Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan, untuk membedakan antara stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
2. Angiography, untuk melihat gambaran pembuluh darah yang patologi
3. EEG, untuk melihat area yang spesifik dari lesi otak
4. MRI, untuk mengetahui adanya perdarahan
5. Brainplan, untuk mengetahui adanya infark hemoragik, hematom, dan malformasi dari
arteri dan vena
6. Dopler ultrasonography, untuk mengetahui gambaran dan kecepatan aliran darah yang
melalui pembuluh darah
7. Skull Rontgenogram, untuk mengetahui klasifikasi intrakraanial (Hernanta, 2013)
Kraniotomi
Definisi
Kraniotomi adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan
akses pada struktur intrakraanial. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor,
mengurangi Tekanan Intrakraanial (TIK), mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol
hemoragik (brunner and Suddarth, 2013)
Prosedur
1. Pra operasi
Sebagian atau seluruh rambut akan dicukur gundul untuk mengurangi resiko infeksi, on
infus, terapi medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pasca
operasi, (steroid) untuk mengurangi edema serebral, cairan dibatasi, manitol dan
diuretik via IV pada pasien dengan disfungsi intrakraanial, antibiotik bila serebral
sempat terkontaminasi atau diazepam untuk mengurangi kejang.
2. Proses operasi
Dimulai dengan menyayat kulit kepala lalu dijepit dan ditarik kemudian tulang
tengkorak dibor lalu dipotong dan diangkat. Kemudian dokter mengakses bagian
dengan kerusakan dengam memperbaiki atau bahkan diangkat. Setelah selesai tulang
diletakan kembali dengan jahitan, kawat atau staples bedah.
3. Pasca operasi
Jalur arteri dan tekanan vena sentral dipasang untuk memantau tekanan darah, dan
mengukur CVP (central venous pressure) dan terapi O2, pemberian manitol untuk
mengurangi edema serebral, cairan ini di eskresikan melalui diuresis osmotik,
dexamentasone IV setiap 6 jam selama 24-72 jam, dosis dikurangi secara bertahap,
asitaminofen diberikan untuk nyeri, antikonvulsan untuk resti epilepsi, kateter ventrikel
atau beberapa drainase sering dipasang pada pasien tumor tossa posterior untuk
memantau tekanan intrakraanial.
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasca bedah intrakraanial atau kraniotomi
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatakan tekanan intrakraanial
2. Infeksi
3. Kejang
4. Edema pulmonal
5. Perdarahan dan syok hipovolemi
6. Dedisit neurologis
7. Kegagalan pernafasan (brunner and Suddarth, 2013)
Penyakit yang Dapat Diatasi dengan Kraniotomi
1. Cedera kepala
Cedera kepala berat, tergolong kondisi mengancam nyawa yang harus segera ditangani
di rumah sakit. Dokter akan memeriksa gejala yang timbul untuk menentukan tingkat
keparahan. Kondisi ini dapat diiringi dengan cedera pada jaringan otak, atau perdarahan
di otak, sehingga membutuhkan kraniotomi.

2. Perdarahan otak
Pada kondisi perdarahan otak, kraniotomi dapat dilakukan untuk mengatasi
perdarahan dan mengangkat gumpalan darah.
3. Stroke
Pada penyakit stroke dengan perdarahan di dalam rongga kepala, operasi kraniotomi
bisa dilakukan untuk menghentikan dan menangani perdarahan
4. Tumor otak
Pada tumor otak, operasi ini dibutuhkan sebagai langkah untuk mengangkat tumor
yang menyebabkan gangguan fungsi otak.
5. Abses otak
Kraniotomi dibutuhkan pada abses otak, ketika cara pengobatan lain telah dilakukan
namun tidak memberikan hasil yang baik, untuk membantu mengeluarkan nanah dari
abses atau sumber infeksi.
6. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi karena adanya penumpukan cairan di rongga (ventrikel) dalam
otak. Kelebihan cairan ini meningkatkan ukuran ventrikel dan memberi tekanan pada
otak. Kraniotomi dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan tersebut

Daftar Pustaka
Hernanta, Iyan. 2013. Ilmj Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains. Yogyakarta : D-Medika
Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai