Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kinerja Keuangan

Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan

adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap diminati oleh investor.

Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki perusahaan/

badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh

pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow

statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai

penguat financial performance tersebut (Irham Fahmi, 2012:2).

2.1.1.1 Laporan keuangan

Menurut Kieso,Weygrandt dan Warfield (2011:5), laporan keuangan

adalah :

“Financial statements are the principal means through which a company


communicatesits financial information to those outside it. These statement
provide a company’s history quatified in money terms. The financial
statements most frequently provided are (1) The statement of financial
statement of financial position, (2) the income statement or statement of
comprehensive income, (3) the statement of cash flow, and (4) the
statement of chages in equity. Note disclosures are an integral part of
each financial statement.”

11
12

Berdasarkan paparan diatas sampai pada pemahaman penulis bahwa

Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi informasi keuangan utama

kepada pihak-pihak luar. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang

dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang

sering disajikan adalah (1) pernyataan laporan posisi keuangan, (2) Laporan laba

rugi atau laporan laba rugi komprehensif, (3) Laporan arus kas, (4) Laporan

perubahan ekuitas. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral dari

setiap laporan keuangan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2014) tujuan laporan keuangan


adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik karena

secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di

masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi

nonkeuangan.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin


13

menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban

manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan

ekonomik; keputusan ini mungkin mencakup, sebagai contoh,

keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas

atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti

manajemen.

Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan

keuangan (progres report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen

yang bersifat historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun setiap akhir

tahun periode akuntansi, yaitu triwulan, semester atau tahunan. Hal tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Irham Fahmi (2012: 30-36) ada beberapa pihak yang selama ini

dianggap memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu

perusahaan,yaitu:

a. Kreditur
b. Investor
c. Akuntan publik
d. Karyawan perusahaan
e. Bapepam
f. Underwriter
g. Konsumen
h. Pemasok
i. Lembaga penilai
j. Asosiasi perdagangan
k. Pengadilan
l. Akademis dan Peneliti
m. Pemda
n. Pemerintah pusat
o. Pemerintah asing
p. Organisasi internasional
14

2.1.1.2 Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan menurut Mulyadi (2007:2) adalah sebagai

berikut:

“Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektifitas

operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,

standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”.

Pengertian kinerja keuangan Menurut Sutrisno (2009:53) adalah sebagai

berikut:

“Kinerja Keuangan adalah prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu

periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan

tersebut”.

Pengertian kinerja keuangan Menurut Munawir (2010:30) adalah sebagai

berikut:

“Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian


mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan
analisa terhadap rasio keuangan. Pihak yang berkepentingan sangat
memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan untuk dapat melihat
kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional. Kinerja keuangan perusahaan
dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama
dengan atau diatas standar rasio keuangan.”
Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Irham Fahmi (2012:2)

adalah sebagai berikut:

“Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”.


15

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan

merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan, dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar serata mengacu pada standar yang

digunakan.

2.1.1.3 Tujuan Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2009:239) kinerja keuangan memiliki beberapa

tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan


terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang
dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
Sedangkan menurut Munawir (2010:31) kinerja keuangan memiliki

beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi
pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu
kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu yang
dibandingkan dengan penggunaan asset atau ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahannya agar
tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar
pokok utang dan beban Bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen
secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan
atau krisis keuangan.
16

2.1.1.4 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2012:240) ada lima tahapan dalam menganalisis

kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu:

1. Melakukan review terhadap laporan keuangan


Review disini diajukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah
dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku
umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan
keuangan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan perhitungan
Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi
permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang
diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh
Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut, kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini
ada dua, yaitu:
a. Time series analysis
b. Cross sectional approach
Dari penggunaan kedua metode ini diharapkan dapat dibuat satu
kesimpulan yang menyatakan posisi tersebut berada dalam kondisi sangat
baik, baik sedang/ normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalah yang ditemukan
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah
dilakukan ketiga tahapan tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk
melihat masalah-masalah yang dialami perusahaan.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan
yang ditemukan
Pada tahap terakhir, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang
dihadapi maka dicarikan solusi guna membeikan suatu input agar apa yang
menjadi kendala bisa teratasi.

2.1.1.5 Ukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat pada analisis laporan

keuangan. Salah satu analisis laporan keuangan yang paling umum digunakan

adalah analisis rasio keuangan.


17

Untuk menilai atau mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan

rasio keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan mencapai target seperti yang

telah diharapkan atau tidak. Kemudian juga dapat menilai kemampuan

manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Menurut Irham Fahmi (2012:59-71) analisis rasio keuangan dapat

dikelompokan menjadi 6 jenis, yaitu:

a. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek secara tepat waktu. Rasio
likuiditas terdiri dari :Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working
Capital
b. Rasio Leverage
Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang.
Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt to Total Assets, Debt to Equity
Ratio, Times Interest Earned, Fixed Charge Coverage, dan times
interest earned.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
harta yang dimilikinya untu menunjang aktivitas perusahaan. Rasio
Aktivitas terdiri dari : Inventory Turnover, Account Receivable
Turnover, Fixed Asset Turnover dan Total Asset Turnover.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau investasi. Rasio Profitabilitas terdiri
dari : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on investment
(ROI), Return on Equity, dan Operating Ratio.
e. Rasio pertumbuhan
Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan dilihat dari : Sales,
Earning after tax, laba perlembar saham, dividen perembar saham, dan
harga pasar per lembar saham.
f. Ratio Pasar
Rasio ini menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio pasar
terdiri dari: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per
Share, Dividend Yield, dan Dividend Payout.
18

Menurut J.Fred Weston dalam Kasmir (2012:106) bentuk-bentuk rasio

keuangan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)


a. Rasio Lancar (Current Ratio)
b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
a. Total hutang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio hutang
(Debt Ratio)
b. Jumlah kalo perolehan bunga (Times Interest Earned)
c. Lingkup biaya tetap (Fixed Charge Coverage)
d. Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivity (Aktivity Ratio)
a. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over)
b. Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average
Collection Period)
c. Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)
d. Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Margin laba penjualan (Profit Margin on Sale)
b. Daya laba dasar (Basic Earning Power)
c. Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)
d. Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)
5. Rasio Pertumbuhan ( Growth Ratio)
a. Pertumbuhan penjualan
b. Pertumbuhan laba bersih
c. Pertumbuhan pendapatan per saham
d. Pertumbuhan dividen per saham
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
a. Rasio harga saham terhadap pendapatan
b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2012:107) jenis rasio dibagi

menjadi beberapa rasio yaitu:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)


a. Rasio lancar (Current Ratio)
b. Rasio sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Pengungkit (leverage Ratio)
a. Total utang terhadap ekuitas
b. Total utang terhadap total aktiva
3. Rasio pencakupan (Coverage Ratio)
a. bunga penutup
4. Rasio Aktivitas (Aktivity Ratio)
19

a. Perputaran piutang (Receivable Turn Over)


b. Rata-rata penagihan piutang (Average Colecction Period)
c. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over)
d. Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Margin laba besrih
b. Pengembalian investasi
c. Pengembalian ekuitas
Pada penelitian ini, analisis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio

profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba, melalui rasio inilah investor dapat

mengetahui tingkat pengembalian dari investasinya. Rasio profitabilitas yang

sering digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on Investment (ROI),

Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin dan Net Profit Margin.

Rasio Profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Return on Equity

(ROE). ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan karena variabel ini merupakan

salah satu variabel yang terpenting yang dilihat investor sebelum mereka

berinvestasi. ROE juga merupakan suatu basic test seberapa efektif manajemen

perusahaan menggunakan uang investor dibanding dengan ROA yang hanya

mengukur keefisienan suatu perusahaan dalam menghasilkan return dari asetnya

(Mc Clure, 2009).

ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio

ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi

pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang

dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan (I Made Sudana 2011:24).


20

ROE mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal saham

tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang

saham ( Kasmir 2012:204).

1. Definisi ROE

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Mamduh M. Hanafi dan

Abdul Halim (2009:84) adalah sebagai berikut:

“Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal

saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

pandang pemegang saham.’’

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Agus Sartono (2010:124)

adalah sebagai berikut:

”Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi


pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar
kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio
ini juga akan makin besar.”

Pengertian (ROE) menurut Agus Harjito dan Martono (2010:61) adalah

sebagai berikut :

”return on equity sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan

untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik

modal sendiri.”

Sedangkan pengertian Return On Equity (ROE) menurut Kasmir

(2012:204) adalah sebagai berikut:


21

“Rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.”

2. Rumus ROE

Menurut Kasmir (2012:204) Rumus untuk mencari Return on Equity


(ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥


Return on Equity (ROE) =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Sedangkan meurut Toto Prihadi (2012:160) rumus untuk menghitung ROE


bisa menggunakan basis setelah pajak maupun sebelum pajak, yaitu:

Pretax Income
ROE =
Average Stockholder’s Equity

Net Income
ROE =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

3. Manfaat dan tujuan ROE

Menurut Kasmir (2012:197) Tujuan penggunaan rasio ROE bagi

perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu:

1. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
2. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik pinjaman maupun modal sendiri.
3. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.
Sementara itu, menurut Kasmir (2012:198) Manfaat yang diperoleh dari

penggunaan rasio ROE adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.


2. Mengetahui produktivitas dari sesuluh dan perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri
3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun pinjaman.
22

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

2.1.2.1 Pengertian Kepemilikan Manajerial

Pengertian kepemilikan manajerial menurut Jensen and Meckling dalam

Wahidawati (2002) adalah sebagi berikut:

”kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen

(direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan.”

Menurut Gideon (2005) dalam Indahningrum dan Handayani (2009),

pengertian kepemilikan manajerial adalah:

”Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal

saham perusahaan yang dikelola.”

Sedangkan pengertian kepemilikan manajerial menurut Christiawan dan

Tarigan (2007) adalah :

”kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham


perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini
ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan
oleh manajer.”
Secara teoritis, pihak manajemen yang memiliki presentase yang tinggi

dalam kepemilikan saham akan bertindak layaknya seseorang yang memegang

kepentingan dalam perusahaan. Asumsi ini sejalan dengan teori berbasis kontrak

(Contracting based theory) yang menunjukan bahwa manajemen akan efisien

dalam memilih metode akuntansi yang akan memberikan nilai tambah bagi

perusahaan. Manajer yang memegang saham perusahaan akan ditinjau oleh pihak-

pihak yang terkait dalam kontrak seperti pemilihan komite audit yang
23

menciptakan penerimaan untuk pelaporan keuangan berkualitas oleh pemegang

saham, kreditur, dan pengguna laporan keuangan untuk memastikan efisiensi

kontrak yang dibuat. Dengan demikian manajemen akan termotivasi untuk

mempersiapakan laporan keuangan yang berkualitas (Christie dan Zimmerman,

1994) dalam (I Dewa dan I Wayan, 2014).

2.1.2.2 Pengukuran Kepemilikan Manajerial

Pengukuran yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial

adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh

modal perusahaan yang dimiliki (Boediono, 2005).

Menurut I Dewa dan I Wayan (2014), kepemilikan manajerial

diproyeksikan dengan persentase jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pihak

manajemen dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Dengan

persamaan sebagai berikut:

KM = Jumlah kepemilikan saham manajemen x 100%


Jumlah saham yang beredar

2.1.3 Nilai Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Untuk bisa mengambil keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan

perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan keputusan keuangan tersebut

adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Pengertian nilai perusahaan menurut Gitman (2006:352) adalah sebagai

berikut:
24

“The actual amount pershare of common stock that would be received if

all of the firm’s assets were sold for their market value”.

Berdasarkan paparan diatas sampai pada pemahaman penulis bahwa nilai

perusahaan adalah nilai actual perlembar saham yang akan diterima apabila

seluruh asset perusahaan dijual sesuai harga pasar.

Pengertian nilai perusahaan menurut Sartono (2010:9) adalah sebagai

berikut:

“Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh


dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua
keuntungan pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang
dimiliki meningkat”.

Pengertian nilai perusahaan menurut Andri dan Hanung (2007) adalah

sebagai berikut:

“Nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai

perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya”.

Pengertian nilai perusahaan menurut Martin (2010) adalah sebagai

berikut:

“Nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham umum perusahaan”.

Sedangkan pengertian nilai perusahaan menurut Rosiyana dan Tarnia

(2011) adalah sebagai berikut:

“Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat didefinisikan


25

sebagai persepsi investor terhadap keberhasilan manajemen mengelola

perusahaan”.

Dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan sangat penting karena nilai

perusahaan merupakan nilai jual yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya.

Nilai perusahaan dapat dilihat dari tingginya tingkat nilai saham yang dimiliki

oleh pemegang saham atas investasinya.

2.1.3.1.1 Saham

Pengertian saham menurut Sunariyah (2011:126) yang dimaksud dengan

saham adalah sebagai berikut:

“Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk


perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emitmen. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut.”

Sedangkan pengertian saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5)


adalah sebagai berikut:
“Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan. Saham berwujud selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut”.

Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi

3 (tiga), yaitu:

a. Harga Nominal
Harga yang tercermin dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan, besarnya
harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal
biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
penjamin emisi (under writer) dan emiten, dengan demikian akan
26

diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada


masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
c. Harga Pasar
Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain, harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa, transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten
daripenjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar
sekunder.

Berdasarkan definisi diatas, menunjukan bahwa saham merupakan surat

berharga dalam bentuk kertas yang mencantumkan nilai nominal, nama

perusahaan dan diikuti dengan tanda kepemilikan atas suatu perusahaan oleh

seseorang atau badan.

2.1.3.1.2 Investasi

Pengertian investasi menurut Eduardus Tandelilin (2010:3) adalah sebagai


berikut:

“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah

keuntungan di masa yang akan datang.”

Sedangkan pengertian investasi menurut Sunariyah (2011:4) adalah

sebagai berikut :

“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan di masa-masa yang akan datang.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah sejumlah

komitmen atas sejumlah dana selama waktu tertentu untuk mendapatkan

keuntungan dimasa yang akan datang.


27

Menurut Sunariyah (2011:4) macam-macam investasi dibagi menjadi dua

bagian yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (real asset) berupa aktiva berwujud
seperti emas, perak, intan, barang-barang seni, dan real estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asset) berupa surat-
surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill yang
dikuasai oleh entitas. Pemilihan aktiva financial dalam rangka investasi
pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Investasi langsung (direct investment)
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-
surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi
telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa
penghasilan dividend dan capital gain.
b. Investasi tidak langsung (indirect investment)
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi
(investment company) yang berfungsi sebagai perantara.

2.1.3.2 Pengukuran Nilai Perusahaan

Menurut Weston dan Copelan (2008:244) pengukuran nilai perusahaan

terdiri dari:

a. Price Earning Ratio (PER)

b. Price to Book Value (PBV)

c. Tobin’s Q

a. Price Earning Ratio (PER)

PER adalah perbandingan antara harga saham perusahaan dengan

earning per share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan

kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang.

Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. PER dapat dihitung dengan rumus :


28

PER = Harga pasar perlembar saham


Laba perlembar saham

b. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) mengambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio

ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV

juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal

yang diinvestasikan.

PBV = Harga pasar per lembar .


Nilai buku per lembar saham

c. Tobin’s Q

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai

perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini

dikembangkan oleh professor James Tobin (Weston dan Copeland,

2004). Rasio ini merupakan konsep yang sangat berharga karena

menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil

pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Tobin’s Q

dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham

perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rumusnya

sebagai berikut :
29

(𝐸𝑀𝑉+𝐷)
𝑞= (𝐸𝐵𝑉+𝐷)

Keterangan:

Q : nilai perusahaan

EMV (nilai pasar ekuitas) : closing price saham x jumlah saham yang

beredar

D : nilai buku dari total hutang

EBV : nilai buku dari total asset

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan dengan

menggunakan metode Tobin’s Q, dimana rasio ini merupakan konsep yang

sangat berharga karena menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai

hasil pengembalian dari setiap dolar investasi incremental.


30

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Terbentuknya nilai perusahaan digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini

(Handono Mardiyanto, 2008:182):

Faktor Pasar
-Kondisi Ekonomi
-Peraturan Pemerintah
-Persaingan (Domestik dan Asing)

Faktor Perusahaan Faktor Investor


-Operasi (Pendapatan dan Beban) -Pendapatan/Tabungan
-Keputusan Pendanaan -Usia/Gaya Hidup
-Keputusan Investasi -Tingkat Bunga Preferensi
-Kebijakan Dividen Risiko

Arus Kas Bersih Tingkat Imbal Hasil

Nilai Perusahaan

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Menurut Morenly dan Victoria (2015) Faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Struktur Modal

2. Profitabilitas

3. Resiko Perusahaan

Sedangkan menurut Switli, Sri dan Decky (2016) Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan adalah sebagai berikut:


31

1. Return On Asset

2. Return On Equity

3. Risiko Perusahaan

4. Loan to Deposit Ratio

5. Non Performing Loan

Gambar 2.1 di atas, mengungkapkan bahwa ramai atau tidaknya pasar

sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan iklim

persaingan (baik domestik maupun asing). Kondisi pasar tentu akan

mempengaruhi kinerja perusahaan secara internal dan juga tanggapan para

investor (pemilik dana). Kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja

operasi, pendanaan, investasi, dan kebijakan dividen yang menentukan besarnya

arus kas yang dihasilkan. Di sisi lain, keputusan investor untuk menanamkan

dananya di sektor riil atau sektor finansial ditentukan oleh dana yang dimiliki

(pendapatan/tabungan), usia, tingkat bunga, dan referensi terhadap risiko yang

menentukan besarnya imbal hasil yang diminta oleh investor. Interaksi dari

kondisi pasar, kinerja internal perusahaan, dan perilaku investor pada akhirnya

menentukan nilai suatu perusahaan, yang akan tercermin dari harga saham

perusahaan yang bersangkutan di pasar modal.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan beberapa orang terkait

penelitian ini dan menjadi bahan masukan atau bahan rujukan bagi penulis dapat

dilihat dalam tabel berikut:


32

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Peneliti/Tahun
1 Anindyati Pengaruh Kinerja  Kinerja keuangan  Tempat penelitian  Penelitian sekarang dan
Sariwindah Utami Keuangan Terhadap berpengaruh signifikan dilakukan di tempat penelitian sebelumnya
(2011) Nilai Perusahaan terhadap nilai berbeda. memiliki persamaan
dengan perusahaan  Terdapat 2 variabel dalam variabel x1, x2 dan
Pengungkapan  Kepemilikan pemoderasi yaitu y. Dengan variabel x1, x2
Corporate Social manajerial sebagai Corporate Social kinerja keuangan,
Responsibility dan variabel moderating Responsibility dan Good kepemilikan manajerial
Good Corporate berpengaruh terhadap Corporate Governance dan variabel y nilai
Governance Sebagai hubungan kinerja perusahaan.
Variabel Pemoderasi keuangan dengan nilai
perusahaan.

2 Angra Hermawati Pengaruh Kinerja  Kinerja keuangan  Variabel moderating  Penelitian sekarang dan
(2011) Keuangan Terhadap berpengaruh signifikan dalam penelitian ini yaitu penelitian sebelumnya
Nilai Perusahaan positif terhadap Nilai kepemilikan manajerial memiliki persamaan
dengan Perusahaan. Semakin sedangkan dalam dalam variabel x1 dan y.
Pengungkapan tinggi kinerja penelitian sebelumnya Dengan variabel x1
Corporate Social keuangan maka akan adalah kepemilikan kinerja keuangan, dan
Responsibility dan semakin tinggi pula manajerial dan corporate variabel y nilai
Kepemilikan nilai perusahaan. sosial responsibility. perusahaan.
Manajerial sebagai Semakin besar laba  Objek dan Tempat
Variabel moderasi yang dihasilkan oleh penelitian berbeda
perusahaan maka akan
semakin banyak
33

investor yang tertarik


menanamkan
modalnya. Hal tersebut
membuat harga jual
saham meningkat dan
mengakibatkan
tingginya nilai
perusahaan.
 Kepemilikan
manajerial
berpengaruh signifikan
negatif terhadap
pengaruh kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan. Hasil ini
menunjukan bahwa
semakin tinggi tingkat
kepemilikan saham
manajerial maka akan
semakin rendah nilai
kinerja keuangan dan
Nilai perusahaan. Hal
ini dikarenakan
kepemilikan insider
yang tinggi akan
berdampak pada
kecenderungan
manajer untuk
34

bertindak demi
kepentingannya
sendiri, hal ini akan
menyebabkan
turunnya nilai
perusahaan karena
tidak terjadi
ketidaksamaan
kepentingan antara
manajer dan pemilik
yaitu pemegang saham
minoritas.

3 Tri Kartika Pengaruh Kinerja  Hasil pengujian dalam  Penelitian penulis  Penelitian sekarang dan
Pertiwi dan Ferry Keuangan, Good penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya
Madi Iks Pratama. Corporate menunjukan bahwa dari penelitian tersebut memiliki persamaan
(2012) Governance kinerja keuangan dengan menambahkan dalam variabel x dan y.
Terhadap Nilai berpengaruh signifikan kepemilikan manajerial Dengan variabel x
Perusahaan Food positif terhadap nilai sebagai variable kinerja keuangan, dan
and Beverage perusahaan, hal ini moderating variabel y nilai
menunjukan bahwa  Objek dan Tempat perusahaan.
semakin naik kinerja penelitian berbeda.
keuangan maka terjadi
kenaikan pula terhadap
nilai perusahaan.
 Sedangkan good
corporate governance
yang diprokisakan
35

dengan kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh terhadap
hubungan kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan.

4 Luh eni muliani, Pengaruh Kinerja  Hasil pengujian dalam  Memiliki perbedaan dalam  Memiliki variabel y
Gede adi yuniarta, Keuangan terhadap penelitian ini varaiabel pemoderasi, yang sama yaitu nilai
dan Kadek nilai perusahaan menunjukan bahwa dalam penelitian ini perusahaan.
sinarwati dengan kinerja keuangan variabel pemoderasinya  Memiliki variabel x
(2014) pengungkapan berpengaruh positif ada hanya ada 1 yaitu yang sama yaitu kinerja
Corporate Social signifikan terhadap Good Corporate keuangan
Responsibility dan nilai perusahaan. Governance sedangkan  Variabel pemoderasinya
Good Corporate Dengan kata lain dalam penelitian menggunakan GCG
Governance sebagai berarti kinerja sebelumnya ada 2 yaitu yang diproksikan dengan
Variabel keuangan dapat Corporate Social kepemilikan manajerial
Pemoderasi meningkatkan nilai Responsibility dan Good
perusahaan. Corporate Governance
 Kepemilikan
manajerial
berpengaruh signifikan
terhadap hubungan
antara Kinerja
Keuangan terhadap
Nilai Perusahaan,
walaupun mempunyai
koefisien parameter
36

negative yang artinya


semakin tinggi
kepemilikan manajerial
maka akan
menurunkan kinerja
keuangan dan akan
berdampak pada
menurunnya nilai
perusahaan dimata para
pelanggannya.
5 Arif Maulana Pengaruh Kinerja  Hasil pengujian  Variabel Pemoderasi yaitu  Penelitian sekarang dan
(2016) Keuangan Terhadap terhadap hipotesis good gorporate penelitian sebelumnya
Nilai Perusahaan pertama menunjukkan governance di proksikan memiliki persamaan
dengan Mekanisme bahwa kinerja dengan kepemilikan dalam variabel x1, x2 dan
Good Corporate keuangan berpengaruh manajerial, kepemilikan y. Dengan variabel x1, x2
Governance Sebagai signifikan terhadap institusional dan komite kinerja keuangan,
Variabel Moderasi nilai perusahaan audit kepemilikan manajerial
 Hasil pengujian  Objek dan tempat dan variabel y nilai
hipotesis kedua penelitian dilakukan di perusahaan.
menunjukkan bahwa tempat berbeda.
kinerja keuangan
dengan dimoderasi oleh
kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
6 Yuniasih dan Pengaruh Kinerja  Hasil pengujian dalam  Terdapat dua variabel  Penelitian sekarang dan
Wirakusuma Keuangan terhadap penelitian ini pemoderasi yaitu penelitian sebelumnya
(2016) Nilai Perusahaan menunjukan bahwa pengungkapan corporate memiliki persamaan
dengan kinerja keuangan social responsibility dan dalam variabel x1, dan y.
37

Pengungkapan berpengaruh signifikan good gorporate Dengan variabel x1,


Corporate Social terhadap nilai governance. kinerja keuangan, dan
Responsibility dan perusahaan  Objek dan tempat variabel y nilai
Good Corporate  Sedangkan good penelitian dilakukan di perusahaan.
Governance sebagai corporate governance tempat berbeda.
variabel pemoderasi yang diprokisakan
dengan kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh terhadap
hubungan kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan.
38

2.2 Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi

informasi keuangan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan

tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal

maupun pihak eksternal. Dilihat dari sisi manajemen perusahaan (pihak internal),

laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial

dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan

merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang berguna bagi kepentingan pihak

internal dan eksternal perusahaan harus disusun secara baik dan memenuhi

karakterisitk kualitatif laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang

dihasilkan berkualitas.

2.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Harmono Naufal, (2013:110) Return on Assets (ROA), Return on

Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) termasuk kedalam rasio

profitabilitas. Dimensi-dimensi konsep profitabilitas dapat menjelaskan kinerja

keuangan. Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan

sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan, pada dasarnya kinerja keuangan

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, ketika kinerja keuangan manajemen

baik maka nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Menurut Ardimas dan wardoyo, (2014) Semakin tinggi kinerja keuangan

yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai
39

perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa

berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya

untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan biasanya menggunakkan analisis rasio keuangan. Rasio-rasio itu

antara lain Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Profit

Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM) merupakan contoh indikator yang

lazim atau sering digunakan oleh para peneliti untuk menilai tingkat profitabilitas

perusahaan.

Menurut Kusumadilaga, (2010) Semakin baik nilai ROE maka secara

teoritis kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya

harga saham perusahaan. Dimana, harga saham dan jumlah saham yang beredar

akan mempengaruhi nilai Tobin’s Q sebagai indikator dari nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi dan Pratama (2012)

mengungkapkan hasil bahwa Kinerja keuangan mampu meningkatkan nilai

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan, maka

semakin baik nilai perusahaan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Angra Hermawati mengungkapkan hasil

bahwa Kinerja keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap Nilai

Perusahaan. Semakin tinggi kinerja keuangan maka akan semakin tinggi pula nilai

perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan

semakin banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya. Hal tersebut

membuat harga jual saham meningkat dan mengakibatkan tingginya nilai

perusahaan (Angra Hermawati, 2011).


40

Penelitian yang dilakukan oleh Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan

Kadek sinarwati mengungkapkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain berarti kinerja keuangan dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan Kadek

sinarwati, 2014).

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Sebagai Pemoderasi Hubungan

Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan

Menurut Machfoed (1997) dalam Arif Maulana (2016) semakin besar

kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung

berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan

kepentingannya sendiri. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh

manajemen akan lebih termotivasi dalam memajukan perusahaan. Kepemilikan

manajerial akan memperkuat pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan.

Menurut Cho (1998) dalam Gary Tian (2011) When managerial ownership

reaches a considerably high level, the interest between managers and

shareholders are fully aligned. At this level, management pursues best financial

performance, and firm value is increased.

Penelitian yang dilakukan oleh Anindyati mengungkapkan hasil bahwa

Pengaruh pengungkapan Good Corporate Governance yang diproksikan oleh

kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap

hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan (Anindyati, 2011).


41

Penelitian yang dilakukan oleh Angra Hermawati mengungkapkan hasil

bahwa Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap pengaruh

kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukan bahwa semakin

tinggi tingkat kepemilikan saham manajerial maka akan semakin rendah nilai

kinerja keuangan dan Nilai perusahaan (Angra Hermawati, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Luh eni muliani, Gede adi yuniarta, dan

Kadek sinarwati mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

signifikan terhadap hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan,

walaupun mempunyai koefisien parameter negative yang artinya semakin tinggi

kepemilikan manajerial maka akan menurunkan kinerja keuangan dan akan

berdampak pada menurunnya nilai perusahaan dimata para pelanggannya (Luh eni

muliani, Gede adi yuniarta, dan Kadek sinarwati, 2014)

2.2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan keterkaitan antara variabel

kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dan dimoderasi oleh kepemilikan

manajerial, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan

Kepemilikan Manajerial
42

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari tinjauan pustaka, tinjauan penelitian sebelumnya, dan


kerangka pemikiran yang penulis uraikan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Hipotesis 1: Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Hipotesis 2: Kepemilikan Manajerial memoderasi pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai