Tulis apa yang kamu kerjakan. Kerjakan apa yang kamu tulis.
Saat ini masyarakat semakin sadar untuk memilih layanan kesehatan yang baik. Beberapa
contohnya adalah masyarakat saat ini tidak sungkan lagi untuk mempertanyakan alternatif
perawatan yang akan mereka terima sesuai dengan kondisi keuangan mereka saat ini. Mereka
juga tidak sungkan lagi untuk berdiskusi dengan dokter mengenai kegunaan dan efek
samping obat yang diresepkan dokter kepada mereka. Masyarakat juga mulai kritis
mempertanyakan apakah alat kedokteran yang digunakan untuk memeriksa mereka sudah
steril atau belum. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin melihat proses sterilisasi tersebut.
Bila ada pelayanan yang dirasa kurang memuaskan, masyarakat saat ini tidak malas lagi
menegur staf medis yang bersangkutan atau mengeluarkan unek-unek mereka melalui kotak
saran. Singkatnya masyarakat mau yang terbaik untuk diri mereka sesuai kondisi mereka saat
ini.
Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan akreditasi
yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat lengkap.
Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: Administrasi
dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan
Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:
pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi,
Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi, Laboratorium serta Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3). Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan
pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah
Pelayanan Intensif, Pelayanan Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan
Gizi. Rumah sakit boleh memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan),
tingkat lanjut (12 pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan,
kesiapan dan kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian
ulang setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang
diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi
penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65% atau
salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya penilaian
mencapai 65% - 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil penilaian
mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan apabila dalam tiga
tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh dan status ini berlaku
selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi minimal 6 bulan setelah SK
perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin operasional.
Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi penerima
layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi juga bemanfaat bagi
petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu sendiri, bagi pemilik rumah sakit dan
bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, akreditasi berfungsi untuk
menciptakan rasa aman bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya. Mereka akan merasa
aman karena sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit sudah memenuhi standar
sehingga tidak akan membahayakan diri mereka. Selain itu, sarana dan prasarana yang sesuai
standar juga sangat membantu mempermudah proses kerja mereka. Bagi rumah sakit,
akreditasi bermanfaat sebagai alat untuk negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi
atau perusahaan. Dalam hal ini, akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat
berpromosi. Bagi pemilik rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur
kinerja pengelola rumah sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi bermanfaat
sebagai acuan dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit. Perusahaan
asuransi enggan mempertaruhkan nama baiknya dihadapan kliennya dengan memilih rumah
sakit berpelayanan buruk.
Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak kekurangan. Seperti
dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), standar akreditasi versi 2007
lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit), kuat pada input dan dokumen
namun lemah dalam implementasi dan dalam proses akreditasi kurang melibatkan petugas.
Untuk menutupi kekurangan ini, KARS mengembangkan standar akreditasi versi 2012.
Standar akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu lebih berfokus pada pasien; kuat
dalam porses, output dan outcome; kuat pada implementasi serta melibatkan seluruh petugas
dalam proses akreditasinya. Dengan adanya perbaikan ini diharapkan rumah sakit yang lulus
proses akreditasi versi 2012 ini benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan
lebih berfokus pada keselamatan pasien.
Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam standar
akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048 elemen yang akan
dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi 2012 yaitu: kelompok standar
pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran
keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millenium Development Goals. Dalam
kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, komponen penilaian selain berfokus pada
hal – hal terkait pelayanan pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien,
pendidikan pasien dan keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.
Pada kelompok standar manajemen rumah sakit, komponen yang dinilai misalnya upaya
manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat memberi pelayanan yang
baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan lebih baik dan memperhatikan keselamatan pasien. Jangan
sampai pasien yang datang ke rumah sakit membawa pulang penyakit lagi. Sasaran
Millenium Development Goals merupakan komponen penilaian tambahan dalam standar
akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia. Sasaran-sasarannya berupa penurunan angka
kematian ibu dan bayi, penurunan kasus HIV dan AIDS serta pengendalian tuberkulosis.
Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan standar akreditasi versi 2012 adalah dasar, madya,
utama dan paripurna. Tingkat paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih
oleh rumah sakit. Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit menggunakan standar akreditasi
versi 2012 ini, surveyor akan menemui pasien untuk mencari bukti adanya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan pasien. Bila tidak ditemukan bukti,
maka proses penilaian tidak akan lanjut ke komponen lain. Saat ini seluruh rumah sakit
memiliki kewajiban untuk menjaga mutu pelayanannya dengan melaksanakan akreditasi
minimal setiap 3 tahun sekali.
Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah sakit akan
lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit akan lebih "lapang dada"
menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi pihak yang selalu
benar. Rumah sakit juga akan lebih menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien
dalam proses perawatan sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak
berdiskusi dalam menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi pasien saat ini. Implementasi
standar akreditasi versi 2012 juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
bahwa rumah sakit telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan
pasien. Selain itu, implementasi standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan karyawan.
Rumah sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki modal negosiasi dengan
perusahaan asuransi kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan lengkapnya data tentang
mutu pelayanan rumah sakit. Implementasi standar akreditasi versi 2012 akan dapat
menciptakan budaya belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat dari kejadian yang
tidak diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi standar akreditasi versi 2012
adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan kualitas dan keselamatan
pasien sebagai prioritas dalam semua tahap pelayanan.
Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia, khususnya
rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar internasional.
Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi secara internasional,
namun kebanyakan rumah sakit swasta. Kondisi ini semakin menanamkan kesan bahwa
rumah sakit pemerintah memang kurang layak dipercaya dan kurang mampu memberikan
pelayanan terbaik baik masyarakat. Rencananya, tujuh rumah sakit besar pemerintah akan
dipersiapkan untuk akreditasi internasional pada tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini,
pemerintah bekerjasama dengan lembaga akreditasi internasional yaitu Joint Commission
International (JCI) dari Amerika Serikat. JCI dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan
berbagai rumah sakit besar di dunia dan merupakan salah satu lembaga akreditasi yang
dianggap berpengalaman. Akreditasi internasional ini bertujuan untuk "menyetarakan" mutu
pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya
akreditasi internasional ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari
masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik.
Dengan pengakuan ini diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba
berobat ke luar negeri. Dengan adanya akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin
adanya peningkatan mutu layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan
kenaikan harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang akan
mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit pendidikan.
Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan akreditasi untuk membuktikan
bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini memang benar-benar merupakan layanan
bermutu. Adanya akreditasi bagi Rumah Sakit Pendidikan juga diharapkan dapat meluruskan
anggapan masyarakat bahwa mereka akan menjadi "kelinci percobaan" bila menjadi pasien di
rumah sakit tersebut.
Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja sama
antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari pimpinan puncak
sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama dalam mewujudkannya.
Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki pemahaman yang sama
mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang menganggap
bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka karena
harus bekerja sesuai standar-standar akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang dijadikan
komponen penilaian dalam survey akreditasi adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan
dalam jangka panjang bukan hanya pada saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama
dan semangat yang sama tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan
terciptanya layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit, bertujuan untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan
secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan
informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih baik mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan
diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut.
Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada
Dengan tuntutan tersebut maka Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau melakukan suatu
standarisasi terhadap pelayanan rumah sakit dengan tujuan memberikan kepuasan pelayanan
kesehatan kepada pasien maupun melindungi pasien dan rumah sakit dari suatu kejadian yang
dapat merugikan kedua belah pihak. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya permasalahan
yang timbul dikarenakan dalam melakukan pelayanan kesehatan termasuk aspek medikolegal
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Rumah
Sakit karena telah memenuhi standar yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Dalam Undang-undang No.44 Th 2009 tentang
Rumah Sakit pasal 40 menyatakan Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan pada pelayanan berfokus pasien,
patient safety menjadi standar utama, kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik saat
merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam RS, proses akreditasi bukan hanya
meneliti secara cross sectional tetapi juga longitudinal, serta hasil survey pencapaian RS
terhadap skoring yang ditentukan berupa level-level pencapaian pratama, madya, utama dan
paripurna.
