Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS APOTEK

2.1 Pengertian Apotek


Apotek adalah suatu tempat tertentu dimana, tempat diadakan

pekerjaan kefarmasiaan dan penyaluran obat kepada masyarakat ( menurut

Peraturan Pemerintahan No 25 Tahun 1980 ). Sedangkan menurut

Menkes No 1027/2004 tentang pengertian Apotek adalah tempat tertentu,

tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 tahun 1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang diperbarui

menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1332 tahun 2002 bahwa

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat.
Jenis - jenis praktik kefarmasian di Apotek dapat berupa :
a. Melaksanakan skrining atas resep dokter.
b. Memilih obat yang diminta melalui resep dokter atau yang

diminta langsung oleh pasien (swamedikasi).


c. Melaksanakan penyiapan obat setelah memenuhi kriteria

farmasetis, kriteria farmakokinetis, dan kriteria klinis pasien.


d. Memasukkan ke dalam wadah yang menjamin status obat

berada dalam keadaan stabil dan terjamin spesifikasi

khasiatnya.
e. Menuliskan label cara penggunaan serta penandaan lainnya.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

1
2

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 pasal 2, tugas

dan fungsi apotek adalah :


1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatan


2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.


3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat

yang telah diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Tugas dan fungsi apotek ini dijabarkan lebih lanjut dalam Permenkes

RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Tata Cara Pemberian Izin

Apotek dalam bab Pengelolaan Apotek. Pengelolaan apotek meliputi :

1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.


2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

2.3 Tenaga Kefarmasian


Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan

Kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

(TTK).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 adalah

Tenaga Kefarmasian terdiri dari:


2.3.1 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.


3

Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992

telah diatur tentang peranan profesi apoteker, yakni pembuatan,

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, distribusi obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta

pengembangan obat dan obat tradisional.


2.3.2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang

membantu Apoteker dalam menjalanan pekerjaan kefarmasian,

yang terdiri atas sarjana Farmasi, ahli madya farmasi, analis

farmasi, dan tenaga menengah kefarmasian/asisten apoteker.

2.4 Tugas dan Tanggung Jawab


2.4.1 Pemilik Sarana Apotek ( PSA )
1. Bersama dengan manager dan APA menentukan

anggaran biaya, bagi keperluan apotek, pengelolaan

keuangan serta mempunyai tugas dan kewajiban mengadakan

kontrol terhadap jalannya apotek


2. Mengadakan penilaian kembali sistem pengelolaan tiap

akhir tahun untuk mengetahui kemajuan apotek .

2.4.2 Apoteker Pengelola Apotek


2.4.2.1 Tugas dan Kewajiban APA
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek , termasuk

mengkoordinir dan mengawasi jalannya karyawan ,

mengatur daftar giliran kerja serta membagi tugas.


2. Secara aktif berusaha untuk meningkatkan dan

mengembangkan apotek.
3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan

kelengkapan teknis farmasi terutama di dalam pelayanan.


4

4. Menyesuaikan buku harga dan kalkulasi harga obat

yang akan dijual sesuai dengan kebijaksanaan harga yang

ditetapkan.
5. Pembinaan dan memberi petunjuk teknis kepada

karyawan terutama dalam memberikan informasi kepada

pasien.
6. Bersama dengan bagian administrasi dan keuangan

menyusun laporan managerial dan pertanggungjawaban.


7. Mempertimbangkan usulan dari karyawan serta

saran- saran untuk memperbaiki pelayanan dan kemajuan

apotek.
8. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil

penjualan tunai setiap hari.

2.4.2.2 Tanggung jawab APA


1. Bidang Keuangan
Penggunaan secara efisien , pengamanan dan kelancaran
2. Bidang Persediaan Barang
Pengadaan yang sehat , ketertiban , penyimpanan dan

kelancaran
3. Bidang Inventaris
Penggunaan yang efisien serta pemeliharaan dan

pengamananya
4. Bidang Personalia
Ketentraman kerja , efisiensi dan strategi .

5. Bidang Umum
Kelancaran , penyimpanan , dan pengamanan dokumen –

dokumen

2.4.2.3 Wewenang APA


5

Memimpin semua kegiatan apotek , diantaranya mengelola

kegiatan pelayanan kefarmasian dan karyawan sesuai

dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku .

2.4.3 Asisten Apoteker ( AA )


2.4.3.1 Tugas dan wewenang AA adalah :
1. Mengerjakan semua kegiatan sesuai dengan

profesinya
2. Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan

sebagai penjual obat bebas dan juru resep.

2.4.3.2 Tanggungjawab AA adalah :


Bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan

tugas yang diserahkan kepadanya , artinya bertanggung

jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikan ,

tidak boleh ada kesalahan , kekeliruan , kehilangan dan

kerusakan .

2.4.3.3 Wewenang AA
Berwewenang menyelesaikan tugas pelayanan

kefarmasian sesuai dengan batas pekerjaan yang

ditugaskan kepadanya.

2.4.4 Bagian Administrasi dan Keuangan


2.4.4.1 Tugas dan kewajiban administrasi keuangan
1. Membuat laporan harian, pencatatan,

penjualan kredit, meneliti catatan pembelian serta

pengalihan dan pengeluaran harian.


2. Membuat laporan bulanan, realisasi dana

untuk pimpinan apotek, daftar gaji dan pajak.


6

3. Membuat laporan tahunan (neraca akhir

tahun dan laporan rugi laba).


4. Melaksanakan surat menyurat.
5. Mencatat penerimaan , pengeluaran uang

yang harus dilengkapi dengan kwitansi , nota dan

tanda setoran yang sudah diparaf oleh APA atau

petugas yang ditunjuk.


6. Menyetor dan mengambil uang baik dari

kasir maupun dari bank.

2.4.4.2 Tanggung jawab bagian administrasi dan keuangan


Bagian administrasi dan keuangan bertanggung

jawab kepada manager sesuai dengan tugas yang

diberikan kepadanya serta tanggung jawab langsung

kepada APA atas kebenaran jumlah uang yang

dipercayakan kepadanya.

2.4.4.3 Wewenang bagian administrasi dan keuangan


Berwewenang melaksanakan semua administrasi

pembukuaan dengan petunjuk dari manager serta

melaksanakan kegiatan arus keuangan sesuai dengan

petunjuk – petunjuk dari APA.

2.4.5 Bagian Kasir


2.4.5.1 Tugas dan kewajiban kasir
1. Memeriksa dan menyesuaikan laporan keuangan

tiap pergantian shift .


2. Melakukan transaksi langsung kepada pasien.

2.4.5.2 Tanggungjawab bagian kasir


Bertanggungjawab terhadap semua transaksi

keuangan yang dilakukan pada shift jaga.


7

2.4.5.3 Wewenang bagian kasir


Berwewenang untuk melaksanakan kegiatan

transaksi keuangan sesuai dengan petunjuk – petunjuk dari

APA .

2.5 Perbekalan Farmasi


Yang dimaksud perbekalan farmasi menurut Undang-Undang yaitu,

meliputi :
2.5.1 Obat
Obat terbagi menjadi beberapa golongan. Tujuan dari

penggolongan obat adalah untuk meningkatkan keamanan dan

ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi hal ini

tercantum dalam pengertian penggolongan obat dalam Peraturan

Mentri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang ini

telah diperbarui dengan Permenkes RI Nomor

949/Menkes/Per/2000. Penggolongan obat ini terdiri atas:


2.5.1.1 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran

dan dapat dibeli tanpa resep dokter. pada kemasan dan

etiket obat bebas ditandai lingkaran hijau dengan garis

tepi hitam.

Contoh :
- Obat Batuk Hitam
- Tablet Paracetamol
- Antasida Doen

2.5.1.2 Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat

keras tetapi masih dapat dijual dipasaran ataupun tanpa


8

resep dokter, obat ini disertai dengan beberapa tanda dan

peringatan. Pada kemasan obat bebas terbatas harus tertera

lingkaran bewarna biru dengan garis tepi hitam. Ada

beberapa tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan

obat bebas terbatas , berupa peringatan nomor 1 sampai

dengan peringatan nomor 6 (P1-P6).

P no 1 P no 4
Awas ! obat keras Awas ! obat keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar

P no 2 P no 5
Awas ! obat keras Awas ! obat keras
Hanya untuk kumur Tidak boleh ditelan

P no 3 P no 6
Awas ! obat keras Awas ! obat keras
Hanya untuk bagian luar badan Obat wasir jangan ditelan

Contoh :

a. P.No.1 : Antihistamin, CTM


b. P.No.2 : Kalii Chloras dalam larutan,

Zincum
c. P.No.3 : Povidone Iodine dalam solution
d. P.No.4 : Rokok dan serbuk untuk penyakit

bengek untuk dibakar yang mengandung

scopolaminum.
e. P.No.5 : Amonia 10% ke bawah
f. P.No.6 : Suppositoria untuk wasir
9

2.5.1.3 Obat Keras


Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli

diapotek dengan resep dokter. Obat ini dilambangkan

dengan lingkaran bewarna merah dikelilingi garis tepi

bewarna hitam serta terdapat huruf ‘’ K ‘’ di dalam

lingkaran tersebut.

Contoh :
- Amoxicillin
- Loratadine
- Glibenclamide

2.5.1.4 Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat

diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter.


Peraturan tentang OWA berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 347/MenKes/SK/VII/1990 yang

telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 924/MenKes/Per/X/1993, dikeluarkan dengan

pertimbangan sebagai berikut :


a. Pertimbangan yang utama untuk Obat Wajib Apotek

ini sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan

tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna

mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan

pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.


10

b. Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran

apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi,

informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada

masyarakat.
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan

obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.


Pada penyerahan Obat Wajib Apotek ini terhadap

apoteker terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut :


a. Memenuhi ketentuan dan batas tiap jenis obat per

pasien yang disebutkan dalam OWA bersangkutan.


b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan

pakai, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain


Berikut pembagian OWA :
a. OWA No. 1
OWA No. 1 berdasarkan Permenkes Nomor

347/MenKes/SK/VII/1990. Contoh :
- Asam Mefenamat
- Methampitron
- Bisakodil supp
b. OWA No. 2
OWA No. 2 berdasarkan Permenkes Nomor

924/MenKes/PER/X/1993. Contoh :
- Albendazol
- Bacitracin Cream
- Clindamicin Cream

c. OWA No. 3
OWA No. 3 bedasarkan Permenkes Nomor

1176/MenKes/SK/X/1999
- Ranitidin
- Piroxicam
11

- Allopurinol

2.5.1.5 Obat Golongan Psikotropika


Obat Psikotropika Menurut Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang psikotripika adalah zat atau obat baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf

pusat yang mengakibatkan perubahan khas pada aktifitas

mental dan perilaku.

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam undang-

undang ini adalah psikotropika yang mempunyai potensi

sindroma ketergantungan, yang menurut undang-undang

tersebut dibagi menjadi ke dalam empat golongan yaitu :


a. Golongan I : mempunyai potensi yang sangat kuat

dan dapat menyebabkan ketergantungan.


Contoh : Tetrahydrocannabinol
b. Golongan II : mempunyai potensi yang sangat kuat

dan dapat menyebabkan ketergantungan.


Contoh : Methylphenidate, Phencyclidine - PCP
c. Golongan III : mempunyai potensi sedang dalam

menyebabkan ketergantungan dan dapat digunakan

untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter


Contoh : Amobarbital, Butalbital
d. Golongan IV : mempunyai potensi ringan dalam

menyebabkan ketergantungan dan dapat digunakan

untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter


Contoh: Amfepramone, Aminorex, Barbital.
12

2.5.1.6 Obat Golongan Narkotika


Penandaan narkotika berdasar peraturan yang terdapat

dalam Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah.

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan I, II, III.


a. Golongan I : hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja


b. Golongan II : berkhasiat untuk pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan

dalam terapi dan bertujuan pengembangan ilmu

pengetahuan. Contoh : Morfina, Petidin, Fentanil,

Metadon
c. Golongan III : narkotika yang memiliki daya adiktif

ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk

pengobatan dan penelitian. Contoh : Etilmorfina,

Codein, Nikokodina, Propiram.

2.5.2 Bahan Baku Obat


13

Bahan baku obat adalah bahan obat yang berupa substansi

yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Farmakope

Indonesia atau buku resmi lainnya yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Contohnya : adeps lanae, vaselin, cera, glukosa,

talkum, dan laktosa.

2.5.3 Obat Tradisional


Menurut Permenkes RI No. 246/MenKes/Per/V/1990 yang

dimaksud obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman.
Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi bahan atau campuran

bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.


Obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
a. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)
Jamu adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam

bentuk serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh

bagian tanaman.

Jamu dengan syarat sudah dilakukan uji toksisitas dan uji

farmakologik eksperimental pada hewan coba. Contoh : Jamu

Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem, dan lain-lain.

b. Obat Herbal Terstandar/OHT (Scientific Based Herbal

Medicine)
14

Obat Herbal Terstandar adalah bahan alam yang telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.

Contoh : Diapet, Lelap, Tolak

Angin, dan lain-lain.

c. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal

Medicine)
Fitofarmaka berasal dari bahasa Yunani yaitu phyto yang

berarti tanaman dan pharmakon yang berarti obat.


Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara uji praklinik, uji

teknologi farmasi, dan uji klinik.Fitofarmaka dengan syarat

sudah dilakukan uji toksisitas, uji farmakologik eksperimental

dan uji klinis.

Contoh : Stimuno, Tensigard,

Rheumaneer, dan lain-lain.

2.5.4 Alat-Alat Kesehatan


Pengertian alat kesehatan berdasarkan Menteri Kesehatan

RI no 220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 Sepetember 1976

adalah “barang, instrument atau alat termasuk tiap komponen,

bagian atau perlengkapan yang diproduksi, dijual atau

dimaksudkan untuk digunakan dalam penelitian dan perawatan


15

kesehatan, diagnosis penyembuhan, peringanan atau pencegahan

penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia”.


Contoh alat kesehatan : plester, Cold Hot Pack, Warm Water Zak

(WWZ), abbocath, nelaton catheter, spuit, dan lain-lain.

2.5.5 Kosmetika
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap

untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,

bibir dan organ kelaim luar), gigi dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit. (Permenkes RI

No.445/MenKes/Per/V/1998). Contoh kosmetika antara lain :

cream, lotion, masker, deodorant, sun block, feminime hygiene,

whitening skin lightener, dan lain-lain.

2.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

2.6.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan

waktu yang tepat.


Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :
a. Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai

kebutuhan
16

b. Menghindari terjadinya kekosongan obat/

penumpukan obat
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan

menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan

diadakan.

2.6.2 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan

agar tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang

cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan.


Pengadaan/pemesanaan obat ke Pedagang besar Farmasi

(PBF) menggunakan surat pesanan.Khusus untuk narkotika hanya

dapat diadakan dari PBF Kimia Farma.

2.6.3 Penerimaan
Proses penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima

obat-obatan. Tujuannya yaitu agar obat yang diterima sesuai

dengan kebutuhan berdasarkan permintaan.


Saat proses penerimaan, barang dicocokkan dengan faktur

dan copy surat pesanan. Bila isi faktur tidak sesuai dengan obat

yang diorder maka obat dikembalikan kepada PBF yang mengirim.

2.6.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan

memelihara dengan menempatkan obat – obatan yang diterima

pada tempat yang dinilai aman dan gangguan fisik yang dapat

merusak obat. Tujuan penyimpanan yaitu untuk menjaga mutu


17

obat, menjaga kelangsungan persediaan, serta untuk memudahkan

pencarian dan pengawasan.


Terdapat beberapa cara untuk penataan sediaan farmasi

yaitu :
a. Berdasarkan khasiat farmakologi
b. Alfabetis
c. Jenis sediaan obat
d. Golongan obat
e. Kombinasi 1 – 4
f. Stabilitas
Khusus untuk obat narkotika penyimpanan diletakkan di

lemari khusus yang terbuat dari kayu dengan pintu rangkap 2

disertai 2 kunci yang berbeda.


Untuk obat Psikotropika diletakkan di dalam lemari OKT

(Obat Keras Tertentu). Untuk obat yang membutuhkan

penyimpanan dengan suhu dingin di letakkan di lemari es.

Misalnya, Lacto Bio, Suppositoria, dll.

2.6.5 Pelayanan/Distribusi
Pelayanan teknis kefarmasian meliputi pelayanan resep

(obat keras, narkotika dan psikotropika) dan pelayanan non resep

(obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, alat kesehatan,

alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, PKRT, dan obat

tradisional) jika diperlukan pasien. Disamping itu dilakukan pula

pelayanan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada

pasien.

2.6.6 Pemusnahan
Obat yang kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan

dipisahkan dari obat-obat yang lain.


18

Pemusnahan dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya

sediaan dalam botol/cair injeksi,isinya dikeluarkan dan botol

kemasanya di hancurkan ,sedangkan sedian padat atau tablet

kapsul,salep, krim cara pemusanahan dengan di bakar kemudian

setelah di musnahkan di timbun dan di semen.

2.6.7 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan bertujuan untuk pengendalian persediaan agar

persediaan tidak berlebihan dan tidak kekurangan, dan untuk

mencegah terjadinya kehilangan.


Pelaporan obat dilakukan terhadap obat narkotika dan

psikotropika. Pelaporan dilakukan selambat-lamabatnya tanggal

10 setiap bulannya yang dikirimkan/ditujukan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan :


 Kepala Balai POM setempat
 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
 Arsip

Anda mungkin juga menyukai