Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi (KIA) kelas A)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
2
PEMBAHASAN
3
nonspesifik, vaginitis Gardnerella vaginalis atau vaginosis anaerobik. Hal
ini diperkirakan akibat tindakan bilas vagina dengan antiseptik.
4
segala usia. Penyakit ini termasuk infeksi ringan, namun jika dibiarkan dan
tidak diobati dapat mengakibatkan Infeksi Menular Seksual (IMS).
5
penelitian membuktikan bahwa mengobati pasangan dari perempuan yang
menderita bakterial vaginosis tidak memberi keuntungan apapun dan bahkan
perempuan yang belum seksual aktif juga dapat terkena infeksi ini. Faktor
risiko tambahan untuk terjadinya bakterial vaginosis termasuk pemakaian
IUD, douching dan kehamilan.
Kandidiasis Vulvovaginal
6
Amerika Serikat dan yang terbanyak di Eropa. Sekitar 75% dari perempuan
pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal suatu waktu dalam hidupnya,
dan sekitar 5% perempuan mengalami episode rekurensi. Agen penyebab
yang tersering (80 sampai 90%) adalah Candida albicans. Saat ini,
frekuensi dari spesies non-albicans (misalnya, Candida glabrata)
meningkat, mungkin merupakan akibat dari peningkatan penggunaan
produk-produk anti jamur yang dijual bebas. Faktor risiko untuk terjadinya
kandidiasis vulvovaginal sulit untuk ditentukan.
Sumber : https://us.fotolia.com/id/225067767
7
kandidiasis vulvovaginal tidak berhubungan dengan jumlah pasangan
seksual yang dimiliki. Mengobati laki-laki pasangan seksual dari seorang
perempuan yang menderita kandidiasis tidak perlu dilakukan, kecuali laki-
laki tersebut tidak disunat atau ada peradangan pada ujung/glans penis.
Kandidiasis vulvovaginal rekuren/berulang didefinisikan sebagai terjadinya
empat atau lebih episode kandidiasis vulvovaginal dalam periode satu tahun.
Belum jelas apakah rekurensi ini terjadi karena berbagai faktor predisposisi
atau presipitasi.
Trikomoniasis
8
Gambar 3. Vagina terinfeksi Trikomoniasis
Sumber : http://obatherbalalami32.blogspot.com/2016/02/ciri-ciri-keputihan-
dan-cara.html
9
Berikut beberapa penjelasan terkait epidemiologi penyakit Bacteria
Vaginosis, Kandidiasis Vulvagional, dan Trikomoniasis.
10
peradangan, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan duh tubuh
vagina berbau amis jika diteteskan KOH (Whiff test positif ), pH duh tubuh
vagina > 4,5 (4,7-5,7), dan pemeriksaan mikroskop ditemukan jumlah clue
cells meningkat > 20% dari jumlah sel epitel, lekosit normal < 30/lp
(Koumans EH, 2007). Penatalaksanaan BV diberikan pada semua pasien
BV dengan tujuan menghilangkan tanda dan gejala infeksi vagina, serta
mengurangi risiko komplikasi infeksi (Murtiastutik D, 2008).
Kandidiasis Vulvovaginal
11
Candida parapsilosis dan Candida tropicalis di Malaysia menjadi
agen etiologi utama, diikuti oleh Candida albicans dengan 11,76% kasus
kandidemia. Frekuensi kejadian C. albicans sebagai spesies dominan dari
37% di Amerika Latin sampai 70% di Norwegia sebagai akibat dari
kejadian kandidiasis invasif yang meningkat dengan meningkatnya populasi
individu yang rentan, dan pengobatan terhambat oleh resistensi antijamur.
Prevalensi kandidiasis di Indonesia sekitar 20-25%, dapat menyerang
rambut, kulit, kuku, selaput lendir, dan organ lain seperti mulut dan
kerongkongan.
Trikomoniasis
Trikomoniasis menyebar luas di seluruh dunia, baik di pedesaan
maupun di perkotaan.Trikomoniasis ditemukan pada 2 hingga 3 juta wanita
di United States. Di dunia, Trichomonas vaginalis mengenai lebih dari 180
juta wanita. Sulit untuk menentukan berapa jumlah priayang terinfeksi
karena pada pria, infeksi Trichomonas vaginalis bersifat asimptomatis.
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu, trikomoniasis ini
terutama ditemukan pada orang denganaktivitas seksual yang tinggi, tetapi
dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita setelahmenopause. Penderita
wanita lebih banyak dibandingkan pria. Walaupun terakhir
banyakditemukan pada pasien dalam dekade kedua dan ketiga, infeksi dapat
terjadi di segala usia, dandilaporkan 17% pada bayi, dari 1 hari hingga 11
bulan.
12
lainnya, kontak seksual dengan banyak pasangan seksual, tidak pakai
kondom, pekerja seks komersial, dan kadar pH vagina yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan di daerah Bitung dengan subjek penelitian Wanita
Penjaja seks, didapatkan pada tahun 2003 WPS jalanan sebesar 20% dan
WPS tempat hiburan 16% terinfeksi trikomoniasis (Jazan, 2003).
1. G. vaginalis
G. vaginalis merupakan bakteri berbentuk batang gram
negatif, tidak berkapsul dan nonmotile. Selama 30 tahun terakhir,
berbagai literatur menyatakan G. vaginalis berkaitan dengan VB.
Dengan media kultur yang lebih sensitif G. vaginalis dapat diisolasi
13
pada wanita tanpa tanda- tanda infeksi vagina. G.vaginalis diisolasi
sekitar >90 % pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya
G.vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan M.hominis
menyebabkan VB.
2. Bakteri anaerob
Spiegel menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan
Universitas Sumatera Utara VB menggunakan kultur kuantitatif
anaerob dan gas liquid chromatografi untuk mendeteksi metabolisme
asam organik rantai pendek dari flora vagina. Ditemukan bacteroides
sp (sekarang disebut provotella dan prophyromonas) sebesar 75%
dan peptococcus (sekarang peptostreptococcus) sebesar 36% dari
wanita dengan VB. Penemuan spesies anaerob berkaitan langsung
dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada
cairan vagina.
Spiegel menyimpulkan bahwa mikroorganisme anaerob
berinteraksi dengan G.vaginalis dalam menyebabkan VB.
Mikroorganisme anaerob lain yang dikatakan juga memiliki peranan
dalam VB adalah Mobiluncus. Mobiluncus selalu terdapat
bersamaan dengan mikroorganisme lain yang berhubungan dengan
VB.
3. MycoplasmaGenital
M.hominis berperan pada VB, bersimbiosis dengan G.vaginalis
maupun organisme patogen lainnya. Hipotesis ini didukung dengan
penemuan M. hominis pada 63 % wanita dengan VB dan 10 % pada
wanita normal.
4. Mikroorganisme lainnya
Wanita dengan VB tidak mempunyai peningkatan streptokokus grup
B, staphilokokus koagulase negatif, tetapi mempunyai peningkatan
yang bermakna dari bakteri yang merupakan karier vagina yaitu
kelompok spesies streptococcus viridians, streptococcus
asidominimus, dan stresptocccus morbilorum. Suatu analisis
14
multivariat menemukan hubungan antara VB dengan empat kategori
bakteri vagina yaitu ; Mobiluncus spesies, kuman batang gram
negatif anaerob, G.vaginalis dan M.hominis. Prevalensi masing –
masing mikroorganisme meningkat pada wanita dengan VB. Selain
itu organisme – organisme tersebut ditemukan pada konsentrasi 100
– 1000 lebih besar pada wanita dengan VB dibandingkan pada
wanita normal, sedangkan konsentrasi laktobasilus menurun pada
wanita pasien VB.
Kandidiasis Vulvovaginal
Trikomoniasis
Trichomonas adalah suatu organisme eukariotik yang termasuk
kelompok mastigophora, mempunyai flagel, dengan ordo trichomonadida.
Terdapat lebih dari 100 spesies, sebagian besar trikomonas merupakan
15
organisme komensal pada usus mamalia dan burung. Trichomonas vaginalis
masuk dalam golongan protozoa patogen pada penyakit menular seksual.
Etiologi dari penyakit trikomoniasis ini adalah Trichomonas vaginalis.
Trichomonas vaginalis ini termasuk dalam domain Eukarya, kingdom
Protista, filum Metamonada yang termasuk dalam protozoa yaitu flagellata,
Kelas Parabasilia, ordo genus Trichomonas dan spesies Trichomonas
vaginalis.
16
D. Faktor Risiko Bacteria Vaginosis (BV), Kandidiasis Vulvovaginal, dan
Trikomoniasis
Risk Factor atau Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang
terkait dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu.
Faktor resiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar
kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang-
kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu
penyakit. Faktor resiko adalah salah satu bagian dari ilmu Epidemiologi.
1. Aktivitas seksual
Vaginosis Bakterialis lebih jarang pada wanita
paskapubertas tanpa pengalaman seksual dibandingkan yang
mempunyai pengalaman seksual. Amsel dan kawan- kawan
menemukan pada wanita tanpa pengalaman seksual tidak
menderita VB dari 18 orang yang diperiksa, sedangkan pada
wanita yang mempunyai pengalaman seksual didapatkan sebanyak
69 (24%) menderita VB. Studi kohort longitudinal memberikan
bukti bahwa wanita yang memiliki banyak pasangan seksual pria
17
pasangan seksual pria dalam 12 bulan terakhir berkaitan dengan
terjadinya vaginosis bakterial.
VB juga meningkat pada wanita yang melakukan hubungan
seksual dengan wanita (women sex women/WSW ) dan berkaitan
dengan wanita yang memiliki satu atau lebih pasangan seksual
wanita dalam 12 bulan terakhir Studi pada lesbian memberikan
bukti lebih jauh tentang peranan hubungan seksual dalam
penularan VB. Sekitar 101 lesbian yang mengunjungi klinik
ginekologi sebesar 29 % menderita VB begitu juga pasangan
seksualnya. Kemungkinan wanita menderita VB hampir 20 kali,
jika pasangannya juga menderita VB. Patogenesis terjadinya VB
pada WSW ini masih belum jelas. Salah satu penjelasan yang
mungkin adalah adanya persamaan antara bakteri anaerob yang
berkaitan dengan gingivitis dan VB.
Kebiasaan seksual melalui anus dikatakan juga memegang
peranan dalam terjadinya VB, transfer perineal atau bakteri pada
rektum ke vagina, telah diketahui menjadi konsekuensi pada
hubungan seksual melalui anal. Bakteri yang sering, yaitu Echerria
coli dan Streptococcus , dan hal ini memungkinkan bahwa VB
dapat ditimbulkan atau dicetuskan oleh hubungan seksual yang
tidak terlindungi , sehingga terjadi translokasi bakteri dari rektum
ke vagina.
2. Douching
Faktor epidemiologi lain juga penting dalam terjadinya VB.
Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan terjadinya VB
tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual baru, tetapi
juga berhubungan dengan penggunaan douching vagina.
Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk
menjaga higiene wanita bisa menyebabkan VB. Kebiasaan
douching dikatakan dapat merubah ekologi vagina, douches yang
mengandung povidon iodine lebih mepunyai efek penghambatan
18
terhadap laktobasilus vagina dibandingkan yang mengandung air
garam atau asam asetat.
3. Merokok
Merokok dikatakan berkaitan dengan VB dan penyakit IMS
lainnya, dari penelitian yang dilakukan di Inggris dan Swedia,
dikatakan merokok dapat menekan sistem imun, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi serta dapat menekan pertumbuhan
laktobasilus yang menghasilkan hidrogen peroksidase. Mekanisme
lain yang menghubungkan antara merokok dan VB adalah,
dikatakan rokok mengandung berbagai zat kimia, nikotin, kotinin,
dan benzopirenediolepoxide, yang mana zat – zat kimia ini ada
pada cairan mukosa servik perokok dan secara langsung dapat
merubah mikroflora vagina atau merusak sel langerhan pada epitel
servik yang menyebabkan terjadinya imunosupresi lokal. Resiko
terjadinya VB sebanding dengan jumlah rokok yang dihisap tiap
hari, yang mana jika jumlah rokok yang dihisap makin banyak
maka resiko terkena VB juga makin besar.
4. Pengunaan AKDR
VB lebih sering ditemukan pada wanita yang menggunakan
AKDR dibandingkan yang tidak menggunakannya. BV meningkat
diantara pengguna AKDR dibandingkan kontrasepsi oral hal ini
mungkin disebabkan oleh bagian ekor dari AKDR yang ada pada
endoservik atau vagina menyebabkan lingkungan untuk
berkembangnya bakteri anaerob dan G.vaginalis, yang mungkin
memegang peranan dalam terjadinya VB pada wanita yang
menggunakan AKDR.
Kandidiasis Vulvovaginal
19
1) Rentang usia terbanyak didapatkan pada kelompok usia 15 hingga
24 tahun, yaitu sebanyak 19 orang (76%) yang merupakan
kelompok usia dewasa muda.
Rentang usia ini adalah usia reproduktif, pada usia
reproduktif terdapat peningkatan hormon estrogen. Penelitian oleh
Fidel dan Khairnar tahun 2017 menyebutkan bahwa peningkatan
kadar hormon estrogen sangat mendukung peningkatan infeksi
Kandida dan menurunkan kemampuan sel epitel melawan infeksi
Kandida. Rentang usia ini juga merupakan usia seksual aktif dan
bisa didapatkan higiene kewanitaan yang rendah sehingga dapat
meningkatkan kejadian KVV.
2) Dari penelitian, didapatkan 13 pasien (52%) dengan riwayat
penggunaan douching vagina sebagai faktor predisposisi KVV.
Riwayat penggunaan douching vagina merupakan faktor
predisposisi terbanyak pada penelitian ini. Banyaknya pasien yang
menggunakan douching vagina bisa dikarenakan pasien ingin
menjaga higiene kewanitaannya yang membuat pasien
menggunakan produk pembersih vagina, yaitu douching vagina.
Pemakaian douching vagina secara rutin merupakan tindakan yang
tidak tepat karena douching vagina mengandung antiseptik.
Penggunaan antiseptik yang tidak tepat sasaran (tidak sesuai
indikasi) serta penggunaan antiseptik yang lama dan terus menerus
dapat mematikan bakteri komensal vagina dan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan Candida sp. sehingga menyebabkan
KVV.
3) Terdapat data bahwa ketika pasien mengalami kondisi
imunokompromais maka pasien memiliki kecenderungan untuk
terinfeksi dengan penyakit kandidiasis.
Satu pasien (4%) mengalami kondisi imunokompromais,
yaitu pasien dengan kanker payudara. Penyakit imunokompromais
atau imunitas yang menurun bisa didapatkan defek pada fungsi
20
limfosit T yang akan menyebabkan penurunan kemampuan
fagositosis melawan patogen, sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan kolonisasi patogen seperti Candida sp. Juga
didapatkan 2 orang menderita diabetes mellitus.
Pasien diabetes mellitus lebih cenderung terpapar infeksi
bakteri dan jamur, termasuk juga oleh infeksi Candida sp. Kondisi
lingkungan tubuh dengan glukosa yang tinggi sangat mendukung
peningkatan pertumbuhan Candida sp. Pasien diabetes mellitus
juga terdapat gangguan respons pertahanan hospes melawan infeksi
Candida sp.
Didapatkan pula 3 orang pasien dengan riwayat KVV
berulang. Hal itu bisa disebabkan terapi yang diberikan tidak
adekuat. KVV berulang bisa juga karena adanya faktor predisposisi
KVV yang masih ada pada pasien. juga menyebutkan 2 orang
dengan riwayat pemakaian antibiotik atau steroid jangka panjang.
Pemakaian antibiotik jangka panjang dapat mematikan bakteri
komensal vagina, yang selanjutnya akan meningkatkan
pertumbuhan Candida sp di area vagina. Penggunaan steroid
jangka panjang juga dapat mengakibatkan penekanan terhadap
sistem imun tubuh yang selanjutnya juga dapat meningkatkan
kejadian KVV.
Trikomoniasis
21
Bertukar seks untuk uang atau obat-obatan
Menggunakan obat injeksi
Tidak menggunakan kontrasepsi penghalang (misalnya, karena
kontrasepsi oral)
Dalam sebuah penelitian bahwa faktor risiko trikomoniasis
dipertimbangkan untuk umum, penggunaan narkoba dalam 30 hari
sebelumnya adalah orang yang paling sangat terkait dengan infeksi dan
infeksi dengan kejadian (infeksi baru diamati selama studi). Faktor risiko
yang paling signifikan adalah aktivitas seksual selama 30 hari sebelumnya
(dengan 1 atau lebih pasangan). Wanita dengan 1 atau lebih pasangan
seksual selama 30 hari sebelumnya memiliki 4 kali lebih mungkin
mengalami infeksi Trichomonas vaginalis.
Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual
yaitu hubungan penis dengan vagina atau vulva dengan vulva (daerah
kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan yang terinfeksi. Wanita
dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau wanita, tetapi pria biasanya
hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu salah pengertian yang
umum adalah infeksi ini dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah
atau kolam air panas. Hal ini tidak mungkin karena parasit tidak bisa hidup
lama di benda dan permukaannya.
22
Patofisiologi juga bisa berarti perubahan fungsional yang
berhubungan dengan atau akibat penyakit atau cedera. Definisi lain adalah
perubahan fungsional yang menyertai penyakit tertentu (The American
Heritage medical dictionary, 2007). Menurut Wilson (2005) bahwa
patofisiologi focus pada mekanisme penyakit, atau proses dinamik yang
menampakkan tanda (sign) dan gejala (symptom). Berikut beberapa
penjelasan terkait patofisiologi penyakit Bacteria Vaginosis, Kandidiasis
Vulvagional, dan Trikomoniasis.
23
Poliamin asal bakteri ini bersamaan dengan asam organik yang
terdapat dalam vagina penderita infeksi BV, bersifat sitotoksik dan
menyebabkan eksfoliasi epitel vagina Hasil eksfoliasi yang terkumpul
membentuk sekret vagina. Dalam pH yang alkalis Gardnerella vaginalis
melekat erat pada sel epitel vagina yang lepas dan membentuk clue cells.
Secara mikroskopik clue cells nampak sebagai sel epitel yang sarat dengan
kuman, terlihat granular dengan pinggiran sel yang hampir tidak tampak.
Kandidiasis Vulvovaginalis
24
Trichomoniasis
25
F. Tanda Gejala Bacteria Vaginosis (BV), Kandidiasis Vulvovaginal, dan
Trikomoniasis
26
Kandidiasis Vulvovaginal
27
sudah menimbulkan gejala, biasanya penderita bisa mengeluhkan
iritasi ringan maupun peradangan yang cukup berat.
2. Bau busuk yang tidak sedap
Bau pada vagina yang terinfeksi trikomoniasis, biasanya
berkembang dari yang ringan sampai kuat. Bau yang timbul seperti
bau amis dan busuk, terutama setelah mandi atau mencuci area
genital.
3. Sekret atau cairan vagina yang berbusa dan berwarna kuning
hingga kehijauan
Salah satu gejala pertama trikomoniasis pada wanita
adalah keputihan yang tidak seperti biasanya, karena cairan vagina
yang muncul bisa berkisar dari tekstur lembut hingga sedikit
berbusa. Warnanya biasanya kuning, hijau.
4. Dapat disertai dengan iritasi atau kemerahan pada kemaluan
Infeksi ini akan menimbulkan rasa gatal yang berlebih sehingga
akan membuat penderita menggaruknya yang dapat menyebabkan
radang hingga luka terbuka. Pada kondisi yang lebih lanjut,
trikomoniasis bisa timbul seperti benjolan merah di bawah kulit.
5. Nyeri saat berhubungan seksual dan saat buang air kecil
Jika trikomoniasis sudah masuk dalam stadium lanjut, biasanya
terjadi 20 hari atau lebih setelah terpapar, benjolan merah bisa
mulai menyebar di bagian dalam dinding vagina. Hal ini
disebabkan oleh parasit yang semakin berkembang. Benjolan ini
bisa menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan dan juga
sakit perut bagian bawah. Nyeri perut ini umumnya mereda satu
atau dua hari setelah perawatan.
Bakterial
Trikomoniasis Kandidiasis
Vaginosis
Gejala Berbau Nyeri Gatal
28
Tanda Non-Inflamasi Inflamasi Inflamasi
Warna
Abu-abu Kuning/hijau Putih
sekret
Konsistensi
Cair Berbusa Tebal/Kental
sekret
Bau Amis Amis Jamur
pH 5-6 5-6 4-5
Neutrofil, Neutrofil,
Tidak ada neutrofil,
Mikroskopis Trichomonas Pseudohifa,
clue cells
vaginalis Spora
Bacteroides Spp.,
Candida
G.vaginalis,
Kultur T.vaginalis albicans,
M.hominis,
Candida spp,
Peptostreptococcus
a) Pencegahan (Prevention)
1. Jangan menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan
air, karena dapat menghilangkan bakteri baik yang melindungi
vagina dari infeksi. Jika bakteri ini hilang, maka akan meningkatkan
risiko vaginosis bakterialis.
29
2. Menurunkan risiko iritasi vagina. Risiko iritasi vagina dapat
diturunkan dengan cara:
Hindari penggunaan sabun dengan kandungan pewangi untuk
membersihkan bagian luar vagina
Gunakan celana dalam berbahan katun dan jangan mencuci
celana dalam menggunakan sabun cuci dengan kandungan
kimia keras
Gunakan pembalut tanpa mengandung pewangi.
30
muncul efek samping yang mengganggu ketika mengonsumsi
tablet metronidazole.
Kandidiasis Vulvovaginal
a) Pencegahan (Prevention)
Berikut ini beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya penyakit akibat
bakteri candida :
1. Menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu. Antibiotik
dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina dan
menyebabkan jamur tumbuh berlebihan.
2. Menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun dan
tidak ketat. Pakaian dalam yang ketat dapat menyebabkan
kurangnya udara yang masuk, sehingga keringat terjebak dan
daerah vagina menjadi lembab. Hal ini dapat mengakibatkan
bakteri tumbuh dan menyebabkan infeksi.
3. Memastikan organ intim tetap kering, khususnya setelah
dibersihkan atau sehabis mandi.
4. Menghindari penggunaan sabun yang mengandung pewangi pada
organ intim. Hindari sabun, pembalut, atau tampon yang memiliki
aroma kuat. Jangan lupa mengeringkan vagina untuk mencegah
iritasi.
b) Pengobatan(Treatment)
Kandidiasis vagina biasanya diobati dengan obat antijamur. Untuk
sebagian besar infeksi, pengobatan adalah obat antijamur yang
diaplikasikan di dalam vagina atau dosis tunggal flukonazol yang
diminum. Untuk infeksi yang lebih berat, infeksi yang tidak membaik,
atau terus kembali setelah membaik, perawatan lain mungkin
diperlukan. Perawatan ini termasuk dosis flukonazol yang diminum
melalui mulut atau obat-obatan lain yang diaplikasikan di dalam vagina
seperti asam borat, nistatin, atau flusitosin.
31
Trichomoniasis
a) Pencegahan (Prevention)
Guna mengurangi risiko terinfeksi trikomoniasis dan penyakit menular
seksual lainnya, berikut ini beberapa contoh pencegahannya :
1. Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
2. Menggunakan kondom saat berhubungan intim.
3. Tidak berbagi pakai alat bantu seks, dan membersihkannya setiap
selesai digunakan.
b) Pengobatan (Treatment)
Untuk pengobatan trikomoniasis sesuai dengan resep dokter.
Dokter akan meresepkan metronidazole. Obat dapat diminum
sebagai dosis tunggal dan besar, atau dikonsumsi 2 kali sehari,
selama 5-7 hari, dengan dosis yang lebih kecil.
Selama masa pengobatan, pasien dilarang berhubungan seksual
sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien juga harus
menghindari konsumsi minuman beralkohol 24 jam setelah
mengonsumsi metronidazole, karena bisa menyebabkan mual dan
muntah.
Trikomoniasis biasanya sembuh dalam tujuh hari. Meski demikian,
penderita perlu periksa kembali ke dokter dalam 3 minggu hingga
3 bulan setelah pengobatan, untuk memastikan dirinya tidak
terinfeksi kembali.
H. Analisis Jurnal
32
Keputihan adalah masalah yang sangat umum di kalangan wanita.
Perubahan dalam keseimbangan organisme vagina normal dapat
menyebabkan kelebihan pertumbuhan bakteri yang menciptakan keputihan.
Hal ini umum di kalangan perempuan aktif secara seksual tetapi masih ada
kesenjangan yang tetap dalam pengetahuan kita tentang gangguan menular
ini. Bakteri Vaginosis (BV) ini juga disebut tidak spesifik vaginitis
berkembang ketika peroksida biasanya didominasi memproduksi spesies
Lactobacillus di vagina digantikan oleh anaerobik didominasi Flora
campuran yang terdiri dari gardnerella vaginalis, Mycoplasma Hominis,
spesies dari Mobiluncus, spesies Bakoida, spesies Prevotela, spesies
Peptostreptococcus, spesies Fusobacterium dan spesies Porphyromonas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi Vaginosis bakteri
pada wanita yang aktif secara seksual datang dengan keluhan keputihan
untuk Obstetri dan Ginekologi OPD Bihar.
33
Nugent. Kehadiran pseudohyphae dan / atau sel ragi yang berkembang
dianggap sebagai diagnostik infeksi candidal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda. (2009). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
35
SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN.
. Media Medika Muda, 3(1): 12-13.
36