Anda di halaman 1dari 12

Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No.

2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

MANAJEMEN LABA : LABA PADA PEDAGANG TRADISIONAL


DENGAN SUDUT PANDANG FENOMENOLOGI

Erna Puspita1
ernapuspita@unpkediri.ac.id

Dian Kusumaningtyas2
diankusuma@unpkediri.ac.id
1&2
Universitas Nusantara PGRI Kediri

ABSTRAK
Pasar Tradisional merupakan jantung perekonomian masyarakat, di mana tempat
bertemunya penjual dan pembeli dari berbagai kalangan. Pasar tradisional memiliki
budaya yang berbeda dibanding dengan pasar modern/online/ecommerce. Budaya yang
kita miliki saat bertransaksi pada pasar tradisional sangat menyenangkan jika kita kaji,
semisal saat uang yang kita bawa kurang maka sang penjual hanya akan menjawab
“sudah bawa saja (belanjaannya), buat langganan” atau masih banyak lainnya. Hal ini
yang menggelitik peneliti ingin mengungkap bagaimana budaya yang ada apakah
mampu mempengaruhi laba, atau memang orientasi para padagang tradisonal bukan
hanya laba saja. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yang didasarkan pada
paradigma fenomenologis. Proses pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi
terlebih dahulu yang dilanjutkan analisis informan dengan menggunakan alat bantu
kertas kerja analisis. Lokasi penelitian di Pasar Pahing dan Pasar Bandar area Kota
Kediri. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu bahwa para pedagang
pada pasar tradisional hanya mengambil laba 2-10% dari harga sales untuk setiap
produkny,a kemudian untuk setiap harinya para pedagang diwajibkan untuk membayar
retribusi pasar sebesar Rp 3000 per hari. Budaya yang terjadi pada pasar tradisional
adalah jika pembeli kurang membawa uang Rp 100 – Rp 1.000 maka banyak pedagang
yang mengikhlaskan dengan berharap pembeli kembali membeli barang dagangan di
tokonya. Dengan laba yang minimal pedagang masih berusaha untuk memberi
bingkisan pada pembeli yang berlangganan ke tokonya dengan alasan tradisi. Orientasi
laba pada pedagang di pasar tradisional terkesampingkan dengan alasan lainnya, yaitu
mengisi waktu luang, bertambahnya saudara maupun bertambahnya kenalan.
Kata Kunci : manajemen laba, pedagang tradisional, fenomenologi

PENDAHULUAN tradisional sangat memungkinkan penjual


Pasar Tradisonal merupakan menjual barang yang sama semisal daging
tempat bertemunya secara langsung antara sapi, ayam, ikan, sayur atau bahan bahan
penjual dan pembeli (konsumen) untuk dapur. Dan itu mampu menjadi salah satu
melalukan transaksi jual beli. Pasar factor mengapa pada pasar tradisional
tradisional adalah pasar yang paling menjadi murah jika dibandingkan dengan
sederhana, tidak ada peraturan yang ketat pasar modern (setiawan, 2018). Saat ini
didalamnya, yang ada hanyalah peraturan pedagang tradisional telah mengalami
antara penjual. Sehingga mampu banyak tantangan untuk mampu bertahan
mempermudah penjual keluar masuk pasar ditengah menjamurnya pasar modern.
untuk berdagang. Didalam pasar Presiden Joko Widodo memprediksi

Page | 228
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

perkembangan bisnis kedepan termasuk adanya tawar menawar mampu


pasar tradisional akan tergerus oleh toko mempertemukan yang sebelumnya tidak
online (Detiknews, 2017) didukung A.C mengenal menjadi kenal, yang sebelumnya
Nelson (2005) bahwa pasar tradisional belum pernah membeli di kios itu akhirnya
telah menyusut 8% tiap tahunnya. Hal ini menjadi pelanggan tetap.
mampu menunjukkan bahwa pasar Budaya yang tidak dimiliki oleh
tradisional telah tergusur keberadaannya pasar modern namun dimiliki oleh pasar
disebabkan banyak masyarakat yang lebih tradisional yaitu kebiasaan penjual yang
tertarik dengan pasar modern/online/ terkadang meringankan pembelinya yaitu
ecommerce. dengan berhutang atau mengikhlaskan.
Kegiatan yang terjadi dalam pasar Mereka cenderung lebih kearah
merupakan bagian dari perekonomian, persaudaraan dibandingkan harus
yang merupakan pengaturan yang berfikiran untung dan rugi. Budaya
memungkinkan pembeli dan penjual dalam masyarakat jawa lebih ke “nambah dulur “
sistem pertukaran. Persaingan yang terjadi atau menambah saudara itu juga
di dalam kegiatan pasar tradisional merupakan rejeki.kegiatan unik yang
sangatlah penting dan memisahkan pasar dilakukan para pedagang tradisional di
dari perdagangan. Dalam pasar tradisional Jawa atau lebih spesifiknya di Kota Kediri
dua orang mungkin melakukan lebih tidak mengutamakan laba berupa
perdagangan namun dibutuhkan tiga orang uang. Hal ini membuat peneliti tertarik
untuk memiliki pasar sehingga ada untuk mengungkapkan lebih jauh sudut
persaingan pada satu atau dua belah pandang laba dari sisi pedagang tradisional
pihak.(Kompasiana, 2016) seperti apa?
Pasar tradisional sendiri memiliki
beberapa pokok permasalahan dimulai TINJAUAN PUSTAKA
dengan lingkungan sekitar pasar, sarana Pasar
prasarana, dan tata kelola pasar. Sehingga Pasar dalam Peraturan Presiden
konsumen lebih menyukai pasar modern Republik Indonesia no.112 Tahun 2007
karena lebih bersih dan tata kelola yang sebagai area tempat jual beli barang
cukup baik. Pergeseran budaya masyarakat dengan jumlah lebih dari satu baik dalam
untuk melakukan transaksi jual beli bukan pusat pebelanjaan, pasar tradisional,
hanya dari sudut pandang murah atau pertokoan, mall, plaza, pusat perdaganagan
mahal, konsumen saat ini lebih condong ke maupun yang lainnya.
bagaimana prasaran yang ada dan Sedangkan pasar menurut Menteri
bagaimana mempermudah transaksi Perdagangan Republik Indonesia dalam
pembelian. Kondisi ini semakin memicu sudut padang ekonomi adalah situasi
persaingan untuk memperebutkan seorang atau lebih pembeli (konsumen)
konsumen sehingga mampu memberikan dan penjual (pedagang) melakukan
dampak berkurangnya konsumen yang transaksi setelah keduanya mengambil
melakukan transaksi di pasar tradisional. kata sepakat tentag harga dan kuantitas
Dalam Pasar Tradisional dipenuhi barang dengan kualitas tertentu yang
dengan nilai nilai lokal yang menjadi salah menjadi objek transaksi. Kedua pihak
satu symbol budaya di Tanah Air. yaitu pembeli dan penjual mendapatkan
Eksistensi dalam Pasar Tradisional manfaat dari transaksi tersebut, pihak
hendaknya selalu dijaga sehingga tidak pembeli mendapatkan barang yang
musnah terkalahkan dengan adanya pasar diinginkannya untuk memenuhi dan
modern. Keunikan yang ada pada pasar memuaskan kebutuhannya sedangkan dari
tradisional adanya budaya tawar menawar pihak penjual mendapatkan imbalan
menjadi sebuah warna yang indah tidak pendapatan yang selanjutnya digunakan
mudah untuk dilupakan. Karena dengan

Page | 229
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

untuk membiayai aktivitasnya sebagai dilakukan secara langsung dalam bentuk


pelaku ekonomi produksi atau pedagang. eceran dalam waktu sementara atau tetap
Pasar tradisional dengan tingkat pelayanan terbatas. Dan
Pasar tradisional dalam peraturan tertuang juga dalam Perda Yogyakarta
Menteri Perdagangan No.53/M- no.2 Tahun 2001 tentang Pasar tradisional
DAG/PER/12/2008 merupakan pasar yang yang merupakan pasar yang dibangun dan
dibangun dan dikelola oleh pemerintah, dikelola oleh pemerintah Daerah, Swasta,
pemerintah daerah, pemerintah swasta, Badan Usaha Milik Negara dan/atau
BUMN,BUMD dan kerjasama dengan Badan Usaha milik Daerah termasuk
swasta,selain itu pasar tradisional adalah kerjasama dengan swasta berupa tempat
gambaran social budaya masyarakat usaha yang berbentuk toko, kios, los, dan
(Sumintarsih, dkk, 2011). Kekurangan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh
pada pasar tradisional adalah pedagang kecil, menengah, koperasi
infrastrukturnya mulai kondisi bangunan, dengan usaha kecil, modal kecil, dan
kebersihan, kurang terpeliharanya sarana melalui proses jual beli barang dagangan
yang ada. Selain infrastruktur para dengan tawar menawar.
pedagang tradisional kurang memahami Ciri-ciri Pasar Tradisional
strategi perencanaan, terbatasnya modal Ciri-ciri pasar tradisional menurut
usaha, tidak adanya skala ekonomi, Permen no.20 Tahun 2012 adalah sebagai
kurangnya jaringan kerjasama dengan berikut:
pemasok besar, kurang baiknya 1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun
manajemen pengadaan, dan kurangnya dan dikelola oleh pemerintah daerah
memahami keinginan konsumen 2. Adanya sistem tawar menawar antara
(Wiboopongse dan Sriboonchitta 2006) penjual dan pembeli
Pasar tradisional merupakan tempat 3. Tempat usaha beragam dan menyatu
bertemunya penjual dan pembeli yang dalam lokasi yang sama
ditandai dengan adanya transaksi jual beli 4. Sebaagian besar barang dan jasa yang
secara langsung, bangunan dalam pasar ditawarkan berbahan local
tradisional sendiri terdiri dari kios-kios,
los, dan dasaran terbuka. Pasar tradisional Jenis Pasar Tradisional
sebagian besar menjual barang kebutuhan Pasar Tradisional dibedakan
sehari-hari. Seperti bahan bahan kebutuhan menjadi beberapa golongan menurut
makan anatara lain ikan, daging, sayur, oktavia (2007) yang antara lain sebagai
telur, kue tradisional, dan kebutuhan berikut
rempah rempah. 1. Menurut jenis kegiatannya, pasar
Proses transaksi dalam pasar digolongkan menjadi tiga jenis
tradisional yaitu pembeli datang ke kios a. Pasar Eceran yaitu dimana pasar
mereka (pedagang) melakuakn proses terdapat permintaan dan
tawar menawar terhadap barang yang akan penawaram barang secara eceran
dibeli, yang kemudian menemukan kata atau berskala sangat kecil
sepakat dengan jumlah dan imbalan yang b. Pasar grosir yaitu pasar dimana
diberikan oleh pembeli kepada pedagang. terdapat permintaan dan penawaran
Pasar tradisional banyak ditemukan pada dalam jumlah besar
kawasan pemukiman penduduk dengan c. Pasar Induk yaitu pasar ini
tujuan mempermudah pembeli mencapai memiliki skala lebih besar daripada
kawasan pasar. pasar grosir, pasar induk
Pasar tradisional berdasarkan merupakan pusat pengumpulan dan
Peraturan Bupati Kabupaten Grobogan penyimpanan bahan-bahan pangan
no.25 Tahun 2011 adalah pasar yang untuk disalurkan pada grosrir-
kegiatan para penjual dan pembelinya grosir dan pusat pembelian

Page | 230
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

2. Menurut lokasi dan kemampuan b. Pasar malam hari yang beroperasi dari
pelayananya, pasar digolongkan pukul 16.00 – 04.00
menjadi lima jenis c. Pasar darurat yaitu pasar yang
a. Pasar regional yaitu pasar yang menggunakan jalanan umum atau
terletak pada lokasi yang strategis dan tempat umum tertentu atas penetapan
luas, bangunan yang dimiki yaitu kepala daerah dan diadakan pada saat
bangunan permanen dan memiliki peringatan hari-hari tertentu.
kemampuan pelayanan, meliputi 4. Menurut kepemilikannya pasar
seluruh wilayah kota bahkan sampai digolongkan menjadi tiga jenis
keluar kota, serta barang yang a. Pasar pemerintah yaitu pasar yang
diperjual belikan lengkap dan dapat status kepemilikannya dikuasai oleh
memenuhi kebutuhan masyarakat. pemerintah pusat maupun daerah
b. Pasar kota merupakan pasar yang b. Pasar swasta yaitu pasar yang dimiliki
terletak dilokasi strategis dan luas, oleh badan hokum yang diijinkan oleh
bangunan permanen dan memiliki pemerinah daerah
kemampuan pelayanan meliputi c. Pasar liar yaitu pasar yang
seluruh wilayah kota, serta barang aktivitasnya diluar pemerintah daerah
yang diperjualbelikan lengkap dan yang kehadirannya dilatarbelakangi
dapat memenuhi kebutuhan dengan kurangnya fasilitas perpasaran
masyarakat. yang ada dan letak pasar tidak merata,
c. Pasar wilayah (distrik) yaitu pasar biasanya pasar ini dikelola secara
yang terletak pada lokasi yang cukup perorangan atau ketua RW
strategis dan luas, bangunan permanen
dan mempuyai kemampuan pelayanan
meliputi seluruh wilayah kota, serta Klasifikasi Pasar Tradisional
barang yang diperjualbelikan cukup Menurut Perhub Kabupaten
lengkap. Pasar ini termasuk pasar Grobogan no.25 Tahun 2011, Pasar
eceran. Tradisional dibagi atas beberapa
d. Pasar lingkungan yaitu pasar yang klasifikasi, antara lain adalah
terletak dilokasi yang strategis dan 1. Pasar Umum
luas, banguna yang dimiliki permanen Yaitu pasar yang berisi barang-barang
dan mempunyai kemampuan yang beraneka ragam. Dalam pasar umum
pelayanan meliputi seluruh kota, serta terdapat beberapa criteria didalamnya
barang yang diperjualbelikan kurang antara lain adalah sebagai berikut
lengkap. Termasuk dalam pasar a. Kriteria pasar sesuai kelasnya
eceran. 1). Kelas I
e. Pasar khusus yaitu pasar yang terletak Luas lahan dasar minimal 2000m2.
dilokasi yang sangat strategis, Fasilitas yang tersedia antara lain
banguna yang dimiliki merupakan tempat parker, tempat bongkar muat,
bangunan permanen dan memiliki tempat promosi, tempat pelayanan
kemampuan pelayanan untuk wilayah kesehatan, tempat ibadah, kantor
kota serta barang yang pengelola, KM/WC, sarana
diperdagangkan terdiri dari satu pengamanan, sarana pengelolaan
macam barang khusus seperti kebersihan, sarana air bersih, instalasi
contohnya pasar bunga, pasar burung listrik dan penerangan lampu.
dan pasar hewan. 2). Kelas II
3. Menurut waktu kegiatannya pasar Luas lahan dasaran minimal 1500m2.
digolongkan menjadi empat jenis Tersedia fasilitas seperti tempat
a. Pasar siang hari yang beroperasi pada parker, tempat promosi, tempat
pukul 04.00 – 16.00 pelayanan kesehatan, tempat ibadah.