Manfaat langsung dari akreditasi baru, yaitu terbentuknya budaya mutu dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada pasien sesuai standar di Rumah Sakit, terlindunginya
pasien/masyarakat dari layanan kesehatan yang tidak bermutu, sebagai salah satu syarat
peningkatan kelas Rumah Sakit, peningkatan kesejahteraan Rumah Sakit.
Melalui Workshop Standar Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tingkat Provinsi Kepulauan
Riau diharapkan rumah sakit dan semua pihak terkait dapat memahami akan pentingnya
akreditasi dan melaksanakan akreditasi versi terbaru di rumah sakit masing-masing. Yang
pada akhirnya juga bermanfaat bagi pihak rumah sakit sebagai pengelola yang profesional,
sehingga fungsi sosial, bisnis dan fungsi iptek dapat dilaksanakan dengan baik.
Tujuan umum dari kegiatan ini agar setiap rumah sakit dapat melaksanakan standar akreditasi
versi terbaru tahun 2012 sebagai standarisasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sedangkan tujuan khusus dilaksanakan kegiatan Workshop Standar Akreditasi Rumah Sakit
2012 diantaranya:
1. Agar peserta dapat mengetahui tujuan dan manfaat standar akreditasi RS 2012
Nara Sumber dari kegiatan ini adalah Komisi Akreditasi Rumah Sakit dari Kementerian
Kesehatan RI
Peserta Workshop berjumlah 55 orang yang berasal dari rumah sakit pemerintah dan swasta
yang belum terakreditasi dari kabupten/kota di wilayah provinsi kepulauan riau. Yang
dilaksanakan Tanggal 24 s.d 26 Maret 2014 yang bertempat Tanjungpinang (ADR)
MAKALAH “PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM”
MAKALAH
“PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM”
DISUSUN
OLEH
ADITHIA BUDIMAN
( K11111631 )
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Pelatihan
dan Pengembangan SDM, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................................................
....i
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kompetensi Apa yang di Butuhkan...................................................................................4
B. Hakekat Pengembangan SDM..........................................................................................5
C. Pengembangan Pendidikan Berbasis Kompetensi.............................................................6
D. Peran Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia .......................................9
E. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan.........................................................................10
F. Jenis Pelatihan dan Pengembangan.................................................................................12
G. Tahapan Proses Pelatihan dan Pengembangan................................................................14
H. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan...............................................................................21
I. Manfaat Pelatihan dan Pengembangan............................................................................23
J. Kelemahan Pelatihan dan Pengembangan.......................................................................24
K. Teknik- Teknik Pelatihan dan Pengembangan................................................................24
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................................27
B. SARAN.......................................................................................................................28
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di
perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga
kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat
atau akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan
dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para
tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu untuk mengemban
pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn
pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin
sudah memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para
pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan
sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang
mendorong pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi atau memiasililatori
pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan
hasil kinerja yang balk, etèktif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Apa saja kompetensi yang dibutuhkan ?
Apa hakekat pengembangan SDM ?
Bagai mana Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi ?
Apa Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia ?
Apa saja jenis pelatihan dan pengembangan ?
Bagai mana proses pelatihan dan pengembangan ?
Apa tujuan pelatihan dan pengembangan ?
Apa manfaat pelatihan dan pengembangan ?
Apa saja kelemahan pelatihan dan pengembangan ?
Bagai mana teknik-teknik pelatihan dan pengembangan?
C. Tujuan
Untuk mengetahi kompetensi yang dibutuhkan
Untuk mengetahi hakekat pengembangan SDM
Untuk mengetahi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Untuk mengetahui Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya
Manusia
Untuk mengetahui jenis pelatihan dan pengembangan
Untuk mengetahui tahapan proses pelatihan dan pengembangan
Untuk mengetahui tujuan pelatihan dan pengembangan
Untuk mengetahui manfaat pelatihan dan pengembangan
Untuk mengetahui kelemahan pelatihan dan pengembangan
Untuk mengetahui teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tingkatan Eksekutif
2. Tingkat Manajer
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja
instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3. Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan
yang ditugaskan.
4. Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk
menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa
kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk
mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional
dan biaya dan kelaikan.
Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut
(Syafaruddin:2001 :217).
a. Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
b. Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang
akan datang.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
3. Prinsip-prinsf p pelatihan.
a. partisipasi
b. pendalaman
c. relevansi
d. pengalihan
e. umpan balik
f. suasana nyaman
g. memiliki criteria
1. Reactions : Ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para
peserta mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta
tentang pelatihan ini, terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti:
untuk mengetahui sejauh mana para peserta merasa puas dengan program untuk
maksud diadakannya bebrapa revisi atas program pelatihan, untuk menjamin agar
para peserta yang lain bersikap represif untuk mengikuti program pelatihan.
2. Learning : Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah mengetahi
seberapa jauh para peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan, keterampilan-
keterampilan yang diberikan selama pelatihan.
3. Behaviors: Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat
dibandingkan guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan
performansi mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pelatihan adalah untuk
mengubah perilaku atau performansi para peseerta pelatihan setelah diadakan
program pelatihan.
4. Organizational result: tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk
menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara
keseluruhan.
5. Cost effectivity: ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan
bagi program pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan tersebut
terhitung kecil atau besar dibandingkan biaya yang timbul dari permasalah yang
dialami oleh organisasi.
b. Model-model penialaian effektifitas pelatihan.
Proses evaluasi itu sendiri bisa mendorong para pegawai untuk meningkatkan
produktifitasnya. Untuk mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan
terhadap hasil atau performansi seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya
terdapat dua pilihan model penilaian yaitu: 1. Uncontrolled model. 2. Controlled
model.
Model pertama ini bisanya tidak memakai kelompok pembanding dalam
melakukan penilaian damapak pelatihan terhadap hasil dan/atau performansi
kerjanya.
Sedangkan model kedua adalah model yang dalam melakukan penilaian
efektivitas program pelatihan menggunakan sestem membanding yaitu
membandingkan hasil dari orang atau kelompok yang tidak mengikuti pelatihan.
Menurut (Dessler:2004:217). Program pelatihan terdiri dari lima langkah:
Pertama : Langkah analisis kebutuhan, yaitu mengetahui keterampilan kerja
spesifik yang dibutuhkan, menganalisa keterampilan dan kebutuhan calon yang
akan dilatih, dan mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan
perestasi.
Kedua : Merancang instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan
menghasilkan isi program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan dan aktivitas.
Ketiga : lagkah validasi, yaitu program pelatihan dengan menyajiakn kepada
beberapa orang yang bisa mewakili.
Keempat : menerapkan program itu, yaitu melatih karyawan yang ditargetkan.
Kelima : Langkah evaluasi dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai
keberhasilan atau kegagalan program ini:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM
organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab
individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin
dicapai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam
jabatan atau funsi saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat formal, menyangkut antisipasi
kemampuan dan keahlian inividu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan
yang akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap
sejumlah problem penurunan kualitas kinerja organisasi atau lembaga dan instansi
yang disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki
oleh karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan dan pengembangan bukanlah solusi utama yang dapat
menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau sebuah instansi. Tetapi
mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau tenaga kerja yang baik dan
benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah sikap,
perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana kalangan tenaga
kerja dapat memperoleh dan mempejari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan
perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan merupakan
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,
pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang inidividu.
Pengembangan adalah penyiapan individu untuk mengemban tanggung
jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi. Pengembangan biasanya
berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
B. Saran
Dalam pelatihan pengembangan terdapat tiga tahapan penting yang harus
dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi. Pertama tahapan penilaian. Kedua
tahapan pelatihan dan pengembangan. Ketiga tahapan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA