Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI

RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X


Meylona Verawaty Zendrato1,*, Rr. Tutik Sri Hariyati2
1
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok,16424, Indonesia
2
Departemen Keperawatan dan Dasar Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok,16424, Indonesia
*) E-mail: meylona89@gmail.com

Diterima: Juni 2017, diterbitkan: Agustus 2017

ABSTRAK
Kualitas asuhan keperawatan menjadi elemen kunci mutu pelayanan di rumah sakit. Fenomena yang terjadi di instalasi
rawat jalan ialah pemberian asuhan keperawatan yang sangat minim. Tujuan penelitian: mengoptimalkan pengelolaan
asuhan keperawatan di instalasi rawat jalan. Metode: Metode yang digunakan studi pilot, identifikasi masalah dengan
teknik wawancara terstruktur, observasi, dan pengisian kuesioner kepada 28 perawat. Analisis masalah dilakukan
dengan metode fish bone, pemecahan masalah menggunakan metode plan, do, check, action. Hasil: Terjadi peningkatan
pengetahuan perawat terhadap proses asuhan keperawatan sebelum (17,80%), sesudah implementasi (82,3%), dan didapati
empat faktor yang memengaruhi pemberian asuhan di instalasi rawat jalan, yaitu sumber daya manusia, sistem kerja yang
jelas antarbagian, dokumentasi manual di luar keperawatan, dan fasilitas dan sarana yang kurang memadai. Diskusi:
pengelolaan asuhan keperawatan membutuhkan dukungan manajemen. Kesimpulan: sebaiknya manajer melakukan
perencanaan untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan melalui pengarahan pelayanan kepada visi rumah sakit,
peningkatan pendidikan, peningkatan motivasi, dan berkoordinasi dalam pengadaan fasilitas dan sistem layanan guna
optimalisasi pengelolaan asuhan keperawatan.
Kata kunci: asuhan keperawatan, pengelolaan, rawat jalan.

OPTIMIZATION OF NURSING CARE MANAGEMENT AT OUTPATIENT INSTALLATION OF X


HOSPITAL
Abstract
The quality of nursing care is a key element of hospital service quality. A phenomenon that occurs in outpatient care is
providing nursing care at the minimum. Objective: To optimize the nursing care management t outpatient installation.
Methods: This study employed pilot study, identifying problem using structured interview technique, observation, and
filling out questionnaires to 28 nurses. Problems were analyzed using fish bone and solved using plan, do, check, action
method. Results: There was an increase in nurses’ knowledge about the process of nursing care before (17.80%) and
after the implementation (82.3%), and there were 4 factors that affected the provision of care in outpatient installation,
namely human resources, a clear job system between departments, manual documentation beyond nursing, and inadequate
facilities and infrastructure. Discussion: Nursing care management requires support from the management. Conclusion:
Managers should plan on increasing the quality of nursing care by directing services to the vision of the hospital, improving
education, increasing motivation, and coordinating in the procurement of facilities and service systems in order to optimize
the nursing care management.

Keywords: nursing care, management, outpatient


JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu asuhan keperawatan (Manion, 2014; Miltner
bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang et al., 2015). Perawat dalam melaksanakan
memberikan pelayanan kesehatan yang pelayananannya menggunakan pendekatan
komprehensif mencakup aspek promotif, asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
lapisan masyarakat. Dalam rangka menjaga keluarga dan memberikan perawatan yang
dan meningkatkan mutu pelayanan, salah profesional. Dalam memberikan asuhan
satu aspek yang perlu mendapat perhatian keperawatan, perawat menggunakan proses
ialah kualitas pelayanan keperawatan. keperawatan dengan lima tahapan karena
Keperawatan sebagai salah satu bentuk dengan menggunakan proses keperawatan,
pelayanan profesional merupakan bagian asuhan menjadi komprehensif (Hariyati,
integral yang tidak dapat dipisahkan 2014).
dari upaya pelayanan kesehatan secara Proses keperawatan merupakan metode
keseluruhan. Keperawatan sering dikatakan sistematis untuk menilai, mendiagnosis,
sebagai tulang punggung dalam fasilitas merencanakan, melaksanakan dan evaluasi
kesehatan karena proporsi perawat yang keadaan pasien dalam keadaan sehat
mayoritas dibandingkan dengan tenaga maupun sakit sehingga menjadi dasar
kesehatan lainnya dan sangat menentukan pemecahaan secara ilmiah, dan menjadi
gambaran kualitas pelayanan kesehatan dasar dalam praktik keperawatan (Baraki
(Kumari & De, 2015). Hal ini didukung dengan et al., 2017). Pengelolaan yang dilakukan
melihat proporsi tenaga keperawatan, waktu penting juga diperlukan untuk efektivitas
perawat berinteraksi penuh selama 24 jam kolaborasi kemajuan pasien dan mencegah
kepada pasien, dan akan menjadi salah satu perburukan kondisi pasien (Baraki et al..,
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra 2017).
rumah sakit (Westbrook et al., 2011; Hagos Rumah Sakit X merupakan salah satu
et al., 2014). rumah sakit pemerintah yang berdiri sejak
Pada pelayanan keperawatan, 2014. RS X berupaya meningkatkan kualitas
manajemen asuhan sangat diperlukan. pelayanan dengan mengikuti standar ISO
Manajemen asuhan yang dilakukan seorang dan akreditasi versi 2012 yang direncanakan
manajer keperawatan mempunyai pengaruh Desember 2017. Saat ini RS X berupaya
paling kuat dalam keberlangsungan meningkatkan kualiats pelayanan sesuai
keperawatan di pelayanan kesehatan dengan visi misi RS dengan mengoptimalkan
(Marquis & Huston, 2012). Proses fasilitas yang ada baik rawat inap dan
manajemen dimulai dari perencanaan, rawat jalan. Pelayanan rawat jalan RS X
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, merupakan pelayanan di rumah sakit yang
dan pengendalian terhadap faktor sumber diberikan kepada pasien dengan kasus
daya manusia, keuangan, material, metode, diagnosis yang masih bisa ditangani tanpa
dan fasilitas (Marquis & Huston, 2015). memerlukan perawatan dan pasien paska
Manajer keperawatan akan memengaruhi perawatan sebagai kontrol kemajuan dari
kinerja staf keperawatan, menciptakan penyembuhan atas penyakit yang diderita
lingkungan kerja kondusif, dan akan oleh pasien tersebut. Rawat jalan yang
berdampak terhadap keselamatan pasien, merupakan bagian pelayanan rumah sakit
keberlangsungan organisasi, dan kualitas dengan akses pemberian pelayanan singkat

