Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI PENELITIAN

REVIEW JURNAL

“HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENJAHIT
SEKTOR USAHA INFORMAL DI KOMPLEKS GEDUNG
PRESIDENT PASAR 45 KOTA MANADO”

DOSEN :
DWI

SEPTIAWATI, S. KM., M. KM

DISUSUN OLEH : HIMAYATUL FARIDA (10011181621042)

KELAS : 4 C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018
A. DESKRIPSI SINGKAT

Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada


retina selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan. Kelelahan mata dapat terjadi apabila ada gangguan yang dialami
mata karena otot – ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus
melihat obyek dekat dalam jangka waktu yang lama.

Judul Jurnal HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS


PENCAHAYAAN DENGAN
KELELAHAN MATA PADA
PEKERJA PENJAHIT SEKTOR
USAHA INFORMAL DI KOMPLEKS
GEDUNG PRESIDENT PASAR 45
KOTA MANADO

Oleh Tifani Natalia Puha, Joy Rattu, Paul


Kawatu dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado

Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara intensitas


pencahayaan dengan kelelahan mata di
kompleks Gedung President Pasar 45
kota Manado

Waktu Penelitian Pada bulan April sampai Oktober 2014

Tempat Penelitian Kompleks Gedung President Pasar 45


kota Manado, Sulawesi Utara, Provinsi
Sulawesi Utara, terbagi menjadi 11
lokasi penelitian

Desain Penelitian Menggunakan desain penelitian cross


sectional (potong lintang)

Uji Statistik Menggunakan uji Chi Square, pada


tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05

Alat Ukur Luxmeter dan Flicker Fussion


Frequency

1
Populasi  Seluruh pekerja penjahit di lantai
bawah Gedung President Pasar 45.

 Total populasi adalah 67 dan


sampel penelitian sebanyak 42
orang

 Pengambilan sampel dilakukan


dengan metode total sampling

Karakteristik Responden

a. Jumlah  Jumlah tenaga kerja laki – laki 26


orang (61,9%)

 Jumlah tenaga kerja perempuan


berjumlah 16 orang (38,1%)
b. Umur  Umur 31-35 tahun sebanyak 10
orang (23,8%), merupakan
kelompok umur dengan jumlah
terbanyak

 Umur 20-25 tahun 1 orang (2,4%),


merupakan kelompok umur dengan
jumlah paling sedikit
c. Tingkat Pendidikan
 SMA/SMK sebanyak 9 orang
(69,0%), merupakan tingkat
pendidikan dengan jumlah
terbanyak

 SD dan Perguruan Tinggi, masing-


masing 2 orang (4,8%), merupakan
tingkat pendidikan dengan jumlah
paling sedikit

d. Masa Kerja  11-15 tahun yaitu 12 orang


(28,5%), merupakan masa kerja
terbanyak

 ≥21 Tahun berjumlah 2 orang


(4,8%), merupakan masa kerja
paling sedikit

2
B. HASIL PENELITIAN

Pencahayaan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan


berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan saraf para pekerja
yang pencahayaan tempat kerjanya tidak memadai atau tidak sesuai standar.
Pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan dapat mengakibatkan
gangguan antara lain kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan
efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala di sekitar mata, kerusakan indra mata dll. Pengaruh kelelahan pada
mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk
kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak tingkat. Berikut hasil
penelitian jurnal:

Ket:
Kurang memadai:
≤ 300 Lux

Memadai: ˃300
Lux

KESIMPULAN

1. Intensitas pencahayaan di kompleks gedung President pasar 45 Kota


Manado memiliki kategori pencahayaan tertinggi adalah kategori dengan
pencahayaan ≤ 300 Lux yaitu kurang memadai yang berjumlah 8 lokasi
(72,73 %), dan kategori pencahayaan terendah yaitu ˃ 300 Lux yaitu
memadai yang berjumlah 3 lokasi (27,27 %).

2. Tingkat kelelahan mata yang dialami oleh para pekerja penjahit di


kompleks gedung President pasar 45 kota Manado adalah kelelahan mata

3
ringan sebanyak 30 orang (71,43%) dan pekerja yang memiliki tingkat
kelelahan mata berat berjumlah 12 orang (28,57%).

3. Hasil uji Chi Square untuk intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata
mempunyai nilai yaitu p value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata
pada pekerja penjahit sektor usaha informal di kompleks gedung President
pasar 45 kota Manado.

C. REVIEW KEKURANGAN

Adanya jurnal ini sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan terkhusus


bagi mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, karena jurnal ini
menyangkut tentang K3, salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dari jurnal ini kita dapat mengetahui bahwasanya terdapat hubungan antara
intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada penjahit. Terdapat
beberapa kekurangan dari jurnal ini namun sama sekali tidak mengurangi
kebermanfaatan jurnal ini bagi dunia pendidikan, tetapi diharapkan mampu
membuat jurnal tersebut kebih baik kedepannya, antara lain:

 Pada jurnal tersebut, penelitian dilakukan di Kompleks Gedung President


Pasar 45 Kota Manado, terbagi menjadi 11 titik lokasi. Tetapi peneliti
tidak secara jelas mendeskripsikan karakteristik dan kondisi tempat kerja
responden (ruang menjahit) tersebut. Bagaimana kondisi ruang menjahit
(atap rendah, ruangan yang padat, atau luas). Bagaimana kondisi lampu
(berdebu atau tidak). Apakah jumlah lampu sudah memenuhi standar
untuk menerangi ruang menjahit dengan karakteristik seperti itu. Dengan
adanya penjabaran karakteristik tempat (ruang menjahit), pembaca
mendapat informasi dan gambaran bahwasanya ruang menjahit dengan
karakteristik-karakteristik yang telah peneliti jabarkan dapat
menyebabkan pekerjanya mengalami kelelahan mata. Sehingga pembaca
mampu mengira-ngira faktor yang mungkin saja dapat menyebabkan
kelelahan mata pada pekerja yaitu misalkan lampu yang sedikit sehingga

4
tidak sesuai dengan ruangan yang luas atau lebar, atau lampu yang sudah
berdebu sehingga pancaran cahaya lampu tidak sempuna atau daya dari
lampu tersebut rendah sehingga walaupun ruang jahit tersebut berupa
ruang kecil tetap saja pencahayaannya kurang memadai. Walaupun
penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata di kompleks Gedung
President Pasar 45 kota Manado, tetapi dengan adanya penjabaran
karakteristik tempat, pembaca mampu menduga faktor penyebab yang
mungkin saja dapat menyebabkan kelelahan mata pada pekerja. Dan
pembaca dapat mengaplikasikannya dalam lingkup kerjanya atau rumah.

 Dari hasil penelitian diketahui peneliti menggunakan dua alat ukur yaitu
Luxmeter dan Flicker Fussion Frequency. Luxmeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dalam satuan lux.
Sedangkan Flicker Fussion Frequency alat yang digunakan untuk
mengukur/menilai tingkat kelelahan. Namun metodologi penelitian yang
ditulis peneliti belum lengkap. Hanya sebatas desain penelitian yang
digunakan, lokasi, waktu, populasi dan sampel. Tidak menjabarkan
bagaimana kedua alat ukur tersebut digunakan pada 11 titik lokasi
penelitian.

 Peneliti menggunakan standar pencahayaan sebesar 300 lux. Yang mana ≤


300 Lux artinya pencahayaan kurang memadai sedangkan ˃300 Lux
artinya memadai (bisa dilihat pada Tabel 7). Tetapi peneliti tidak
mencantumkan standar apa yang ia gunakan dalam penelitian ini. Apakah
menurut Standar Nasional Indonesja (sni-03-6197-2000 tentang
pencahayaan), apakah menurut Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7
Tahun 1964 (tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja), atau menurut Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002. Karena untuk standar 300 lux
untuk suatu ruang, ketiga standar ini berbeda satu sama lain. Apabila
tercantum, akan menambah wawasan pembaca tentang macam-macam

5
standar dalam pencahayaan di tempat kerja. Dan referensi bagi tempat
kerja pembaca atau di lingkup rumah.

 Peneliti menggunakan alat ukur Flicker Fussion Frequency untuk


mengukur tingkat kelelahan mata pada responden. Pada jurnal tersebut
peneliti menggunakan standar ≤ 35 Hz sebagai kategori kelelahan mata
ringan, sedangkan ˃35 Hz kategori berat (bisa dilihat pada tabel 8). Di
Indonesia sendiri alat ukur ini masih belum familiar. Masih sedikit sekali
referensi bagaimana cara kerja alat ini dan bagaimana menggunakannya.
Di Indonesia belum ada standar kelelahan mata menggunakan alat ukur
ini pada tempat kerja. Bagi saya sendiri, saya mendapat informasi baru
bahwa ada alat Flicker Fussion Frequency yang digunakan untuk
mengukur tingkat kelelahan mata. Saya masih penasaran bagaimana
peneliti menggunakan alat ini dan standar yang ia pakai mengapa 35 Hz?
Saya mencoba mencari referensi dari internet dan sangat sedikit sekali
yang membahas tentang alat ini. Seandainya peneliti mencantumkan
informasi sedikit lebih banyak mengenai alat ini dan referensi yang ia
gunakan akan sangat bermanfaat sekali. Dan dapat membantu pembaca
menemukan referensi mengenai alat ukur Flicker Fussion Frequency
tersebut.

 Tidak ada pembahasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian pada Tabel 9
(Analisis Hubungan antara Intensitas Pencahayaan dengan Tingkat
Kelelahan Mata Pada Responden), baik di subpoin hasil penelitian
pembahasan ataupun pada kesimpulan. Tidak seperti Tabel 7 dan Tabel 8
yang diberi penjelasan pada hasil pembahasan dan kesimpulan. Dan untuk
Tabel 9, mengapa responden yang mengalami kelelahan mata ringan
justru lebih banyak pada ruang kerja yang intensitas pencahayaannya
memadai yaitu sebanyak 20 orang? Sedangkan untuk ruang yang
pencahayaannya tidak memadai justru lebih sedikit yaitu 10 orang?
Peneliti tidak menjabarkan pembahasan tabel ini.

6
7

Anda mungkin juga menyukai