Anda di halaman 1dari 17

PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH

Penyusunan anggaran pemerintah mengacu pada rencana strategi (renstra) dan rencana kerja
(renja). Rencana strategis adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan pemerintah dalam jangka waktu lima tahun. Renstra ini
ditetapkan dengan berpedoman pada RPJMD. Sedangkan renja adalah dokumen perencanaan
pemerintah yang memuat rencana kerja untuk periode 1 (satu) tahun. Renja ditetapkan dengan
mengacu pada RKP. Berdasarkan renstra dan renja tersebut disusun anggaran pemerintah,
tingkat anggaran nasional disebut APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) dan
tingkat daerah disebut APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Dokumen penyusunan anggaran pemerintah dalam tahap-tahap penyusunan APBN/APBD


antara lain :

1. RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) Merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran
yang berisi program dan kegiatan suatu satuan kerja pemerintah dan sebagai penjabaran dari
rencana kerja pemerintah (RKP) dan rencana kerja pemerintah (renja) yang bersangkutan dalam
satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksankannya.

2. RAPBN/RAPBN (Rancangan Pendapatan dan Belanja Nasional/Rancangan Pendapatan dan


Belanja Daerah) Merupakan rencana anggaran yang harus dibahas oleh tim anggaran dan
legislatif sebelum diratifikasi/disahkan menjadi APBN/APBD.

3. APBN/APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional/Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah) Merupakan RAPBN/RAPBD yang telah disetujui oleh legislatif memuat rencana
pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah selama satu tahun.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah daftar yang memuat rincian
penerimaan negara selama satu tahun yang ditetapkan dengan undang-undang untuk masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (disebut tahun
fiskal). APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan
negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Pendapatan negara
adalah hak pemerintahan pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja
negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Belanja negara ini dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat
dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui
pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan Rancangan APBN
berpedoman kepada rencana Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah daftar yang memuat rincian
penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang ditetapkan
dengan peraturan deaerah (Perda) untuk masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan. Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan
pendapatan yang sah lainnya. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja daerah dirinci menurut organisasi,
fungsi, dan jenis belanja. Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan


pendapatan daerah. Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanja operasional
tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan
Rancangan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

SISTEM APBN
Struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara terdiri dari :

Pendapatan Negara

Pendapatan negara, terdiri dari :

a. Penerimaan Pajak, yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN),
pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tananh dan Bangunan (BPHTB), Cukai,
serta pajak perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor).

b. Penerimaan Bukan Pajak, yang meliputi penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba
BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya. Hibah, merupakan penerimaan Negara yang
berasal dari bantuan.

Belanja Negara

Belanja negara, terdiri dari :

a. Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pemerintah Pusat adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan
menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi
BBM dan subsidi non BBM, belanja hibah, belanja sosial (termasuk penanggulangan bencana),
dan belanja lainnya.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah untuk kemudian masuk
dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi : dana bagi hasil,
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana otonomi khusus.

Pembiayaan
Pembiayaan meliputi :

a. Pembiayaan dalam negeri, yang meliputi : Pembiayaan perbankan, privatisasi, surat utang
negara (SUN), serta penyertaan modal negara.

b. Pembiayaan luar negeri, yang meliputi :

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek.

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, yang terdiri atas jatuh tempo dan
moratorium.

SISTEMATIKA APBD

Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari adanya penggunaan dan pemanfaatan
anggaran serta pendapatan daerah. Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah daerah
mempersiapkan perencanaan anggaran atau yang sering disebut dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah yang biasa disingkat dengan APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

IGNAPBLOGZ

HOME › AKUNTANSI

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK SAP 5

By ignapblogz Wednesday, 7 February 2018 Add Comment

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. DPR telah
menetapkan APBN 2014. Anggaran belanja APBN ditetapkan sebesar Rp. 1.842,49 triliun,
dengan komposisi Belanja Pemerintah Pusat Rp. 1.249,94 triliun (70 %) dan alokasi untuk
Pemerintah Daerah Rp. 529,55 triliun (30%). Defisit anggaran dalam postur APBN ditetapkan
1,69 persen dari PDB atau sekitar Rp. 175,3 triliun.

Baca Juga

AKUNTANSI HOTEL SAP 12

AKUNTANSI HOTEL SAP 11

AKUNTANSI HOTEL SAP 10

Rencana penerimaan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp. 1.667,14 triliun terdiri dari
Pendapatan Pajak Rp. 1.280,39 triliun, Pendapatan Bukan Pajak Rp. 385,39 triliun dan hibah Rp.
1,36 triliun. Sementara defisit Rp. 175,35 triliun akan ditutupi dengan utang. Penerimaan di
APBN 2014 ditetapkan naik 11% dari APBNP 2013, dari Rp. 1.502 triliun menjadi Rp. 1.667,14.
Sisi pengeluaran juga naik 6,7% dari Rp. 1.726,2 triliun menjadi Rp. 1.842,49. Walaupun APBN
terus meningkat tiap tahun, PDB juga naik pesat, perekonomian tumbuh tiap tahun, pendapatan
per kapita juga naik tiap tahun, tapi tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan rakyat yang
signifikan. Jumlah rakyat miskin juga nyaris tidak berkurang. Ini mengindikasikan ada kesalahan
besar dalam APBN sehingga APBN yang sebagian besar penerimaannya berasal dari pajak yang
dibayar oleh rakyat tapi tidak memberikan kontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Rencana Pembangunan Pemerintah?

2. Bagaimana Penyusunan Anggaran Pemerintah?

3. Apa Pengertian dari APBN dan APBD?

4. Bagaimana Sistem APBN?

5. Bagaimana Sistematika APBD?

6. Bagaimana Proses Penyusunan APBN?

7. Bagaimana Proses Penyusunan APBD?

8. Bagaimana Pelaksanaan APBN?

9. Bagaimana Pelaksanaan APBD?

10. Bagaimana Pertanggungjawaban APBN dan APBD?

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Rencana Pembangunan Pemerintah

2. Untuk Mengetahui Penyusunan Anggaran Pemerintah

3. Untuk Mengetahui Pengertian dari APBN dan APBD

4. Untuk Mengetahui Sistem APBN

5. Untuk Mengetahui Sistematika APBD

6. Untuk Mengetahui Proses Penyusunan APBN

7. Untuk Mengetahui Proses Penyusunan APBD

8. Untuk Mengetahui Pelaksanaan APBN

9. Untuk Mengetahui Pelaksanaan APBD

10. Untuk Mengetahui Pertanggungjawaban APBN dan APBD


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
pembangunan pemerintah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua
puluh). Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah dokumen perencanaan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJM disusun dengan berpedoman pada RPJP. Sedangkan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.
Penuyusunan RKP harus berpedoman pada RPJM.

RPJP untuk tingkat nasional disebut RPJP Nasional dan untuk tingkat daerah disebut RPJP Daerah
(RPJPD). Penyusunan RPJP Nasional mengacu pada visi misi pembangunan nasional jangka
panjang. Penyusunan RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional yang sudah ditetapkan. RPJM
untuk tingkat nasional disebut RPJM Nasional dan RPJM tingkat daerah disebut RPJM Daerah
(RPJMD). Penyusunan RPJM Nasional berpedoman pada RPJP Nasional. Penyusunan RPJM
Daerah berpedoman pada RPJP Daerah dengan memeperhatikan RPJM Nasional. RKP untuk
tingkat nasional disebut RKP Nasional dan untuk tingkat daerah disebut RKP Daerah (RKPD).
Penyusunan RKP Nasional berpedoman pada RPJM Nasional. Penyusunan RKPD berpedoman
pada RPJM Daerah dengan memperhatikan RKP Nasional.
image

2.2. PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH

Penyusunan anggaran pemerintah mengacu pada rencana strategi (renstra) dan rencana kerja
(renja). Rencana strategis adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan pemerintah dalam jangka waktu lima tahun. Renstra ini
ditetapkan dengan berpedoman pada RPJMD. Sedangkan renja adalah dokumen perencanaan
pemerintah yang memuat rencana kerja untuk periode 1 (satu) tahun. Renja ditetapkan dengan
mengacu pada RKP. Berdasarkan renstra dan renja tersebut disusun anggaran pemerintah,
tingkat anggaran nasional disebut APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) dan
tingkat daerah disebut APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Dengan pola
penyusunan anggaran yang harus berpedoman pada renstra di harapkan program kerja dan
anggaran tidak sekedar berorientasi satu tahun tetapi juga mengacu pada rencana
pembangunan jangka menengah. Untuk lebih menjamin peningkatan keterkaitan antara proses
perencanaan dan penganggaran tersebut, aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran
dengan perspektif jangka menengah (medium expenditure framework/MTEF), penerapan
penganggaran secara terpadu (unified budget) dan penganggaran berdasarkan kinerja
(performance based budgeting) harus ditetapkan dengan baik.

Dokumen penyusunan anggaran pemerintah dalam tahap-tahap penyusunan APBN/APBD


antara lain :

1. RKA (Rencana Kerja dan Anggaran)

Merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
satuan kerja pemerintah dan sebagai penjabaran dari rencana kerja pemerintah (RKP) dan
rencana kerja pemerintah (renja) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran
yang diperlukan untuk melaksankannya.
2. RAPBN/RAPBN (Rancangan Pendapatan dan Belanja Nasional/Rancangan Pendapatan dan
Belanja Daerah)

Merupakan rencana anggaran yang harus dibahas oleh tim anggaran dan legislatif sebelum
diratifikasi/disahkan menjadi APBN/APBD.

3. APBN/APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional/Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah)

Merupakan RAPBN/RAPBD yang telah disetujui oleh legislatif memuat rencana pendapatan,
belanja, dan pembiayaan pemerintah selama satu tahun.

image

2.3 PENGERTIAN APBN DAN APBD

2.3.1. Pengertian APBN Menurut Beberapa Ahli

1. Menurut John F. Due adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan
penerimaan negara yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan atau yang
akan datang, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di
masa lalu.
2. Menurut M. Suparmoko, Pengertian APBN ialah suatu daftar atau pernyataan yang
terinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu
tertentu, biasanya dalam satu tahun.

3. Nurjaman Arsyad mengatakan bahwa Pengertian APBN yaitu rencana kerja


pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka.

4. Pengertian APBN menurut Revrisond Baswir merupakan rencana keuangan yang


mencerminkan pilihan kebijakan untuk satu periode di masa yang akan datang.

2.3.2. Pengertian APBD Menurut Beberapa Ahli

1. Menurut Achmad Fauzi, Pengertian APBD adalah program pemerintah daerah yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun mendatang, yang diwujudkan dalam satu bentuk uang.

2. Menurut Alteng Syafruddin, Pengertian APBD ialah rencana kerja atau program kerja
pemerintah daerah untuk tahun kerja tertentu, di dalamnya memuat rencana pendapatan dan
rencana pengeluaran selama tahun kerja tersebut.

3. R.A. Chalit mengemukakan bahwa Pengertian APBD merupakan suatu bentuk konkrit
rencana kerja keuangan daerah yang komprenhensif yang mengkaitkan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk uang, untuk mencapai tujuan
yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu dalam satu tahun anggaran.

4. Menurut M. Suparmoko, Pengertian APBD ialah anggaran yang memuat daftar pernyataan
rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara yang
diharapkan dalam jangka waktu satu tahun tertentu.
5. APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Permendagri No.13
Tahun 2006).

2.3.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah daftar yang memuat rincian
penerimaan negara selama satu tahun yang ditetapkan dengan undang-undang untuk masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (disebut tahun
fiskal). APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan
negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Pendapatan negara
adalah hak pemerintahan pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja
negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Belanja negara ini dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat
dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Rincian belanja negara
menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementrian negara/lembaga pemerintahan
pusat. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum,
pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Sedangkan
rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-
lain.

APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah negara dan kemampuan
dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar
belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Undang-Undang tentang APBN. Dalam hal anggaran
diperkirakan surplus, pemerintah pusat dapat mengajukan rencana penggunaan surplus
anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Penggunaan surplu anggaran perlu
mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya
diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan
sosial.

2.3.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah daftar yang memuat rincian
penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang ditetapkan
dengan peraturan deaerah (Perda) untuk masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan. Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan
pendapatan yang sah lainnya. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja daerah dirinci menurut organisasi,
fungsi, dan jenis belanja. Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat


daerah/lembaga teknis daerah. Rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri dari
pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan
perlindungan sosial. Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain
terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan
sosial.

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan


pendapatan daerah. Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanja operasional
tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan
Rancangan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Dalam hal anggaran
diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang
APBD. Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antargenerasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentuan
cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

2.4. SISTEM APBN

Struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara terdiri dari :

2.4.1. Pendapatan Negara

Pendapatan negara, terdiri dari :

a. Penerimaan Pajak, yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN),
pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tananh dan Bangunan (BPHTB), Cukai,
serta pajak perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor).

b. Penerimaan Bukan Pajak, yang meliputi penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba
BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya. Hibah, merupakan penerimaan Negara yang
berasal dari bantuan.

2.4.2. Belanja Negara

Belanja negara, terdiri dari :


a. Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pemerintah Pusat adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan
menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi
BBM dan subsidi non BBM, belanja hibah, belanja sosial (termasuk penanggulangan bencana),
dan belanja lainnya.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah untuk kemudian masuk
dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi : dana bagi hasil,
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana otonomi khusus.

2.4.3. Pembiayaan

Pembiayaan meliputi :

a. Pembiayaan dalam negeri, yang meliputi : Pembiayaan perbankan, privatisasi, surat utang
negara (SUN), serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan luar negeri, yang meliputi :

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek.

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, yang terdiri atas jatuh tempo dan
moratorium.

2.5. SISTEMATIKA APBD

Penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari adanya penggunaan dan pemanfaatan
anggaran serta pendapatan daerah. Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah daerah
mempersiapkan perencanaan anggaran atau yang sering disebut dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Apa yang dimaksud anggaran pendapatan dan belanja daerah tersebut.
Berikut sedikit penjelasan terkait hal diatas untuk menambah pengetahuan bagi Aparatur Sipil
Negara (ASN).

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah yang biasa disingkat dengan APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Baca juga : Cara Pengisian LHKASN

Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan berakhir
tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan
pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.

Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
Struktur APBD terdiri dari :

1. Anggaran pendapatan, terdiri atas

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan


di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD
merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai