Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi dan menutupi tulang
alveolar serta menutupi akar gigi sampai batas cementoenamel junction. Gingiva merupakan bagian
terluar dari jaringan periodontal. Area gingiva dimulai dari garis mukogingiva, menutupi tulang
alveolar bagian koronal, kemudian pada ujungnya mengelilingi serviks di setiap gigi. Pada bagian
palatal, tidak terdapat garis mukogingiva karena palatum keras dan tulang alveolar maksila diliputi oleh
mukosa mastikasi yang sama.
Gingiva tersusun dari jaringan ikat dan epitel berkeratin yang meluas dari tepi gingiva ke
pertemuan mukogingiva. Menurut Fedi, dkk.(2005) dan Newman, dkk., (2012), secara anatomis,
gingiva terdiri atas gingiva bebas (margin gingiva/free gingiva), gingiva cekat (attached gingiva),
gingiva interdental (interdental gingiva).
merupakan bagian yang mengelilingi leher gigi, tidak melekat secara langsung pada gigi dan
membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Bagian gingiva ini meluas dari tepi gingiva
hingga dasar sulkus. Gingiva bebas adalah batas tepi gingiva yang mengelilingi gigi, berbentuk
seperti kerah baju. Gingiva bebas dipisahkan dari gingiva cekat oleh depresi dangkal yang
membentuk garis yang disebut groove gingiva bebas (free gingival groove/marginal groove/
gingival groove). Lebar gingiva bebas biasanya sekitar 1 mm. Gingiva bebas tidak melekat
pada gigi, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva serta dapat dipisahkan dari
gigi dengan menggunakan alat. Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang sekeliling gigi
yang dibatasi oleh permukaan gigi dan epitel gingiva bebas. Sulkus gingiva merupakan
parameter diagnosis yang sangat penting. Pada kondisi normal, kedalaman sulkus gingiva
adalah 0 mm. Kondisi tersebut hanya dapat dijumpai secara eksperimental, pada hewan bebas
kuman atau setelah plak kontrol intensif berkepanjangan. Metode klinis yang digunakan untuk
mengukur kedalaman sulkus berupa instrument logam yang dinamakan probe periodontal.
Kedalaman histologis sulkus tidak sama persis dengan kedalaman penetrasi probe. Oleh karena
itu dikenal kedalaman probing (probing depth) dari sulkus gingiva normal yakni 2 - 3 mm.
2. Attached Gingiva
Gingiva cekat adalah perluasan gingiva bebas. Gingiva cekat konsistensinya tegas/ kaku,
teksturnya stippling seperti kulit jeruk, kenyal dan melekat erat pada tulang alveolar. Aspek
fasial gingiva cekat meluas dari groove gingiva sampai dengan mucogingival junction. Lebar
gingiva cekat merupakan parameter klinis yang penting karena merupakan jarak antara
mucogingival junction dan proyeksi bagian luar dari dasar sulkus atau poket periodontal. Lebar
gingiva cekat pada aspek fasial berbeda - beda pada setiap area. Umumnya gingiva cekat pada
regio incisal paling lebar ( 3,4 - 4,5 mm di maksila dan 3,3 - 3,9 mm di mandibula )
kemudian makin berkurang di segmen posterior, dengan lebar terkecil pada premolar pertama
(1,9 mm di maksila dan 1,8 mm di mandibula).Lebar gingiva cekat bertambah sesuai umur dan
juga pada gigi supraerupsi. Perubahan lebar gingiva cekat disebabkan oleh modifikasi posisi
ujung bagian koronal. Pada aspek lingual mandibula, gingiva cekat dimulai dari pertemuan
mukosa lingual alveolar yang berlanjut pada membran mukosa yang melapisi dasar mulut.
Pada permukaan palatal gingiva cekat di maksila tidak dapat diketahui batasnya dengan
mukosa palatal yang memiliki konsistensi yang sama.
