Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Aliran Debris

2.1.1 Pengertian Aliran Debris

Debris flow atau aliran lumpur adalah pergerakan material sedimen gravitasi yang dilumasi
oleh air di dalam ruangan antarbutir. Debris flow terjadi ketika massa sedimen yang tersortasi
buruk, terganggu dan terjenuhkan oleh air, menyeruak menuruni lereng sebagai respon terhadap
gaya gravitasi. Aliran ini terdiri atas partikel lempung dan pasir halus yang membentuk lumpur
yang memiliki kekentalan yang dapat mengangkut material kasar. Fluida memiliki properti fisik
yang dijabarkan dalam yield-strength model. Sifat aliran ini adalah memiliki plug ketika gaya
geser rendah; bagian depan mulai dengan rolling (biasanya disebut sebagai caterpillar motion);
deposit terpusatkan di ‘cake’ dinding samping. Karakteristik deposit debris flow adalah reverse
grading.

Aliran debris adalah suatu fenomena dari gerakan sedimen yang berada di tebing gunung
atau pada lembah dengan kemiringan lebih dari 15° dan disebabkan oleh hujan di daerah torrent
atau akibat salju. Aliran air yang bercampur batu, tanah, pasir dan batang kayu mengalir dengan
kecepatan tinggi dan mempunyai daya rusak yang besar. Bencana aliran debris sangat
berbahaya dapat merusak rumah, sawah, jalan dan bangunan lain bahkan menghilangkan jiwa
manusia. Meskipun berbagai cara komputer telah diterapkan pada penelitian gerakan tanah,
pada saat ini belum dapat diperoleh cara setepat-tepatnya yang dapat memenuhi persyaratan
untuk keperluan pelaksanaan bangunan teknik. Untuk lingkungan yang lebih longgar, pada
asasnya masalah peramalan gerakan tanah didekati dengan memanfaatkan gagasan. Gerakan
tanah paling sedikit dikuasai oleh lima peubah/variabel, yaitu antara lain: batuan, lereng,
penggunaan lahan, curah hujan dan gempa.

2.1.2 Sumber Aliran Debris

1. Hujan yang deras

Pada waktu musim hujan dengan hujan yang deras di daerah hulu, akan terjadi pula aliran
yang besar dan akan membawa atau mengangkut rombakan dari longsoran tersebut ke daerah
yang lebih rendah/hilirnya. Yang patut diwaspadai pada kondisi ini adalah apabila musim hujan,
curah hujan 70 mm/jam, jika ada gejala-gejala seperti : hujan turun, tetapi air sungai surut dan
ada beberapa batang pohon dan kayu yang hanyut di sungai.

2. Longsoran

Terjadinya longsoran-longsoran pada tebing yang terjal (misalnya tebing-tebing sungai


yang terjal), sehingga terjadi pembendungan pada sungai, yang merupakan kolam/empang.
Akibat hujan, tekanan air terus bertambah, maka akan mengakibatkan terjadinya limpas atau
bobol, bila pembendungan tersebut tidak kuat menahan air (tekanan air), sehingga terjadi banjir
bersama-sama rombakan tersebut.

3. Letusan gunung berapi

Indonesia terletak pada deretan zona vulkanik aktif Trans Asiatik dan Sirkum Pasifik yang
merupakan sumber bencana alam aliran debris. Adanya aktivitas gunung berapi menyebabkan
timbunan bebatuan dan tanah di atas gunung menjadi runtuh dan akan terus turun bersama air
hujan melalui aliran sungai dan menjadi aliran debris. Terjadinya letusan gunung api, magma
yang keluar dari kepundan/kawahnya merupakan rombakan batuan-batuan, sehingga terjadi
akumulasi rombakan di daerah hulu. Bila terjadi hujan di daerah timbunan atau sebelah hulunya
dan tergantung besar kecilnya curah hujan tersebut, maka akan terjadi proses gerakan
debris/rombakan.

4. Gempa bumi

Gempa bumi dapat disebabkan oleh kegiatan gunung api dan gerakan patahan bumi.
Adanya gempa bumi menyebabkan tanah bergetar, sehingga timbunan bebatuan dan tanah di
atas gunung menjadi runtuh dan akan terus turun bersama air hujan melalui aliran sungai dan
menjadi aliran debris.

2.1.3 Proses Kejadian Aliran Debris

Aliran debris disebabkan oleh pengaliran air yang berlangsung pada permukaan lapisan
endapan pada dasar sungai, dengan memakai persamaan stabilitas pada kemiringan dasar
sungai sembarang,

2.2 Turbidity Current

Turbidit adalah suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbid (turbidity
current), sedangkan arus turbid itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen
dan mengalir pada dasar tubuh cairan, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada
cairan tersebut.(Keunen dan Migliorini, 1950).

2.2.1 Ciri-ciri endapan Turbidit :

Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat dijadikan sebagai
ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya berdasarkan suatu sifat
tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk mengatakan bahwa suatu endapan adalah
endapan turbidit. Hal ini mengingat bahwa banyak struktur sedimen tersebut, yang juga
berkembang pada sedimen yang bukan turbidit (Keunen, 1964). Karakteristik endapan turbidit
pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar berdassarkan litologi dan
struktur sedimen, yaitu :

1. Karakteristik Litologi

 Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar dengan
batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa milimeter sampai
beberapa puluh centimeter. Umumnya perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas
dan bawah lapisan datar, tanpa adanya penggerusan (scouring).

 Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-
mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung.
Kadang-kadang dijumpai adanya fosil rework, yang menunjukan lingkungan laut
dangkal.

 Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.

 Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.

 Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan
proses pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan sejajar,
perlapisan bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.

 Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun
fluvial, antara lain pengerukan, silang siur, dll.

 Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat
suplai terjadi. Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit.
Dalam hal ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda
dari

2. Karakteristik Struktur sedimen Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan
turbidit salah satu ciri yang penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme
pengendapan arus turbid memberikan karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi
struktur sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly
(1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses
pembentukannya :

 Struktur Sedimen Pre-Depositional Merupakan struktur sedimen yang terjadi


sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan dengan proses erosi oleh bagian
kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas
antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute
cast, groove cast.

 Struktur Sedimen Syn-Depositional Struktur yang terbentuk bersamaan dengan


pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu
endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah
perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.

 Struktur Sedimen Post-Derpositional Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi


pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah
satunya struktur pembebanan.

Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan


struktur stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :

 Bedding dan lamination

 Bedforms

 Cross lamination

 Irregular stratification

Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :

 Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi

 Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi

 Struktur yang terjadi karena erosi

 Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic Umumnya struktur sedimen yang
ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen yang terbentuk karena
proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan suspensi dan
arus.

Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma
Sequence, dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan
antara batupasir dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana
setiap satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence yang
lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke interval berikutnya dapat secara
tajam, berangsur, atau semu, yaitu :

a. Gradded Interval (Ta) Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-
urutan ini, bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan
ini menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah
baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.

b. Lower Interval of Parallel Lamination (Tb) Merupakan perselingan antara batupasir


dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval dibawahnya umumnya secara
berangsur.

c. Interval of Current Ripple Lamination (Tc) Merupakan struktur perlapisan bergelombang


dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20 cm, mempunyai besar butir yang lebih
halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).

d. Upper Interval of Parallel Lamination (Td) Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar
dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan. Interval paralel laminasi bagian atas,
tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung, kadang-kadang lempung
pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.

e. Pelitic Interval (Te) Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan
struktur yang jelas ke arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin
halus, cangkang foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di
bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung
napalan atau yang disebut lempung pelagik.

Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda (gb.2.5). Pada
dasarnya endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang lengkap dan setelah
pengendapan material yang kasar kecepatan berkurang dan pada saat tertentu dimana kecepatan
sangat rendah mulai terbentuk laminasi interval (Tbe = T2). Proses berkurangnya kecepatan
dan ukuran butir sedimen berjalan terus selama pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian
(Tc=T3), (Td-e=T4) dan (Te=T5). Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan
turbidit dapat dibagi menjadi 3 fasies, yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal
merupakan endapan turbidit yang pengendapannya relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak
mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh adanya perselingan yang teratur antara
batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan lapisan serpihnya lebih tebal.
Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut turbidit proximal, biasanya
berbutir kasar, kadang kadang konglomeratan dan sedikit serpih.

2.2.2 Mekanisme Pembentukan Endapan Turbidit

Middleton (1967) menyatakan bahwa arus turbid merupakan salah satu tipe dari arus
kerapatan (density current), dimana arus bergerak secara gaya berat, karena adanya perbedaan
kerapatan antara arus dengan cairan di sekeliingnya, yang disebabkan oleh adanya dispersi
sedimen pada suatu tempat (misalnya : muara sungai atau delta), dimana sedimen banyak
terakumulasi karena adanya faktor pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami,dll, mulai
bergerak dan meluncur secara tiba-tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen tersebut mulai
meluncur ke bawah akan membentuk slump. Slump tersebut bergerak perlahan-lahan dan
berangsur-angsur menjadi lebih cepat disebabkan adanya pengurangan viskositas. Selanjutnya
massa sedimen akan bergerak sampai pada lereng yang curam, maka terjadilah kenaikan
kecepatan dan pergerakan selanjutnya berubah menjadi arus turbid, sehingga butiran kasar akan
terkonsentrasi pada bagian kepala arus, sedangkan yang lebih hglus di bagian ekor. Karena
pengaruh gravitasi maka arus turbid akan bergerak ke bawah mengikuti ngarai di bawah
samudera. Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang
karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam kondisi
seperti ini maka bagian kepala dari arus akan mengerosi lapisan dibawahnya membentuk
struktur sedimen scour mark. Sesuai dengan sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan
terjadi sekaligus, sehingga sedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat
buruk. Dalam hal ini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus
turbid, sedangkan material halus akan terperangkap bersama-sama. Endapan yang pertama
terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun. Selanjutnya arus akan semakin
lemah dan sedimen yang halus akan diendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka
akan terjadi pengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang menunjukan kondisi
lingkungan bernergi rendah.

Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan


benturan atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang relatif tenang (stagnant
water). Massa sedimen bisa saja tidak tercampur air secara baik sehingga mengakibatkan massa
sedimen tersebut terlalu encer untuk melengser dan membentuk arus turbid. Sedimen yang
berbutir kasar tidak menempati bagian kepala dan apabila terendapkan massa sedimen kasar
akan membentuk fluxoturbidite yaitu endapan antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk,
1959).
Menurut Koesoemadinata (1972) pengendapan arus turbid merupakan suatu keadaan
massa teronggok pada lereng benua, yang secara tiba-tiba dapat meluncur dengan kecepatan
tinggi bercampur dengan air, yang merupakan suatu aliran menuju laut dalam. Disini partikel-
partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan /seretan air, melainkan oleh energi inersia,
dimana energi potensial diubah menjadi energi kinetik, kemudian pengendapan terjadi segera
setelah energi kinetik habis.

Middleton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sedimen gravity flow untuk
menerangkan mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar lainnya dalam
lingkungan laut dalam melalui pematang bawah samudra (submarine canyons). Dalam hal ini
istilah sedimen gravity flow, digunakan secara umum untuk aliran sedimen atau campuran
sedimen fluida dibawah pengaruh gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan
jaraknya dari sumber, sedimen gravity flow dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaittu :

 Aliran turbid (turbidity current), dimana butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-
masing butir didukung oleh fluida (telah terinduksi menjadi turbulen).
 Aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow), butir yang lepas di dukung
oleh cairan yang diperas ke atas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.
 Aliran butir (grain flow), dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir masih sering
bersentuhan.
 Aliran debris (debris flow), dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matriks (massa
dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai
kekuatan. Jika butir-butir ini masih mempunyai kekuatan dan relatif merupakan massa
dan terdapat kohesi antara butir, maka hal ini disebut slump (lengseran), sehingga masih
bersifat plastis.
2.2.3 Erosi Di Dalam Rangkaian Turbidit

Struktur sedimen di atas dasar turbidit adalah hal umum. Aliran turbulen yang kuat
menggerus hingga ke sedimen yang mendasarinya ketika aliran ini melintas di atasnya dan
menghasilkan flute mark dan groove dan fitur erosi lainnya

Gambar 2. Erosi dalam Turbid

Fitur ini petunjuk paleocurrent yang berguna di dalam endapan turbidit. Penggerusan
mungkin cukup kuat untuk memindahkan keseluruhan bagian atas lapisan yang terendapkan
sebelumnya, khususnya di bagian aliran yang lebih proximal dimana energi turbulennya
merupakan yang tertinggi. Oleh karena itu kemungkinan ketiadaan divisi ‘d’ dan ‘e’ karena
erosi ini. Sedimen yang tererosi mungkin tertransportasikan menjadi endapan yang menutupi
sebagai klastik lumpur.

2.2.4 Waktu Dan Arus Turbidit

Arus turbidit adalah peristiwa aliran individual. Arus ini terjadi dengan periode waktu
geologi yang sangat pendek, dengan hampir semua pengendapan terjadi dalam beberpa jam
sampai beberapa hari. Faktanya, dalam konteks waktu geologi endapan turbidit berlangsung
sejenak. Waktu yang diperlukan untuk lapisan tipis dari sedimen suspensi agar terendapkan di
bagian teratas turbidit berlangsung lebih lama (bulanan hingga ratusan tahun).

Anda mungkin juga menyukai