Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. pada anak. Penyuluhan harus dibuat
semenarik mungkin, atraktif, tanpa mengurangi isinya. Pendidikan dilakukan
melalui demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi
massal yang terkontrol. Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam merubah perilaku anak terhadap kesehatan gigi
dan mulut melalui teori-teori perkembangan anak.(Riyanti and Saptarini)
Karies merupakan penyakit yang sudah lazim terjadi. Karies gigi merupakan
penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Sondang dan Hamada
(2008), faktor penyebab karies adalah host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak),
substrat (karbohidrat) dan ditambah faktor waktu). Selain itu, faktor predisposisi lain
yang turut berkontribusi terhadap keparahan karies antara lain pengalaman karies,
sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, geografis, dan perilaku terhadap kesehatan gigi
(Sondang dan Hamada, 2008).(Kesehatan et al.)
Belakangan ini banyak orang mengeluh sakit gigi akibat dari tidak merawat
giginya dengan baik ataupun tidak memperhatikan kesehatan giginya. Hal kecil
dapat menjadi besar apabila dianggap sepele. Sama seperti sakit gigi, contohnya gigi
berlubang saja apabila dibiarkan lama-lama akan berakibat sangat fatal. Bisa
berpengaruh terhadap gigi-gigi yang lainnya. Sakit gigi dapat juga mengakibatkan
sakit kepala yang luar biasa, nafsu makan berkurang, permasalahan pada sistem
pencernaan dan lain sebagainya. Bisa dilihat bahwa dengan sakit gigi saja bisa
menjadi awal mula terjadinya penyakit yang lain pada umumnya. Semua itu
tergantung pada perilaku manusianya itu sendiri. Apabila terdapat kesadaran atau
inisiatif sendiri dalam merwat kesehatan gigi, maka tidak akan sering terjadi
permasalahn gigi terutama karies.
Proses perubahan perilaku berjalan melalui empat tahap yaitu fungsi kesatu
atau fungsi pengetahuan adalah individu sudah mulai mengenal informasi yang baru
serta belajar memahami objek baru tersebut, sebagai contoh ketika dokter gigi
menjelaskan kepada pasien bahwa pasien dapat menghilangkan sendiri gejala tidak
sehat tertentu di dalam mulutnya, antara lain dengan pembersihan plak, karena plak
adalah salah satu sebab terpenting mengapa mulutnya tidak sehat, maka seorang
pasien yang tidak tahu akan menerima pengetahuan ini yang baginya merupakan ide
baru. 17 Fungsi yang kedua yaitu fungsi keyakinan artinya individu telah
membentuk sikap positif atau negatif terhadap informasi atau objek yang baru
tersebut. Fungsi ketiga yaitu fungsi penentuan yang didalamnya individu bertindak
aktif yang membawa ke suatu pemilihan perubahan yang mungkin diterima atau
tidak diterima. Pada fungsi ketiga ini individu tersebut telah jauh mengetahui
sehingga dapat mengambil keputusan untuk mencegah plak sebanyak mungkin dan
menanyakannya kepada dokter gigi bagaimana cara melakukan yang terbaik, atau
mungkin juga memutuskan untuk tidak melakukan apapun karena menganggap
pembersihan plak dan kesehatan mulut tidak begitu penting. Fungsi yang terakhir
adalah fungsi persetujuan, di sini individu sudah mau melaksanakan perilaku yang
baru sesuai dengan norma-norma kesehatan. Pada tahap ini individu tersebut
mencari informasi lebih lanjut untuk melengkapi apa yang telah diputuskan dengan
dorongan-dorongan baru dan dapat menarik kembali keputusannya apabila misalnya
menerima informasi bahwa pembersihan plak secara teliti tidak menolong.(Riyanti
and Saptarini)
Pola makan dan kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan
karies. Pola makan seperti sering makan makanan yang manis, seperti coklat,
permen, dan lainnya dapat meningkatkan resiko karies gigi. Selain itu, teknik
menyikat gigi yang salah dapat berakibat fatal apabila tetep dilakukan karena masih
terdapat sisa-sisa makanan pada gigi yang lama-kelamaan menjadi tempat
bersarangnya bakteri. Namun dalam hal ini, bukan berarti kita tidak bisa makan-
makanan yang manis. Boleh-boleh saja, tetapi harus diimbangi dengan menyikat
gigi secara teratur dan benar.
Plak merupakan penyakit local dari terjadinya berbagai kasus penyakit gigi
dan mulut, ini disebabkan olah aktifitas mikroorganisme yang terkandung dalam
plak. Asam yang dihasilkan dari fermentasi gula oleh kokus akan menyebabkan
terjadinya demineralisasi lapisan email gigi sehingga struktur gigi menjadi rapuh
dan mudah berlubang. Toxin-toxin hasil metabolism bakteri pun dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut.(Rezki and .)
References
Budisuari, Made, et al. “Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Menyikat Gigi
Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut (Karies) Di Indonesia.” Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, vol. 13, no. 1 Jan, 2012, pp. 83–91,
doi:10.22435/bpsk.v13i1.
Kesehatan, Pemeliharaan, et al. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak Sdn Kauman 2 Malang.” Journal of Health
Education, vol. 2, no. 2, 2017, pp. 201–10, doi:10.15294/jhe.v2i2.22612.
Ramayanti, Sri, and Idral Purnakarya. “Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies
Gigi.” Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 7, no. 2, 2013, pp. 89–93,
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/114/120.
Rezki, Sri, and . Pawarti. “Pengaruh Ph Plak Terhadap Angka Kebersihan Gigi Dan
Angka Karies Gigi Anak Di Klinik Pelayanan Asuhan Poltekkes Pontianak
Tahun 2013.” ODONTO : Dental Journal, vol. 1, no. 2, 2014, p. 13,
doi:10.30659/odj.1.2.13-18.
Riyanti, Eriska, and Risti Saptarini. “Improving of the Oral and Dental Health.”
Improving of the Oral and Dental Health, pp. 1–12,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/06/upaya_peningkatan_kesehatan_gigi_dan_mulut.pdf.