KELOMPOK 2 :
1. Ayu Indah Sari (1520044)
2. Bimbi Wahyu A. (1520060)
3. Mardya Fenti Arie S. (1520062)
4. Nadya Ulfa (1520064)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ...................................................................................................... I
KATA PENGANTAR ............................................................................... II
DAFTAR ISI .............................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cedera Kepala ................................................................ 3
2.2 Jenis Cedera Kepala ......................................................................... 3
2.3 Etiologi Cedera Kepala .................................................................... 6
2.4 Patofisiologi Cedera Kepala ............................................................. 6
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................ 7
2.5 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Cedera Kepala......................... 8
2.6 Prosedur Diagnostik ......................................................................... 11
2.7 Teori Asuhan Keperawatan .............................................................. 11
2.8 Peran Perawat ................................................................................... 14
BAB III STUDI KASUS ............................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 20
5.2 Saran ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21
LAMPIRAN ............................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
c. Circulation
Perdarahan merupakan salah satu penyebab kematian setelah truma
(Krisanty, 2009). Gangguan sirkulasi (circulation) terjadi karena
cedera otak, dan faktor ekstra kranial. Gangguan ini terjadi kondisi
hipovolemia yang mengakibatkan pendarahan luar, atau ruptur organ
abdomen, trauma dada, tamponade jantung atau pneumothoraks dan
syok septik. (Wahjoepramono, (2005).
d. Disability
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap
keadaan neurologis secara cepat (ATLS, 2004). Pemeriksaan
neurologis secara cepat yaitu dengan menggunakan metode AVPU
(Allert, Voice respone, Pain respone, Unrespone) (Pusbankes 118,
(2015). Hal ini yang dinilai yaitu tingkat kesadaran dengan memakai
skor GCS/PTS, ukuran dan reaksi pupil (Musliha, (2010). Dalam hal
ini, penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh adanya penurunan
oksigenasi atau perfusi ke otak serta trauma langsung (Pusbankes
118, 2015). Menurut Greenberg, (2005) dalam Arsani 2011 bahwa
nilai pupil dilihat dari besarnya isokor, reflek cahaya, awasi adanya
tanda-tanda lateralisasi, evaluasi maupun Re-evaluasi airway,
oksigenasi, ventilasi serta circulation.
10
e. Exposure
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk melakukan
pemeriksaan thoraks kemudian diberikan selimut hangat, cairan
intravena yeng telah dihangatkan dan ditempatkan pada ruangan
cukup hangat ini dilakukan pada saat dirumah sakit (Musliha, 2010).
Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara long roll
(Dewi 2013). Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus segera
dilakukan tindakan agar mencegah terjadinya hiportermia. Dalam
pemeriksaan penunjang ini dilakukan pada survey primer, yaitu
pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oxymetri, foto thoraks,
dan foto polos abdomen. Tindakan lainnyaseperti pemasangan
monitor EKG, kateter dan NGT Pusbankes 118, (2015).
2.6.2 Secondary Survey
a. Pemeriksaan kepala
lecet di kulit kepala
laserasi
pembengkakan
nyeri
Battles
b. Pemeriksaan leher dan tulang servikal
Deformitas
Nyeri
Spasme otot
Vena leher yang mengembang
c. Pemeriksaan mata
ukuran pupil
ekualitas dan reaktivitas
funduskopi
d. Pemeriksaan Telinga
Darah di belakang gendang telinga
Kebocoran LCS
11
e. Pemeriksaan Hidung
Deformitas
Pembengkakan
Perdarahan
Kebocoran LCS
f. Pemeriksaan Hidung
trauma gigi
trauma jaringan lunak
2. Riwayat Kesehatan :
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala datang ke rumah sakit
dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung,
muntah,dispnea/takipnea, sakit kepala wajah tidak simetris, lemah,
paralise, hemiparise, luka di kepala akumulasi spuntun pada saluran
pernafasan, adanya minuman keras dari hidung dan telinga dan
adanya kejang
Riwayat penyakit dahulu :
Haruslah lihat baik yang berhubungan dnegan sistem pernafasan dan
juga penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat
penyakit keluarga, terutama yang miliki penyakit menular. Riwayat
kesehatan tersebutt dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai
data subyektif. Data-data ini sangat arti karena dapat mempengaruhi
pronosa pasien.
3. Pengkajian psikologis :
Dimana pasien dengan tingkat kesadarannya menurun, psikologi
tidak dapat perhatikan, selagi pada pasien yang tingkat kesadarannya
baru saja normal akan terlihat adanya gangguan log, perubahan
tingkah laku, log yang labil, triabel, apatis, igauan dan kebingungan
keluarga pasien karena mengalami prospek sehubungan dengan
penyakitnya
Data sosial yang diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan
dengan orang-orang yang terdekat dan yang lainnya, kemampuan
13
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
Airway Management:
Manajemen nyeri :
cerebral bd edema sirkulasi dan perfusi jaringan penurunan perfusi serebral: gangguan
cerebral, serebral yang membaik mental, pingsan, reaksi pupil,
peningkatan TIK dengan KH: penglihatan kabur, nyeri kepala,
gerakan bola mata.
a. TD dalam rentang normal 2. Hindari tindakan valsava manufer
(120/80 mmHg) (suction lama, mengedan, batuk terus
b. Tidak ada tanda menerus).
peningkatan TIK 3. Berikan oksigen sesuai instruksi
c. Klien mampu bicara dokter
dengan jelas, 4. Lakukan tindakan bedrest total
menunjukkan 5. Minimalkan stimulasi dari luar.
konsentrasi, perhatian 6. Monitor Vital Sign serta tingkat
dan orientasi baik kesadaran
d. Fungsi sensori motorik 7. Monitor tanda-tanda TIK
cranial utuh : kesadaran 8. Batasi gerakan leher dan kepala
membaik (GCS 15, tidak 9. Kolaborasi pemberian obat-obatan
ada gerakan involunter) untuk meningkatkan volume
intravaskuler sesuai perintah dokter.
Resiko infeksi bd Selama dilakukan perawatan1. Kaji adanya drainage pada area luka.
tempat masuknya di Rumah Sakit klien tidak2. Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.
6.
organisme sekunder mengalami infeksi yang3. Lakukan perawatan luka dengan steril
akibat trauma ditandai dengan KH: dan hati-hati.
18
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawata
BAB III
STUDI KASUS
Kasus menurut jurnal dari Healthy-Mu Journal oleh Alit Suwandewi 2017
dengan judul “Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana dan
Posisi Kepala 30 ° Terhadap PerubahanTingkat Kesadaran Pada Pasien
Cedera Kepala Sedang di RSUD”
21
22
darurat, hingga dilakukan terapi difinitif. Pengelolaan yang benar dan tepat akan
mempengaruhi hasil akhir pasien.
Hasil Penelitian ini diperoleh usia responden termuda adalah 11 tahun dan
tertua 68 tahun, sedangkan untuk jenis kelamin responden dalam penelitian ini
paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki. Nilai selisih GCS dengan kategori
umur kurang atau sama dengan 32 tahun selisih nilai GCS dengan total selisih 15
atau sebesar 50% sedangkan distribusi responden dengan kategori umur lebih 32
tahun selisih nilai GCS dengan total selisih 9 atau sebesar 30%.
Evan (1996) dalam Nasution (2010) yang menyebutkan distribusi kasus cedera
kepala pada laki-laki dua kali lebih sering dari pada wanita. Penelitian lain juga
menyebutkan hal sama yaitu sebagian besar 74% kasus cedera kepala adalah laki-
laki (Suparnadi, 2002 dalam Nasution, 2010). Besarnya jumlah laki-laki dalam
kejadian cedera kepala erat kaitannya dengan mobilisasi individu yang lebih
sering.
Sesudah dilakukan pemberian oksigen masker sederhana dan posisi kepala 30°
terjadi peningkatan nilai pada gcs. Sastrodiningrat (2006) GCS merupakan faktor
prediksi yang kuat dalam menentukan prognosis. Dalam penelitian Jannet dkk
melaporkan 82% dari penderita dengan skor GCS 11 atau lebih, dalam waktu 24
jam setelah
cedera mempunyai good outcome atau moderately disabled dan hanya 12% yang
meninggal atau mendapat severe disability. Outcome secara progresif akan
menurun kalau skor awal GCS menurun.
Hipoksia merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan,
kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan
oksigen diselular (Potter dan Perry, 2005). Oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang paling mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Sulistyo, 2010).
23
24
Kebutuhan dasar manusia menurut teori Hirarki Maslow merupakan sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan. Kebutuhan fisiologi merupakan hal
yang penting untuk bertahan hidup, salah satunya adalah kebutuhan oksigenasi
(Potter dan Perry 2005).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Trauma kepala merupakan sesuatu kegawatdaruratan yang paling sering
dijumpai di rumah sakit maupun di berbagai tempat. Trauma kepala menjadi
penyebab angka kematian ke tiga dari semua jenis trauma yang berkaitan dengan
kematian di Indonesia.
5.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat
mengerti dan memahami tentang trauma abdomen. Diharapkan pada perawat agar
lebih selektif dalam memberikan tranfusi darah pada pasien kegawatdaruratan
cedera kepala khususnya dan intensif aalam mengontrol proses transfuse darah,
sehingga adanya reaksi tranfusi dapat segera dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Permana, A. 2013. The disease : diagnosis dan Terapi, Pustaka. Cendikia Press:
Yogyakarta
26