Anda di halaman 1dari 15

2015

ANALISA MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN MELALUI
PENDEKATAN MODEL KEPERAWATAN
“INTERPERSONAL PEPLAU”

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Jiwa Dasar


Fasilitator : Ns. Retno Lestari., M.Nurs

Oleh Kelompok III

I Nengah Dartayasa 146070300111007


Rani Agustin 146070300111033
Iva Milia Hani Rahmawati 146070300111044

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB II
TINJAUAN TEORI (MODEL INTERPERSONAL PEPLAU)

Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi


perawat-klien akan membentuk suatu “kekuatan mendewasakan “atau “dorongan
pertumbuhan” melalui hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu
pemenuhan kebutuhan klien Ketika kebutuhan dasar telah diatasi kebutuhan yang
baru mungkin muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien di gambarkan
sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut : orientasi,
indentifikasi, penjelasan, dan resolusi. Model konsep dan teori keperawatan yang
dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri
sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang
mencakup proses interpersonal perawat-klien serta koping dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan (Yosep, 2009).

A. Konsep Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau


1. Latar Belakang Teori
Sepanjang karirnya, Dr. Hildegard Peplau menjadi pioner di
keperawatan. Peplau lahir pada tahun 1909 di Pennsylvania dan mengawali
karirnya setelah lulus dari Diploma Keperawatan di Pottstown, Pennsylvania
tahun1931. Setelah itu, dia lulus dari Bennington College dengan gelar BA di
Psycology Interpersonal tahun 1943, dan dari Columbia University di New
York dia meraih gelar MA di keperawatan Psyciatric tahun 1947. Selain itu,
gelar EdD dia peroleh di Curriculum Development tahun 1953.
Hildegard Peplau mempublikasikan buku “Interpersonal Relations In
Nursing” pada tahun 1952. Dia juga mempublikasikan beberapa artikel di
majalah professional pada cakupan topik mulai dari konsep interpersonal
hingga isu-isu terkini di keperawatan. Pamfletnya yang berjudul “Basic
principles of patient counseling” dia dapatkan melalui penelitian &
whorkshopnya.
Dr. Peplau dikenal secara nasional dan internasional sebagai seorang
perawat dan pencetus/leader di perawatan kesehatan. Dia juga berkecimpung

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 2


di organisasi meliputi WHO, The National Institute of mental Health dan
Persatuan Perawat (Nurse Corps). Dr.Peplau pensiun pada tahun 1974, namun
dia melanjutkan menulis jurnal & buku-buku professional. Peplau melihat
antara perawat dan pasien “berpartisipasi & berkontribusi ke dalam hubungan,
dimana hubungan itu sendiri menjadi terapeutik. Pandangan tersebut yang
dibuat formula “Psychodynamic nursing” pada tahun 1952 dan selanjutnya
disebut “a theory of interpersonal relations” pada tahun 1952. (Alligood,
2013)

2. Sumber Teori
Peplau memasukkan pengetahuan ke dalam kerangka konseptualnya
yang pada akhirnya berkembang menjadi model keperawatan berbasis teori.
Peplau menggunakan pengetahuan yang dikutip dari ilmu perilaku dan model
psikologikal untuk mengembangkan teori hubungan interpersonal. Kutipan
dari model psikologikal menyatakan bahwa “memungkinkan bagi perawat
untuk saatnya berpindah dari orientasi terhadap penyakit ke salah satu bagian
dari psikologi, perasaan, serta perilaku yang dapat di eksplore dan dimasukkan
ke dalam intervensi keperawatan. Hal ini memberikan kesempatan kepada
perawat untuk mengajari pasien bagaimana cara mengungkapkan perasaan
serta bagaimana cara menunjukkan perasaan tersebut. Hary Stack Sullivan,
Percival Symonds, Abraham Maslow, Bella Mittleman dan Neal Elgar Miller
adalah merupakan tokoh-tokoh sumber utama Peplau didalam
mengembangkan kerangka konseptualnya. Bahkan beberapa konsep terapeutik
ia dapatkan secara langsung dari tokohnya sendiri yakni Freud dan Fromm
(Alligood, 2013).

3. Teori Keperawatan Peplau


Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan
proses interaktif (Peplau, 1952) yang menghasikan hubungan antara perawat
dan klien Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul
akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 3


dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang
didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai
kematangan perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu perawat berupaya
mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas
sebagai sumber daya manusia, narasumber, konseler atau konsultan, dan
wali/wakil bagian klien. (Alligood, 2013)
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan
masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia.sebagai contoh,ketika
klien mencari pertolongan,langkah pertama perawat dan klien membahas
pokok masalah dan perawat menjelaskan fasilitas yang ada. Dengan
berkembangnya hubungan antara perawat dan klien, perawat dan klien
bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan
dengan masalah kesehatannya.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan
kolaborasi perawat-klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan “atau
“dorongan pertumbuhan” melalui hubungan interpersonal yang efektif dalam
membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah diatasi
kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien
di gambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut :
orientasi, indentifikasi, penjelasan, dan resolusi. Model konsep dan teori
keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan
individu dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal antara perawat-
klien.

4. Konsep Utama Dan Definisi

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 4


a. Definisi Keperawatan
Keperawatan didefinisikan oleh peplau sebagai sebuah proses yang
signifikan, bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan
instrumen edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan mendorong
kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif,
personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki
tanggung jawab legal didalam pemanfaatan keperawatan secara efektif
berikut segala konsekuensinya bagi klien. Perawat merespons kebutuhan
klien akan bantuan melalui proses interpersonal. Proses interpersonal
merupakan hubungan humanistik antara individu yang sakit, atau
memerlukan layanan kesehatan, dan perawat didalam mengenali dan
merespons kebutuhan klien. Konsep utama dalam proses interpersonal ini
adalah perawat, klien, hubungan terapautik, tujuan, kebutuhan manusia,
kecemasan, ketegangan, dan frustasi.
b. Definisi individu
Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai
kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan
oleh kebutuhan. Berdesarkan penjelasan ini, peplau mendefinisikan
individu sebagai manusia sebab manusia adalah sebuah organisme yang
hidup dalam ekulibrium yang tidak stabil.
c. Definisi kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah simbol yang
menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari
kepribadian dan proses kemanusian yang terus menerus mengarah pada
keadaan kreatif, konstruktif, produktif didalam kehudupan pribadi ataupun
komunitas.
d. Definisi Lingkungan
Meskipun peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan
sebgai salah satu konsep utama dalam keperawatan, ia mendorong perawat
untuk memerhatikan kebudayaan dan adat istiadat klien saat klien harus
membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit. Menurut peplau,

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 5


lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada
dalam konteks cultural peplau.

5. Terapi Interpersonal Hildegard E. Peplau


Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan
Psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul
Interpersonal Relations In Nursing. Dalam ilmu komunikasi, proses
interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara simultan dengan
orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya
dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga
sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan
teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam
memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat
terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari
bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat
dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan
yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk
praktik keperawatan jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati,
instrument perilaku, dan instrument untuk mengevaluasi respon verbal
dihasilkan dari model konseptual Peplau.
Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep struktural
dari proses antar-personal-disinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-
patient relationship). Keempat fase tersebut saling berkaitan. Di setiap fase

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 6


diperlukan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan klien. Fase tersebut
diantaranya adalah :
a. Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang
belum saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang
yang memerlukan bantuan profesional dan perawat berperan membantu
klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang
klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk
menentukan adanya masalah,dimana perawat dan klien melakukan
kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses
pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien
dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase ini juga
dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan
harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan
klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan
rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase
berikutnya.
b. Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikan respon atau mengidentifikasi
persoalan yang ia hadap bersama orang yang dianggap memahami
masalahnya. Respon setiap klien berbeda satu sama lain. Disini perawat
melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit
yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang
perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi kklien serta
memberi kepuasan yang diperlukan.
Fase identifikasi peran perawat apakah sudah melakukan atau
tindakan sebagai fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien
serta melaksanakan asuhan keperawatan. Selama fase identifikasi klien
diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan mulai memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan
tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 7


pada diri klien guna melaju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi
merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien. Fase ini,
perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah klien.
c. Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan
kebutuhan klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi
bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasi, klien
mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali,
memahami keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat
mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan, perasaan, emosi,
pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana
terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam
memberikan gambaran kondisi klien. Pada fase ini perawat juga dituntut
untuk menguasai keterampilan berkomunikasi secara terapeutik. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan fase
pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalh. Jika
fase ini berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu
fase resolusi.
d. Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah
sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubunga terapeutik
yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit
bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan
dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masin-
masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah
mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat
maupan klien akan menjadi individu yang matang dan lebih
berpengalaman.

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 8


Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang
harus dilakukan. Peran tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran
tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the stranger), peran
sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai pengajar
(teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran
sebagai wali (surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling
role).
a. Role of the stranger
Merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di sini,
kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lainnya. Sebagai
orang asing, perawat harus memperlakukan klien secara sopan, tidak
boleh memberi penilaian sepihak, menerima klien apa adanya, serta
memperlakukan klien dengan penuh perasaan. (Asmadi, 2008).
Didalam keperawatan jiwa pun hal ini sangat cocok
dikarenakan, seorang pasien jiwa pada dasarnya adalah manusia yang
memiliki kebutuhan holistik salah satunya harga diri.
b. Role of resource person
Dalam perannya sebagai narasumber, perawat memberi
jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama
mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterpretasikan kepada klien rencana perawatan dan rencana
medis untuk hal tersebut. (Asmadi, 2008).
Dalam praktiknya seorang perawat jiwa dituntut memiliki
ketrampilan tersebut bukan hanya kepada klien namun juga menjadi
narasumber bagi keluarga untuk menjelaskan apapun kondisi pasien.
c. Teaching role
Merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan
informasi. Menurut Peplau, teaching role, terbagi atas dua kategori,
yaitu instruksional dan eksperimental. Penyuluhan intruksional adalah
pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang dipakai
dalam literature pendidikan. Penyuluhan eksperimental adalah
penyuluhan dengan menggunakan pengalaman sebagai pijakan dalam

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 9


pengembangan pengajaran. (Asmadi, 2008). Dalam hal ini perawat
jiwa melakukan peran penyuluh bagi pasien maupun keluarga
d. Leadership role
Merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan,
terutama mengenai proses demokratis dalam asuhan keperawatan.
Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya melalui
hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif
klien. (Asmadi, 2008). Hal ini tercermin dalam proses pelaksanaan
tindakan keperawatan dimana perawat selalu menjadi leader bagi
pasien.
e. Surrogate role
Dalam surrogate role, klien menganggap perawat sebagai
walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus
menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif
yang muncul dari hubungan sebelumnya. Fungsi perawat di sini
adalah membimbing klien menggali dirinya sendiri dan sosok yang ia
bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan
sosok yang ia bayangkan tersebut. (Asmadi, 2008). Dalam proses
keperawatan jiwa tindakan ini tercermin pada pelaksanaan tindakan
keperawatan salah satunya pada komunikasi pada pasien dengan
ansietas.
f. Counseling role
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan
yang besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-
klien, peran ini sangat penting sebab tujuan dari teknik hubungan
antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami
sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Perawat dapat
memberikan pemahaman pada Ny.Y tentang perubahan apa yang
terjadi pada diri dan keluarganya sehingga dapat membawa Ny.Y
kembali pada realita.
Berdasarkan konsep terapi interpersonal ini terdapat beberapa
makna proses terapi diantaranya adalah :

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 10


a. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman
pada klien, perawat sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien
merasa aman, sebagai contoh perawat mengatakan bahwa klien berada
ditempat yang aman, dan tenang tidak ada yang akan menyakitinya
seperti apa yang ada dipikirannya.
b. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi
yang menjalin hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan
dihormati.

6. Peran Perawat dalam Terapi


Peran perawat dalam terapi adalah
a. Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain).
b. Therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap
empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
c. Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.

7. Teori Interpersonal dan Proses Keperawatan


 Keduanya bertahap dan berfokus pada hubungan terapeutik.
 Keduanya menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah untuk perawat
dan pasien untuk berkolaborasi, dengan tujuan akhir pemenuhan kebutuhan
pasien.
 Keduanya menggunakan observasi, komunikasi, dan pencatatan sebagai
alat bantu dasar yang digunakan oleh keperawatan.

Pengkajian Orientasi

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 11


 Pengumpulan data dan analisa  Pengumpulan data yang tidak
(berkesinambungan) berkesinambungan
 Mungkin bukan merupakan  Kebutuhan yang dirasakan
sebuah kebutuhan yang  Mendefinisikan kebutuhan
dirasakan

Diagnosa Keperawatan Identifikasi


Perencanaan
 Penetapan tujuan interdependen
 Secara bersama menetapkan
tujuan

Implementasi Eksploitasi

 Rencana dilaksanakan ke arah  Pasien secara aktif mencari dan


pencapaian tujuan yang mendapatkan pertolongan
ditetapkan bersama  Pasien memulai
 Dapat dicapai oleh pasien,
perawat atau keluarga

Evaluasi Resolusi

 Berdasarkan pada prilaku yang  Terjadi setelah fase-fase lain


diharapkan bersama berhasil diselesaikan
 Dapat menimbulkan terminasi  Mengarah kepada terminasi
dan pembuatan rencana baru

8. Aplikasi Teori Interpersonal Peplau Pada Pelaksanaan Terapi Individu


Pasien Resiko Perilaku Kekerasan

Hubungan interpersonal perawat-klien


Pasien Resiko
Perilaku
Kekerasan : Membina hubungan saling percaya Faktor yang
 Marah-marah Proses pengumpulan data mempengaruhi :
 Komunikasi  Sikap perawat
Jiwa Dasar Kelompok 3 Pageklien
dan 12
verbal (keras-
cepat)  Ras
 Tatapan mata  Budaya
tajam  Pengalaman
sonal
1) Mengucapkan salam
terapeutik
2) Melakukan evaluasi
kemampuan yang sudah
dikuasai
3) Validasi kemampuan
yang sudah dikuasai
4) Melakukan kontrak

Terbina hubungan saling percaya Fase


Masalah teridentifikasi orientasi

Fase  Identifikasi masalah dan respon pasien


Fase identifikasi  Eksplorasi perasaan
kerja  Membantu memberikan alternatif penyelesaian masalah

Fase
eksploitasi Pasien memiliki kemampuan mengatasi masalah

Fase Evaluasi respon pasien


Terminasi/ Saling menyetujui terhadap masalah dan alternatifnya
resolusi

Klien mandiri
Terdapat peningkatan hubungan sosial dan fungsi pribadi

Tujuan tercapai

Membuat rencana tindak lanjut


Merencanakan kontrak yang akan datang
BAB III
Kasus (ambil dari scanning)
Sekilas kasus: (nanti tak lengkapi lagi kalo disetujui)
Tn. S usia 44 tahun, laki laki, belum menikah, pendidikan terakhir PGSD (Diploma
2). Tinggal dan dibesarkan oleh orang tuanya. Pernah bekerja sebagai Guru dan

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 13


penjaga warnet, namun sudah berhenti. Saat ini klien sudah tidak bekerja lagi,
terakhir bekerja 5 tahun yang lalu.
RPD: Klien MRS I di RSJ Lawang tahun 2011 dengan keluhan mengamuk. Pulang
sembuh, tapi tidak pernah kontrol dan minum obat. Pernah kecelakaan motor tahun
2012 dengan luka robek pada paha kanan, dibawa berobat ke RS Trenggalek tetapi
tidak dirawat inap.
RPS : MRS II diantar keluarga dengan keluhan mengamuk dan melempar masjid.
Didalam keluarga tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti yang dialami klien.
Tidak ada riwayat alergi dan penyakit imunitas lainnya.
Diagnosa Medis: Skizofrenia Paranoid.

BAB IV
Pembahasan

BAB V
Kesimpulan

Pembagian Tugas:
BAB I, V, Dapus, Kata Pengantar, Daftar Isi, Cover :
BAB II & III :
BAB IV :

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Alligood M R, Tomey A M, (2013). Nursing theory-utilization and application. 8th


edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 14


Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:EGC

Jiwa Dasar Kelompok 3 Page 15

Anda mungkin juga menyukai