86
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

+ 15 menit setiap pasien (Divisi Pelayanan Keberlangsungan sejak awal dan akhir
Medik dan Keperawatan, 2016) dan terdiri serta berbagai faktor yang berkontribusi
atas 28 poliklinik dan berbagai spesialistik dalam pemberian layanan di instalasi rawat
dengan pelayanan dilaksanakan pada pagi jalan akan memengaruhi kepuasan dan mutu
dan sore hari. Kunjungan dapat mencapai pelayanan rumah sakit X. Kenyataannya di
1.000 kunjungan/hari. instalasi rawat jalan RS X, masih banyak
Pemberian asuhan keperawatan di kondisi pasien yang sejak awal datang hingga
instalasi rawat jalan kurang optimal. Hal proses akhir kurang mendapat perhatian dan
ini didukung oleh penjelasan Kepala Seksi pelayanan yang optimal.
Asuhan Keperawatan RS X yang menyatakan Kondisi pelayanan rawat jalan di
bahwa jarang sekali perawat memberikan beberapa negara kurang mendapat perhatian
asuhan keperawatan dengan pendekatan penuh seperti halnya pelayanan rawat inap.
profesional menggunakan lima proses Hal ini dilihat dari minimnya peran konsultan
keperawatan yang terintegrasi di instalasi dokter maupun perawat, sedikitnya waktu
rawat jalan. Perawat tidak menjalankan karena antrian pasien menunggu, minimnya
peran pemberi asuhan, konselor, pendidik, komunikasi para tenaga medis, dan
kolaborator di instalasi rawat jalan dan kurangnya pelatihan bagi tenaga kesehatan
dilihat dari hasil pendokumentasian asuhan terkait pelayanan di instalasi rawat jalan
keperawatan juga sangat minim dalam (McKee & Waghorn, 2000). Hal ini juga
pelaksanaan hingga evaluasi. Kondisi ini juga terjadi di instalasi rawat jalan RS X. Hasil
dipengaruhi oleh fasilitas ruangan poliklinik observasi dan wawancara dengan kepala
yang terbatas, budaya pendampingan dokter, ruang dan instalasi rawat juga menegaskan
sistem rekam medis yang belum optimal, bahwa kualitas pelayanan belum memberi
pelaksanaan tugas yang belum sesuai kepuasan kepada pasien, terlebih pemberian
dengan uraian terlampir, prosedur operasional asuhan keperawatan oleh perawat. Maka,
pemberian asuhan yang tidak tersedia, dan sangat penting untuk melakukan optimalisasi
pendokumentasian keperawatan yang belum pengelolaan asuhan keperawatan di instalasi
dilakukan dengan baik. rawat jalan sehingga akan tercipta mutu
Terdapat berbagai hal yang perlu pelayanan yang berkualitas, prima, dan
dikelola dalam menciptakan pemberian profesional.
asuhan keperawatan yang optimal.
Pengelolaan yang dilakukan seharusnya METODE
dimulai sejak pasien datang ke rawat jalan Metode yang dilakukan ialah implementasi
hingga akhirnya pasien pulang ke rumah, agen pembaharuan dengan menggunakan
ke rawat inap, maupun dirujuk ke fasilitas pendekatan studi pilot di instalasi rawat
kesehatan/penunjang lainnya. Jika ditinjau jalan. Peneliti bertindak sebagai agen
dari alur pelayanan rawat jalan, perawat pembaharu terkait optimalisasi pengelolaan
memiliki peran dalam memberikan asuhan asuhan keperawatan rawat jalan. Kegiatan ini
keperawatan dimulai dari pengkajian pasien berlangsung sejak 17 Oktober 2017 sampai
baru/lama saat datang, melakukan konsultasi dengan 17 November 2017. Kegiatan ini
dengan dokter, membutuhkan tindakan melibatkan Kepala Bidang Keperawatan,
perawatan, menunggu obat, hingga pasien Kepala Seksi Asuhan Keperawatan, Kepala
selesai melakukan pengobatan rawat jalan. Instalasi Rawat Jalan, Kepala Ruang
Rawat Jalan, Kepala Bagian Informasi dan

87
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

Teknologi, dan perawat pelaksana di instalasi asuhan keperawatan rawat jalan yang belum
rawat jalan. Proyek ini diawali dengan optimal. Akar masalah ini selanjutnya akan
melakukan analisis situasi pendekatan diintervensi sesuai dengan perencanaan
SWOT (strength, weakness, opportunity, yang telah ditetapkan. Penyelesaian masalah
threat), identifikasi masalah, penentuan dilakukan dengan startegi PDCA.
prioritas masalah, analisis masalah dengan PDCA merupakan metode ilmiah yang
metode fish bone, dan penyelesaian masalah memungkinkan untuk melakukan semua
melalui pendekatan PDCA (plan, do, check, aktivitas berkualitas melalui perencanakan
action). potensi penyebab dan resolusi setelah
Pengkajian awal dilakukan melalui menentukan masalah (plan); melaksanakan
metode observasi, survei, dan wawancara rencana aksi (do); memeriksa hasilnya
terstruktur. Metode pengumpulan data pada (check); dan mengoreksi tindakan-
survei menggunakan dua jenis kuesioner tindakan yang telah dilakukan, kemudian
tentang asuhan keperawatan. Kuesioner mengarahkannya kepada perencanaan
terdiri atas 12 pertanyaan (peran kepala selanjutnya (acting). Pengevaluasian
ruangan) dan 28 pertanyaan (persepsi tindakan dilakukan dengan wawancara
perawat tentang asuhan keperawatan di terstruktur kepada perawat terkait proses
instalasi rawat jalan). Kuesioner dibagikan dan pelaksanaan pemecahan masalah yang
kepada seluruh perawat pelaksana di telah dilakukan, dan observasi dokumen
instalasi rawat jalan (28 orang). Kuesioner rekam medis pasien. Kuesioner yang juga
dimodifikasi berdasarkan peran kepala ruang dibagikan kepada perawat dianalisis dengan
dan perawat sebagai pemberi asuhan dan program statistik sehingga menghasilkan
terkait uraian aktivias perawat rawat jalan tabel distribusi deskripsi. Hasil dari evaluasi
sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan dibentuklah rencana tindak lanjut yang telah
melalui metode observasi menggunakan disepakati oleh Kepala Bidang, Kepala Seksi
lembar observasi kegiatan perawat di instalasi Asuhan Keperawatan, dan Kepala Ruang
rawat jalan. Pengumpulan data awal melalui Rawat Jalan.
wawancara yang dilakukan kepada Kepala
HASIL
Bidang, Kepala Seksi Asuhan Keperawatan,
Kepala Ruang rawat jalan menggunakan Pengkajian Awal
instrumen panduan wawancara yang dibuat Setiap pasien berobat ke rawat jalan
berdasarkan pendekatan fungsi manajemen akan menjalani beberapa tahap. Prosesnya
Planning-Organizing-Staffing-Actuating- dimulai dengan pengambilan nomor antrian,
Controlling (POSAC). menunggu di ruang tunggu, pemeriksaan
Pertimbangan etik dari studi pilot ini oleh perawat, pemeriksaan oleh dokter,
berada dalam bentuk persetujuan awal dari penyerahan berkas pasien setelah keluar
pembimbing klinik dan akademik terkait dari ruang dokter (resep/ surat kontrol/
kuesioner, izin dari Kepala Instalasi, serta pemeriksaan penunjang/rujukan), dan
kesediaan perawat terlibat dalam kegiatan hingga tahap terakhir pasien pulang dengan
di instalasi rawat jalan. Data responden membawa obat dari rawat jalan atau ke rawat
juga dirahasiakan karena kuesioner hanya inap.
melampirkan inisial perawat. Identifikasi akar Pada tahap yang dijalani pasien,
masalah menggunakan analisis fish bone perawat rawat jalan berperan pada tahap
yang memunculkan masalah pengelolaan pemeriksaan di ruang tunggu, ruang dokter,

88
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

dan kemudian penyerahan setelah keluar telah ditetapkan dan diakui perawat kurang
dari ruang dokter. Tiga titik pada tahap yang memahami uraian tugas dan kontribusi
menjadi saat perawat dalam memberikan dalam pencapaian visi rumah sakit. Hal ini
asuhan keperawatan kepada pasien. pun disebabkan instalasi rawat jalan tidak
Di lapangan didapati kondisi perawat memiliki visi misi ruangan.
tidak memahami peran yang seharusnya Pengkajian yang dilakukan kepada
dilakukan sebagai seorang pemberi asuhan pasien baru/lama maupun pasien rujukan
keperawatan di instalasi rawat jalan. juga belum optimal. Data diperoleh 32,1%
Idealnya, perawat melakukan pengkajian perawat menyatakan bahwa pelaksanaan
keperawatan sejak pasien datang ke meja pengkajian pasien di instalasi rawat jalan
perawat, menegakkan diagnosis serta jarang diisi dengan lengkap. Perawat hanya
menyiapkan berkas administrasi, intervensi melakukan pengukuran tensi darah dan
terkait keluhan, melakukan implementasi jarang mengkaji keluhan dan berinteraksi
baik tindakan mandiri maupun kolaborasi melalui komunikasi terapeutik dengen pasien.
bersama dokter, dan melakukan evaluasi Dalam hal dokumentasi, 53,6% pengkajian
sebelum pasien meninggalkan rumah sakit. keperawatan juga tidak dilakukan karena
Pada hasil kuesioner didapati 60,7% formulir pengkajian tidak sistematis, tidak ada
perawat jarang memahami uraian tugas tersedia petunjuk teknik, dan tidak pernah
sebagai perawat di instalasi rawat jalan. dilakukan sosialisasi pentingnya pengkajian
Hal ini didukung oleh pernyataan perawat pasien pada pelayanan keperawatan.
bahwa tugas sebagai perawat hanya Penyebab lainnya ialah koordinasi dengan
mengelola administrasi seperti menyiapkan rekam medis belum terlaksana dengan baik
berkas pasien, memanggil pasien, dan karena pengiriman rekam medis sering
melengkapi rekam medis. Kepala ruangan terlambat (50%) dan rekam medis pasien
menegaskan uraian tugas belum dijelaskan yang sering dicetak dua atau lebih/ double
kepada setiap perawat sesuai dokumen yang medical record (75.5%).
Tabel 1. Pelaksanaan asuhan keperawatan di RS X
No. Asuhan Pernah Jarang Tidak
Keperawatan Pernah
1. Pengkajian 35,1% 46,4% 17,9%
2. Diagnosis 53,5% 28,6% 17,9%
3. Intervensi 35,7% 42,9% 21,4%
4. Implementasi 46,5% 46,4% 7,1%
5. Evaluasi 35,7% 42,9% 21,4%

Berdasarkan Tabel 1 didapati hasil di instalasi rawat jalan. Hal ini disebabkan
bahwa perawat jarang melakukan pengkajian rutinitas administrasi jarang diberi informasi
keperawatan (46,4%). Perumusan diagnosis tentang proses keperawatan dan persepsi
jarang dilakukan (28,6%) dan tidak pernah perawat bahwa intervensi keperawatan
(17,9%) melakukan penegakan diagnosis hanya untuk rawat inap.
maupun masalah keperawatan dan SOAP Implementasi keperawatan dapat
jarang diisi karena kurang memahami dilakukan berupa tindakan mandiri perawat,
penulisan yang tepat dengan proses kolaborasi, dan edukasi. Data menyajikan
keperawatan. Didapati data 42,9% perawat 46,4% perawat tidak pernah melakukan
jarang melakukan intervensi keperawatan edukasi di instalasi rawat jalan. Perawat

89
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

menyatakan pikiran mereka terfokus untuk pernah mendapat perhatian khusus dari
penyelesaian berkas-berkas, sistem informasi rumah sakit, dan prioritas masalah asuhan
rumah sakit generic open source (SIMRS keperawatan di instalasi rawat jalan akan
GOS), dan antrean pasien sehingga disadari menjadi awal untuk melakukan evaluasi mutu
kurang untuk berkomunikasi/interaksi, pelayanan keperawatan di instalasi rawat
Penentuan penyebab masalah Kep
bahkan memberikan edukasi kepada pasien. jalan.
Evaluasi keperawatan juga tidak dilakukan Penentuan metode
menggunakan fish bone. masalah
penyebab Pencarian yan
karena perawat harus meng-input data, menggunakan metode fish bone. Pencarian
memanggil pasien selanjutnya dan melakukan
akar penyebab masalah yang sudah
akar penyebab masalah yang sudah
Imp
pemilihan lembaran rawat jalan. Evaluasi ditetapkan disajikan
ditetapkan pada
disajikan padadiagram
diagram1.1. stra
secara terdokumentasi dari proses asuhan
keperawatan juga minim. Didapati perawat sikl
jarang melakukan pendokumentasian SOAP Sik
dengan lengkap (42,9%).
Menurut 46,4% perawat, IRJ RS X fun
kekurangan tenaga di instalasi rawat jalan pen
karena kunjungan +1.000/hari. Hal ini juga
ditegaskan kepala ruangan, bahwa setiap asu
perawat harus lembur minimal 4 kali/minggu.
Menurut perawat IRJ, kurang optimalnya
pelayanan keperawatan, interaksi dengan Per
pasien, dan pelaksanaan dokumentasi
disebabkan oleh ketidaksesuaian jumlah
Diagram 1. Penetapan akar masalah
tenaga, pendokumentasian manual yang men
ketidakoptimalan pengelolaan asuhan keperawatan
menyita waktu + 10 menit, dan budaya dokter
Diagram
di instalasi 1. Penetapan
rawat jalan dengan akar
analisis fish bone
masalah raw
yang tidak mandiri saat pemeriksaan pasien ketidakoptimalan pengelolaan asuhan keperawatan
(pendampingan penuh oleh perawat). Oleh Manajemen keperawatan
di instalasi rawat jalan dengan analisis meliputi
fish bone ope
karena itu, diperlukan penelaahan lebih lima fungsi utama, yaitu perencanaan,
asu
lanjut terkait kebutuhan tenaga serta faktor pengorganisasian, pengaturanmeliputi
Manajemen keperawatan staf,
untuk pengoptimalan pengelolaan asuhan pengarahan, dan pengendalian aktivitas pas
keperawatan rawat jalan. lima
unit fungsi utama,
keperawatan. yaitu
Seorang perencanaan,
manajer perawat
pen
Masalah yang ada diprioritaskan dengan melaksanakan fungsi manajemen
pengorganisasian, pengaturan untuk staf,
teknik kriteria sampel menghasilkan prioritas memastikan kualitas pelayanan keperawatan pen
masalah utama di instalasi rawat jalan, pengarahan,
yang dan pengendalian
diterima pasien aktivitas
(Marquis & Huston,
yaitu belum optimalnya pengelolaan asuhan 2012). asu
unit Tahap implementasi
keperawatan. diawali dengan
Seorang manajer
keperawatan di Instalasi Rawat Jalan RS identifikasi masalah yang relevan untuk sert
X. Penetapan masalah belum optimalnya perawat melaksanakan
diselesaikan, melakukan fungsi manajemen
konsolidasi, dan
pengelolaan asuhan keperawatan di instalasi negosiasi bersama Bagian Keperawatan oleh
untuk memastikan kualitas pelayanan
rawat jalan menjadi prioritas karena melihat serta Kepala Ruang. Dasar pelaksanaan den
waktu studi pilot yang terbatas, penyelesaian keperawatan
dilakukan yang diterima
sesuai rencana pasien
aksi yang dibuat
faktor-faktor yang mendukung pengelolaan sesuai dengan kelima fungsi manajemen. jug
(Marquis & Huston, 2012). Tahap
asuhan keperawatan lebih memungkinkan Peran dan kesepakatan dengan Kepala dila
untuk ditindaklanjuti daripada masalah Bidang Keperawatan,
implementasi Kepala
diawali Seksi
dengan Asuhan,
identifikasi
kebutuhan SDM, asuhan keperawatan belum dan Kepala Ruang Rawat Jalan menjadi hal Kab
masalah yang relevan untuk diselesaikan,
dan
melakukan konsolidasi, dan negosiasi
90 rua
bersama Bagian Keperawatan serta Kepala
dila
Ruang. Dasar pelaksanaan dilakukan
diin
sesuai rencana aksi yang dibuat sesuai
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

yang penting dalam proses implementasi. juga telah dilakukan sesuai perencanaan di
Implementasi yang dilakukan dengan awal dan mendapat dukungan rumah sakit.
strategi dalam pemecahan masalah ialah
siklus plan, do, check, and acting (PDCA). Pengevaluasian (Control)
Siklus PDCA juga mengakomodasi fungsi- Pengevaluasian pelaksanaan terdiri
fungsi manajemen dalam upaya pencapaian atas evaluasi struktur, proses, dan hasil.
pengoptimalan pengelolaan asuhan Evaluasi hasil dari format yang telah dibuat
keperawatan (Huber, 2010). dan disosialisasikan mendapat respons yang
positif dari rumah sakit.
Perencanaan (Plan) Evaluasi terkait pelaksanaan pengelolaan
Perencanaan (plan) diawali dengan asuhan dilakukan dengan observasi
menetapkan perancangan visi misi instalasi dokumen, pemberian pemicu contoh kasus,
rawat jalan, uraian tugas perawat, standar dan praktik pengisian formulir dan kuesioner
operasional prosedur yang mendukung asuhan persepsi perawat setelah sosialiasi. Pada
keperawatan seperti penerimaan pasien hasil sosialisasi yang dilakukan didapati
rawat jalan, pengkajian pasien, pengisian beberapa kondisi serta data.
format pengkajian, pendokumentasian SOAP, Evaluasi hasil observasi di lapangan
dan standar asuhan keperawatan di instalasi sudah dilakukan dan dinilai ada perbaikan.
rawat jalan serta sosialisasi draf bila sudah Namun, implementasi seperti pemberian
disetujui oleh rumah sakit. Perencanaan edukasi masih minim (3 dari 22 orang perawat
koordinasi dengan kepala bidang IT dan yang dinas pada shift yang sama setiap pagi).
rekam medis juga dilakukan dan pada tahap Pada hasil wawancara dengan perawat,
ini dilakukan koordinasi dan diskusi dengan pemberian informasi penting untuk kembali
Kabid Keperawatan, Kasie Askep, Ka Ins, dan diingatkan dan harapannya ada informasi
Karu rawat jalan. Persiapan alat, ruangan, yang terus diberikan secara konsisten setiap
ATK serta kajian literatur juga dilakukan dan pagi.
dikoordinasikan sebelum diintervensi. Pada hasil telusur 66 dokumen rekam
medis pasien (formulir pengkajian dan
Pelaksanaan (Do) catatan keperawatan rawat jalan), hanya 15
Pelaksanaan (do) diawali brainstorming rekam medis pasien yang tidak lengkap pada
telah dilakukan untuk visi misi dan uraian catatan keperawatan. Bagian yang tidak terisi
tugas perawat rawat jalan. Penyusunan pada A (assessment) dan P (plan).
petunjuk pengkajian formulir keperawatan, Gambaran pengetahuan perawat
SOP pengkajian, dan pendokumentasian tentang lima proses keperawatan sebelum
keperawatan sudah disosialisasikan. Hal dan sesudah sosialiasi proses asuhan
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keperawatan dapat digambarkan pada
perawat terkait alur dan format yang lebih Diagram 2. Namun, untuk pelaksanaan pada
sistematis dan mencakup komponen proses tahap implementasi terkadang masih sulit
keperawatan. Pembuatan standar asuhan dilaksanakan saat antrean pasien masih
keperawatan rawat jalan dengan penyusunan panjang.
berdasarkan sepuluh masalah keperawatan
yang sering ditemukan di instalasi rawat jalan
dan memungkinkan dilakukan. Sosialisasi

91
keperawatan dapat digambarkan pada
terdiri Diagram 2. Namun, untuk pelaksanaan
n hasil. pada tahap implementasi terkadang masih
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017
g telah sulit dilaksanakan saat antrean pasien
endapat masih panjang.
terkait pengoptimalan asuhan keperawatan
t.
di instalasi rawat jalan dengan monitoring
ksanaan oleh kepala ruangan dan telusur dokumen
dengan yang diadakan setiap akhir bulan.

pemicu DISKUSI
ngisian Beberapa negara berupaya menjaga
kualitas asuhan keperawatan karena
perawat
memandang asuhan keperawatan sebagai
sialisasi standar proses dalam pelaksanaan praktik
kondisi Diagram 2. Gambaran pengetahuan perawat keperawatan, tetapi tidak dapat dihindari
sebelum
Diagramdan
2. sesudah
Gambaransosialisasi prosesperawat
pengetahuan asuhan dalam pelaksanaannya sering ada kendala
keperawatan
sebelum lima proses
dan sesudah keperawatan
sosialisasi proses (n=28)
asuhan dan tidak sesuai dengan teori yang
pangan Evaluasi akhir
keperawatan dari keperawatan
lima proses rangkaian(n=28)
kegiatan diharapkan (Hagos et al., 2014; Baraki et el.,
yang sudah diakukan, yaitu menyimpulkan 2017; Hariyati et al., 2016). Hal ini disebabkan
baikan.
persepsi perawat tentang faktor-faktor oleh antrean pasien meningkat, komunikasi
mberian yang memengaruhi pengoptimalan asuhan para tenaga medis minim, dan kurangnya
keperawatan dan dapat dilihat pada Diagram pelatihan bagi tenaga kesehatan terkait
3 berikut ini. pelayanan di instalasi rawat jalan (McKee &
Waghorn, 2000).
Hal ini juga terjadi di RS X khususnya
di instalasi rawat jalan. Rawat jalan yang
merupakan bagian pelayanan rumah sakit
dengan akses pemberian pelayanan singkat
+ 15 menit setiap pasien (Divisi Pelayanan
Medik dan Keperawatan, 2016) sering
dikaitkan dengan sistem antrean yang
panjang, hanya pengobatan singkat, dan
minimnya interaksi dalam pemberian asuhan
Diagram 3. Faktor yang memengaruhi pelaksanaan
asuhan keperawatan menurut persepsi perawat di instalasi keperawatan maupun medis.
rawat jalan RS X (n=28) Asuhan keperawatan merupakan
Diagram 3 menunjukkan hasil evaluasi bagian dari suatu sistem pelayanan yang
bersama perawat pelaksana yang menjadi terintegrasi dengan para profesional di
faktor dalam pelaksanaan asuhan bidang pelayanan kesehatan dan tingkat
keperawatan yang optimal di instalasi pelayanan yang akan membangun suatu
rawat jalan, yaitu 11 perawat menyatakan kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya
faktor sumber daya manusia, 7 perawat adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan
menyatakan faktor sistem kerja yang jelas pasien dengan pelayanan yang tersedia di
antarbagian di instalasi rawat jalan, 6 rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan,
menyatakan adanya faktor dokumentasi kemudian merencanakan pemulangan
manual di luar keperawatan, dan 4 perawat dan tindakan selanjutnya. Hasilnya ialah
menyatakan faktor fasilitas dan sarana peningkatan mutu asuhan pasien dan efisiensi
kurang memadai. Rencana tindak lanjut akan penggunaan sumber daya yang tersedia
diadakan evaluasi dari bidang keperawatan di rumah sakit (KARS, 2017). Oleh karena

92
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

itu, diperlukan kesinambungan dan sistem kinerja, hubungan personal, dan komunikasi
layanan terintegrasi optimal yang dirancang dengan berbagai sektor (Meng & Boyd, 2017).
sejak pasien masuk hingga meninggalkan Seorang manajer harus mampu menentukan
rumah sakit. perencanaan pengembangan sumber daya
Di Instalasi Rawat Jalan RS X, diakui manusia (Hariyati, 2014).
pengelolaan asuhan keperawatan belum Pengembangan sumber daya manusia
optimal karena berbagai faktor yang seperti pelatihan dan pendidikan dapat
ditemukan. Faktor yang ditemukan berasal digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
dari internal dan eksternal rumah sakit. Faktor staf, keterampilan, dan sikap staf (Gillies,
internal berupa alur kerja, material, kualitas 2006). Faktor sumber daya manusia
sumber daya manusia, serta fasilitas yang dapat dinilai dari status demografi, tingkat
dimiliki. Kondisi hampir sama juga ditemukan pengetahuan (khususnya terkait proses
di rumah sakit pemerintah di Addis Ababa, keperawatan), keterampilan, pengalaman,
Ethiopia yang mengidentifikasi adanya motivasi, kepuasaan kerja, stres lingkungan
faktor organisasi, faktor pasien, tingkat kerja, dan kesadaran perawat sendiri
pengetahuan, konflik pelaksanaan peran, akan kualitas pelayanan dalam di fasilitas
dan keterampilan sumber daya manusia, kesehatan tersebut (Shewangizaw & Mersha,
terutama perawat yang sangat berpengaruh 2015). Karakteristik sumber daya manusia
terhadap kualitas asuhan keperawatan dari tingkat pendidikan sangat berpengaruh.
(Aseratie, Murugan, & Molla, 2014). Hal ini Hal ini didukung pengamatan bahwa status
dapat terjadi karena perawat sebagai profesi pendidikan memiliki hubungan signifikan
yang memberikan asuhan secara holistik secara statistik terhadap asuhan keperawatan
dipengaruhi oleh berbagai tingkat kebutuhan kepada pasien. Perawat dengan tingkat
pasien, kondisi fasilitas dan sarana di rumah pendidikan sarjana pastinya memiliki dan
sakit, alur, serta kondisi lainnya. Oleh karena memberikan asuhan keperawatan yang lebih
itu, perawat sebagai memerlukan dukungan baik daripada perawat di bawah pendidikan
berbagai pihak agar pemberian asuhan diploma (p<0,001) (Hagos et al., 2014).
kepada pasien tidak terhambat. Perawat dengan tingkat pendidikan
Kualitas asuhan keperawatan dapat sarjana 6,972 kali lebih mungkin menerapkan
menggambarkan keberhasilan RS dalam proses keperawatan daripada perawat yang
memberikan pelayanan dan hal ini memiliki pendidikan diploma. Perawat tanpa
bergantung pada pengelolaan sumber daya dasar teori yang konsisten 95,1% lebih kecil
manusia guna mencapai visi, misi, dan tujuan kemungkinannya untuk menerapkan proses
organisasi. Manajemen sumber daya manusia keperawatan daripada perawat yang memiliki
menjadi keputusan strategis dalam sebuah pemahaman teori yang baik (Aseratie,
rumah sakit organisasi (Mathis & Jackson, Murugan, & Molla, 2014; Hariyati & Safril,
2010; Marquis & Huston, 2012). Tujuan 2018; Hariyati et al., 2017). Hal ini didukung
organisasi yang ingin dicapai membutuhkan oleh penelitian yang menyatakan tingkat
peran manajer yang berkualitas dalam pendidikan yang lebih tinggi akan berdampak
mengelolah sumber daya manusia yang terhadap implementasi asuhan keperawatan
dimiliki. Beberapa ahli menyebutkan peran 8,78 kali lebih baik daripada perawat yang
manajer diperlukan dalam mengelola sumber kurang pengetahuan secara akademik
daya manusia dalam hal desain pekerjaan, (Shewangizaw & Mersha, 2015). Sumber
pelatihan dan pengembangan, manajemen daya manusia, khususnya perawat di IRJ

93
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

RS X 90% berlatar pendidikan diploma dan Rumah Sakit (2017) dan Hariyati (2014),
10% SPK. Bila melihat kemajuan teknologi, faktor yang harus dipertimbangkan dalam
tuntutan pasien, akreditasi, dan semakin memproyeksikan atau mengestimasi
ketatnya persaingan saat ini, kualitas perawat kebutuhan staf tidak lepas dari visi misi
berdasakan tingkat pendidikan menjadi hal rumah sakit, perpaduan antara pasien yang
yang penting untuk diperhatikan. Seperti dilayani oleh rumah sakit dan kompleksitas
yang dikemukakan oleh Hariyati (2014), dan kebutuhan pasien, jenis pelayanan yang
pendidikan berkelanjutan merupakan disediakan oleh rumah sakit, dan teknologi
dasar pengembangan staf sebagai upaya yang digunakan oleh rumah sakit dalam
peningkatan kemampuan perawat baik dalam asuhan pasien. Seharusnya pelayanan
segi pengetahuan, keterampilan, maupun observasi kompleksitas pasien di instalasi
sikap dan perilaku. rawat jalan dapat dikoordinasi dengan waktu
Pelatihan juga mampu meningkatkan 15 menit. Akan tetapi, saat diobservasi setiap
pengetahuan, perbaikan sikap, koping dan pasien berinteraksi dengan tim medis (dokter
kesiapan perawat saat melakukan praktik dan perawat) hanya +3 menit dan waktu
keperawatan (Kim & Hwang, 2014). Hal ini perawat lebih banyak untuk mempersiapkan
penting ditekankan lagi, mengingat tuntutan administrasi dan melaksanakan tugas di luar
peningkatan pelayanan akreditasi tiap keperawatan.
tahun semakin tinggi dan telah disebutkan Hal ini juga ditemukan pada salah
bahwa pemberi asuhan profesional hanya satu penelitian yang dilakukan di Turki.
perawat dnegan latar pendidikan ners Dikatakan bahwa perawat tidak melakukan
(Komite Akreditasi Rumah Sakit, 2017). Jadi, asuhan keperawatan karena lebih banyak
diperlukan upaya dari kepala ruangan dan tuntutan tugas perawat untuk melaksanakan
manajer keperawatan untuk merencanakan pengobatan dan registrasi pasien (Aslan et
dan memotivasi staf untuk menjalani al., 2016). Beban kerja yang meningkat di luar
pendidikan tingkat lanjut, mengikuti pelatihan tugas keperawatan menyebabkan perawat
terkait kompetensi keperawatan, dan mencari tidak punya cukup waktu untuk melakukan
alternatif berupa pelatihan internal melalui tugasnya. Manajer perlu mengorganisasikan
briefing pagi guna mengoptimalkan asuhan tugas dan fungsi perawat sesuai uraian
keperawatan kepada pasien di instalasi rawat tugas yang telah ditetapkan. Manajer tingkat
jalan. pertama, yaitu kepala ruangan di instalasi
Faktor lain yang dapat memengaruhi rawat jalan sebaiknya menjalankan peran
kualitas asuhan keperawatan ialah beban kepemimpinan dan fungsi manajemen
kerja di ruang tersebut. Di IRJ RS X beban dan menetapkan model asuhan pasien.
kerja dikaitkan dengan kunjungan, jumlah Pengelolaan asuhan keperawatan model
tenaga keperawatan, dan jenis pekerjaannya. tim menjadi alternatif untuk memaksimalkan
Persepsi 46,4% perawat jumlah tenaga tidak praktik keperawatan di instalasi rawat jalan.
sesuai dengan jumlah kunjungan setiap Asuhan keperawatan tim akan mampu
harinya dan 64,9% perawat lebih banyak mengakomodasi pelayanan kepada pasien
melakukan tugas administrasi daripada serta meningkatkan kerja sama dan
tugas pokok keperawatan. Saat observasi, komunikasi kepada sekelompok pasien
mayoritas tugas perawat di instalasi rawat jalan meskipun jumlah tenaga keperawatan belum
berada pada pekerjaan di luar keperawatan mencukupi (Marquis & Huston, 2012).
(non nursing job). Menurut Komite Akreditasi

94
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

Perawat di instalasi rawat jalan bertugas kesehatan maupun pasien, dan dapat
sebagai pemberi asuhan keperawatan mengefektifkan pemberian asuhan
berkaitan erat dengan pendokumentasian. keperawatan yang diberikan oleh perawat
Tugas pendokumentasian dan sistem (Rouleau, Gagnon, & Côté, 2015). Penting
pelaporan yang diharuskan oleh rumah sakit dilakukan pengembangan dokumentasian
menjadi faktor yang dapat berpengaruh keperawatan berbasis elektronik guna
terhadap pemberian asuhan keperawatan. meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Pendokumentasian menjadi hal yang penting pelayanan keperawatan, seperti penelitian
dalam rangkaian asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan menghasilkan
karena dapat menggambarkan kualitas kesimpulan bahwa penggunaan dokumentasi
pelayanan keperawatan di rumah sakit keperawatan menggunakan sistem SIMPRO
(Siswanto, Hariyati, & Sukihananto, 2013). akan memperbaiki kualitas dokumentasi
Dewi, Yetti, & Ayubi (2013) menyatakan (p=0,0001) dan efisiensi (p=0,0001) (Hariyati
dokumentasi keperawatan penting karena et al., 2016).
menjadi kerangka akuntabilitas perawat dan Selain pengefektifan dokumentasi
memerlukan supervisi dari kepala ruangan. berbasis elektronik diperlukan juga peran
Pendokumentasian menempati posisi seorang manajer dalam mengoptimalkan
mayoritas dalam tugas sehari-hari perawat sistem dokumentasian yang dilakukan
dan bagian integral dalam keberlangsungan (Fagerström, Lønning, & Andersen, 2014). Di
pelayanan kepada pasien serta penting untuk RS X yang telah dilakukan ialah koordinasi
dilengkapi. Ketidaklengkapan dokumentasi dengan Kepala Bidang Keperawatan
asuhan keperawatan ada hubungannya dan Kasie Asuhan untuk merevisi sistem
dengan masa kerja, pelatihan, dan beban pendokumentasian manual dan akan
kerja yang tinggi (Siswanto, Hariyati, & rencana pengembangan pendokumentasian
Sukihananto, 2013). Di RS X didapati kondisi berbasis elektronik pada tahun 2018.
tugas pendokumentasian untuk administrasi Saat ini hal yang dilakukan masih berada
rumah sakit di luar catatan keperawatan pada tahap melakukan pembaruan dalam
cukup menyita waktu dan sumber daya. Hal ini sistem pencatatan administrasi pasien,
disebabkan kurang optimalnya penggunakan pelaporan harian/bulanan, penghapusan
sistem informasi rumah sakit yang sudah beberapa kolom pada buku administrasi,
ada serta pengelolaan maupun supervisi dan penghapusan beberapa formulir manual
yang dilakukan kepala ruangan. Minimnya di instalasi rawat jalan untuk dialihkan ke
dokumentasi keperawatan terstandar checklist di sistem pendataan di setiap
berbasis elektronik menyebabkan tersitanya komputer instalasi rawat jalan.
waktu perawat saat pengkajian, penegakan Peran manajer juga memengaruhi hasil
diagnosis, dan tujuan, implementasi, serta akhir pemberian asuhan keperawatan. Peran
evaluasi (Häyrinen, Lammintakanen, & manajer sebagai sumber informasi dan
Saranto, 2010; Dwisatyadini, Hariyati, & melaksanakan fungsi manajemen dalam
Afifah, 2018). pelaksanaan asuhan yang dilakukan perawat
Teknologi informasi dan komunikasi pelaksana sangat diperlukan dan akan
di bidang kesehatan akan meningkatkan berdampak pada kepuasan kerja perawat
perawatan yang berpusat pada pasien, (Cummings et al., 2010). Peran pengarahan
meningkatkan kualitas layanan rumah dilaksanakan untuk memotivasi, membina
sakit, menjadi media pendidikan profesional komunikasi organisasi, menangani konflik,

95
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

memfasilitasi kerja sama dalam pemberian menempatkan perawat yang tepat sesuai
pelayanan, dan berdampak terhadap kompetensi. Selain itu, kepala ruangan rawat
kepuasan kerja karyawan (Marquis & Huston, jalan RS X juga harus mampu mengelolah
2012). Perawat membutuhkan motivasi/ penjadwalan dinas perawat dengan baik
dukungan positif secara konsisten yang karena jam kerja yang panjang (long shift)
diberikan oleh atasan, teman sejawat dalam dengan frekuensi intens akan memengaruhi
proses pelaksanaan asuhan keperawatan kualitas asuhan keperawatan dan kepuasan
(Hagos et al., 2014). Hal ini didukung kerja (Stimpfel, Sloane, Aiken, 2012).
oleh penelitian yang dilakukan Aseratie, Pengelolaan dengan perbandingan rasio
Murugan, & Molla (2014) yang menyatakan perawat dan kunjungan pasien juga harus
bahwa suasana stres di tempat kerja diperhatikan guna mengoptimalkan asuhan
99% menyebabkan kemungkinan proses yang diberikan kepada pasien (Nantsupawat
keperawatan tidak dapat terlaksana daripada et al., 2011; Hagos et al., 2014). Pengelolaan
suasana kerja yang menyenangkan. dilakukan dengan menempatkan perawat
Kepuasan kerja perawat dipengaruhi dengan jumlah serta kompetensi yang
oleh manajemen organisasi, pendapatan, sesuai dan tingkat kebutuhan pasien yang
tekanan di lingkungan kerja, serta beban membutuhkan perawatan/pengobatan saja
kerja (Mokoka, Oosthuizen, & Ehlers, 2010). (Mobasher, 2011). Diperlukan pengelolaan
Upaya yang dilakukan di instalasi rawat tugas dan fungsi perawat dengan
jalan RS X ialah meningkatkan motivasi memaksimalkan sumber daya yang dimiliki
setiap paginya dengan mengoptimalkan organisasi.
briefing pagi. Kepala ruangan meningkatkan
motivasi dengan mengarahkan staf pada SIMPULAN
visi misi rumah sakit dan ruangan serta Pengelolaan asuhan keperawatan
memberikan semangat dengan menyebutkan mencakup berbagai faktor. Faktor dari
yel-yel secara bersama-sama dan bergantian organisasi rumah sakit berupa dukungan
setiap paginya. Selain itu, kepala instalasi manajemen rumah sakit dalam penyediaan
dan kepala ruangan memberikan reward fasilitas sarana prasaran yang mendukung
kepada staf yang mampu mengingat bahkan pelayanan keperawatan, sistem/alur kerja
mengetahui sosialiasi terkait informasi, SOP, bagian lainnya, serta sistem informasi rumah
maupun hal lainnya di briefing pagi. Hal ini sakit. Faktor yang berperan besar ialah
dilakukan untuk membangun motivasi kerja tenaga keperawatan sebagai pemberi asuhan
serta suasana yang nyaman kepada perawat. keperawatan kepada pasien. Faktor tingkat
Reward yang diberikan mampu membangun pendidikan, keterampilan perawat, kepuasan
kekompakan, hubungan intrapersonal, dan kerja serta keseimbangan rasio perawat
lingkungan kerja yang positif serta tidak dengan pasien harus dipertimbangkan.
lepas dari kemampuan komunikasi pemimpin Berbagai hal ini memengaruhi kualitas
(Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010). asuhan keperawatan yang berdampak pada
Kepala ruangan IRJ RS X sebaiknya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
mengelompokkan kualifikasi perawat sesuai Oleh karena itu diperlukan peran manajer
kompetensi dan dengan kriteria kebutuhan dalam mengoptimalkan peran dan fungsi
pasien di setiap ruangan poliklinik yang manajemen dalam pengelolaan asuhan
ada. Kepala ruangan mengklarifikasi jadwal keperawatan. Rekomendasi manajer
pasien yang membutuhkan tindakan dan seharusnya merencanakan peningkatan

96
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

kualitas asuhan keperawatan melalui dipublikasikan.


pengarahan pelayanan berdasarkan visi Dwisatyadini, M., Hariyati, R. T. S., & Afifah,
misi rumah sakit, peningkatan pendidikan E. (2018). The effects of the application
staf, serta peningkatan motivasi tenaga of SIMPRO on the completeness and
keperawatan, dan koordinasi dengan time efficiency of nursing documentation
sektor lain dalam pengadaan fasilitas dan in the outpatient instalation at
sistem layanan guna efektivitas pelayanan Dompet Dhuafa Hospital Parung. IOP
keperawatan. Conference Series: Materials Science
and Engineering, 332(1): 012034.
DAFTAR PUSTAKA Fagerström, L., Lønning, K., & Andersen,
Aseratie, M., Murugan, R., & Molla, M. M. H. (2014). The RAFAELA system: A
(2014). Assessment of Factors Affecting workforce planning tool for nurse staffing
Implementation of nursing process and human resource management.
among nurses in selected Governmental Nurs Manag (Harrow), 21(2): 30-36.
Hospitals, Addis Ababa, Ethiopia; Cross Gillies, D. A. (2006). Nursing management: A
Sectional Study. J Nurs Care, 3: 170. system approach (2nd edition). Boston:
Aslan, M., Karaaslan, A., Yildiz, A., Dogan, F., W.B. Saunders Company.
& Evirgen, H. (2016). Workload of nurses Hagos, F., Alemseged, F., Balcha, F., Berhe,
and care left undone: Do we really care S., & Aregay, A. (2014). Application
enough?. International Journal of Caring of nursing process and its affecting
Sciences, 9(2): 596–602. factors among nurses working in
Baraki, Z., Girmay, F., Kidanu, K., Gerensea, Mekelle Zone Hospitals, Northern
H., Gezehgne, D., & Teklay, H. (2017). A Ethiopia. Retrieved from http://dx.doi.
cross sectional study on nursing process org/10.1155/2014/675212
implementation and associated factors Hariyati, R. T. S. (2014). Perencaaan,
among nurses working in selected pengembangan dan utilisasi tenaga
hospitals of Central and Northwest keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
zones, Tigray Region, Ethiopia. BMC Hariyati, R. T. S., Igarashi, K., Fujinami, Y.,
Nurs, 16: 54. Susilaningsih, S., Prayetni. (2017).
Cummings, G. G., MacGregor, T., Davey, M., Correlation between career ladder,
Lee, H., Wong, C. A., Lo, E., Muise, M., continuing professional development
Stafford, E. (2010). Leadership styles and nurse satisfaction : A case study
and outcome patterns for the nursing in Indonesia. International Journal of
workforce and work environment: A Caring Sciences, 10(3): 1490–1497.
systematic review. Int J Nurs Stud, Hariyati, R. T. S. & Safril, S. (2018). The
47(3): 363–385. relationship between nurses’ job
Dewi, R., Yetti, K., & Ayubi, D. (2008). satisfaction and continuing professional
Supervisi kepala ruangan berdasarkan development. Enferm Clin, 28 suppl 1:
kelengkapan pendokumentasian asuhan 144–148.
keperawatan. Jurnal Keperawatan Hariyati, R. T. S., Yani, A., Eryando, T.,
Indonesia, 12(3): 187-192. Hasibuan, Z., & Milanti, A. (2016). The
Divisi Pelayanan Medik dan Keperawatan. effectiveness and efficiency of nursing
(2016). Pedoman pelayanan instalasi care documentation using the SIMPRO
rawat jalan RS X. Bogor. Tidak model. Int J Nurs Knowl, 27(3): 136-142.

97
JPPNI Vol.02/No.02/Agustus-November/2017

Häyrinen, K., Lammintakanen, J., & Saranto, clinic?. Health Serv Res Policy, 5(3):
K. (2010). Evaluation of electronic 140–147.
nursing documentation-Nursing process Meng, X., & Boyd, P. (2017). The role of
model and standardized terminologies as the project manager in relationship
keys to visible and transparent nursing. management. International Journal of
Int J Med Inform, 79(8): 554–564. Project Management, 35(5): 717–728.
Huber, D. L. (2010). Leadership and nursing Miltner, R. S., Jukkala, A., Dawson, M. A.,
care management. Saunders Elsevier & Patrician, P. A. (2015). Professional
(Fourth Ed.). Missouri: Saunders development needs of nurse managers.
Elsevier. Journal of Continuing Education in
Kim, S., & Hwang, W. J. (2014). Palliative Nursing, 46(6): 252–258.
care for those with heart failure: Nurses’ Mobasher, A. (2011). Nurse scheduling
knowledge, attitude, and preparedness optimization in a general clinic and an
to practice. Eur J Cardiovasc Nurs, operating suite (disertasi). Faculty of the
13(2): 124–133. Department of Industrial Engineering,
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). University of Houston, Houston, USA.
Standar Akreditasi Rumah Sakit. Mokoka, E., Oosthuizen, M. J., & Ehlers,
Jakarta. V. J. (2010). Retaining professional
Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2017). nurses in South Africa: Nurse managers’
Standar Akreditasi Rumah Sakit Jilid 1. perspectives. Health SA Gesondheid,
Jakarta: Komite Akreditasi Rumah Sakit. 15(1): Art. #484, 9 halaman.
Kumari, S. S. M. H. & De, A. C. A. (2015). Nantsupawat, A., Srisuphan, W., Kunaviktikul,
The nursing shortage impact on job W., Wichaikhum, O. A., Aungsuroch, Y., &
outcome (the case in Sri Lanka). Journal Aiken, L. H. (2011). Impact of nurse work
of Competitiveness, 7(3): 75-94. environment and staffing on hospital
Manion, J. (2014). Every nurse a leader. nurse and quality of care in Thailand. J
Journal of Peri Anesthesia Nursing, Nurs Scholarsh, 43(4): 426–432.
29(4): 320-323. Rouleau, G., Gagnon, M. P., & Côté, J.
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2012). (2015). Impacts of information and
Leadership and management tools for communication technologies on nursing
the new nurse: A case study approach. care: an overview of systematic reviews
Wolters Kluwer Health/Lippincott (protocol). Syst Rev, 4(1): 75.
Williams & Wilkins. Shewangizaw, Z., & Mersha, A. (2015).
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2015). Determinants towards implementation
Leadership roles and management of nursing process. American Journal of
functions in nursing: Theory and Nursing Science, 4(3): 45–49.
application (8th edition). Canada: Siswanto, L. M. H., Hariyati, R. T. S.,
Lippincott Williams & Wilkins. & Sukihananto. (2013). Faktor-
Mathis, L. R., & Jackson, J. H. (2010). Human faktor yang berhubungan dengan
resource management (Thirteenth kelengkapan pendokumentasian asuhan
Edition). Mason: South-Western keperawatan. Jurnal Keperawatan
Cengage Learning. Indonesia, 16(2): 77–84.
McKee, M., & Waghorn, A. (2000). Why is Stimpfel, A. W., Sloane, D. M., & Aiken, L. H.
it so difficult to organise an outpatient (2012). The longer the shifts for hospital

98
Optimalisasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan

nurses, the higher the levels of burnout


and patient dissatisfaction. Health Aff
(Milwood), 31(11): 2501–2509.
Westbrook, J. I., Duffield, C., Li, L., & Creswick,
N. J. (2011). How much time do nurses
have for patients? a longitudinal study
quantifying hospital nurses’ patterns of
task time distribution and interactions
with health professionals. BMC Health
Services Research, 11: 319.
Whitehead, D. K., Weiss, S. A., & Tappen, R. M.
(2010). Essentials of nursing leadership
and management. Philadelphia: F.A.
Davis Company.

99

Anda mungkin juga menyukai