Page | 231
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

Kantor pengelola, KM/WC, sarana Barang berupa beras, ketan, palawija,


pengamanan, sarana pengolahan jagung, ketela, terigu, gula, telur,
kebersihan, sarana air bersih, instalasi minyak goring, susu, garam, bumbu,
listrik dan penerangan umum. berbagai jenis makanan, melinjo,
3). Kelas III kripik emping, kering-keringan
Luas lahan dasaran minimal 1000m2. mentah, mie, minuman, teh, kopi,
Tersedia fasilitas seperti tempat unggas, hewan peliharaan, makanan
promosi, tempat ibadah, kantor hewan, sangkar, obat-obatan dst
pengelola, KM/WC, sarana Jasa : penjahit, tukang cukur,
pengamaman, sarana air bersih, sablon, gilingan dan yang
instalasi listrik, dan penerangan dipersamakan
umum. 4). Golongan D
4). Kelas IV Barang berupa rombengan,
Luas dasaran minimal 500m2. rongsokan, kertas bekas, Koran bekas
Tersedia fasilitas antara lain tempat dan yang dipersamakan
promosi, kantor pengelola, Km/WC, Jasa : sol sepatu, jasa patri dan
sarana pengamanan, sarana air bersih, yang dipersamakan
instalasi listrik dan penerangan umum. Pedagang Tradisional
5). Kelas V Menurut Ananta (2011) Pedagang
Luas Dasaran minimal 50m2. Tersedia adalah pihak ketiga yang melakukan
fasilitas antara lain sarana kegiatan dengan menjual atau membeli
pengamanan dan sarana pengelola barang atau jasa yang menggunakan pasar
kebersihan. sebagai tempat kegiatannya. Sedangkan
b. Kriteria pasar sesuai dengan jenis Pedagang tradisional ,merupakan sosok
dagangannya yang taat hukum, taat azas, tidak mau
1). Golongan A merugikan orang lain, tidak mau menipu,
Barang yang diperjualbelikan berupa tidak ada akal licik, atau memanipulasi
logam mulia, batu mulia, permata, hukum untuk menghindari kewajiban
tekstil, kendaraan bermotor, selain itu karakter pedagang tradisional
kebutuhan sehari-hari dan yang adalah takut dosa (Ganesha, Purwanto dan
dipersamakan. Dwi, 2013).
Jasa : penukaran uang, perbankan Kultur social Pasar Tradisional
dan yang dipersamakan Berdasarkan kaitannya dengan
2). Golongan B budaya masyarakat pasar Menurut Damsar
Barang yang diperjualbelikan (1995) mengajukan tiga argument yakni
pakaian/sandang, paakaian tradisional, budaya membentuk actor rasional dari
pakaian pengantin, aksesoris ekonomi pasar, ide-ide teknologi kognitif
pengantin, sepatu sandal, tas, dan institusi yang berkaitan dengan
kacamata, arloji, aksesoris, souvenir, menciptakan kerangka kerja bagi ekonomi
kelontong, barang pecah belah, barang pasar, serta orang menggunakan budaya
plastic, obat-obatan, bahan kimia, untuk mengintreprestasikan dan
bahan bangunan bekas atau baru, dos, menyesuaikan diri terhadap hubungan-
alat tulis, daging, bumbu, ikan basah, hubungan dan institusi pasar. Argumen
ikan asin dan yang dipersamakan yang pertama menekankan perlunya nilai-
Jasa : wartel, titipan kilat, salon, nilai tertentu untuk dapat bergerak leluasa
kemasan, agen tiket, koperasi, dalam ekonomi pasar. Argumen yang
penitipan barang, jasa timbang dan kedua pada tingkat kolektif masyarakat
yang dipersamakan. pasar memerlukan seperangkat cadangan,
3). Golongan C strategi, institusi yang berbeda dengan
membentuk masyarakat lain. Argument

Page | 232
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

yang ketiga berkaitan dengan budaya yang akan dilaporkan dari unit yang
sebagai sarana dari penanaman bentuk menjadi tanggungjawabnya yang tidak
kapitalisme melalui makna. mempunyaihubungan dengan kenaikan
Nilai Pasar Tradisional dan penurunan profitabilitas perusahaan
Menurut Alexander dalam Hefner untuk jangka panjang. Dengan demikian
(2000) Hubungan dagang dibangun secara manajemen laba dapat diartikan suatu
bertahap dalam waktu yang lama, sehingga tindakan manajemen laba yang
pedagang yang berhasil tidak hanya mempengaruhi laba yang dilaporkan dan
memerlukan ketrampilan tawar menawar memberikan manfaat ekonomi yang keliru
dan keahlian pasar lainnya yang kepada perusahaan, sehingga dalam jangka
menghasilkan keuntungan-keuntungan panjang hal tersebut mampu mengganggu
pasar yang layak, tetapi juga ketrampilan kestabilan perusahaan.
pribadi untuk mengembangkan dan METODE PENELITIAN
mempertahankan hubungan social yang Tahapan penelitian
ramah. Dalam mempertahankan hubungan Penelitian ini menggunakan
social yang ramah pedagang harus beberapa tahapan antara lain
memiliki sistem yang dituntun dengan 1. Indentifikasi yaitu menjelaskan
nilai-nilai untuk melakukan hubungan fenomena dalam penelitian yang
relasi antara mereka. dilanjutkan dengan studi kepustakaan
Laba dan identifikasi masalah yang akan
Laba adalah keuntungan berbeda diteliti
antara penerimaan pada bisnis atau 2. Pengambilan data yaitu penjelasan
pembiayaan lainnya (Griffin dan Ronald, bagaimana cara pengambilan dan
2005). Perolehan laba pada pedagang pengumpulan data pada pedagang
sembako pada pasar tradisional tradisional di pasar.
dipengaruhi oleh beberapa faktor modal, 3. Tahap pengolahan data diperoleh dari
barang dagangan dan intervensi pemilahan berdasarkan penjelasan
pemerintah di mana keuntungan pedagang pedagang pasar tradisional.
berdasarkan observasi dan konflik nyata 4. Tahap analisis dan kesimpulan
(Novita dan Salam, 2016). Laba menurut menjelaskan secara diskriptif temuan
Hansen dan mowen (2001) menyatakan yang diperoleh dalam penelitian, yang
bahwa laba merupakan laba operasi didapatkan dari hasil wawancara pada
dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset pedagang tradisional yang ada pasar.
dan pengembangan. Unsur laba antara lain Lokasi Penelitian
adalah pendapatan, beban, biaya, untung Lokasi penelitian ini dilaksanakan
rugi, dan penghasilan. pada pedagang yang menjual sembako di
Manajemen Laba pasar tradisional wilayah kota Kediri, yaitu
Manajemen laba adalah tindakan Pasar Pahing dan Pasar Bandar.
campur tangan manajemen dalam proses Penentuan Informan
pelaporan keuangan eksternal yang Dalam menentukan informan yang
bertujuan menguntungkan diri sendiri atau akan diwawancara, peneliti menggunakan
manajer (Setiawati, 2002) dan langkah- beberapa kriteria sebagai berikut:
langkah yang dilakukan adalah disengaja 1. Relevance
dalam batasan prinsip akuntansi untuk Relevance dalam penelitian ini
tingkat pendapatan yang diharapkan diartikan bahwa informan yang dipilih
(Davidson,1987). harus sesuai dengan tujuan penelitian,
Istanafeli (2016) menjelaskan guna menghindari adanya jawaban
tentang manajemen laba yang merupakan yang tidak valid atau tidak sesuai.
tindakan yang dilakukan manajemen Informan dalam penelitian ini yaitu
dalam menaikkan dan menurunkan laba

Page | 233
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

pedagang yang menjual sembako data. (Sugiyono, 2016:137). Data primer


pada pasar tradisional di Kota Kediri. dalam penelitian ini adalah yang diperoleh
2. Rapport melalui wawancara langsung kepada
Agar dapat menggali informasi yang informan. Informan yang dimaksud adalah
lebih mendalam, maka peneliti harus pemilik kios dagang yang ada di pasar
bisa dekat dengan informan. pahing dan pasar Bandar Kota Kediri.
Kedekatan dengan informan Dalam penelitian kualitatif, data dan
diperlukan untuk menyamakan sumber data merupakan poin paling
persepsi dan tuuan, sehingga terhindar penting, sehingga peneliti menggunakan
dari kesalah pahaman secara individu alat bantu perekam audio ketika
maupun perbedaan persepsi dalam melakukan wawancara.
setiap item pertanyaan yang diberikan Pendekatan Penelitian
peneliti. Oleh karena itu, peneliti Pendekatan penelitian ini adalah
beberapa kali mengunjungi informan, kualitatif yang didasarkan pada paradigma
mulai dari awal perkenalan hingga fenomenologis. Pendekatan kualitatif
meminta bantuan untuk bersedia adalah metode penelitian yang sistematis
menjadi informan dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengkaji atau
sehingga bisa menggali lebih meneliti suatu obyek pada latar alamiah
mendalam tentang informasi yang tanpa ada manipulasi didalamnya karena
dibutuhkan dalam penelitian ini kondisi lapangan yang alamiah maka hasil
kepada informan. yang diharapkan bukanlah generalisasi
3. Readiness berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas
Informan harus siap diwawancarai, namun dari segi kualitas fenomena yang
sehingga sebelumnya peneliti diamati. ( Prastowo, 2012:24). Penelitian
meminta informasi peneliti kualitatif ini dilihat dari sudut pandang
menanyakan waktu dan tempat Fenomenologi, fenomenologi merupakan
terlebih dahulu, dimana informan pengalaman subjektif atau suatu studi
memiliki waktu luang dan tempat tentang kesadaran dari perspektif pokok
yang nyaman dalam melakukan seseorang (Moleong, 2017:14). Sehingga
pengambilan data atau wawancara. dapat dikatakan fenomenologi yaitu
Sehingga data yang diberikan kepada penelitian yang diawali dengan adanya
peneliti bisa relevan dan akurat. Oleh fenomena yang terjadi di lapangan
karena itu, peneliti terlebih dahulu kemudian dilakukan penelitian untuk
perlu melakukan konfirmasi kepada mendapatkan kebenaran akan masalah dan
informan. pemecahaannya. Fenomena dalam
4. Reassurance penelitian ini adalah adanya manajemen
Informan harus benar-benar berbicara laba pada pedagang tradisional yang
sesuai dengan keadaan yang memiliki karakteristik budaya yang kental
sesungguhnya terjadi. Informan tidak dalam masyarakat.
diperkenankan mendapat paksaan Proses Pengumpulan dan Analisis
dalam bentuk apapun ketika Informasi
wawancara berlangsung. Selain itu, 1. Proses pengumpulan informasi
peneliti berusaha agar proses a. Observasi. Teknik pengumpulan data
wawancara berjalan santai, sehingga dengan cara observasi terlebih dahulu
tidak terkesan seperti interogasi. disebabkan berhubungan dengan
Jenis dan Sumber Data manusia dan budaya masyarakat.
Data yang digunakan dalam b. Wawancara. Proses wawancara
penelitian ini merupakan data primer, Data dilakukan untuk menggali informasi
primer adalah sumber data yang langsung yang dibutuhkan peneliti, peneliti
memberikan data kepada pengumpulan membutuhkan studi pendahuluan

Page | 234
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

untuk menemukan masalah dalam pemeriksaan keabsahan data yang


penelitian yang akan diteliti secara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
mendalam. Peneliti memiliki data untuk keperluan pengecekan atau
keyakinan bahwa subyek penelitian sebagai pembanding tergadap data itu.
para pedagang adalah benar dan dapat Triangulasi merupakan cara terbaik untuk
dipercaya sehingga hasilnya mampu menghilangkan perbedaan konstruksi
dijadikan sebagai sumber utama kenyataan yang terdapat dalam konteks
dalam penulisan. suatu studi sewaktu mengumpulkan data
c. Dokumentasi peneliti. Dokumentasi tentang kejadian-kejadian dan hubungan
peneliti menjadikan salah satu cara dari berbagai pandangan.
dalam pengumpulan data yaitu berupa Sehingga dalam penelitian ini
dokumen, rekaman percakapan, studi digunakan triangulasi teknik, yaitu
pustaka dan pengambilan foto saat merupakan teknik pengecekan kredibilitas
wawancara. data yang dapat dilakukan dengan
2. Analisis informasi mengecek data yang telah diperoleh
a. Reduksi data. Reduksi data digunakan melalui beberapa teknik. Yaitu, selain
untuk menajamkan, menggolongkan, menggunakan teknik wawancara,
mengarahkan dan membuang yang digunakan observasi dan dokumentasi
dirasa tidak diperlukan kemudian untuk mengecek kredibilitas data yang
mengkoordinasikan data sehingga diberikan oleh informan.
tercapai kesimpulan akhir Teknik Analisis Data
b. Penyajian Data. Kegiatan penyusunan Analisis data merupakan upaya
data yang telah diperoleh sehingga berlanjut dan sistematis yang dilakukan
didapatkan penarikan kesimpulan saat pengumpulan data maupun setelah
yang bisa berbentuk teks naratif, data terkumpul seluruhnya. Dalam
matriks, grafik maupun bagan. penelitian ini, analisis sudah dimulai di
Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan awal, karena data yang diperoleh dalam
Pada penarikan kesimpulan, penelitian kualitatif akan terus
penelitian kualitatif akan disampaikan berkembang. Jika analisis sudah dilakukan
secara naratif yaitu merupakan penjelasan sudah dari awal, akan mempermudah
berupa kata-kata. Kesimpulan diverivikasi pelengkapan data jika masih ada yang
peneliti selama wawancara berlangsung, kurang.
dan makna-makna yang muncul dari Dalam penelitian ini analisis data
wawancara diuji kebenarannya, kecocokan yang digunakan yaitu analisis
yang merupakan kunci sebagai fenomenologi transcendental, yang lebih
validitasnya sehingga jelas kebenarannya berfokus pada studi kesadaran. Dalam hal
dan kegunaannya.(Haberman, 1992:16). ini,fenomenologi lebih menekankan pada
Dalam penelitian ini kesimpulan diperoleh keakuan seorang informan. Aku dalam
berdasarkan data yang diperoleh baik dari fenomenologi merupakan pusat dari
hasil observasi, wawancara dan lingkungan, akhirnya mengarah pada
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. bagaimana aku dalam tubuhku yang
Pengecekan Keabsahan Temuan mengambil ruang dan tempat tertentu
Pengecekan keabsahan data dapat untuk memperoleh pengalaman.
dilakukan salah satunya dengan Pengalaman ini nantinya akan membentuk
triangulasi, yaitu teknik mengecek intuisi dari aku.
keabsahan data dengan memanfaatkan Dalam teknik analisis
sesuatu yang lain (Moleong, 2017:330). fenomenologi transcendental, ada
Pengecekan keabsahan dalam penelitian beberapa hal yang harus dipahami dalam
ini menggunakan Triagulasi, Triagulasi analisis data (Kamayanti, 2016) yaitu:
menurut Moeloeng (2017) adalah teknik 1. Noema

Page | 235
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

Analisis fenomenologi selalu diawali 5. Eidetic Reduction


dengan melakukan identifikasi noema Tahap terakhir yaitu menentukan hasil
yang merupakan proses analisis dari pemaknaan-pemaknaan yang
bagian terluar dari temuan. telah dilakukan atau biasa disebut
2. Epoche (Bracketing) dengan eidetic reduction.
Setelah melakukan identifikasi noema
tahap selanjutnya ialah epoche yang HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan proses pengelupasan dari Deskripsi Informan
yang terluar sampai dengan yang Subjek penelitian ini adalah para
terdalam. pedagang pada pasar tradisional.
3. Noesis Pemilihan informan adalah sebagai berikut
Tahapan selanjutnya setelah epoche 1. Memiliki toko atau lapak yang
yaitu noesis atau pemaknaan yang menjual sembako pada pasar
lebih mendalam. Noesis merupakan tradisional
kesadaran yang muncul akibat 2. Pemilik toko yang telah berjualan
pengalaman karena dan pada waktu minimal 5 tahun, dengan
dan tempat tertentu. pertimbangan telah memahami seluk
4. Intentional Analysis beluk dalam memperoleh laba dan
Setelah mengetahui noema dan noesis, bagaimana menyiasati laba.
diperlukan pemahaman lannjutan
untuk mengetahui bagaimana noema Berikut merupakan data informan dalam
bisa membentuk noesis. Pemahaman penelitian ini:
ini disebut juga intentional analysis.
Tabel 1
Data Informan
Nama Barang yang dijual Tempat berjualan Lama berjualan
1. Bu Lilik Sembako Pasar Pahing Kota 17 tahun
Kediri
2. Bu Mahfud Sembako Pasar Bandar Kota 10 tahun
Kediri
Sumber: data diolah 2018

Teknik penelitian menggunakan melalui pertanyaan peneliti tentang


wawancara terhadap informan di masing pengertian laba menurut pendapat
masing tempat usaha. Informan diberikan kedua informan. Pada dasarnya
pertanyaan sesuai dengan fokus penelitian jawaban yang dikemukakan oleh kedua
dan jawaban dari informan langsung informan adalah sama, yaitu Bu lilik
didokumentasikan dengan menggunakan mengatakanlaba itu kelebihan harga
alat perekam. ya…dari barang yang kita beli ,,yang
mau kita jual” maksudnya adalah laba
Hasil Analisis Data dan Pembahasan diperoleh dari selisih harga dari barang
Berikut hasil analisis wawancara yang menjadi modal awalnya atau
yang telah dilakukan oleh fenomenolog “kulaan” , dan laba menurut Ibu
kepada informan. Mahfud yaitu “ keuntungan dari
1. Identifikasi Noema menjual sebuah barang”. Sehingga
Pada identifikasi noema, peneliti dapat disimpulkan bahwa laba menurut
mencoba menggali informasi mengenai para pedagang dipasar adalah
makna laba yang dilakukan oleh keuntungan dari mereka menjual suatu
informan. Hasil identifikasi noema pada barang, selisih biaya tersebut di dapat
unit analisis makna laba diperoleh dari harga jual yang mereka tawarkan

Page | 236
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

ke konsumen atau pelanggan dikurangi Ibu Lilik menyatakan hal tersebut sudah
biaya saat mereka membeli barang dari biasa, dan menganggapya sebagai
agen. Dan ini sesuai dengan teori piutang. Sedangkan apabila kekurangan
Nafarin (2007) yang menyatakan bahwa pembayaran tersebut hanya berjumlah
laba merupakan perbedaan antara kecil, yaitu antara Rp100-Rp 500 beliau
pendapatan dengan keeimbangan biaya akan mengikhlaskan.
dan pengeluaran dalam periode tertentu. Ibu Mahfud menyatakan hal serupa,
menganggapya sebagai piutang,
2. Identifikasi Epoche meskipun tanpa adanya suatu jaminan
Setelah rmenggali info terluar, apapun, beliau yakin bahwa si pembeli
selanjutnya adalah poses pengelupasan akan kembali suatu hari dengan
dari yang terluar sampai dengan yang melunasi kekurangan pembayaran
terdalam. Pada tahap ini, peneliti mulai tersebut. Bahkan, apabila kekurangan
menggali informasi tentang bagaimana pembayaran tersebut hanya berjumlah
cara yang dilakukan oleh informan kecil, yaitu antara Rp500-Rp 1.000
untuk memperoleh laba. beliau malah mengikhlaskannya begitu
Ibu Lilik menyatakan bahwa, laba saja.
ditentukan sebesar 5-10% dari modal,
sehingga laba mencapai Rp 500-Rp 4. Identifikasi Intentional Analysis
1.000 per produk. Setelah mengetahui noema dan noesis,
Sedangkan Ibu Mahfud, jika pembeli diperlukan pemahaman lannjutan untuk
grosir dirinya hanya mengambil untung mengetahui bagaimana noema bisa
Rp 100-Rp200 per produk atau 2-3%, membentuk noesis. Pemahaman ini
tapi jika ecer antara Rp 500-Rp 1.000 disebut juga intentional analysis.
per produk. Dalam hal ini peneliti menggali
Pernyataan yang didapat dapat ditarik informasi, bagaimana seorang
kesimpulan bahwa laba yang diperoleh pengusaha yang tujuannya adalah
berasal dari laba yang diinginkan memperoleh laba, dengan mudah
didasarkan pada modal atau dasar harga mengikhlaskan laba begitu saja. Berikut
dari agen. adalah ungkapan dari kedua informan
mengenai hal tersebut.
3. Identifikasi Noesis Ibu Lilik menyatakan bahwa tujuannya
Tahapan selanjutnya setelah epoche tidak lain adalah untuk menarik
yaitu noesis atau pemaknaan yang lebih pembeli, agar pembeli kembali lagi
mendalam. Noesis merupakan membeli barang dagangan darinya.
kesadaran yang muncul akibat Sedangkan Ibu Mahfud melakukan hal
pengalaman karena dan pada waktu dan tersebut, lebih kepada untuk
tempat tertentu. membentuk suatu hubungan
Pada tahap ini, peneliti mencoba persaudaraan dengan pelanggan.
menggali mengenai hal yang akan Dengan begitu, pelanggan akan menjadi
dilakukan oleh informan ketika laba seperti saudara sendiri, yang secara
yang menjadi tujuan usahanya akan tidak langsung akan meningkatkan
berkurang karena suatu hal. Banyak loyalitas, karena saat ini jumlah
terjadi pada pasar tradisional, ketika pedagang di pasar tradisional yang
seorang pembeli ketika akan menjadi pesaingnya pun terus
membayar, ternyata uang yang bertambah, ditambah lagi penjual sayur
dibawanya tidak cukup. Beginilah online pun sudah mulai marak.
tanggapan dari kedua informan Bahkan selain dengan jalan
mengenai hal tersebut. mengikhlaskan laba, kedua informan
juga menarik loyalitas pembeli dengan

Page | 237
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

cara memberikan bingkisan lebaran berbelanja pada toko mereka.


kepada pelanggan setia mereka. Bingkisan yang diberikan seadanya
dengan tujuan loyalitas konsumen dan
5. Eidetic Reduction karena adanya tradisi yang telah turun
Tahap terakhir yaitu menentukan hasil temurun.
dari pemaknaan-pemaknaan yang telah 4. Dengan laba minim untuk tiap produk
dilakukan atau biasa disebut dengan dan dengan adanya bingkisan hari
eidetic reduction. raya laba bagi pedagang semakin
Dari keempat analisis di atas, maka berkurang belum lagi adanya retribusi
sudah dapat kita maknai hasil penelitian pasar yang dibayarkan Rp 3000 per
ini dengan menyimpulkannya. Pada hari. Dengan minimnya perolehan
dasarnya, alasan seseorang menjalankan laba sehingga ada tujuan selain
sebuah usaha adalah untuk memperoleh orientasi laba yaitu untuk mengisi
laba, laba menjadi tolok ukur kinerja waktu luang, untuk menambah
bagi perusahaan-perusahaan besar. saudara dan kenalan.
Laba yang menurun bahkan menjadi
sinyal yang kurang baik bagi pihak DAFTAR PUSTAKA
investor, hal tersebut membuat pemilik
melakukan beberapa hal untuk Ananta, Heri. Dkk. 2011. Menahan
menstabilkan laba, karena itulah ada serbuan Pasar Modern : Strategi
istilah manajemen laba. Perlindungan dan Pengembangan Pasar
Akan tetapi ternyata pada pasar Tradisional. Lembaga Ombudsman
tradisional, konsep laba tersebut jauh Swasta DIY. Yogyakarta
berbeda. Karena dengan konsep
“nambah dulur”, pedagang tradisional Alexander, J. 2000. Wanita Pengusaha di
rela mengurangi perolehan labanya, Pasar-pasar Jawa. Dalam Robert
demi memperoleh loyalitas dari Hefner. Budaya Pasar: Masyarakat dan
pelanggan. moralitas dalam kapitalisme Asia Baru.
Penerbit LP3ES. Jakarta
KESIMPULAN
1. Informan mendefinisikan laba A.C. Nielsen. 2005. Asia Pacific Retail
merupakan keuntungan atau kelebihan and Shopper Trends 2005 (online).
harga dari modal, laba yang diambil http://www.acnielsen.de/pubs/document
para pedagang berkisar Rp 100 hingga s/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf
Rp 1.000 tiap produk atau 2-10% dari Davidson,S. Stickney, C. and Weil, R.
harga distributor. 1987. Accounting: The language of
2. Informan relative flexible dalam hal Business. Seventh Edition. Thomas
hutang piutang, di mana jika pembeli Horton and Daughter. Arizona
kurang membawa uang berkisar Rp
100 hingga Rp 1.000 maka penjual Griffin, Ricky W. dan Ronal J.Ebert. 2005.
atau pedagang lebih mengihklaskan. Bisnis. Edisi 7. Jakarta: PT Indeks,
Dimana harapan pedagang adalah Kelompok Gramedia.
dengan adanya kemudahan tersebut
berharap pembeli akan rutin kembali Hansen. Mowwen. 2001. Manajemen
membeli barang kebutuhannya di Biaya. Penerbit Erlangga. Jakarta
tokonya.
3. Para pedagang dipasar tradisonal, Istana.Feli. 2016. Manajemen Laba
khususnya informan terbiasa dengan (Earning Manajemen).
adanya bingkisan hari raya yang https//istanafeli.wordpress.com/2016/12
diberikan pada pembeli yang rutin

Page | 238
Majalah Ekonomi _ ISSN No. 1411-9501 _Vol. XXIII No. 2_Desember 2018
Erna Puspita & Dian Kusumaningtyas

/14/manajemen-laba-earning-
manajement/ Setiawati, Lilis. 2002. Manajemen Laba
dan IPO di Bursa Efek Jakarta.
Kamayanti, A. 2016. Metodologi Simposium Nasional Akuntansi 5.
Penelitian Kualitatif Akuntansi. (A. D. Semarang 5-6 September 2002. Hal:
Mulawarman, Ed.). Jakarta: 112-125
Ngapurancang.
Sugiyono. 2016. Metodelogi Penelitian
Moleong, L. J. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Kualitatif (36th ed.). Bandung: PT Penerbit CV Alfabetha. Bandung
Remaja Rosdakarya.
Sumintarsih,dkk. 2011. Ekssistensi Pasar
Novita, wiwin dan Salam,Abdul. 2016. Tradisional, Relasi dan Jaringan Pasar
Analisis Faktor-faktor yang Tradisional Di Kota Surabaya, Jawa
mempengaruhi Tingkat Laba Usaha Timur. Yogyakarta: Kementrian
Dagang Pada Pedagang Sembako Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat
Muslim (Studi Kasus di Pasar Jendral Nilai Budaya, Seni dan Film,
Tradisional Bantul). Jurnal Ekonomi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Syariah Indosiam. Juni 2016/1437H. Tradisional.
Volume VI. No.1. Hal 62-72. Program
Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Wiboonpongse,A.,S. Sriboonchitta and Y.
Ilmu Agama. Universitas Alma Ata Chaovanapoonphol. 2006. Revenews of
Yogyakarta. Knoeledge of Informal Labor in
Contract Farming and Hired Labor.
Oktavia, Galuh. 2007. Redesain Pasar Health Promotion Plan for Informal
Jongke Surakarta. Skripsi S-1. Fakultas Farm Labor Sector. Thai Health
Teknik. Jurusan Arsitektur. Universitas Promotion Foundation
Atmajaya.
https://news.detik.com/berita/d-
Peraturan Bupati Kabupaten Grobogan 3412000/jokowi-pasar-tradisional-akan-
no.25 Tahun 2012 hilang-gara-gara-online-store. tanggal
20 maret 2018. Pukul 20:36
Peraturan Menteri no.20 Tahun 2012
Tentang Ciri cirri pasar tradisional https://
www.kompasiana.com/Kepemilikan
Peraturan Menteri Perdagangan No.53/M- pasar tradiisionel. 21 Desember 2016.
DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar http://yogas09.student.ipb.ac.id/gambar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan an-umum-pasar-tradisional/
Toko Modern

Peraturan Presiden Republik Indonesia no.


112 Tahun 2007
Perda. Yogyakarta no.2 Tahun 2001
Tentang Pasar

Prastowo. Andi. 2012. Metode Penelitian


Kualitatif Dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Penerbit: Ar-Ruzzmedia.
Yogyakarta

Page | 239

Anda mungkin juga menyukai