Anda di halaman 1dari 19

pedoman

penyusunan tesis

program magister arsitektur

Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2007
daftar isi

Umum....................................................................................... 1

Tujuan...................................................................................... 1

Metode Penulisan Tesis.......................................................... 2

Muatan Umum Tesis .............................................................. 5

Prosedur Teknis Penulisan dan Pembimbingan .................... 8

Evaluasi.................................................................................. 11

Bacaan Umum........................................................................ 17

Disusun oleh:

Yandi Andri Yatmo


Paramita Atmodiwirjo
Ellisa Evawani
Kemas Ridwan Kurniawan
UMUM

Bobot : 8 SKS
Tingkat Pendidikan : Magister
Prasyarat : Telah lulus mata ajaran Metode Perancangan Lanjut
dan Penelitian serta telah mengikuti Seminar

Tesis merupakan salah satu mata kuliah wajib dan persyaratan mutlak bagi
kelulusan mahasiswa Program Magister Arsitektur di Departemen Arsitektur
Universitas Indonesia. Di akhir mata ajaran ini mahasiswa akan
menghasilkan sebuah tesis merupakan sebuah pemikiran yang
menghasilkan ‘state of the arts’ dan memungkinkan untuk menghasilkan
tesis lainnya, serta merefleksikan suatu kedalaman pemikiran pada tingkat
‘mastery’ (penguasaan) terhadap displin ilmu arsitektur.

Tesis mengungkapkan ide utama dari sebuah hasil riset


(pencarian/penelitian) yang didasarkan pada kegiatan (moda) tertentu untuk
meletakkan suatu posisi mendasar, sikap dan otoritas pandangan yang
merupakan hasil dari suatu olah pikir dalam proses analisis dan sintesis.
Tesis dalam bidang arsitektur dapat berupa tesis akademik dan tesis
desain. Tesis akademik merupakan upaya untuk mengungkapkan fakta,
sementara tesis desain merupakan upaya untuk mengubah fakta.

Kegiatan penulisan tesis pada hakekatnya merupakan serangkaian proses


inkuiri ilmiah (scientific inquiries) mulai dari mengidentifikasi pertanyaan
sampai dengan menemukan jawabannya melalui investigasi. Kegiatan
penyusunan tesis melibatkan serangkaian analisis yang merupakan
perumusan ide dalam bentuk semiotika ilmiah (melalui istilah, tanda dll)
serta perumusan argumen/tesis berdasarkan perunutan, deduksi/derivasi,
reduksi dalam serangkaian pernyataan dari hasil investigasi.

TUJUAN

Kegiatan penyusunan tesis bertujuan agar mahasiswa:

1. Mampu mengidentifikasi, mempelajari dan mengkomunikasikan isu-isu


dalam suatu area kajian khusus yang berkaitan dengan arsitektur.

2. Mampu mengembangkan keahlian lebih lanjut dalam hal membaca,


meriset dan menulis sebuah tesis.

1
3. Mampu mengembangkan sebuah pemahaman riset sebagai sebuah
kegiatan yang menuntut pemikiran dan penalaran yang runut dan
sistematis, melibatkan kreativitas dan dapat bersifat inventif.

4. Mampu mengembangkan sebuah pemahaman kritis terhadap berbagai


isu dalam arsitektur.

Khusus untuk tesis desain, terdapat tujuan tambahan yaitu:

5. Meningkatkan mutu praktek perancangan melalui informasi pengetahuan


yang relevan dengan masalah perancangan yang diselesaikan.

METODE PENYUSUNAN TESIS

Kegiatan riset dalam penyusunan tesis diawali dengan proses deduksi dari
riset literatur dari berbagai sumber yang relevan dalam upaya
pengungkapan fenomena arsitektural sesuai isu dan pertanyaan penelitian.
Proses ini menjadi dasar berpikir teoritis untuk menentukan strategi untuk
melakukan penelitian dalam rangka pengungkapan fakta dan menghasilkan
suatu tesis dari pengungkapan fakta tersebut.

Khusus untuk tesis desain, pada dasarnya diawali dengan kegiatan yang
sama seperti pada tesis akademik. Perbedaan terletak pada tujuan akhir
untuk mengubah fakta yang ada melalui kegiatan perancangan. Untuk itu
maka kegiatan penelitian mengarah kepada pengungkapan fakta yang
berkaitan dengan masalah perancangan, yang dilakukan dalam jangka
waktu yang lebih singkat daripada kegiatan pengungkapan fakta pada tesis
akademik. Oleh karena itu sifat dan kedalaman kegiatan pengungkapan
fakta ini tidak sama dengan tesis akademik. Hasil dari pengungkapan fakta
tersebut kemudian digunakan untuk merumuskan sebuah (hipo)tesis berupa
’statement’ dari rancangan, yang akan ditindaklanjuti melalui proses
perancangan.

Perbedaan tesis untuk tingkat magister dengan disertasi untuk tingkat


doktoral terletak pada tuntutan untuk memberikan kontribusi bagi disiplin
ilmu. Tesis untuk tingkat magister menekankan pada posisi peneliti terhadap
peneliti lain serta pengajuan alternatif terhadap ide, konsep atau teori yang
sudah ada. Sementara disertasi pada tingkat doktoral merupakan
pengembangan lebih lanjut dari tesis (merupakan susunan tesis-tesis), serta
mengandung kontribusi pada disiplin ilmu.

2
Topik penelitian dalam tesis Magister Arsitektur, baik untuk tesis akademik
maupun tesis desain adalah bebas, sepanjang tema tersebut memiliki kaitan
dengan disiplin ilmu arsitektur. Dalam menggali ide untuk menentukan topik,
mahasiswa dapat mempertimbangkan berbagai sumber, antara lain: minat
dan pengalaman individu, orang lain, portofolio desain, buku, majalah,
essay, seminar, konferensi, kehidupan sehari-hari dan lingkungan. Kegiatan
penelitian untuk menghasilkan sebuah tesis dalam bidang arsitektur dapat
menggunakan teori-teori dari disiplin ilmu di luar arsitektur sepanjang
kaitannya dengan arsitektur dapat dijelaskan.

Dalam pemilihan topik penelitian, ada beberapa hal yang perlu mendapat
pertimbangan, yaitu:

1. Obyek studi, dapat merupakan sebuah ide dan konsep, peristiwa khusus
atau periode sejarah, buku atau media, bangunan, arsitek, sistem
komputasi, teknologi bangunan atau lingkungan.
2. Kemungkinan diteliti dan kemungkinan interpretasi, dengan
mempertimbangkan waktu yang tersedia dan kemampuan peneliti dalam
melakukan penelitian.
3. Sifat dari penyelidikan, moda dan sifat penulisan.
4. Konteks akademis – siapa yg pernah meneliti topik semacam ini.

Penulisan tesis dapat menerapkan berbagai moda penulisan ilmiah yang


terdiri dari deskripsi, narasi, penjelasan dan argumen. Perbedaan antara
keempat moda penulisan ilmiah tersebut terdapat pada Tabel 1.

3
Tabel 1. Moda penulisan ilmiah

Deskripsi Narasi Penjelasan Argumen


Tugas Deskripsikan Sebutkan x Bagian atau Nyatakan dan
x fungsi x pertahankan
Sebab atau posisi anda
Jelaskan akibat dari x tentang x
Bagaimana x
dibanding atau
dikontraskan
dengan y
Maksud Menunjukkan Menceritakan Membuat Memenangkan
bagaimana cerita yang sesuatu kesepakatan
sesuatu dapat bermakna dipahami
dicerap nalar
Bagaimana Kumpulkan Kumpulkan Periksa kaitan- Tentukan pro
memulai rincian yang peristiwa- kaitannya dan kontra
berpikir diamati peristiwa
Tesis (ide x adalah x terjadi Terbuat dari, x patut
utama) seperti ini:... dalam cara bekerjanya, mendapat
ini:... menyebabkan, dukungan
atau akan karena:...
menyebabkan,
x disebabkan a, b, c
oleh, mirip
atau berbeda
dari y sebagai
berikut:

Organisasikan Tertib atau Urutan waktu Urutan yang Urutan yang


sesuai urutan yang (kronologis eksplanatoris persuasif
dengan dramatis atau atau terputus-
komparatif putus)
Periksa Kegamblang- Kegamblang- Kepastian Kewajaran,
bahasa an, ketajaman an, ketajaman (exactness) kejujuran
khususnya (fairness)
untuk

Sumber: Crews, F. The Random House Handbook, Random House: New


York, 1974, 1977, 1980. Edisi Ketiga. Hal 10-11.

4
MUATAN UMUM TESIS

Muatan yang dikandung dalam sebuah tesis sangat tergantung kepada isu
dan pertanyaan penelitian serta moda penulisan yang digunakan. Secara
umum terdapat beberapa bagian utama yang terdapat dalam sebuah tesis,
yaitu: 1) abstrak, 2) pendahuluan, 3) pembahasan, 4) kesimpulan, dan 5)
referensi. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa kelima bagian
tersebut merupakan muatan umum tesis dan tidak ada keharusan bahwa
bagian-bagian tersebut merupakan bab-bab yang berdiri sendiri.

Abstrak

Abstrak secara umum dapat memberikan gambaran tentang:


 Isu dan pertanyaan penelitian
 Metode untuk mendekati isu
 Tujuan dan kesimpulan studi
Sebagai tambahan, selain ketiga hal tersebut, abstrak juga dapat
memberikan gambaran umum tentang konteks dari kajian tesis, serta
struktur dan bentuk dari tesis.

Pendahuluan

Bagian pendahuluan merupakan pengantar menuju isu dan pertanyaan


penelitian. Pada bagian ini perlu disampaikan pendefinisan isu yang
dibahas, pertanyaan penelitian yang diformulasikan secara jelas, serta
tujuan dalam melakukan penelitian tersebut.

Pembahasan

Bagian ini merupakan tempat berkembangnya tesis. Secara rinci, muatan


yang terkandung dalam bagian ini sangat beragam tergantung pada isu
yang dibahas dan pendekatan isu yang dipilih. Tidak ada ketentuan yang
mengikat mengenai muatan dalam bagian utama tesis ini, sepanjang
menunjukkan proses yang runut mulai dari peletakan pijakan teoritis,
pemilihan strategi atau metode, pengungkapan fakta serta sintesa materi
yang mengarah pada jawaban pertanyaan penelitian.Sebagai contoh,
sebuah tesis yang menggunakan pendekatan empirik akan mengandung
muatan sebagai berikut: kajian teori, metode penelitian, hasil studi empirik
dan analisis hasil studi. Pendekatan yang lain untuk isu yang lain tentu
membutuhkan cara penyajian yang berbeda pula.

5
Kajian Teori

Salah satu bagian yang cukup penting dalam penulisan tesis adalah kajian
teori atau riset literatur, yang berisi kajian terhadap teori-teori yang terkait
dengan isu dan pertanyaan penelitian. Bagian ini bukanlah merupakan
kumpulan teori-teori yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil kajian yang
menunjukkan bagaimana teori-teori tersebut terkait dengan isu dan
pertanyaan penelitian. Kajian teori menjadi penting dalam rangka
menentukan posisi penulis. Penulisan kajian teori harus dapat
menggambarkan mengapa teori tersebut dipilih, apa yang ingin dicapai
dengan mengkaji teori terebut, relevansi teori dengan isu dan pertanyaan,
serta kaitan antara teori yang satu dengan yang lain.

Bahan rujukan yang digunakan dalam tesis adalah bahan rujukan yang up to
date. Pengertian up to date dapat mengandung dua arti. Pertama, rujukan
teori yang sifatnya klasik, dikeluarkan berpuluh-puluh tahun yang lalu tetapi
secara umum dalam dunia akademik diakui masih relevan sebagai rujukan
hingga saat ini. Contohnya adalah The Human Condition (Hannah Arendt)
atau Death and Life of Great American Cities (Jane Jacobs). Kedua, rujukan
yang terkini, yang sangat dianjurkan sebagai acuan untuk materi-materi
yang terkait dengan perkembangan teknologi, metode perancangan dan
sebagainya yang sangat cepat berubah.

Banyaknya teori dan jumlah rujukan yang digunakan tidak dibatasi,


sepanjang cukup dapat menjadi bahan untuk pembahasan isu dan
pertanyaan penelitian. Jenis rujukan tidak dibatasi, dapat berupa buku,
jurnal, majalah, suratkabar, laporan penelitian dan sebagainya, serta dapat
berupa bahan cetak dan non cetak. Sangat dianjurkan untuk memanfaatkan
sebanyak mungkin sumber informasi yang ada. Khusus untuk bahan rujukan
yang berasal dari internet, perlu diperhatikan dengan seksama kualitas
rujukan tersebut, mengingat banyak bahan-bahan yang beredar di internet
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin rujukan
merupakan sumber primer; penggunaan sumber sekunder sedapat mungkin
dihindari kecuali bila sangat diperlukan dan perlu diperhatikan pengakuan
bahwa rujukan tersebut merupakan sumber sekunder, sesuai tata penulisan
sumber sekunder yang berlaku.

Pengungkapan fakta

Bagian pembahasan juga mengandung proses pengungkapan fakta (dapat


berupa penelitian empirik di lapangan, eksperimen dll) yang menghasilkan
tesis dari pengungkapan fakta. Pada bagian ini perlu dijelaskan dengan
tepat metoda atau strategi yang dipilih untuk mengungkapkan fakta
sedemikian rupa sehingga proses pengungkapan fakta tersebut dapat
diulangi oleh peneliti lain.

6
Hasil dari pengungkapan fakta kemudian harus ditampilkan dalam sebuah
analisis dan sintesis yang mengarah pada pembentukan tesis. Untuk tesis
desain, kegiatan pengungkapan fakta ini diarahkan untuk menghasilkan
‘statement’ dari rancangan. Dalam menyajikan hasil pengungkapan fakta
tersebut hendaknya tidak merupakan sekedar presentasi data-data yang
diperoleh dari kegiatan penelitian di lapangan, tetapi data-data tersebut
merupakan bahan untuk melakukan analisis berdasarkan landasan teoritis
yang telah disusun berdasarkan kajian literatur.

Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil sintesa materi yang mengarah kepada


jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang telah diajukan pada bagian
pendahuluan. Untuk tesis desain, kesimpulan merupakan sebuah
‘statement’ dari desain yang akan ditindaklanjuti dalam tahap perancangan.

Referensi

Referensi merupakan pertanggungjawaban atas sumber bahan-bahan


rujukan yang digunakan dalam penulisan tesis. Secara teknis tidak ada
ketentuan yang mengikat mengenai cara merujuk dan menyebutkan sumber
rujukan, sepanjang digunakan secara konsisten dalam seluruh tesis.
Mahasiswa dapat menggunakan salah satu dari berbagai tata cara merujuk
yang umum digunakan dalam penulisan ilmiah, seperti Harvard, Chicago,
MLA, APA dll. Tata cara tersebut hendaknya diterapkan untuk seluruh
bahan rujukan yang digunakan, termasuk bahan rujukan dari sumber
elektronik.

Tentang Plagiarisme

Proses penulisan tesis harus sepenuhnya menghindari terjadinya


plagiarisme. Peraturan tentang Etika Akademik Universitas Indonesia
memuat batasan mengenai plagiarisme sebagai berikut:

” ...plagiarism adalah tindakat plagiat atau plagiarize yang artinya mencuri


ide atau hasil pemikiran dan tulisan orang lain dan yang digunakan dalam
tulisannya seolah-olah ide atau tulisan orang lain tersebut adalah ide atau
hasil tulisannya sendiri.” (Pasal 10 ayat 1)

7
”Plagiarisme atau pencurian ini dapat berupa pencurian sebuah kata,
sebuah kalimat, sebuah alinea, atau bahkan sebuah bab dari sebuah buku
atau sebuah buku.” (Pasal 10 ayat 3)

Untuk menghindari terjadinya plagiarisme dalam penulisan sebuah tesis,


maka mahasiswa serta dosen pembimbing perlu memperhatikan dengan
seksama ketentuan dalam menggunakan suatu bahan rujukan dari sumber
lain.

PROSEDUR TEKNIS PENYUSUNAN DAN PEMBIMBINGAN


TESIS

Proses penyusunan dan pembimbingan tesis di Departemen Arsitektur


dikoordinir oleh sebuah tim yang terdiri dari 3 orang dosen. Tim ini
bertanggungjawab untuk:

1. Menjadi koordinator mata ajaran seminar (pra tesis)


2. Mengadakan evaluasi proses penyusunan tesis secara berkala.
3. Mengatur pelaksanaan sidang ujian seminar, pra tesis dan tesis,
termasuk menentukan tim penguji.

Seminar (Pra Tesis)

Kegiatan penyusunan tesis diawali dalam mata ajaran Seminar yang wajib
diikuti pada semester sebelum mahasiswa mengambil mata ajaran Tesis.
Seminar merupakan kegiatan pra-tesis, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan:
1. Mengajukan isu dan pertanyaan penelitian
2. Melakukan kajian teori
3. Mengembangkan metode untuk menanggapi isu dan menjawab
pertanyaan penelitian

Tujuan akhir dari mata ajaran Seminar adalah menghasilkan sebuah


proposal penelitian (untuk tesis akademik) atau proposal desain (untuk tesis
desain). Selama proses dalam Seminar, mahasiswa telah mulai bekerja
dengan pembimbing yang selanjutnya akan menjadi pembimbing tesis.
Setiap mahasiswa dibimbing oleh dua orang pembimbing yang memiliki
bidang keahlian yang sesuai dengan tema penelitian yang dipilih. Khusus
untuk tesis desain, setidaknya salah satu pembimbing harus memiliki
kualifikasi profesi.

8
Pada akhir mata ajaran Seminar, mahasiswa yang memilih jalur tesis
akademik telah menghasilkan sebuah proposal penelitian (minimum 4000
kata) yang berisi hasil kajian teori yang menunjukkan tingkat ‘mastery’ pada
isu yang akan diteliti, serta menghasilkan proposisi dan metode penelitian.
Bila perlu maka pada tahap ini mahasiswa telah melakukan penelitian awal
yang diperlukan. Mahasiswa yang telah melalui tahap ini berarti telah siap
untuk melakukan kegiatan penelitian untuk pengungkapan fakta.

Bagi mahasiswa yang memilih jalur tesis desain, pada akhir mata ajaran
Seminar harus sudah menghasilkan sebuah proposal desain (minimum
4000 kata) yang berisi hasil kajian teori yang menunjukkan tingkat ‘mastery’
pada isu perancangan, serta menghasilkan sebuah ‘statement’ desain yang
siap ditindaklanjuti dan dikembangkan melalui proses perancangan.
Mahasiswa yang telah melalui tahap ini berarti telah siap untuk melakukan
kegiatan perancangan dalam rangka mengubah fakta.

Penyusunan Tesis

Tahap penyusunan tesis merupakan pelaksanaan kegiatan penelitian atau


perancangan yang telah dipersiapkan dengan seksama pada tahap
Seminar. Kegiatan penelitian, penulisan tesis maupun perancangan
merupakan kegiatan aktif mandiri yang difasilitasi oleh dosen pembimbing.
Tesis dapat diselesaikan dalam jangka waktu satu semester.

Bila mahasiswa mengalami hambatan sepanjang proses penyusunan tesis,


maka mahasiswa dapat mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Bila
mahasiswa mengalami hambatan untuk menyelesaikan tesisnya dalam
jangka waktu satu semester, hendaknya didiskusikan dengan dosen
pembimbing dan tim koordinator tesis untuk mendapat pertimbangan
perpanjangan waktu, sepanjang tidak melewati batas akhir masa studi
mahasiswa. Bila terjadi hambatan komunikasi antara mahasiswa dengan
dosen pembimbing, maka mahasiswa dapat mendiskusikan masalah yang
dihadapinya dengan tim koordinator tesis.

Produk Akhir

Pada akhir tahap penyusunan tesis, mahasiswa yang memilih jalur tesis
akademik diwajibkan untuk menghasilkan sebuah tesis yang tidak lebih
dari 20.000 kata dengan ketentuan teknis sebagai berikut:

9
 Tesis diketik di atas kertas ukuran A4 dengan jenis dan ukuran tulisan
yang dapat terbaca dengan baik.
 Tesis dapat dilengkapi dengan bahan-bahan pendukung atau hasil
penelitian yang berupa gambar, foto, tabel, laporan eksperimen dan lain-
lain, yang semuanya harus dapat terlihat dengan jelas.
 Tesis ditulis dalam bahasa Indonesia. Penggunaan istilah asing diijinkan
bila tidak ada padanan bahasa Indonesianya yang tepat. Demikian pula
penggunaan kutipan langsung dalam bahasa asing diijinkan bila
terjemahannya dianggap dapat mengurangi esensi maknanya.
 Judul dan abstrak tesis dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
 Tesis dilengkapi dengan lembar pernyataan keaslian naskah tesis dan
lembar persetujuan dosen pembimbing.
 Sangat tidak dianjurkan untuk memperbanyak jumlah halaman tesis
dengan hal-hal yang tidak perlu.

Berbagai cara-cara presentasi alternatif (dengan media presentasi lain)


dapat digunakan untuk melengkapi naskah tesis bila hal ini dirasakan dapat
memberikan informasi dengan lebih baik sesuai isu dan tujuan tesis.
Penggunaan media tertentu untuk melengkapi produk akhir tesis sebaiknya
ditentukan jauh-jauh hari sebelum periode pemasukan tesis bersama dosen
pembimbing.

Untuk mahasiswa yang memilih jalur tesis desain, diwajibkan untuk


menghasilkan produk yang terdiri dari:

 Laporan perancangan yang tidak lebih dari 10.000 kata, yang sebagian
di dalamnya merupakan proposal desain yang mengandung ‘statement’
yang telah dihasilkan pada tahap Seminar. Ketentuan teknis mengenai
penulisan naskah laporan perancangan sama seperti ketentuan untuk
tesis akademik.
 Hasil akhir rancangan.
 Portofolio desain yang memberikan gambaran menyeluruh tentang
proses yang telah dilakukan untuk menghasilkan rancangan

Hasil akhir rancangan dan portofolio desain dapat disajikan melalui berbagai
media seperti gambar, foto, model, film, multimedia, instalasi, logbook dan
lain-lain sesuai materi perancangan.

Untuk keperluan ujian akhir, tesis atau laporan perancangan dikumpulkan


dalam 3 (tiga) rangkap dengan softcover. Sementara untuk hasil akhir
rancangan dan portofolio desain dapat dipresentasikan langsung pada saat
ujian. Setelah pelaksanaan ujian, naskah final tesis yang telah diperbaiki
berdasarkan hasil ujian akhir dikumpulkan sebanyak 3 (tiga) rangkap
dengan hardcover, disertai softcopy dalam CD, dalam jangka waktu yang
disepakati bersama dalam sidang ujian.
10
EVALUASI

Evaluasi tesis dilakukan melalui evaluasi berkala sepanjang semester,


sidang ujian seminar, pra-sidang tesis dan sidang ujian tesis.

Evaluasi berkala

Evaluasi berkala dilakukan oleh dosen pembimbing sepanjang semester


untuk memantau kemajuan mahasiswa dalam penyusunan tesis. Jadwal
evaluasi berkala merupakan hasil kesepakatan antara mahasiswa dengan
dosen pembimbing. Meskipun demikian sekurang-kurangnya dua kali dalam
sebulan mahasiswa harus memberikan presentasi kemajuan hasil kerjanya
di hadapan dosen pembimbing.

Sidang ujian seminar

Sidang ujian seminar merupakan tahapan untuk menguji kelayakan proposal


penelitian atau proposal desain untuk dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Tim penguji seminar terdiri dari minimum 4 orang dosen termasuk dosen
pembimbing utama yang bertindak sebagai ketua sidang. Dalam tahap ini
akan ditentukan apakah seorang mahasiswa: lulus (memiliki proposal yang
layak dilanjutkan), lulus bersyarat (harus memperbaiki proposal sebelum
melanjutkan) atau gagal (harus mengulang seminar).

Kriteria penilaian dalam sidang ujian seminar meliputi:

1. Kejelasan isu/pertanyaan penelitian.


2. Pemakaian teori dan bukti-bukti dari sumber-sumber dan konteks yang
relevan.
3. Pengembangan argumen yang koheren, jelas, logis dan runut.
4. Untuk tesis akademik: Pengembangan metoda riset yang sesuai dan
lengkap, sehingga telah siap untuk dilaksanakan
Untuk tesis desain: Menghasilkan sintesa berupa ’statement’ dari
perancangan yang siap untuk ditindaklanjuti dan dikembangkan melalui
proses perancangan

11
Pra-sidang tesis

Pra-sidang tesis merupakan tahap evaluasi yang dilakukan setelah


mahasiswa menyelesaikan kegiatan pengumpulan data penelitian (bagi
yang memilih jalur tesis akademik) atau menghasilkan rancangan skematik
sebagai realisasi dari ’statement’ perancangan (bagi yang memilih jalur tesis
desain). Tahap evaluasi ini merupakan pemantauan terhadap kemajuan
pekerjaan mahasiswa dan mempersiapkan mahasiswa menuju sidang ujian
akhir. Pada tahap ini dapat diidentifikasi hambatan-hambatan yang muncul
dalam menghasilkan tesis dari pengungkapan fakta atau kegiatan
perancangan yang telah selesai dilakukan.

Tim penguji dalam pra-sidang tesis terdiri dari minimum 4 orang dosen
termasuk dosen pembimbing utama yang bertindak sebagai ketua sidang.

Sidang ujian tesis

Sidang ujian tesis dilaksanakan setelah tesis atau hasil akhir rancangan
telah mendapatkan rekomendasi dari pembimbing (berupa tandatangan)
bahwa tesis tersebut dianggap layak memasuki tahap pengujian. Hanya
tesis yang telah ditandatangani dapat diujikan.

Tujuan sidang ujian tesis adalah:

1. Mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas dalam tesis atau meminta


penjelasan lebih lanjut dari mahasiswa tentang apa yang dituliskannya
dalam tesis
2. Menggali pemahaman mahasiswa terhadap isu yang dibahas dalam
tesisnya
3. Menggali pengetahuan mahasiswa terhadap masalah-masalah yang
lebih umum yang relevan dengan area kajian tesisnya
4. Meyakinkan keaslian tesis sebagai hasil karya mandiri mahasiswa

Tim penguji dalam sidang ujian tesis terdiri dari minimum 4 orang dosen
termasuk dosen pembimbing utama yang bertindak sebagai ketua sidang.
Salah satu dosen penguji adalah external examiner yang berasal dari
institusi lain. Dosen penguji memiliki kompetensi dalam tema penelitian dari
tesis yang diujikan. Khusus untuk sidang ujian tesis desain, harus ada
penguji yang berasal dari kalangan profesi.

Tesis atau laporan perancangan telah disampaikan kepada setiap dosen


pembimbing paling lambat 1 minggu sebelum berlangsungnya sidang ujian
tesis. Waktu tersebut memberikan kesempatan bagi penguji untuk membaca
dengan seksama tesis yang akan diujikan.

12
Sidang ujian tesis terdiri dari presentasi singkat dan tanya jawab atau
diskusi. Waktu sidang tidak dibatasi, sepanjang dapat memberikan
kesempatan mahasiswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya
terhadap isu yang dibahas dalam tesisnya. Penilaian dilakukan oleh tiap
dosen penguji pada saat berlangsungnya ujian dengan menggunakan
borang evaluasi sidang tesis, berdasarkan kriteria sebagai berikut.

Kriteria penilaian tesis akademik

Sebuah tesis akademik dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Kejelasan isu/pertanyaan penelitian.


2. Pemakaian teori dan bukti-bukti dari sumber-sumber dan konteks yang
relevan.
3. Pengembangan dan pemakaian metoda riset yang sesuai
4. Pengembangan argumen yang koheren, jelas, logis dan runut.
5. Sintesa penelitian dalam sebuah presentasi material dan formal yang
sesuai dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan respon
terhadap isu/pertanyaan penelitian.
6. Formulasi pemakaian teori dengan dukungan argumentasi yang kritis.
7. Mengikuti kaidah teknis penulisan ilmiah yang baku.
8. Mengikuti kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baku.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka kemudian ditentukan nilai berdasarkan


hasil pengujian sebagai berikut:

Nilai A diberikan untuk tesis yang dirumuskan secara khas dan unggul
(excellent). Secara khusus, tesis mendapat nilai A bila:

1. Menunjukkan sebuah definisi yang secara luar biasa sangat baik tentang
subyek materi dan identifikasi isu/pertanyaan riset.
2. Mendemonstrasikan suatu seleksi yang unik dan atau pemahaman yang
menyeluruh atas sumber dan konteks yang relevan.
3. Mendemonstrasikan pengembangan dan pemakaian metode riset
dengan tingkat originalitas dan kesesuaian yang tinggi dan sesuai.
4. Mendemontrasikan suatu argumen analitis yang unik dan koheren
5. Menghadirkan suatu materi sintesa formal yang inovatif dan secara
signifikan memberikan informasi tentang response terhadap
isu/pertanyaan riset.

Nilai B diberikan untuk tesis yang menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan


penyusunan tesis dikerjakan sesuai baku yang diberikan, yaitu bila tesis:

13
1. Menunjukkan definisi materi subyek dan identifikasi pertanyaan-
pertanyaan riset yang baik.
2. Mendemonstrasikan suatu keberhasilan dalam menyeleksi dan
memahami sumber-sumber dan konteks yang relevan.
3. Mendemonstrasikan keberhasilan dalam pengembangan dan pemakaian
metode riset yang sesuai.
4. Mendemonstrasikan suatu argumen analitis yang koheren dan baik.
5. Menunjukkan suatu keberhasilan atas sintesa formal dan material yang
memberikan informasi sekaligus merespon pertanyaan/isu dari
penelitian.

Nilai C (tidak lulus), bila tesis:

1. Menunjukkan definisi materi subyek dan identifikasi pertanyaan/isu riset


yang terlalu umum (biasa-biasa saja) atau menunjukkan keterbatasan
atau ketidak layakan (membingungkan) dalam pendefinisian dan
pengidentifikasian materi subyek dan pertanyaan/isu riset.
2. Mendemonstrasikan bukti seleksi dan atau pemahaman sumber-sumber
dan konteks relevan yang terlalu umum dan hanya sekedar bersifat
‘copy-paste’ atau mendemontrasikan suatu ketidaklayakan dalam hal
seleksi sumber-sumber dan konteks riset.
3. Mendemonstrasikan pengembangan dan pemakaian metode riset yang
tidak layak.
4. Argumen yang membingungkan dan bertabrakan/tidak konsisten satu
dengan yang lain.
5. Menunjukkan kelemahan dan ketidaklayakan dalam sintesa material dan
formal yang berhubungan dengan isu/pertanyaan riset

Kriteria penilaian tesis desain

Sebuah tesis desain dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut:


1. Kejelasan isu dan masalah perancangan
2. Pemakaian teori, data, bukti dari sumber-sumber dan konteks yang
relevan
3. Pengembangan argumen yang koheren, jelas, logis dan runut
4. Sintesa materi yang menuju kepada sebuah ‘statement’ desain yang
merupakan respon terhadap masalah perancangan
5. Ketaatasasan rancangan dengan ’statement’ pada proposal desain
6. Keterbangunan dari rancangan dan detail rancangan
7. Kreativitas dalam pengembangan gagasan rancangan
8. Kelengkapan dan kreativitas dalam mengkomunikasikan gagasan
rancangan.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka kemudian ditentukan nilai berdasarkan


hasil pengujian sebagai berikut:
14
Nilai A diberikan untuk tesis desain dengan statement perancangan yang
dirumuskan secara khas dan unggul (excellent). Secara khusus, tesis desain
mendapat nilai A bila:

1. Menunjukkan sebuah definisi yang secara luar biasa sangat baik tentang
subyek materi dan identifikasi isu dan masalah perancangan
2. Mendemonstrasikan suatu seleksi yang unik dan atau pemahaman yang
menyeluruh atas sumber dan konteks yang relevan.
3. Mendemontrasikan suatu argumen analitis yang unik dan koheren
4. Menghadirkan suatu materi sintesa berupa ’statement’ dari perancangan
yang inovatif dan secara signifikan merupakan respon terhadap masalah
perancangan.
5. Mendemonstrasikan ketaatasasan yang tinggi antara ’statement’ yang
diajukan dengan rancangan yang dihasilkan
6. Memberikan usulan yang inovatif dalam aspek keterbangunan dari
rancangan serta penyelesaian yang detail dalam berbagai aspek
rancangan, sesuai ’statement’ yang diajukan.
7. Mendemonstrasikan tingkat kreativitas yang tinggi dalam
mengembangkan gagasan rancangan dan menghasilkan usulan
penyelesaian masalah yang unik.
8. Menggunakan teknik komunikasi yang tepat untuk menyampaikan
gagasan rancangan secara lengkap dengan menggunakan berbagai
media kreatif.

Nilai B diberikan untuk tesis desain yang menunjukkan bahwa seluruh


pekerjaan penyusunan tesis dikerjakan sesuai baku yang diberikan, yaitu
bila tesis:

1. Menunjukkan definisi materi subyek dan identifikasi pertanyaan-


pertanyaan riset yang baik.
2. Mendemonstrasikan suatu keberhasilan dalam menyeleksi dan
memahami sumber-sumber dan konteks yang relevan.
3. Mendemonstrasikan suatu argumen analitis yang koheren dan baik.
4. Menghadirkan suatu materi sintesa berupa ’statement’ dari perancangan
yang merupakan respon terhadap masalah perancangan.
5. Mendemonstrasikan adanya ketaatasasan antara ’statement’ yang
diajukan dengan rancangan yang dihasilkan
6. Mendemonstrasikan keberhasilan dalam menyelesaikan aspek
keterbangunan dari rancangan serta penyelesaian yang detail dalam
beberapa aspek rancangan.
7. Mendemonstrasikan adanya kreativitas dalam mengembangkan
gagasan rancangan.
8. Menggunakan teknik komunikasi yang tepat untuk menyampaikan
gagasan rancangan secara lengkap.

15
Nilai C (tidak lulus), bila tesis desain:

1. Menunjukkan definisi materi subyek dan identifikasi pertanyaan/isu riset


yang terlalu umum (biasa-biasa saja) atau menunjukkan keterbatasan
atau ketidak layakan (membingungkan) dalam pendefinisian dan
pengidentifikasian materi subyek dan pertanyaan/isu riset.
2. Mendemonstrasikan bukti seleksi dan atau pemahaman sumber-sumber
dan konteks relevan yang terlalu umum dan hanya sekedar bersifat
‘copy-paste’ atau mendemontrasikan suatu ketidaklayakan dalam hal
seleksi sumber-sumber dan konteks riset.
3. Argumen yang membingungkan dan bertabrakan/tidak konsisten satu
dengan yang lain.
4. Menunjukkan kelemahan dan ketidaklayakan dalam sintesa yang
merupakan ’statement’ dari perancangan, yang tidak berhasil
memberikan respon terhadap masalah perancangan
5. Menunjukkan tidak adanya ketaatasasan antara ’statement’ yang
diajukan dengan rancangan yang dihasilkan
6. Menunjukkan kelemahan dalam menyelesaikan aspek keterbangunan
dari rancangan serta tidak adanya penyelesaian yang detail dalam aspek
rancangan.
7. Mendemonstrasikan keterbatasan kreativitas dalam mengembangkan
gagasan rancangan.
8. Menggunakan teknik komunikasi yang kurang tepat untuk
menyampaikan gagasan rancangan, dan gagasan tidak tersajikan
secara lengkap.

Berdasarkan kriteria di atas, baik tesis akademik maupun tesis desain dapat
dinilai dengan nilai A, A-, B+, B, B- C+ atau C.

Nilai akhir tesis merupakan nilai gabungan dari nilai yang diberikan dosen
penguji. Seorang mahasiswa dinyatakan lulus bila tesisnya memperoleh nilai
minimal B.

Jika setelah sidang ujian, tim penguji merasa bahwa mahasiswa dianggap
berpotensi untuk menghasilkan riset yang baik, atau dapat dinyatakan lulus,
namun dirasakan ada kekurangan yang masih bisa ditoleransi dari riset
mereka, maka mahasiswa dapat diminta untuk mengadakan perbaikan atas
tesisnya. Pada kasus semacam ini, maka nilai akhir dapat dikeluarkan
setelah mahasiswa memasukkan naskah tesis yang telah diperbaiki, yang
dinilai oleh pembimbing dan penguji telah memperhatikan masukan pada
saat ujian tesis. Di samping itu, bila tim penguji merasa ada hal-hal yang
harus didiskusikan lebih lanjut dengan pihak Departemen terkait dengan
kelayakan suatu tesis, maka nilai akhir tesis dikeluarkan menunggu
keputusan dari Departemen.

16
BACAAN UMUM

Borden, I. & Ruedi, K. (2000). The dissertation: An architecture student’s


handbook. Oxford: Architectural Press.

Harjoko, T. Y. (2005). Panduan meneliti dan menulis ilmiah. Depok:


Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai