Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk
menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring
dengan perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian
dari masalah kesehatan reproduksi. Keberadaan metode dan alat-alat
kontrasepsi terkini, memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga
Berencana untuk memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah
kontrasepsi telah memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu
menyangkut masalah kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis
Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif
Wanita (MOW) sering dikenal dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip
metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba fallopi sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan Medis Operatif
Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak
diejakulasi.(Handayani, 2010).
Mekanisme kerja Medis Operatif Wanita (MOW) yaitu dengan
mencapai tuba fallopi dan menutup atau mengoklusi tuba fallopi (mengikat
dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat
bertemu dengan ovum (Pinem, 2009).
Sterilisasi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita
yang permanen. Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates. Saat
ini sterilisasi wanita dilakukan melalui abdomen, baik dengan laparotomi
mini maupun dengan sterilisasi laparoskopik atau melalui vagina dengan
kuldoskopi. Sterilisasi wanita dapat dilakukan sebagai prosedur 1 hari, baik
dengan anestesi umum maupun lokal.
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode keluarga
berencana yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai
demografi yang sangat tinggi. Peningkatan jumlah peserta, bahkan terdapat
2

peserta dari jumlah golongan usia yang masih muda. Ternyata kontap
mendapat tanggapan baik dari masyarakat sehingga jumlahnya makin
membesar.
Rendahnya pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implant, Medis Operatif
Wanita (MOW)/tubektomi dan Medis Operatif Pria (MOP)/vasektomi
dikarenakan kurangnya pengetahuan serta kesadaran pasangan usia subur
untuk menggunakan metode kontrasepsi ini, lemahnya ekonomi juga
mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pemakaian metode
kontrasepsi tubektomi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin membuat
makalah tentang “Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis
Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Rumah Sakit Harapan
Pematangsiantar”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan
medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Rumah Sakit Harapan
Pematangsiantar Tahun 2019?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan
medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Rumah Sakit Harapan
Pematangsiantar Tahun 2019.
3

BAB II ISI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Sedangkan menurut
(Manuaba, 2010; h.75) kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa dan
ovum. Konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
4

pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Prawihardjo,
2009; h. 89). Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalan 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, terimester kedua 15 minggu 12 (minggu ke-13 hingga
minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga
minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2014; h.213).

2.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan

1. Tanda dugaan kehamilan


Tanda-tanda tidak psati atau diduga hamil adalah perubahan
anatomik dan fisiologik selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat
dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa. (Prawirohardjo, 2014; h.214).
Dugaan kehamilan menurut Manuaba diantaranya adalah :
a. Amenorea
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan
tidak terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang wanita yang
sedang hamil.
b. Mual dan Muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntal pada pagi hari
disebut morning sickness. Akibat mual dan muntah nafsu makan
berkurang.
c. Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu.
d. Sinkope atau pingsan
5

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan


iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e. Payudara Tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang.
f. Sering Miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah
menghilang.
g. Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h. Pigmentasi Kulit
Pada dinding perut terdapat striae albican,stria livide dan linea
nigra semakin menghitam.
i. Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epuils dapat terjadi saat kehamilan.
j. Varises

2. Tanda tidak pasti hamil


a. Perut Membesar
b. Tanda Pasti Kehamilan
c. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan

2.1.3 Klasifikasi Masa Kehamilan


Kehamilan menurut Prawirohardjo (2011) diklasifikasikan dalam
3 trimester, yaitu:
1. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12
minggu).
6

2. Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27


minggu).
3. Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40
minggu).

2.2 Perilaku Kesehatan


2.2.1 Pengertian
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Oleh sebab itu, perilaku
manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya.

2.2.2 Klasifikasi Perilaku


1) Perilaku Kesehatan adalah tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
2) Perilaku Sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3) Perilaku Peran Sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan individu yang sedang sakit memperoleh kesembuhan.

2.2.3 Faktor Terjadinya Kehamilan Remaja


1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di
luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai
bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
7

2. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga


terhadap Remaja.
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang
dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden
dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat
umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah.
Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks
didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang
mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.

3. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan


mental yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini
tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat
membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan
sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan
norma dan agama yang berlaku.
8
9

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Pinem, S., (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai