Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN ASMA


BRONKHIAL PADA Tn.M RUANG IGD RSUD dr LOEKMONO HADI KUDUS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gawat Darurat
Di IGD RSUD dr Loekmono Hadi Kudus

Disusun oleh kelompok :

1. Noorhadi S (N520184394) 7. Samini (N520184351)


2. Heny Indrawati (N520184383) 8. Puji Astuti (N520184349)
3. Muslimah (N520184347) 9. Siti Munawaroh (N520184353)
4. Murwati (N520184392) 10. Vera Veronika (N520184415)
5. Ruly Kusuma A (N520184350) 11. Sri Susilowati (N520184355)
6. Siti Nurjanah (N520184417) 12. Supriyono (N520184357)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019

1
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN ASMA
BRONKHIAL PADA Tn.M RUANG IGD RSUD dr LOEKMONO HADI KUDUS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gawat Darurat
Di IGD RSUD dr Loekmono Hadi Kudus

Disusun oleh kelompok :


KELOMPOK 6
1. Samini NIM. N520184351
2. Siti Munawaroh NIM. N520184353
3. Siti Nur Janah NIM. N520184417
4. Sri Susilowati NIM. N520184355
5. Supriyono NIM. N520184357
6. Vera Veronica NIM. N520184415

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Pada Kegawatdaruratan Asma


Bronkhial Pada Tn.M Ruang IGD Rsud Dr Loekmono
Hadi Kudus

Nama Mahasiswa :
1. Samini
2. Siti Munawaroh
3. Siti Nurjanah
4. Sri Susilowati
5. Supriyono
6. Vera Veronica
7. Noorhadi S
8. Heny Indrawati
9. Muslimah
10. Murwati
11. Ruly Kusuma A
12. Siti Nurjanah

Kudus, September 2019

Dosen Pembimbing CI Ruangan

Heny Siswanti, S.Kep.Ns. M.Kep. Imron Fuadi, S.Kep. Ners.


NIDN: NIP. 19760620 2006 04 1 014

iii
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Kegawatdaruratan Asma Bronkhial Pada Tn.M Ruang IGD
Rsud Dr Loekmono Hadi Kudus. Alhamdulillah atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak dr. Abdul Aziz Achyar, M.Kes., selaku Direktur RSUD dr.Loekmono Hadi
Kudus.
2. Bapak Imron Fuadi, S.Kep.Ns, selaku CI yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan selama praktek ners di ruang IGD.
3. Ibu Magfiroh, S.Kep.Ns, selaku CI yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
4. Bapak Nora Hadi m, S.Kep.Ns, selaku CI yang telah memberikan bimbingan dan
arahan.
5. Ibu Heny Siswanti, S.Kep.Ns. M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan.
6. Rekan-rekan seperjuangan, untuk kerjasamanya, semangat dan dukungannya dalam
menyelesaikan makalah ini.
7. Pasien dan keluarga pasien, yang bersedia membantu dan bekerjasama dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak yang membutuhkan.

Kudus, September 2019

Penulis

iv
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................... iError! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 4v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 5
BAB PENDAHULUAN ...................................................................................................... 6
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 6
B. TUJUAN.................................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 8
A. DEFINISI .................................................................................................................. 8
B. ETIOLOGI ................................................................................................................ 8
C. KLASIFIKASI .......................................................................................................... 9
D. MANIFESTASI KLINIS .......................................................................................... 10
E. PATOFISIOLOGI .................................................................................................. 100
F. PATHWAY .............................................................................................................. 12
G. KOMPLIKASI ......................................................................................................... 13
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................................. 13
I. PENATALAKSANAAN MEDIS ............................................................................ 14
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN .......................................................... 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................. Error! Bookmark not defined.
A. PENGKAJIAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
B. EVALUASI .......................................................... Error! Bookmark not defined.8
BAB IV PENUTUP ....................................................... Error! Bookmark not defined. 29
A. KESIMPULAN ................................................... Error! Bookmark not defined. 29
B. SARAN................................................................. Error! Bookmark not defined.0
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... vi

v
5
BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit
asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas
dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi
penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa
diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan
waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran tenaga kesehatan dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Tenaga
kesehatan dalam hal ini dokter maupun perawat sebagai pintu pertama yang akan diketuk
oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi
serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti
Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat
insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak
buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran
di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan
kematian (Muchid dkk, 2007)
Maka disini kami akan memaparkan tentang Asma Bronchial yang nantinya akan
dibutuhkan oleh kita selaku pemberi askep. Didalamnya terkandung Definisi Penyakit Asma
Bronchial, Etiologi Penyakit Asma Bronchial, Patofisiologi Penyakit asma bronkial, Gejala

6
Klinis Penyakit Asma Bronchial, Diagnosis Penyakit Asma Bronchial dan Pencegahan
Penyakit Asma Bronchial.

B TUJUAN

1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui dan memahami tentang Asma Bronkhiale.
2. Tujuan Khusus:
- Mampu menjelaskan definisi Asma bronkhial
- Mampu memahami Etiologi Asma bronkhial
- Mampu menjelaskan Patofisiologi Asma bronkhial
- Mampu menjelaskan manifestasi klinik Asma bronkhial
- Mampu menjelaskan Penatalaksanaan Asma bronkhial
- Mampu melakukan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Asma
bronkhial

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A DEFINISI
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Muttaqin, 2008).
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat
penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang dengan
sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval
asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, karena
adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible, peradangan
pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan
hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan oleh spasme/ kontraksi
otot polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat
(Putri & Sumarno, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma bronchial
adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran
nafas yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase
ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).

B ETIOLOGI
Penyebab terjadinya asma menurut Kowalak (2011) diantaranya :
1) Faktor ekstrinsik: reaksi antigen-antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang, spora jamur, dan tepung sari rerumputan), polen (tepung sari
bunga), debu rumah atau kapang, bantal kapuk atau bulu, zat aditif pangan yang
mengandung sulfit, zat lain yang menimbulkan sensitifitas.
2) Faktor intrinsik: infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasma, kemudian dari
fisik: cuaca dingin, perubahan temperature atau kelembapan, tertawa, faktor genetik,
emosional; takut, cemas, dan tegang, perubahan endokrin.
3) Iritan: kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum.)
4) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

8
5) Obat-obatan: aspirin, NSAID, β-bloker.

C KLASIFIKASI

Menurut Djojodibroto (2017) , ada 2 penggolongan besar asma bronchial, yaitu :


a. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai riwayat pribadi atau
riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat disebut asma ekstrinsik (asma alergik)
yaitu asma yang mulai terjadi saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat, mekanisme
terjadinya berkaitan dengan sistem imun.
b. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan diatesis atopik. Asma ini
golongkan sebagai asma instrinsik atau asma idiosinkratik yaitu asma yang terjadi saat
dewasa, kadar IgE normal dan bersifat Non-imun.

Menurut Konthen, P.G, dkk dalam buku pedoman diagnosis dan terapi Konthen, P.G,
dkk (2008; 53) asma dibagi menjadi 4 derajat yaitu:
1) Derajat I: intermitten
a. Gejala muncul kurang dari sekali dalam satu minggu
b. Kekambuhan berlangsung singkat
c. Serangan atau gejala asma pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
d. FEV2(Force Expiratory Volume dalam 2 detik) > 80% prediksi atau PEF (Peak
Expiratory Flow)> 80% nilai terbaik penderita
e. Variabilitas PEEF atau FEV1< 20%
2) Derajat II: persisten ringan
a. Gejala muncul > 1 kali dalam seminggu, tetapi tidak setiap hari
b. Kekambuhan mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu tidur
c. Serangan atau gejala asma pada malam hari > 2 kali dalam sebulan
d. FEV1> 80% prediksi atau PEEF > 80% nilai terbaik penderita
e. Variabilitas PEF atau FEV, 20-30%
3) Derajat III: persisten sedang
a. Gejala muncul setiap hari
b. Kekambuhan mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu tidur
c. Serangan atau gejala asma pada malam hari > 1 x dalam seminggu
d. FEV1 60-80% prediksi atau PEF 60-80% nilai terbaik penderita
e. Variabilitas PEF atau FEV1>30%
4) Derajat IV persisten berat

9
a. Gejala muncul setiap hari
b. Kekambuhan sering terjadi
c. Serangan atau gejala asma pada malam hari sering terjadi
d. FEV1< 60% prediksi atau PEF < 60% nilai terbaik penderita
e. Variabilitas PEF atau FEV1> 30%.

D MANIFESTASI KLINIS
Menurut Djojodibroto (2009:69) dan Muttaqin (2008:172) ada beberapa
manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien dengan asma:
a. Pernafasan labored (perpanjangan ekshalasi).
b. Pembesaran vena jugularis.
c. Wheezing, yaitu suara yang terdengar kontinu, nadanya lebih tinggi dibanding
suara napas lainnya. Suara ini disebabkan karena adanya penyempitan saluran
napas kecil (bronkus perifer dan bronkiolus). Karena udara melewati suatu
peyempitan (Djojodibroto,2009:69).
d. Dispnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan, cuping
hidung, retraksi dada dan stridor.
e. Akibat dari bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkholus serta
hipereksresi mucus menyebabkan terjadinya penyempitan pada bronkiolus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak, napas berbunyi dan batuk
produktif (Muttaqin, 2008:172).
f. Gelisah.
g. Lebih sering terjadi pada anak-anak. Anak mengalami gelisah karena sesak napas
yang dialami.
h. Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bicara.
i. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest ini timbul akibat
terjadinya overinflasi paru, overinflamasi paru terjadi karena adanya sumbatan
sehingga paru berusaha mengambil udara secara paksa).
j. Serangan berlangsung lebih dari 24 jam.

E PATOFISIOLOGI
Asma terjadi karena adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif bronkus
terhadap bahan iritasi, alergen, atau stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen
otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau
IgE) dengan adanya alergi. IgE dimuculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan

10
antigen menyebabkan pengeluaran histamine, bradikinin, anafilaktosin. Mediator tersebut
akan menyebabkan kontraksi otot polos yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler, oedema mukosa, sekresi mukus meningkat sehingga produksi sekret meningkat.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap: pertama tahap immediate/segera yang ditandai
dengan bronkokonstriksi dalam 1-2 jam (puncaknya dalam 30 menit). Dalam beberapa menit
dari paparan alergen, ditemukan degranulasi sel mast bersamaan dengan pelepasan mediator
inflamasi, termasuk histamin, prostaglandin D2, dan leukotrien C4. Zat ini menyebabkan
kontraksi otot pada saluran pernafasan serta peningkatan permeabilitas kapiler, sekresi lendir,
dan aktivasi refleks saraf. Respon asma dini ditandai dengan bronkokonstriksi yang
umumnya responsif terhadap bronkodilator, seperti agen beta2-agonis. Tahap delayed
dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama
dan menghilang dalam 12-24 jam, tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Pelepasan mediator inflamasi
bilangan molekul adhesi pada epitel saluran napas dan endotelium kapiler, yang kemudian
memungkinkan sel-sel inflamasi, seperti eosinofil, neutrofil, dan basofil, untuk melampirkan
epitel dan endotelium dan kemudian bermigrasi ke dalam jaringan jalan napas. Eosinofil
melepaskan eosinophilic cationic protein (ECP) dan protein dasar utama (MBP). Kedua ECP
dan MBP menginduksi deskuamasi epitel saluran napas dan mengekspos ujung saraf.
Interaksi ini mempromosikan hyperresponsiveness napas pada asma lebih lanjut. Hal ini
dapat terjadi pada individu dengan eksaserbasi asma ringan. Selama serangan asthmatik,
bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen
jalan nafas menjadi bengkak dan obstruksi sehingga ventilasi tidak adekuat terjadi penurunan
P02 (hipoxia). Selama serangan astma, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan
nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea dan dapat
menimbulkan distress nafas (Constantine, 2012).

11
F PATHWAY
Faktor pencetus serangan

Faktor ekstrinsik: Campuran Faktor intrinsik:


Inhalasi alergen (debu, Polusi udara: CO2,asap rokok,parfum
rokok,parfum, serbuk- Emosional: takut,cemas,stress
serbuk, dan bulu binatang) Fisik: cuaca dingin,perubahan
temperature
Infeksi: parainfluenza
virus,pnemonia, mycoplasma
Iritasi: kimia
Aktivitas yang berlebihan

Reaksi antigen & antibody

Antigen merangsang IgE di sel mast, maka terjadi reaksi antigen-antibodi

Proses pelepasan produk-produk sel mast (mediator kimiawi) : histamin, bradikinin,


prostaglandin, anafilaksis.

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada jalan nafas

Edema dinding bronkiolis Kontraksi otot polos Peningkatan produksi mucus

Obstruksi jalan nafas Spasme otot bronkus (bronkospasmus) Peningkatan sekresi


mukus

MK : pola nafas tidak


efektif dypsneu Rangsangan batuk

MK : Bersihan jalan
Asma
Ketidakseimbangan suplai dan nafas tidak fektif
kebutuhan O2

Tubuh lemah Muncul pada malam hari Kurang pajanan informasi

MK : Intoleransi MK : Gangguan MK : Defisit


aktivitas pola tidur pengetahuan

12
G KOMPLIKASI

Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak berespon terhadap
terapi rutin. Status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas dengan hipoksemia,
hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan terapi obat agresif
dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas akut, komplikasi lain
terkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi pernafasan, atelektasis, pneumotoraks,
dan cor pulmonale (Priscilla, Karen, Gerene, 2016).

H PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Muttaqin (2008:178) ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada


penderita asma yaitu:

a. Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri)


Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20 %
menunjukkan diagnosa asma.
b. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV1 sebesar 20 % atau lebih
setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEF 10 % atau lebih.
c. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d. Pemeriksaan Laboratorium
- Analisa Gas Darah
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
- Sputum
Adanya badan kreola adalah karekteristik untuk serangan asma berat, karena
reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan
gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur
dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
- Sel Eosinofil

13
Sel eosinofil pada status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma
intriksik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-
200/mm3.
- Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yag lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi.
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya
normal, tetapi prosedur ini tetap harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis.

I PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Edukasi penderita
Penderita dan keluarga harus mendapatkan informasi dan pelatihan agar dapat
mencapai kendali asma semaksimal mungkin. Diharapkan penderita dan keluarga
dapat membina hubungan yang kooperatif dengan tingkat kepatuhan yang tinggi.
Pasien diinstruksikan untuk segera melapor apabila terdapat tanda-tanda dan gejala
yang menyulitkan, seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut, tidak
mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler, atau mengalami infeksi
pernafasan. Hidrasi adekuat harus dipertahankan di rumah untuk menjaga sekresi agar
tidak mengental (Konthen, P.G, 2008: 55).
2. Upaya menghindari faktor resiko
Kekambuhan asma sering kali dipicu oleh beberapa macam alergen, polutan,
makanan, obat-obatan, atau infeksi saluran nafas. Menghindari faktor-faktor pencetus
dapat mengurangi frekuensi kekambuhan, meningkatkan kendali asma, dan
mengurangi kebutuhan obat-obatan (Konthen, P.G, 2008: 55).
3. Terapi Medikamentosa
Terapi ditentukan berdasarkan derajat asma. Secara umum terapi medikamentos a
untuk asma dikelompokkan menjadi obat-obat pelega (reliever) dan obat-obat
pengendali (controller).Setelah kendali asma tercapai sekurangnya selama 3 bulan
dapat dicoba untuk mengurangi secara bertahap (step down) agar kendali asma dapat
dicapai dengan terapi yang minimal (Konthen, P.G, 2008: 55).

14
4. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol (Alupent, metrapel).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empat kali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason
dipropinate) dengan dosis 800 mg, empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka
lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak. Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
5. Pengobatan selama serangan status asthmatikus.
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam.
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul.
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan
drip RL atau D5% mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexametason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.

15
J PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya & Putri
(2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi:
a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll.
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting.
c. Data riwayat kesehatan.
d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak ada
nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/menghadapi suatu krisis emosional.
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu.
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga yang mengalami asma.
2) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis alergi,
sinustis, dermatitis, dan lain-lain.
g. Pemeriksaan fisik: tingkat distres yang tampak, tanda-tanda vital, kecepatan
pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang paru, nadi apikal.
h. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan aliran
ekspirasi puncak, gas darah.
i. Pola Fungsional Gordon
Pola persepsi kesehatan –manajemen (pemeliharaan kesehatan)
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi, berpakaian, eliminasi,
mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi, naik tangga.
– Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–
otot aksesoris pernapasan (retraksi otot interkosta).

16
– Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,
takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan, ronkhi,
hiperresonan pada perkusi.
– Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat
kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan kuantitas jam
tidur.
3) Pola nutrisi-metabolic
– Berapa kali makan sehari
– Makanan kesukaan
– Berat badan sebelum dan sesudah sakit
– Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
– Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
– Nyeri
– Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra).
6) Pola konsep diri
– Gambaran diri
– Identitas diri
– Peran diri
– Ideal diri
– Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminnya.
8) Pola peran hubungan
– Hubungan dengan anggota keluarga
– Dukungan keluarga

17
– Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
– Persepsi keyakinan
– Tindakan berdasarkan keyakinan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
mukus.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam diharapkan Jalan nafas kembali efektif
dengan kriteria hasil:
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing
berkurang/hilang, tanda-tanda vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
 Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya: peninggian kepala tidak duduk
pada sandaran
 Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah.
 Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk.
 Berikan air hangat.
b. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam diharapkan Pola nafas kembali efektif
dengan kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekspansi paru mengembang

Intervensi :
 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
 Observasi pola batuk dan karakter sekret.
 Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

18
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam diharapkan Klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan kriteria hasil :
Keadaan umum klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara
mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.
Intervensi :
 Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
 Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
d. Gangguan pola istirahat tidur berhunungan dengan sesak nafas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam, diharapkan kebutuhan istirahat tidur
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
Tanda-tanda kurangnya istirahat tidur tidak ada (seperti : mata lelah, pucat dll)
Intervensi :
 Kaji kebiasaan tidur sebelum sakit dan saat sakit.
 Observasi efek obat-obatan yang dapat diderita pasien.
 Mengawasi aktivitas kebiasaan pasien.
 Anjurkan pasien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
 Ciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman.
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam diharapkan pengetahuan klien tentang
proses penyakit menjadi bertambah dengan kriteria hasil:
Mencari tentang proses penyakit :

19
 Klien mengerti tentang definisi asma.
 Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma.
 Klien mengerti komplikasi dari asma.
Intervensi :
 Diskusikan aspek ketidaknyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan,
dan harapan kesembuhan.
 Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
 Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
 Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan
kesehatan.

20
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN ASMA BRONKHIAL
PADA Tn. M DI RUANG IGD RSUD dr LOEKMONO HADI KUDUS

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama pasien : Tn.M
Usia : 66 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Diagnosa medis : Asma Bronkhial
No. Register : 815553
Tanggal masuk : 20 September 2019
Tanggal pengkajian : 20 September 2019 jam 13.45
2. KeluhanUtama
Sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 3 hari di rumah sebelum masuk IGD yaitu tanggal 17 Sepetember 2019 pasien
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan ada riwayat asma sudah 4 tahun ini. Pasien
mengatakan sudah berobat ke puskesmas Bae, sesak nafas agak berkurang. Mulai
tanggal 20 September 2019 jam 10.00 tadi pagi badan terasa demam dan nafas
bertambah sesak. Kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSUD dr.
LOEKMONO HADI KUDUS jam 13.45 WIB dengan keluhan sesak nafas,batuk,
dahak tidak bisa keluar, badan demam, tekanan darah 126/72 mmHg, nadi 92 x/menit,
frekuensi pernafasan 34 x/menit, suhu 38˚C, saturasi oksigen 92 %. Dari hasil
pemeriksaan auskultasi paru didapatkan ronchi +/+ dan wheezing +/+. Dari dr IGD
pasien di dignosa asma bronkial dan mendapatkan terapi dokter jaga IGD, yaitu :
 infus RL 20 tetes/menit
 oksigen 3 liter/menit dengan nasal kanul
 nebulizer ventolin 1 amp, pulmicort 1 amp, bisolvon 20 tetes
 injeksi dexametason 1 ampul/IV
 per-oral NAC 1 tab, salbutamol 1 tab.

21
4. Pengkajian fokus
Pengkajian Dx Keperawatan
Air Ways (JalanNafas) (v ) Aktual
Sumbatan : ( ) Resiko
( ) Benda asing
( ) Darah Bersihan jalan nafas tidak efektif
( ) Bronkospasme b.d peningkatan produksi sputum
(v ) Sputum
( ) Lendir
Bunyinafas :
(v ) Vesikuler ( )
Hiperesonan
(v ) Ronchi ( ) creakles
(v) Wheezing ( ) snoring
Breathing (pernafasan) (v ) Aktual
Sesak dengan : ( ) Resiko
( ) Aktifitas
(v ) Tanpa aktifitas Pola nafas tidak efektif b.d
( ) Menggunakan otot penyempitan jalan nafas
tambahan
Frekuensi: 34 x/menit Gangguan pertukaran gas
SpO2 92 % b.d………
Pengembangan dada
( v) Simetris ( ) Tidak simetris
Irama;
(v ) Teratur
( ) Tidak teratur
Kedalaman :
( ) Dalam
(v) dangkal
Batuk :
(v) Produktif
( ) Non produktif
Jejas luka di dada
( ) Ada (v) Tidak ada

Sputum :
 Warna putih
 Konsistensi kental
Circulation( Sirkulasi) ( ) Aktual
Sirkulasi perifer : ( ) Resiko
Nadi: 92x/menit
Irama: Penurunan curah jantung
(v ) Teratur b.d………
( ) Tidakteratur ……………………………..
Denyut: …………………………….
( ) lemah
(v ) Kuat
( ) takkuat

22
TD: 126/72 mmHg
Ekstremitas
(v) Hangat
( ) Dingin
Warna kulit:
( ) Cyanosis
( ) Pucat
( ) Kemerahan
Pengisian kapiler 3dtk
Turgor kulit baik
Mukosa:
( ) Kering (v ) Lembab
Edema:
( ) ya ( ) Aktual
( v ) Tidak ( ) Resiko
Jika ya:
( ) Muka Gangguan keseimbangan cairan
( ) Tanganatas dan elektrolit
( ) Tungkai ( ) Kurang
( ) Anasarka ( ) Lebih
Eliminasi dan cairan b.d……………………………
BAK; 4-5 x/hari ……………………………….
Jumlah:
( ) Sedikit
( ) Banyak
(v ) Sedang
Warna:
(v ) Kuning jernih
( ) Kuning kental
( ) Merah
( ) Putih
Rasa sakit
( ) Ya (v ) Tidak
Keluhan sakit pinggang
( ) Ya ( v) Tidak
BAB; 1x/hari.Diare:tidak
Abdomen:
( ) Datar ( v) Cembung
( ) Elastis ( ) Cekung
( ) Lembek ( ) Asites
( ) Kembung
Turgor:
(v ) Baik ( ) Sedang
( ) Buruk
Mukosa:
(v ) Lembab ( ) Kering
Kulit:
( ) Bintik merah
( ) Jejas
( ) Lecet lecet

23
( ) Luka
Suhu 38°C Hipertermi b.d proses
Pencernaan: penyakitnya ( peningkatan
Lidah kotor produksi sputum)
( )Ya (v ) Tidak
Nyeri:
( ) Ya
( ) Ulu hati
( ) Kuadran kanan
( ) Menyebar
(v ) Tidak
Integumen ( kulit)
Terdapat luka:
( ) Ya ( v) Tidak
Dalam:
( ) Ya ( ) Tidak
Perdarahan:
( ) ( ) Tidak
Dissability ( ) Aktual
Tingkat kesadaran ( ) Resiko
( v) Compos mentis
( ) Apatis
( ) Somnolen Gangguan perfusi jaringan
( ) Sopor serebral
( ) Soporo coma b.d…………………………
( ) koma ………………..
Pupil:
(v) Isokor
( ) Anisokor
( ) Miosis
( ) Medriasis
Reaksi terhadap cahaya:
Ka;
(v) Positif ( ) Negatif
Ki:
(v) Positif ( ) Negatif
GCS: E: 4 M: 6 V:5
Terjadi;
( ) Kejang
( ) Pelo
( ) Kelumpuhan/kelemahan
( ) Mulut mencong
( ) Afasia
( ) Disatria
Nilai kekuatan otot:
Refleks
Babinsky
Patella
Bisep/trisep
Brundynsky

24
HASIL LABORAT
Haemoglobin : 13,6 mg/dl
Hematokrit : 39,5 %
Trombosit : 339 ( 103/ul )
Lekosit : 19,3( 103/ul )
Ureum : 32,4 mg/dl
Creatinin : 1,1 mg/dl

ANALISA DATA DAR


Hari/Tgl Data Fokus Respon
No Action (Tindakan)
Jam ( Ds & Do)
1 Jumat, 20 DS : Pasien 1. Observation DS: pasien bersedia
September mengeluh sesak Memonitor tanda- dilakukan pemeriksaan
2019 nafas dan batuk tanda vital, saturasi DO: TD 126/72 mmHg,
jam 13.45 berdahak O2 dan suara nafas RR 34 x/menit, SpO2 92
WIB DO : tambahan %, nadi 92x/menit,
 KU lemah ronchi +/+, wheezing +/+
 Pasien tampak
sesak 2. Nursing DS; pasien mau
 Pasien batuk a. Melakukan dilakukan fisioterapi
 RR 34x/menit fisioterapi dada dada
 Nadi 92x/menit DO: pasien terlihat bisa
 SpO2 92% mengeluarkan sekret
 Auskultasi paru setelah dilakukan
ronchi +/+ fisioterapi dada
wheezing +/+ b. Mengeluarkan DS: pasien bersedia
 Ada retraksi sekret dengan latihan batuk efektif
dinding dada mengajarkan DO: pasien bisa
tehnik batuk mempraktekkan batuk
Dx: Bersihan jalan efektif efektif, sputum keluar
nafas tidak efektif warna putih konsistensi
b.d peningkatan kental
produksi sputum
3. Education
a. Menganjurkan DS: pasien mengerti dan
pasien untuk bersedia minum air putih
minum air putih hangat
hangat agar mudah DO:pasien minum air
mengeluarkan putih hangat kurang
sekret lebih 100cc

25
b. Menganjurkan DS: pasien mengerti
pada pasien untuk DO: pasien melakukan
melakukan tehnik tehnik batuk efektif saat
batuk efektif saat batuk
batuk

DS: pasien bersedia


4. Colaboration diberikan terapi
Memberikan obat nebulizer
inhalasi ( nebulizer : DO: pasien tampak
ventolin 1 amp, merasa lebih nyaman
pulmicort 1 amp, setelah mendapatkan
bisolvon 20 tetes ) terapi nebulizer

Hari/Tgl Data Fokus Respon


No Action (Tindakan)
Jam ( Ds & Do)
2 Jumat, 20 DS : pasien 1. Observation DS: pasein bersedia
September mengeluh sesak Memonitor fungsi dilakukan pemeriksaan
2019 nafas pernafasan dan DO: TD 127/72 mmHg,
jam 14.10 DO : saturasi O2 SpO2 92 %, nadi 100
WIB  KU lemah x/menit, RR 30 x/menit,
 Pasien nafas dalam dan dangkal
tampak sesak
 RR 30/menit 2. Nursing DS: pasien merasa lebih
 Nadi a. Mengatur posisinyaman dengan posisi tidur
92x/menit pasien untuksetengah duduk
 SpO2 92% memaksimalkan DO: posisi tidur pasien
 Wheezing (+) ventilasi dengan semifowler, pasien terlihat
posisi semifowler lebih nyaman
DS: pasien bersedia untuk
Dx Kep : b. Mengajarkan pada dilatih relaksasi nafas
Pola nafas tidak pasien untuk dalam
efektif b.d relaksasi nafas DO : pasien bisa
penyempitan dalam melakukan relaksasi nafas
jalan nafas dalam

3. Education DS: pasien mengerti


Menganjurkan pada DO: pasien melakukan
pasien untuk relaksasi nafas dalam saat
melakukan relaksasi sesak nafas

26
nafas dalam saat nafas
terasa sesak
4. Colaboration DS: pasien mau dipasang
Memberi oksigen 02 nasal kanul
sesuai kebutuhan DO: terpasang O2 dengan
pasien dengan nasal nasal kanul 3 liter/menit
kanul

No Hari/Tgl Data Fokus Action (Tindakan) Respon


Jam ( Ds & Do)
3 Selasa, DS : Pasien mengeluh 1. Observation DS: pasien bersedia
29 juli badan demam dan batuk Memonitor tanda- dilakukan
2019 berdahak tanda vital pemeriksaan
jam DO : DO: TD 100/70
19.55  tekanan darah mmHg, suhu 37,8°C
WIB 126/72 mmHg, RR 30 x/menit, SpO2
 nadi 92 x/menit, 96%, nadi 100 x/menit
 frekuensi pernafasan 2. Nursing
34 x/menit, a. Mengganti DS: pasien bersedia
 suhu 38˚C, pakaian pasien diganti pakaiannya
 saturasi oksigen 92 dengan pakaian DO: pasien memakai
%. yang tipis dan baju bahan katun,
 Batuk produktif menyerap keringat pasien terlihat lebih
sputum warna putih, b. Memberikan nyaman
konsistensi kental. kompres hangat DS: pasien bersedia
dikompres dengan air
Dx: Hipertermi b.d hangat
proses penyakitnya DO: pasien
(peningkatan produksi dikompres air hangat
sputum) 3. Education
Menganjurkan untuk DS: pasien mengerti
rajin mengompres DO : pasien
dikompres di dahi dan
lipat axila dengan
bantuan perawat dan
keluarga
4. Colabortion
a. Memasang infus DS: pasien bersedia
asering 20 dipasang infus
tetes/menit DO: infus terpasang
RL 12 tetes/menit
b. Memberikan DS: pasien bersedia
obat parasetamol minum obat

27
500 mg DO: obat parasetamol
500 mg masuk per
oral

B. Evaluasi Keperawatan
No Dx Hari/Tanggal Evaluasi/Respon Paraf
Jam
1 Jumat, 20 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang dan
September dahak sudah bisa keluar
2019 O : terpasang O2 nasal kanul 2 liter/menit, TD
jam 16.00 120/70 mmHg, RR 23 x/menit, SpO2 97 %, nadi 84
WIB x/menit, sputum keluar warna putih konsistensi
kental, ronchi +/+, tidak ada wheezing
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi di ruang perawatan

2 Jumat, 20 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang


September O : terpasang O2 nasal kanul 2 liter/menit, TD
2019 120/80 mmHg, RR 23 x/menit, SpO2 97 %, nadi 84
jam 16.00 x/menit, ronchi +/+, tidak ada wheezing, ada retraksi
WIB dinding dada, ada pernafasan cuping hidung
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi di ruang perawatan

3 Jumat, 20 S : pasien mengatakan badan sudah tidak demam


September O : TD 100/70 mmHg, suhu 36,8°C, RR 22 x/menit,
2019 nadi 100 x/menit
jam 16.00 A : masalah teratasi
WIB P : hentikan intervensi

Kesimpulan
Setelah mendapatkan penanganan di IGD kondisi pasien membaik, TD 120/80 mmhg,
nadi 84x/menit, suhu 36,8°C, RR 23 x/menit. Pasien dipindah ke ruang Cempaka 2
pada tanggal 20 September 2019 jam 20.00 WIB untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Gejala ini biasanya berhubungan
dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat
reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,jadi asma merupakan radang
kronik saluran pernafasan, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat.
Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul dalam berbagai usia.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma menurut
(Smeltzer & Bare, 2002) adalah Faktor ekstrinsik (alergik) dan Faktor intrinsik(non-
alergik). Komplikasi yang sering terjadi biasanya Mengancam gangguan pada
keseimbangan asam basa dan gagal nafas, Chronic persisten bronchitis, Bronchitis,
Pneumonia dan Emphysema.
Pengobatan asma dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan
farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik biasanya dilakukan Penyuluhan, Menghindari faktor
pencetus penyakit asma dan Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus
2. Pengobatan farmakologik biasanya dilakukan pengobatan Agonis beta adalah
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ), pengobatan Metil
pengobatan Kortikosteroid, pengobatan Kromolin, pengobatan Ketotifen,
pengobatan Iprutropioum bromide (Atroven) dan yang terkhir pengobatan Atroven
yaitu antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
Implementasi yang biasa diberikan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien dengan asma dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Selain itu,
untuk penanganan masalah asma keluarga sangat berperan penting untuk memantau
pasien menghindari faktor pencetus yang dapat menyebabkan penyakit asma tersebut
muncul atau kambuh kembali.
Evaluasi dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1. Bunyi nafas menjadi vesikuler ( normal )
2. RR klien 20 x / menit
3. Airway, breathing, circulation, disability teratasi

29
B. Saran
1. Hendaknya kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan baik dan
benar mengenai konsep Asma Bronchial agar lebih memudahkan kita untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai calon tenaga
kesehatan.
2. Hendaknya kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Asma
Bronchial agar dapat memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada
praktik lapangan nantinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Carpenoto, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta :
EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Chilidren. Jakarta : EGC.
Saheb. A. 2011. Penyakit Asma. Bandung : CV Medika.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika.
Sundaru H. 2006. Apa yang Diketahui Tentang Asma. Jakarta : Departermen Ilmi Penyakit
Dalam.

vi
31

Anda mungkin juga menyukai