolehkan untuk air bersih
adalah 1,0 mg/l

C. Tekhnik Dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu sumur gali yang mengandung zat besi (Fe)
tinggi.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu air sumur gali dengan kadar zat besi (Fe)
tinggi yang dibagi menjadi 4,dengan pertimbangan 1 sampel sebelum
penyaringan dan 3 sampel setelah proses penyaringan dilakukan dengan kadar
1 gr,2 gr dan 3 gr dengan waktu kontak 50 menit.
2. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari pemeriksaan laboratorium sebelum dan sesudah
proses penyaringan yang menggunakan media absorpsi arang kulit singkong
dengan kadar 1 gr,2 gr dan 3 gr.
b. Data Sekunder
Data diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya,buku-buku dan internet.
3. Pengolahan Dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dari hasil pembuatan dan pemeriksaan kandungan
kadar zat besi (Fe) dan mangan (Mn) diolah dengan bantuan computer.
b. Analisis Data
Data yang selesai diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
secara deskriptif dan diuraikan secara narasi.
.
DAFTAR PUSTAKA

Definisi Air Bersih https://id.wikipedia.org/wiki/Air_bersih 20/07/2019

Pengertian Besi http://rahmakesling.blogspot.com/2014/03/logam-besi-fe.html 20/07/2019

Pengertian Air dan Sumber-sumber air

http://eprints.polsri.ac.id/1563/3/BAB%20II.pdf 21/07/2019

Pengertian Besi

http://materipengetahuanumum.blogspot.com/2016/11/pengertian-fe-besi.html 23/07/2019

Syarat air bersih dan air minum http://www.Nasannas.blogspot.com/23/07/2019

Tips mengatasi besi dan mangan dalam air dengan cara oksidasi
http://www.aimyaya.com 02/08/2019
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aquos Dan Pemandian Umum

Anda mungkin juga menyukai