3. Interdental gingiva
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gigi, yakni pada daerah
interproksimal di bawah kontak gigi. Gingiva interdental dapat berbentuk piramida atau col
(lembah). Perbedaan variasi anatomi interdental col pada gingiva normal (sisi kiri) dan gingiva
resesi (sisi kanan) tampak pada gambar 7A dan 7B regio anterior madibula, sisi fasial dan
bukolingual, serta gambar 7C dan 7D regio posterior mandibula sisi fasial dan bukolingual.
Bentuk gingiva interdental bergantung pada titik kontak di antara dua gigi yang bersebelahan
dan ada tidaknya resesi. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi yang bertetangga, maka
tidak dijumpai papila interdental.
Histologi gingiva
A. Epitel gingiva
a. Epitel gingiva
Epitel gingiva terdiri atas epitel gepeng berlapis (stratified squamous). Fungsi utama epitel adalah
melindungi struktur yang ada di bawahnya dan memungkinkan terjadinya perubahan selektif pada
lingkungan oral. secara morfologis dan fungsional, dapat dibedakan menjadi epitel rongga mulut, epitel
sulkus dan epitel junctional (junctional epithelium). Tipe sel utamanya, sebagaimana sel epitel gepeng
berlapis lainnya, adalah berkeratin. Sel lain yang ditemukan, ada juga yang tidak berkeratin yang
mengandung sel Langerhans, sel merkel dan melanosit.
b. Epitel oral
Epitel oral adalah adalah epitel yang melapisi lapisan luar margin gingiva dan permukaan gingiva
cekat. Rata-rata ketebalan epitel oral 0,2 hingga 0,3 mm. berkeratinisasi atau parakeratin, membalut
permukaan vestibular dan oral .
Epitel oral yang berkeratin terdiri atas empat lapisan sel, yaitu :
4. Stratum korneum
c. Epitel Sulkular
Epitel sulkular membentuk dinding sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan gigi. Epitel ini
merupakan epitel stratified squamous yang tipis, tidak berkeratin dan tanpa rete peg, meluas dari
batas koronal junctional epithelium hingga krista tepi gingiva. Epitel ini penting sekali karena bertindak
sebagai membrane semipermeabel yang dapat dilewati oleh produk bakteri menuju gingiva dan melalui
cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva .
d. .Junctional Epithelium
Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi. Epitel ini
merupakan epitel stratified squamous yang tidak berkeratin. Pada usia muda junctional epithelium
terdiri atas 3 - 4 lapis, namun dengan pertambahan usia lapisan junctional epithelium bertambah
menjadi 10 hingga 20 lapis. Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi dengan bantuan
lamina basal. Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi melalui lamina basal interna dan
melekat pada jaringan ikat gingiva melalui lamina basal externa. Lamina basal interna terdiri atas lamina
densa (melekat pada enamel) dan lamina lucida dimana hemidesmosome melekat. Hemidesmosome
memiliki peran penting dalam perlekatan epitel ke lamina basal pada struktur gigi .
Komponen mayor jaringan ikat gingiva adalah serat kolagen (60%), fibroblast (5%), pembuluh
darah, saraf dan matriks (sekitar 35%). Jaringan ikat gingiva dikenal juga dengan lamina propria dan
terdiri atas 2 lapisan, yaitu: lapisan papillari yang terletak di bawah epitel, yang terdiri atas proyeksi
papillari di antara retepeg epitel dan lapisan retikuler yang bersebelahan dengan periosteum tulang
alveolar di bawahnya .Jaringan ikat memiliki kompartemen selular dan aselular terdiri dari serat dan
substansi dasar. Substansi dasar mengisi ruang antara serat dengan sel, amorf, dan memiliki kandungan
air yang tinggi, terdiri dari proteoglycans, terutama asam hyaluronic dan kondroitin sulfat, dan
glikoprotein, terutama fibronectin . Serat jaringan gingiva terdiri atas tiga tipe, serat kolagen, serta
retikular, dan serat elastik. Kolagen tipe I membentuk inti lamina propria dan memberikan tensile
strength terhadap jaringan gingiva. Kolagen tipe IV bercabang di antara bundel kolagen tipe I dan
menyatu dengan serat-serat membran basah dan dinding pembuluh darah. Sistem serat elastik dibentuk
oleh serat-serat oksitalan, eluanin dan elastin yang tersebar di antara serat-serat kolagen
a. Serat-serat gingiva
Jaringan ikat gingiva bebas mengandung banyak kolagen Tipe 1 yang tersusun dalam sistem bundel
serat, yang dinamakan serat - serat gingiva.
2. Menimbulkan kekakuan pada gingiva bebas, sehingga tidak terkuak menjauhi gigi bila terkena
tekanan pengunyahan
3. Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva cekat yang berbatasan.
1. Serat Gingivodental
Merupakan serat yang terdapat pada permukaan fasial, lingual dan interproksimal, melekat pada
sementum di bawah epitel pada dasar sulkus gingiva. Pada pemukaan fasial dan lingual, serat ini
memanjang dari sementum dalam bentuk seperti kipas angin ke arah crest dan permukaan luar gingiva
bebas. Serat ini juga memanjang keluar menuju periosteum pada permukaan fasial dan lingual tulang
alveolar.
2. Serat Sirkular
Serat sirkular melewati jaringan ikat pada gingiva bebas dan interdental dan melingkari gigi seperti
cincin.
3. Serat Transeptal
Berlokasi di daerah interproksimal, serat transeptal membentuk ikatan horisontal yang meluas di
antara sementum pada aproksimal gigi.
b. Elemen Seluler
Elemen seluler utama pada jaringan ikat gingiva adalah fibroblas yang banyak dijumpai diantara
bundel serat. Fibroblas berfungsi mensintesa serat-serat kolagen dan serat- serat elastik glikoprotein
dan glikosaminoglikan pada substansi interseluler dan juga berperan dalam pengaturan degradasi
kolagen. Sel- sel inflamasi yang dijumpai pada jaringan ikat gingiva mencakup leukosit,
polimorfonukleus, limfosit dan sel plasma. Dalam kondisi normal sel - sel ini dijumpai dalam jumlah
yang sedikit. Dalam keadaan terinflamasi, sel - sel inflamasi dijumpai dalam jumlah yang banyak
dalam bentuk agregrat seluler padat yang menggantikan elemen fibrosa dalam jaringan ikat.
c. Suplai Darah
2. Pembuluh darah pada ligamen periodontal, yang meluas pada gingiva dan beranastomosis dengan
kapiler pada daerah sulkus
3. Arteriol, yang berasal dari puncak septum interdental, sejajar puncak tulang alveolar, bersatu dengan
pembuluh darah ligamen periodontal, kapiler daerah sulkus dan pembuluh darah menuju ke puncak
tulang alveolar.
B. Ligamentum Periodontal
Ligamen periodontal terdiri dari pembuluh darah yang kompleks dan jaringan ikat yang
dinding bagian dalam tulang alveolar. Ligamen ini bertemu dengan jaringan ikat di gingiva dan
berhubungan dengan sementum maupun ruang sumsum tulang melalui saluran pembuluh darah dalam
tulang sehingga ligamen periodontal juga berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada sementum, tulang
alveolar serta jaringan gingiva . Selain menjaga perlekatan gigi ke tulang alveolar dan struktur gingiva,
ligamen periodontal juga berfungsi sebagai shock absorber dan sarana transmisi daya oklusal ke tulang
alveolar serta memiliki lebar rata-rata sekitar 0,2 mm dan bervariasi. Pembuluh darah pada ligament
periodontal berasal dari tiga cabang, yaitu pembuluh darah apikal, pembuluh darah pada interproksimal
tulang alveolar, dan pembuluh darah dari gingiva.
a. Serat-Serat Periodontal
Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah serat utama, yang terdiri dari bundel serat
kolagen yang diproduksi oleh fibroblas dan merupakan protein yang tersusun dari berbagai asam amino
yang berbeda, terutama glycine, proline, hydroxylysine, dan hydroxyproline. Serat kolagen ini
merupakan serat utama dari ligamen periodontal yang masuk ke dalam sementum maupun tulang
alveolar yang dinamakan Serat Sharpey. Kolagen disintesis oleh fibroblas, kondroblas, osteoblas,
odontoblas, dan sel lain. Serat kolagen ligamen periodontal terdiri dari serat transeptal, serat puncak
alveolar, serat horizontal, serat oblique, serat apikal dan serat interradikuler.
Serat transeptal merupakan serat yang memperpanjang interproksimal puncak tulang alveolar dan
sementum gigi sebelahnya, serat ini berfungsi untuk mencegah hilangnya titik kontak. Serat alveolar
crest merupakan serat yang berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar dengan arah menuju
apikal dan berfungsi untuk mempertahankan gigi tetap di dalam soket dengan melawan tekanan yang
berasal dari koronal dan mencegah pergerakan gigi ke arah lateral . Serat horizontal terletak lebih ke
apikal dari serat alveolar crest dan berjalan tegak lurus dari sementum ke tulang alveolar. Serat
oblique merupakan kelompok serat terbesar, serat ini berjalan ke arah koronal dari gigi ke tulang
alveolar. Serat ini bertindak untuk melawan tekanantekanan yang berorientasi vertikal . Serat apikal
berada di daerah apikal dari soket. Serat ini menyebar tidak teratur di apikal gigi dan tidak akan
terbentuk jika perkembangan akar gigi tidak sempurna. Serat interradikuler ini menyebar dari sementum
ke tulang alveolar di daerah furkasi pada gigi berakar ganda
b. .Elemen Seluler
Elemen seluler ligamen periodontal dibagi menjadi empat tipe sel, yaitu sel jaringan ikat, sel epitel,
sel sistem imun, dan sel yang berhubungan dengan elemen neurovaskuler (Gambar 18). Sel jaringan
ikat meliputi fibroblas, sementoblas, dan osteoblas. Fibroblas merupakan sel yang paling banyak
terdapat di ligamen periodontal, sel ini mensintesis kolagen serta memfagositosis dan menghilangkan
kolagen yang sudah tua. Osteoblas dan sementoblas sama seperti osteoklas dan sementoklas terdapat di
area semental dan tulang pada ligamen periodontal. Sel epitel res malassez terdistribusi dekat dengan
sementum melalui ligamen periodontal dan terdapat paling banyak di daerah apikal dan servikal. Sel
ini mengalami degenerasi sesuai bertambahnya usia dan kemudian menghilang atau mengalami
kalsifikasi menjadi sementikel. Epitel ini dapat mengalami proliferasi ketika distimulus dan ikut andil
dalam pembentukan kista periapikal maupun kista lateral akar. Sel pertahanan atau sel imun, terdiri dari:
neutrofil, limfosit, makrofag, sel mast, dan eusinofil. Sel-sel pertahanan tersebut berhubungan dengan
elemen neurovaskuler.
c. Substansi dasar
Substansi dasar ligamen periodontal mengisi ruang antara serat-serat dan selsel, yang terdiri dari
dua komponen utama, yaitu glikosaminoglikan seperti asam hialuronik and proteoglycans, serta
glikoprotein seperti fibronektin dan laminin. Komponen-komponen ini juga memiliki kandungan air
yang tinggi sekitar 70%. Ligamen periodontal ini juga mengandung masa terkalsifikasi yang dinamakan
sementikel yang melekat di permukaan akar .
Fungsi dari ligamen periodontal meliputi fungsi fisik, formatif dan remodeling, serta fungsi nutrisi
dan sensoris.
1. Fungsi Fisik
Fungsi ini terdiri dari pembentukan dan resorpsi sementum serta tulang alveolar, menyalurkan tekanan
oklusal terhadap jaringan periodonsium, serta pada pemulihan luka. Sel yang berfungsi yaitu fibroblas,
dengan membentuk serat kolagen dan sel mesenkim yang akan mengaktifkan osteoblas dan sementoblas.
Ligamen periodontal mensuplai nutrisi ke sementum, tulang, dan gingiva melalui pembuluh darah serta
menyediakan drainase limfatik. Periodontal ligamen ini juga menerima suplai transmisi taktil, tekan,
dan sensasi rasa melalui serabut saraf sensoris trigeminal. Bundel saraf mencapai ligamen periodontal
dari periapikal dan tulang alveolar. Bundel saraf tersebut terdiri dari serat myelin tunggal dan berakhir
di salah satu dari keempat terminal saraf, yaitu: free endings yang memiliki konfigurasi tree-like
dan membawa sensasi nyeri, mekanoreseptor Ruffini-like terletak di daerah apikal, mekanoreseptor
corpus Meissners ditemukan di pertengahan akar dan spindlelike untuk tekanan dan getaran
dikelilingi oleh kapsul fibrosa dan terletak terutama di apex.
C. Sementum
Sementum adalah struktur terkalsfikasi yang menutupi akar anatomis gigi, terdiri atas matriks
terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen. Menurut Nanci dan Bosshardt (2006), sementum
merupakan jaringan keras avaskuler yang melapisi gigi dan membuat perlekatan dengan ligamenum
periodontal. Pada dasarnya ada dua jenis sementum berdasarkan ada atau tidak adanya sel - sel di
dalamnya dan asal kolagen dari matriks. Sementum terbentuk pada permukaan gigi yang berkontak
dengan ligamen periodontal atau serat gingiva. Sementum terdiri atas serat kolagen dan substansi dasar
interfibrial. Sementoblas membentuk organiks matriks yang dikenal dengan cementoid precementum.
Sementum terbentuk dari 45 - 50% materi inorganik (hydroxyapatite) dan 50 - 55% materi
organik dan air.
Komposisi ini membuat sementum sedikit lebih keras dari tulang. Lebar sementum bervariasi dari
16 hingga 60 µm pada seperdua akar dan lebih tebal pada sepertiga akar.
2. Mengkompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan proses pembentukan yang
terjadi terus menerus
b. Klasifikasi Sementum
Dua tipe utama sementum adalah aselular (primer) dan seluler (sekunder). Keduanya mengandung
matriks interfibrial yang terkalsifkasi dan fibril kolagen. Ada dua sumber serat kolagen yaitu serat
sharpeys (ekstrinsik) yang tertanam pada serat utama pada ligamen periodontal, dibentuk oleh fibroblast
dan serat yang berasal dari matriks sementum intrinsik yang dihasilkan oleh sementoblas. Sementoblas
juga membentuk komponen non kolagen pada substansi dasar interfibrial seperti proteoglikans,
glikoprotein dan phospoprotein.
Sementum aselular adalah yang pertama terbentuk dan menutupi sepertiga servikal atau setengah
akar dan tidak mengandung sel. Sementum ini terbentuk sebelum gigi mencapai dataran oklusal dan
ketebalannya bervariasi dari 30-230 µm. Serat sharpey meliputi hampir seluruh struktur sementum
aselular.
Sementum selular terbentuk setelah gigi mencapai dataran oklusal, bentuknya lebih irregular
daripada sementum aselular dan mengandung sel (sementosis) pada ruang individual (lakuna) dan
berinteraksi satu sama lain melalui sistem anastomosis kanalikuli. Sementum selular terkalsifikasi lebih
sedikit daripada tipe aselular. Serat sharpey memiliki bagian yang lebih sedikit daripada sementum
aselular dan terpisah dari serat lain yang tersusun paralel pada permukaan akar. Berdasarkan hal tersebut
sementum diklasifikasikan menjadi :
AAC tidak mengandung sel-sel ataupun serat kolagen ekstrinsik maupun intrinsik, berbeda dengan
substansi dasar. Sementum ini merupakan produk sementoblas dan terletak pada koronal dengan
ketebalan 1- 15 µm.
AEFC terbentuk hampir seluruhnya merupakan serat sharpey dan banyak sel. AEFC merupakan
produk fibroblas dan sementoblas ditemukan pada sepertiga akar, tetapi dapat pula meluas ke apikal
ketebalannya antara 30 dan 2.30 µm. Nanci dan Bosshardt (2006) menyebutkan bahwa AEFC ini dapat
ditemukan pada servikal gigi hingga setengah sampai dua pertiga dari akar. Sementum tipe ini
memiliki peranan penting dalam perlekatan gigi pada tulang alveolar.
CMSC terbentuk dari serat extrinsik (sharpey) dan bisa mengandung sel. Merupakan co-produk
fibroblas dan sementoblas, terdapat pada sepertiga apikal akar dan daerah furkasi. Ketebalannya
berkisar antara 100-1000 µm.
CIFC mengandung sel tanpa serat kolagen ekstrinsik. Terbentuk dari sementoblas, terdapat pada
lakuna yang resopsi. Sementum serat intrinsik seluler (sekunder sementum, sementum selular) terdapat
di bagian apikal sepertiga atau setengah dari akar dan di daerah furkasi.
5. Intermediate Cementum
Intermediate cementum adalah zona ill-defined di dekat cementodentinal junction pada gigi
tertentu yang terlihat mengandung sisa selubung hertwig’s tertanam pada substansi dasar yang
terkalsifikasi .
d. Komposisi Sementum
Komposisi sementum menyerupai tulang yang sebagian besar terdiri dari 50% mineral
(menggantikan apatit) dan 50% matriks organik. Kolagen tipe I merupakan komponen organik yang
dominan, yaitu sekitar 90 %. Kolagen lainnya yang terkait dengan sementum, yaitu Kolagen tipe III,
sedangkan kolagen lainnya, termasuk jenis V, VI, dan jenis XIV. Hampir semua noncollagenous protein
matriks diidentifikasi dalam sementum jugaditemukan dalam tulang. Ini termasuk sialoprotein tulang,
protein dentin matriks 1 (DMP-1), dentin sialoprotein, fibronektin, osteocalcin,
D. Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian dari mandibula dan tulang rahang atas yang membentuk
dukungan utama untuk struktur gigi. Tulang alveolar atau prosesus alveolaris yaitu bagian dari maksila
dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Processus ini terbentuk saat erupsi
gigi dan melekat dengan ligamen periodontal, serta akan menyusut secara bertahap setelah gigi hilang.
Prosesus alveolaris ini bersama - sama dengan akar, sementum dan membran periodontal selain
bertanggung jawab dalam perlekatan gigi, juga memiliki fungsi utama mendistribusikan dan menyerap
gaya yang dihasilkan dari proses mastikasi maupun kontak oklusal.
Processus ini terdiri dari tiga komponen yaitu tulang alveolar, tulang kompakta dan tulang
cancellous. Tulang alveolar meliputi tulang kortikal dan tulang alveolar proper atau yang sering dikenal
dengan cibriform plate, dinding alveolar, dan lamina dura. Tulang kompakta menyusun sebagian besar
soket bagian fasial atau palatal dan lingual, sedangkan tulang cancellous mengelilingi lamina dura di
bagian apikal, apikolingual, dan daerah interradikuler, serta banyak terdapat di maksila dibandingkan
mandibula. Tulang cancellous ini terdiri dari trabekulatrabekula. Dengan pola trabekula tersebut akan
sangat bervariasi tergantung pada gaya.
Ada atau tidaknya tulang alveolar merupakan suatu hasil akhir dari proses pembentukan dan
resorpsi tulang yang berlangsung seumur hidup. Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang
mengeluarkan matriks organik bernama osteosit. Sel - sel ini berlokasi di lakuna. Lakuna ini saling
berhubungan dan berkomunikasi melalui kanalikuli. Kanalikuli ini yang membentuk sistem
anastomosis menggunakan matriks interseluler dari tulang, kemudian membawa oksigen dan nutrisi
untuk osteosit melalui darah dan membuang sisa produk metabolit. Tulang terdiri dari bahan anorganik
sebanyak dua per tiga bagian, sedangkan sepertiganya terdiri dari bahan organik. Bahan anorganik
tersusun terutama dari mineral kalsium dan fosfat, selain itu juga terdapat hidroksil, karbonat, sitran
dan ion - ion lain seperti magnesium, sodium, dan fluorin. Matriks organik mengandung 90%
kolagen tipe I. Deposisi tulang oleh osteoblas seimbang dengan resorbsi oleh osteoklas selama proses
remodeling dan pembentukan jaringan baru.
Remodeling merupakan suatu keadaan baik berupa perubahan bentuk tulang, resistensi terhadap
tekanan atau gaya, perbaikan luka, serta homeostatis dari kalsium dan fosfat dalam tubuh. Proses ini
meliputi resorpsi dan formasi yang dipengaruhi oleh adanya faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal
terdiri dari keadaan fungsional masing - masing gigi dan usia yang mempengaruhi perubahan dalam sel
tulang, sedangkan faktor sistemik kemungkinan berkaitan erat dengan hormonal, seperti hormon
paratiroid, kalsitonin, atau vitamin D.
c. Dinding Soket
Dinding soket meliputi tulang tipis yang menyusun sistem harvesian dan bundel tulang. Bundel
tulang ini berdampingan dengan ligamen periodontal yang mengandung banyak serat sharpey. Pada
embrio dan bayi yang baru lahir, cavitas pada semua tulang diisi oleh sumsum darah merah yang
kemudian secara bertahap berubah kekuningan dan menjadi tidak aktif. Pada orang dewasa, sumsum
darah merah hanya ditemukan di tulang rusuk, dada, tulang belakang, tengkorak, serta tulang kering.
Sumsum tulang ini kadang ditemukan pada rahang dan biasanya bersamaan dengan resorpsi dari
trabekula tulang. Lokasi yang biasanya dijumpai kehadiran sumsum tulang ini yaitu tuberositas maksila,
daerah molar dan premolar maksila maupun mandibula, simfisis dan sudut ramus mandibula dengan
tampilan secara radiografi terlihat adanya zona radiolusen.
Semua permukaan tulang, tertutupi oleh jaringan ikat dengan permukaan luar disebut periosteum
dan permukaan dalam dilapisi oleh endosteum. Lapisan dalam periosteum tersusun dari osteoblas yang
dikelilingi oleh sel osteoprogenitor, sedangkan lapisan luarnya tersusun dari serat kolagen dan
fibroblas serta kaya akan pembuluh darah dan nervus. Bundel dari serat kolagen periosteal masuk ke
tulang dan membentuk ikatan antara periosteum dengan tulang. Endosteum tersusun dari selapis
osteoblas dan kadang sejumlah kecil jaringan ikat. Lapisan dalam merupakan lapisan.
e. Septum Interdental
Septum interdental ini terdiri dari tulang cancellous dan cortical plates. Jika ruang interdental
sempit, maka septum ini hanya berisi lamina dura. Bahkan pada kondisi akar-akar yang sangat
berdekatan, maka akan terlihat tampilan seperti jendela yang irreguler di tulang pada akar-akar gigi
yang bersebelahan. Jarak antara puncak tulang alveolar dengan CEJ pada dewasa muda bervariasi
antara 0,75 sampai 1,49 mm dengan rata-rata 1,08 mm dan jarak ini akan meningkat sesuai
bertambahnya usia sampai rata-rata sebesar 2,81 mm.
Fenestrasi itu sendiri merupakan keadaan permukaan akar hampir terlihat secara klinis karena
hanya dilapisi periosteum dan lapisan tipis gingiva, sedangkan dehisensi merupakan keadaan fenestrasi
yang meluas sampai tulang marginal. Menurut Fedi,dkk. ( 2005), dehisensi merupakan kehilangan
tulang berbentuk celah pada plat kortikal tulang alveolar dan menyebabkan terbukanya permukaan akar.
Fenestrasi adalah cacat berupa lubang di plat kortikal, sehingga permukaan akar fasial dan lingual
terlihat. Kelainan ini biasanya terjadi pada sekitar 20% dari semua gigi. Dehiscences lebih umum
pada mandibula, sedangkan fenestrasi lebih sering terjadi pada maksila.