Anda di halaman 1dari 17

Makalah Psikologi Sosial

Perilaku Agresi

Nama Kelompok :

Anandia Jazzy Ajaria (185120300111029)

Rifai Anas Amirul Huda (185120300111030)

Fakhrul Rifqi Krisanto (185120300111031)

Universitas Brawijawa

Jalan Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur 65145

2018
Daftar isi

Daftar isi………………………………………………………………2
Kata pengantar ………………………………………………………..

Bab 1 : pendahuluan ………………………………………………….3


1.1 Latar belakang …………………………………………….3

Bab 2 : pembahasan …………………………………………………..4


1.1 pengertian agresi ………………………………………….5
1.2 jenis-jenis agresi …………………………………………..6
1.3 teori-teori agresi……………………………………………8
1.4 faktor pengarah dan pencetus agresi………………………………….11

1.5 Kontrol terhadap agresi…………………………………...12

1.6 Perang Antar Negara…………………………………...13

1.7 Agresi seksual…………………………………...14

Bab 3 : kesimpulan …………………………………………………...16

Daftar pustaka…………………………………………………………17
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan yang maha esa
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat di
selesaikan. Tugas ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata pelajaran Psikologi sosial
dengan judul “ Perilaku Agresi”
Tiada gading yang tak retak, maka dari itu kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kekekeliruan dalam penyampaiannya. Hal itu terjadi karena
keterbatasan data dan pengetahuan kami serta keterbatasan waktu yang ada. Oleh karena itu,
dengan rendah hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari kalangan
untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan penilis berharap melalui makalah ini dapat memberikan insfirasi bagi rekan-rekan
untuk lebih giat belajar dan mengukir prestasi. Terlepas dari semua itu, ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah.
Akhir kata penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat membawa manfaat
besar bagi pembacanya. Amin...

Malang, 02 oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Beberapa hari belakangan kita dihebohkan denga tewasnya seorang suporter The
Jakmania ( Sebutan bagi para pendukung tim Persija Jakarta ) yang dikeroyook oleh antar
suporter yaitu Bobotoh ( sebutan untuk para pendukung Persib Bandung ) pada saat kedua
tim melangsungkan laga di Gelora Bandung Lautan Api. Minggu (23/9/2018) malam WIB,
dalam lanjutan Liga 1 2018. Laga berkesudahan dengan kemenangan Persib Bandung dengan
skor 3-2 mengalahkan Persija Jakarta. Sebelum laga bergulir, Bobotoh melakukan
pengeroyokan ke seorang The Jakmania di sekitaran area stadion. Akbiat tindakan itu, pria
yang diketahui bernama Haringga Sirila tewas di tempat dalam keadaan bersimbah darah.
Dunia sepak bola yang kembali tercoreng gara- gara perilaku agresif antar suporter
sepak bola ini kerap kali menjadi masalah utama dalam dunia olahraga Indonesia. Para
suporter acap kali tidak bisa mengontrol emosinya tatkala mereka mendukung tim
kesayangannya. Tindakan agresifpun kerap kali menjadi pilihan ketika tim kesayangan kalah
atau bertemu dengan musuh bebuyutan untuk mengungkapkan amarah dan rasa dendam yang
berkecimuk di hati para suporter tersebut
Lantas apa yang dimaksud agresi dan bagaimana teori-teori serta tipe tipe
agresi?
BAB 2

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Agresi


Agresi menurut Bordens & Horowitz (2008) agresi adalah segala perilaku yang
dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian baik secara fisik maupun psikologis pada
makhluk hidup maupun obyek lain. Sedangkan menurut Baron agresi adalah bentuk perilaku
yang disengaja terhadap mahluk lain dengan tujuan untuk melukai atau membinasahkan dan
orang yang diserang berusaha untuk menghindar. Menurut Rahabav dalam pengertian
tersebut terdapat 4 masalah yang penting, yaitu :

a. Agresi itu perilaku. Dengan demikian segala aspek perilaku terdapat dalam agresi misalkan
emosi.
b. Ada unsur kesengajaan. Peristiwa kecelakan pada umumnya tidak dapat dikatakan sebagai
peristiwa agresi apabila si pengendara sudah berusaha menghindar.
c. Sasarannya adalah mahluk hidup, misalnya manusia.
d. Korban ada usaha untuk menghindar.

Dalam 4 masalah yang dicetuskan oleh Rahabav diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak semua perilaku melukai orang lain itu dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.
Sebenarnya perilaku agresi bukan juga hanya dialami oleh manusia atau sasarannya hanya
manusia. Melainkan perilaku agresi sasarannya dapat juga berupa benda-benda disekitar.
Orang dapat dikatakan melakukan perilaku agresi apabila kekerasan yang dilakukan pada
mahluk hidup lain atau benda mati dengan maksud menyakiti dengan unsur kesengaja dan
perilakunya dilakukan karena adanya faktor emosi atau perasaan yang muncul dari dirinya
dan tak dapat dikontrol sehingga melampiaskannya dengan benda atau mahluk hidup lain
disekitarnya.

Menurut Sears et all, (1985)Meskipun semua orang mengetahui definisi dari agresi
ada tiga hal penting tentang agresi yaitu :
a. Agresi yang berkaitan dengan maksud melukai.Gambaran yang paling mudah apakah
dapat disebut dengan agresi apabila seseorang sedang bermain bola kemudian tanpa sengaja
bola mengenai penonton dan terluka ? dan apabila seseorang yang ingin menghabisi lawan
bisnisnya dengan menembaknya dan ternyata pistolnya kosong ? dari sini tedapat beberapa
definisi pertama mendefinisakan perilaku melukai orang dan yang kedua menyatakan agresi
sebagai tindakan yang dimaksud melukai orang lain

b. Berkaitan dengan agresi yang prososial dan anti sosial. Biasanya agresi diasosiasikan
dengan tindakan yang buruk karena melukai orang lain, namun ada beberapa agresi yang beik
seperti tindakan polisi yang menembak seseorang yang merampok dan sebagainya.

c. Berkaitan dengan perilaku agresi dan perasaan agresi. Perilaku kita yang tampak marah
tidak selalu mencerminkan perasaan internal. Mungkin saja seseorang terlihat marah namun
memilih untuk diam.

Secara singkat pengertian perilaku agresi dapat disimpulkan yaotu Intensitas perilaku yang
mengarah pada melukai atau menghancurkan (Brehm & Kassin, 1994 )

1.2 Jenis-Jenis Agresi

Secara umum menurut myres (1996) membagi agresi dalam dua jenis yaitu :

a.Agresi Instrumental, Kecenderungan menguasai orang lain dalam rangka


mendapatkan suatu nilai ( bertujuan rasional )
Contoh : Polisi menembak penjahat
b. Agresi emosional, Kecenderungan menguasai orang lain sebagai pelampiasan
emosi.
Menurut Moyer (dalam Koeswara,1988) tipe-tipe agresi, yaitu :

a. Agresi Predatori
Agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah(mangsa). Biasanya terdapat pada
organisme atau spesies hewan yang menjadikan hewan dari spesies lain sebagai mangsanya
b. Agresi antar jantan
Agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu spesies.

c. Agresi ketakutan
Agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman.

d. Agresi tersinggung
Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respon menyerang
muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup
maupun objek-objek mati.

e. Agresi Pertahanan
Agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan melindungi anak-
anaknya dari berbagai ancaman.

f. Agresi Materal
Agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina (induk) yang dilakukan dalam
upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.

g. Agresi Instrumental
Agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu.

Menurut Buss (dalam Pas) perilaku agresi bisa berupa verbal dan fisik, aktif dan pasif,
langsung dan tidak langsung.Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara
fisik dan menyerang dengan kata-kata; aktif atau pasif membedakan antara tindakan yang
terlihat dengan kegagalan dalam bertindak; perilaku agresi langsung berarti melakukan
kontak langsung dengan korban yang diserang, sedangkan perilaku agresi tidak langsung
dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan korban.

Bentuk Agresi Contoh

Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain


Fisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa seorang
pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan
atau tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk dalam
demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak
menjawab pertanyaan, dll
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)

Perkembangan agresi dapat ditinjau menggunakan teori A-B-C. Teori A-B-C sendiri adalah
singkatan dari Anteseden :Motif, Behavior: agresi ( pelaku-korban ), Consequent : akibat
(benci & permusuhan ) . Bisa disimpulkan bahwa perilaku agresi muncul karena melewati
salah satu dari teori A-B-C tersebut misalnya saja kasus penandukan yang terjadi pada world
cup 2006 ketika Italia versus Perancis. Ketika itu perilaku Zinadine Zidane yang menanduk
dada pemain Italia Matterazi dapat terjadi karena adanya motif yaitu tersinggung dengan
hinaan matterazi yang melecehkan saudara wanita Zidane, akibatnya pada saat pertandingan
Italia melawan Perancis kedua belah pihak bersitegang, hal itu didukung dengan situasi
pertandingan yang memanas pula. Pada akhirnya Zinadine Zidane melakukan tindakan
menanduk dada dari Matterazi. Akibat dari tindakannya tersebut ada konsekuensi yang harus
ditanggung oleh Zidane yaitu Zinedine Zidane harus terkena sanksi FIFA untuk tidak
bermain dalam beberapa pertandingan, selain itu dampak dari sikap agresif Zidane tidak
dirasakan sendiri, pihak sasaran ( Matterazipun harus menanggung sakit secara fisik.

Secara singkat dapat di rumukan berikut:


A :tersinggung dengan hinaan Matterazi (pelecehan saudara wanita Zidane)
B: tandukan Zidane
C: sakit fisik yg dirasakan oleh Matterazi, Zidane di banned oleh FIFA

1.3 Teori-teori Agresi


1. Teori Bawaan (instink)
a.Teori Psikoanalisa, dicetuskan oleh Frued. Teori ini berpandangan bahwa
pada dasarnya dalam diri manusia terdapat dua instink, yaitu instink untuk hidup, dan
instink untuk mati. Kedua naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran,
khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya
selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle)
dan terletak pada bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang
mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego yang berhadapan dengan
kenyataan.

b. Teori Etologi, Menurut Lorenz, dorongan agresi ada di dalam diri setiap
makhluk hidup yang memiliki fungsi dan peranan penting bagi pemeliharaan hidup.
Menurut Ardrey, manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperative dan
dengan ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan menggunakan
senjatanya itu untuk membunuh apabila perlu. Tetapi manusia juga memiliki
mekanisme pengendalian kognitif yang mengimbangi “ keharusan “ membunuh. Hal
itu dinamakan naruni

2. Teori Frustasi-Agresi

Kelompok psikologi di Yale University : Dollard, Doob. Miller, Mowrer, dan Sears
(1939) mengemukakan hipotesis bahwa frustasi menyebabkan agresi. (dalam
wrighsman & Deaux, 1981 ).

Menurut Tedd Gurr (dalam Worchell, dkk., 2000) faktor penyebab yang paling dasar
terjadinya tindak kekerasan massa, politik, revolusi adalah timbulnya ketidakpuasan
sebagai akibat adanya penghayatan relative (relative deprivation). Relative
deprivation menurut Gurr adalah suatu kesenjangan yang dipersepsikan antara nilai
harapan (value expectations) dan nilai kemampuan (value capabilities), menurutnya
deprivasi relative merupakan sinonim dari frustasi.

Gurr membedakan tiga macam nilai, yaitu kesejahteraan, kekuasaan, dan nilai-nilai
interpersonal. Menurutnya ada tiga jenis deprivasi yaitu :

1. Decremental Deprivation

Kehilangan tentang apa yang dipikirkan orang bahwa itu seharusnya mereka miiki.
Mereka yang mengalami decremental deprivation merujuk pada kondisi masa lalu
yang dialaminya.

Contohnya:

1. Depresi atau resesi ekonomi

2. Pemberlakuan aturan negara asing

3. Kemunduran pada suatu kesempatan yang ada (seperti tenaga kerja yang tidak
terampil dalam suatu masyarakat yang meningkat ekonominya)
2. Aspirational deprivation

Jika jarak antara kedua values terjadi karena values yang tadinya berjalan sejajar pada
suatu saat tertentu tidak lagii sejajar dengan meningkatnya “values expectation”
sedangkan “values capabilities” tetap. Dalam situasi seperti ini orang biasanya marah
karena tidak memiliki alat/sarana untuk memperoleh harapan baru atau intensif.

3. Progressive deprivation

Dimulai dengan kenaikan kedua values secara bersama sama tetapi pada suatu saat
“values expectation” terus meningkat sedangkan “values capabilities” justru menurun
sehingga terjadilah jarak antara kedua values yang makin lama makin besar.

Hipotesis ini dapat diterima dengan cepat oleh para ahli psikologi tetapi akhrinya
tidak dapat bertahan lama karena kesederhanaan rumusnya.

Alasan mengenai hipotesis ini sudah tidak relevan

 Individu yang frustasi tidak selalu agresif, karena orang yang frustasi
menghasilkan berbagai reaksi dan dalam berbagai kasus orang yang
frustasi lebih mungkin menimbulkan reaksi depresi daripada agrsi
 Tiap orang menyerang orang lain dengan alasan yang berlainan dan
dalam kondisi yang berbeda

Oleh karena itu Berkowitz berpendapat bahwa dalam perilaku agresi diperlukan 2
syarat yaitu kesiapan untuk bertindak agresif yang biasanya terbentuk oleh
pengalaman frustasi, dan yang kedua adalah stimulus eksternal yang memicu `
pengungkapan agresi

3 . Teori Belajar sosial (Social Learning)

Teori belajar sosial menekankan kondisi lingkungan yang membuat seseorang


memperoleh dan memelihara respon-respon agresif. Bandura menekankan kenyataan
bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti
dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura
menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu- individu hanya
dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model
yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.

4. Displaced Aggression

Seseorang tidak akan selalu melakukan agresi secara langsung kepada orang yang
menjadi sumber penyebab frustasi (frustrating agent).
5. Exitation Transfer Model
Riset pada afek (emosi) negatif dan posited telah memfokuskan pada tipe
emosi yang dihasilkan oleh stimulus. Intensitas dari arousal (keterbangkitan)
juga penting. Arousal diciptakan oleh suatu stimulus yang dapat meningkatkan
respon emosi individu terhadap stimulus lain melalui pemindahan kebangkitan
(Exitation Transfer).

6. Egotism Threat
Kombinasi faktor kepribadian dan sosial. Jika seseorng merasa dalam keadaan
egonya terancam lebih mungkin bertindak agresi daripada orang yang memiliki konsep diri
yang lebih moderat. Hal itu dikarenakan ketika harga diri sesorang terancam (karena
perlakuan seseorang), maka ia akan melakukan penolakan untuk mempertahankan penilaian
tentang dirinya, Sedangkan pada orang yang harga dirinya rendah, ketika mendapat ancaman
terhadap harga dirinya, maka Ia akan menerima penilaian atau perlakuan tersebut.

1.4 Faktor Pengarah dan Pencetus Agresi

1. Deindividuasi
• Lorenz : deindividuasi mengarahkan individu kepada keluasaan dalam melakukan
agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens.
• Deindividuasi menyingkirkan atau mengurangi peranan beberapa aspek , yaitu :
identitas diri pelaku maupun korban dan keterlibatan emosional individu pelaku
terhadap korban.

2. Kekuasaan dan Kepatuhan


• Stanley Milgram : kepatuhan individu terhadap otoritas penguasa mengarahkan
individu tersebut kepada agresi yang lebih intens.

3. Provokasi
• Provokasi dilihat sebagai ancaman.Provokasi dapat menjadi agresi karena provokasi
ditangkap oleh pelaku agresi sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon
agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu (Moyer, 1971)
4. Pengaruh Obat-obatan terlarang
• Mempengaruhi respon agresi. Berdasarkan hasil penelitian Pihl & Ross (dalam
Brigham, 1991), mengkonsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi meningkatkan
kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi. Sementara Lang, dkk
(dalam Brigham, 1991), menjelaskan bahwa pengaruh alkohol terhadap perilaku
agresi tidak semata-mata karena proses farmakologi, karena orang terprovokasi untuk
meningkatkan agresi bahkan dalam kondisi mengkonsumsi alkohol dengan dosis
tinggi.

5. Faktor-faktor yang Mengurangi Hambatan untuk Berperilaku Agresi


 Rendahnya kesadaran diri (self awareness). Rendahnya kesadaran publik
menyebabkan perasaan tertentu sehingga seseorang tidak lagi mempertimbangkan
orang lain dan merasa tidak perlu atau tidak memiliki kebutuhan untuk takut terhadap
ancaman atau pembalasan dendam atas perilakunya.
 Dehumanisasi, Seseorang akan cenderung mudah melakukan agresi apabila Ia
memandang target korban tidaklagi sebagai manusia melainkan pelaku agresi
merepresentasikan korban sebagai setan atau binatang sehingga terjadilah
dehumanisasi pada korban.
 The Culture of Honor, kecenderungan perilaku agresi yang akan semakin membesar
juga dipengaruhi oleh kultur budaya sebuah bangsa. Cultur of honor yaitu sebuah
budaya yang menekankan pada sikap berlebihan atas kejantanan, ketangguhan, dan
kesediaan/ kemauan serta kemampuan untuk membalas kesalahan atau hinaan dari
orang lain demi mempertahankan kehormatan

1.5 Kontrol Terhadap Agresi

1. Katarsis
Katarsi smerupakan pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan melampiaskannya
dalam dunia nyata. Teori katarsis menyatakan bahwa pemberian kesempatan kepada individu
yang memiliki kecenderungan pemarah untuk berperilaku keras (dalam aktivitas katarsis),
tapi dalam cara yang tidak merugikan, akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan
tendensi untuk melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori katarsis, Baron
dan Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa katarsis bukanlah merupakan
instrumen yang efektif untuk mengurangi agresi yang bersifat terbuka. Penelitian Robert
Arms dan kawan-kawan melaporkan bahwa penonton sepak bola gaya Amerika, gulat, dan
hoki ternyata malah semakin menunjukkan sifat kekerasan setelah menonton pertandingan
olah raga itu dibanding sebelum menonton.

2.. Menurut Megargee


Ada 4 faktor yang menghambat :

 Kecemasan atau ketakutan pada hukuman dikondisikan.


 Nilai dan sikap yang dipelajari berkaitan dengan perilaku non agresi, baik melalui
pernyataan (intruksi) secara verbal maupun modeling.
 Empati.
 Pemberian pengalaman emosi yang positif.

1.6 Perang Antar Negara


Pada dasarnya penjelasan tentang sebab-sebab terjadinya perang hampir sama dengan
perilaku agresi individual. Secara garis besar pendekatan yang digunakan untuk memahami
perilaku perang dapat diklasifikasikan menjadi empat pendekatan yaitu :

 Pendekatan motivasional
 ( misalnya psikoanalisa dan teori frustasi-agresi )
 Pendekatan Reinforcement ( social learning theory )
 Pendekatan kognitif
 Pendekatan struktur sosial

a . Pendekatan Kognitif :
Menurut asumsi pendekatan kognitif terjadinya konflik internasional ialah proses
persepsi yang keliru (misperception) di dalam menanggapi situasi internasional. Ralph K.
White berpendapat bahwa dalam menganalisis konflik internasional setidaknya ditemukan
enam bentuk misperception yaitu :

 Pandangan bahwa diri sendiri adalah jantan


 Pandangan bahwa diri sendiri adalah moralis
 Tidak memperhatikan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan
 Tidak adanya rasa empati
 Keyakinan yang berlebihan akan kekuatan militer

b. Pendekatan Struktural
Adanya strata di dalam kehidupan bermasyarakat/bernegara dapat menjadi sumber
terjadinya konflik. Hal itu dapat terjadi apabila terjadi ketidakadilan dalam pembagian dan
pendistribusian hasil-hasil pembangunan di suatu negara. Stratifikasi sosial seperti golongan
karya, golongan menengah, golongan miskim, atau jenis stratifikasi sosial lainnya secara
psikologis dapat menciptakan adanya perasaan “ in group” vs “ out group” semakin jelas.
Seseorang yang telah menjadi bagian dari sebuah kelompok pasti akan memiliki perasaan
bahwa kelompoknyalah yang paling baik dan yang harus diperhatikan kesejahteraanya.

1.7Agresi Seksual
Secara umum adalah tindakan yang menyakiti perempuan secara seksual, seperti
memaksa hubungan seksual, atau ekstrimnya pemerkosaan. Dan merupakan salah satu
wujud dari pelecehan sosial ( sexual harassment ).

Gruber (1991) menge mukakan tipologi tentang sexual harassment berdasar pada analisis
kasus-kasus di peradilan dan riset literatur menjadi tiga kategori yaitu :

1. Permintaan secara verbal

2. Komentar-komentar verbal

3. Tindakan yang ditunjukkan nonverbal

Flizgerald ( dalam donohue, 1997 ) menyatakan bahwa agresi seksual memiliki tiga
dimensi, yaitu :

o Gender harassment yang meliputi tindakan verbal fisik, gestures simbolik


yang menyampaikan penghinaan atau merendahkan wanita
o Perhatian seksual yang tidak diinginkan yang mencakup perilaku verbal dan
nonverbal yang tidak menyambut baik wanita
o Paksaan seksual yaitu tindakan-tindakan meminta hubungan seksual dengan
pemerasan sebagai pengganti untuk pertimbangan-pertimbangan yang
dikaitkan dengan pekerjaan. Misal : “Jika mau tidur dengan saya. Akan saya
promosikan
BAB 3

Kesimpulan
 Agresi adalah tingkah laku individu yang di tunjukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang dilakukan dengan sengaja dan didasarkan
atas faktor-faktor tertentu.
 Dengan agresi sebagai emosi yang bisa mengarah kepada tindakan-
tindakan agresif, berkowitz membedakan agresi dalam dua macam, yakni
agresi instruresi di bagi dalam mental dan agresi benci.
 Teori-teori tentang agresi di bagi dalam dua kategori utama yaitu teori-
teori yang berpandangan bahwa agresi bersifat naluriah atau merupakan
kodrat bawaan manusia.
 Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri
kepada orang lain.
 Pada dasarnya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun
merupakan reaksi spesifik pula.
 Manusia bersifat damai hanya terdapat manusia lain dalam kelompok
kecinya saja, misalnya terhadap sesama anggota clan. Sebaliknya manusia
memusuhi orang-orang dari luar kelompoknya dan ingin menghancurkan
mereka untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya sendiri.
Daftar Pustaka

Dayaksini, tri & Hudaniah. 2015. Psikologi Sosial.Malang: UMM press.

Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-
agresi/n
(diunduh pada tanggal 31 September 2018 )

Herdiyanto, yohanes kartika & Tobing, david hizkia. Psikologi sosial II.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/478f25dc9ad7ad817bdd2c60ab53327
6.pdf. (diakses pada 31 september 2018)

Mahmudah, Siti. 2012. Psikologi Sosial Teori dan Model Penelitian. Malang:UIN Maliki
PRESS

Anda mungkin juga menyukai