Anda di halaman 1dari 2

Buncis merupakan sayuran kacang-kacangan yang cukup digemari masyarakat karena

merupakan salah satu sumber protein nabati dan termasuk dalam 10 besar sayuran yang paling
banyak dikonsumsi di Indonesia, yaitu sebesar 0,88 kg per kapita (Statistik Konsumsi Pangan
2011). Selain dikonsumsi di dalam negeri, buncis merupakan produk ekspor ke Singapura,
Hongkong, Australia, Malaysia dan Inggris. Bentuk ekspor tersebut bermacam-macam, dalam
bentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan ada pula yang berbentuk biji kering.
Bahkan dewasa ini permintaan pasar juga berupa polong muda berukuran kecil atau disebut
dengan baby buncis.
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L) tergolong sayuran kacang-kacangan yang cukup penting,
mempunyai nilai gizi tinggi, banyak disukai dan mudah pembudidayaannya. Permintaan buncis
dari pasar swalayan tidak hanya berupa polong muda dengan ukuran maksimal, akan tetapi
polong-polong muda berukuran kecil atau disebut juga “baby buncis’ (Rukmana, 1995).
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan dan
tergolong sayuran yang cukup penting, karena mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, banyak
disukai orang dan mudah pembudidayaannya. Selain itu, sayuran ini juga merupakan sumber
protein penting dan nutrisi lainnya, sehingga tingkat konsumsi sayur terus meningkat yerutama
bagi mereka yang sedang melakukan diet ataupun vegetarian. Menurut Utari (1992) salah satu
jenis sayuran yang digalakkan pengusahaannya adalah buncis, hal ini dikarenakan sayuran
tersebut mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan juga banyak disukai orang.
Dewasa ini tanaman buncis mendapatkan prioritas penelitian dan pengembangan di Puslitbang
Hortikultura Indonesia. Hal ini disebabkan tanaman buncis mempunyai peranan dan sumbangan
yang cukup besar terhadap pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakt, pendapatan Negara
melalui penguraian impor serta peningkatan ekspor, pengembangan agribisnis, dan perluasan
kesempatan lapangan kerja. Disamping itu pengembangan tanaman buncis mempunyai peranan
yang cukup strategis terhadap jumlah luas dan produksi sayuran nasional (Rukmana, 1995).
Buncis mempunyai potensi ekonomi yang sangat baik, pengembangan usahatani dalam skala
intensif yang mengarah ke sistem systemsnis dapat memberikan keuntungan yang relative besar.
Permintaan pasar dalam negeri terhadap buncis biasanya meningkat cukup tajam pada hari-hari
raya Idul fitri, Idul Adha, Natal dan Imlek. Dewasa ini, permintaan buncis dari pasar swalayan di
kota-kota besar tidak hanya berupa polong muda dengan ukuran maksimal, akan tetapi polong-
polong muda berukuran kecil atau disebut juga “Baby buncis” (Rukmana, 1995).
Seiring tingginya pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran gizi masyarakat
serta dapat dijadikan komoditas ekspor membuat permintaan terhadap buncis semakin
meningkat. Berdasarkan data dari (BPS, 2011) pada tahun 2008 produktivitas buncis mencapai
8.52 ton ha-1, tahun 2009 produktivitas buncis mengalami peningkatan menjadi 9.48 ton ha-1,
namun pada tahun 2010 produktivitas buncis mengalami sedikit penurunan menjadi 9.22 ton ha-
1
.
Buncis juga memiliki kandungan zat-zat berkhasiat obat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Misalnya, kandungan gum dan pektin dapat 2 menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin
berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara (Cahyono, 2003).

Anda mungkin juga menyukai