Jurnal Aspikom, terbit dua kali dalam setahun pada bulan Juli dan Januari. Tulisan difokuskan
pada pemikiran kontemporer Ilmu Komunikasi, Media, Teknologi Komunikasi dan Komunikasi
Terapan, dalam berbagai sudut pandang/perspektif.
Susunan Redaksi
Penasehat
Dr. Eko Harry Susanto.
Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Indonesia (ASPIKOM)
Ketua Penyunting
Drs. Setio Budi HH, M.Si
Sekretaris Penyunting
Frida Kusumastuti, M.Si
Penyunting Pelaksana
Fajar Junaedi, M.Si
Bonaventura Satya Bharata, M.Si
Agung Prabowo, M.Si
Harry Yogsunandar, M.Si
Sampoerno, M.Si
Mitra Bestari :
Prof. Andre A Hardjana, Ph.D (Universitas Atma Jaya Yogykarta)
Prof. Dr. Ilya Sunarwinardi (Universitas Indonesia)
Prof. Dedy Nur Hidayat, Ph.D (Universitas Indonesia)
Prof. Pawito, Ph.D (Universitas Negeri Sebelas Maret)
Prof. Dr. WE Tinambunan (Universitas Negeri Riau)
Prof. Dr. Engkus Kuswarno (Universitas Padjadjaran)
Dr. phil. Hermin Indah Wahyuni (Universitas Gadjah Mada)
Dr. Eko Hari Susanto (Universitas Tarumanagara)
Dr. phil. Lukas Suryanto Ispandriarno (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Dr. Antar Venus (Universitas Padjadjaran)
Dr. Turnomo Raharjo (Universitas Diponegoro)
Dr. Iswandi Syahputra (Universitas Islam Negeri “Sunan Kalijaga”)
Dr. Puji Lestari (Univ. Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta)
Kata Pengantar.............................................................................................................................iii
Pengaruh Pemberitaan Surat Kabar Kompas, Seputar Indonesia Dan Media Indonesia
Terhadap Persepsi Masyarakat Pengguna Tabung Gas
(Studi Eksplanatif Kuantitatif Pada Ibu Rumah Tangga Pengguna Tabung Gas
Di Rw 003 Margajaya Bekasi Selatan Tahun 2010)
Arief Fajar & Dwi Yunita Restivia . ..................................................................................... 171
Salam Komunikasi,
Setelah edisi pertama terbit, kini Jurnal Komunikasi ASPIKOM hadir dengan edisi
ke dua, volume 1, kehadapan sidang pembaca sekalian. Jurnal Komunikasi ASPIKOM
diterbitkan tetap dalam kerangka mendukung visi ASPIKOM yang menggiatkan
gerakan “pengembangan kualitas pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia”, melalui
jalur karya akademik.
Harus diakui penerbitan terlambat, karena dua alasan, pertama karena faktor
naskah kedua, tim Jurnal fokus pada acara Workshop – Semiloka Komunikasi
dan penerbitan 4 buku (PR & CSR, Komunikasi 2.0, Komunikasi Bencana dan Mix
Methodology), pertengahan Maret 2011 di Yogyakarta. Dengan dukungan kolega dari
berbagai universitas dan jaringan anggota ASPIKOM, edisi ini bisa terpenuhi.Pada
edisi kedua volume pertama ini, Jurnal Aspikom mengambil tema/fokus perspektif
komunikasi dalam membaca berbagai fenomena sosial. Diawali dengan tulisan Prof. Dr
Burhan Bungin dan Dr. Ninik Sri Rejeki yang menyoroti fenomena sosial dan organisasi.
Kemudian Putri Aiysiyah Rachma Dewi, M.Si dan Aprilani, M.Si mengkaji mengenai
media surat kabar dan internet. Selanjutnya tiga tulisan berikut berisi hasil penelitian
yang ditulis oleh Arief Fajar & Dwi Yunita Restivia, Prida Ariani Ambar Astuti, Dhyah
Ayu Retno Widyastuti.
Penyusunan Jurnal Komunikasi Aspikom tidak lepas dari dukungan pengurus dan
kolega yang tergabung dalam ASPIKOM dan kerja keras dari Bidang Litbang Aspikom,
khususnya divisi penerbitan. Jurnal Komunikasi ASPIKOM edisi kedua masih tetap
didukung sepenuhnya penerbitannya oleh kolega dari Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Dan pada dua edisi selanjutnya akan
didukung oleh Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Tarumanagara.
Jurnal Komunikasi ASPIKOM menyanpaikan terima kasih kepada Dr. Eko Harry
Susanto, Dr. Iswandi Syahputra, Frida Kusumastuti, M.Si dan Fajar Junaedi, M.Si yang
telah menjadi mitra bestari.
Jurnal Aspikom sangat diharapkan menjadi jurnal yang berkualitas dikemudian
hari, oleh karenanya pada penerbitan selanjutnya selain konsisten pada jadwal
penerbitan juga mulai mempersiapkan standar untuk akreditasi jurnal dikemudian
hari. Konsekuensinya adalah kemungkinan perubahan format dan standar-standar
yang relevan, termasuk memperkuat tim redaksi dan Mitra Bestari. Tentu saja masih
ada kekurangan dalam penerbitan Jurnal Aspikom, untuk itu kritik, umpan balik dan
masukan dari sidang pembaca sangat berarti untuk penyempuraan edisi berikutnya.
Pada persiapan edisi ini, Jurnal Komunikasi ASPIKOM kehilangan salah satu Mitra
Bestari, yaitu Prof. Dedy Nur Hidayat, Ph.D, yang telah wafat beberapa waktu yang
M. Burhan Bungin
Kandidat Ph.D (Communication)
College of Arts and Sciences
Universiti Utara Malaysia
Abstract
There are 3 points to discuss the Indonesian contemporary society who lives in
reformation order. First is urban society with liberalism perspectives, open dan
information technology in their hand. Second is structuralist society, who lives and
willingness in patron – client/ leadership traits. Third is marginal society with less access
to education, health system and powerless. In the development of reformation order,
with new perspectives anf interpertation, there are some changing in our society, rapidly
moved. What implication, also with communication perspectives? Also what is going to
happen next , are parts of the discussion in this article.
secara luas, patuh kepada agama dan gotong royong dalam versi asli maupun
cenderung tak berdaya. persi yang diperbaharui pada ciri-ciri
Secara umum kelompok-kelompok mereka, toleran terhadap hal-hal baru
masyarakat di atas berada pada salah dan kadang melakukan perlawan apabila
satu atau dua ciri utama itu dengan bertentangan dengan kepentingan
kecenderung kepada salah satu ciri secara mereka.
dominan. Salah satu ciri baru dalam masyarakat
Hubungan orang-orang yang berada Indonesia kontemporer, terutama pasca
di dalam ketiga ciri utama di atas bersifat reformasi, adalah sifat agresif masyarakat
fungsional dan cenderung satu ciri Indonesia yang membawa mereka
mengusai ciri yang lain dimana orang- kepada tindakan-tindakan anarkhis,
orang pada ciri yang dikuasai cenderung mudah melawan hukum dan cenderung
tak berdaya. tidak patuh kepada penegak hukum,
cenderung kurang menghormati sesama
Masyarakat Indonesia yang memiliki
orang lain termasuk kurang memiliki
ciri pertama (MIL) cenderung berada
sopan-santun, umumnya menyukai
di pusat-pusat kota pemerintahan baik
tembakau dan kadang kala mengabaikan
di pusat maupun di daerah dengan dua
etika dan akhlak di dalam kehidupan
sistem kekuasaan terhadap ciri lainnya
bersama namun disisi lain memiliki
yaitu pertama; menguasai melalui jalur
kesadaran nasionalisme yang tinggi
formal, baik pemerintahan maupun
terhadap Indonesia.
birokrasi swasta, kedua; menguasai sistem
budaya baik secara ideologi, ekonomi, Di bidang komunikasi, masyarakat
bahasa dan pendidikan. Indonesia kontemporer memiliki
kesadaran berkomunikasi yang tinggi,
Ciri kedua dari masyarakat
cenderung menjadi bagian integral dari
Indonesia (MIS) tersebar di kota-kota, di
pasar raya teknologi infomasi, sehingga
pelosok-pelosok daerah, daerah-daerah
mendorong transformasi sosial dan
transisi, daerah-daerah industri, kota-
nilai-nilai kemoderenan yang sangat
kota satelit dengan akses yang luas ke
cepat (bahkan kadang membabi-buta),
kota-kota metropolis.
membawa masuk masyarakat Indonesia
Sedangkan ciri ketiga dari masyarakat
ke dalam pusaran arus transformasi
Indonesia (MIM) tersebar di daerah-
global serta mendorong lunturnya
daerah terpencil, pedalaman, pulau-
batas-batas teritorial negara, lunturnya
pulau terpencil, pulau-pulau terluar
nasionalisme dan mendorong dengan
Indonesia, daerah-daerah perbatasan
cepat lahirnya nilai-nilai global di dalam
yang hampir-hampir tak memiliki akses
kekuasaan kapitalisme dunia.
kepada kota-kota metropolis.
Dari sisi ini, peran media komunikasi
Masyarakat Indonesia kontemporer
di Indonesia telah melahirkan sikap
di semua ciri memiliki kecenderungan
ambivalensia kalangan anak muda
mengadopsi kemoderenan dengan
Indonesia dengan ideologi ganda, yaitu
berbagai tafsir mereka, suka terhadap
mencintai Indonesia dengan membabi
budaya populer, menjunjung tinggi
buta, namun menjadi pendukung dari
ideologi dunia (lain) yang bahkan mereka menduduki ranking nomor 2 setelah
tak pernah kenal secara nyata. Dengan belanja beras masyarakat Indonesia pada
kata lain mereka bersedia mati untuk tahun 2009.
Indonesia dan secara simultan mereka Menurut data statistik tercatat bahwa
bersedia mati pula untuk tokoh-tokoh jumlah masyarakat online di seluruh
favorit mereka di dunia olah raga atau di dunia (data diambil tahun 2007) adalah
panggung-panggung budaya populer. 1,2 milyar dan diperkirakan bertumbuh
Peran media komunikasi pula menjadi 1,8 milyar pada tahun 2010.
telah mengangkat beberapa kesenian Pertumbuhan pengguna internet yang
tradisional masyarakat Indonesia menjadi amat pesat nampak di seluruh benua
budaya populer namun bersamaan dan benua Asia tercatat memiliki
dengan itu pula telah membunuh secara pertumbuhan pengguna internet
sadis budaya tradisional dan banyak tertinggi di antara benua-benua lainnya.
kearifan lokal. Pada tahun 2007 pengguna internet aktif
Begitu pula secara bersamaan di Indonesia telah mencapai 25 juta, dan
telah menggairahkan dan mengeratkan diperkirakan akan mencapai 150 juta
hubungan-hubungan personal yang pengguna pada tahun 2012 (http://
telah lama putus, namun juga secara www.sentrapromosi.com/iklan/ fakta-
fisik memaksakan hubungan-hubungan internet-pengguna-internet-indonesia-
itu semakin jauh atau dengan kata lain, dan-seluruh-indonesia-booming.html).
media disatu sisi telah menyambung Jumlah pengguna seluler di
silaturrahim setiap anggota masyarakat Indonesia hingga Juni 2010 diperkirakan
Indonesia, namun disisi lain juga mencapai 180 juta pelanggan, atau 80
memutuskannya tanpa kita sadari. persen dari total penduduk Indonesia
dan dari 180 juta pelanggan seluler itu
1. Perubahan Sosial sebanyak 95 persen adalah pelanggan
Kata yang pantas kita berikan kepada prabayar (http://www.antaranews.
narasi masyarakat kontemporer seperti di com/ berita1279093421/ pengguna-
atas adalah bahwa masyarakat Indonesia ponsel-indonesia-akan-capai-80-persen).
sedang “berubah”. Perubahan sosial Data ini tidak terlalu mengagetkan
masyarakat Indonesia telah mendorong kita karena telah lama kita tahu bahwa
lahirnya new life style terutama di telah terjadi booming media di masyarakat
kalangan generasi muda dengan sifat- Indonesia sebagai akibat dari gelombang
sifat posmodern. Hal ini antara lain informasi yang terjadi sekitar 10-15
disebabkan karena: tahun terakhir ini. Masyarakat Indonesia
menjadi sangat boros menggunakan
a. Booming Media media terutama seluler sebaliknya
Salah satu argumentasi yang kuat mereka tidak pernah sadar telah menjadi
dari kalimat “telah terjadi booming media” pasar kapitalis yang mereka ciptakan
di Indonesia adalah data tentang tingkat sendiri.
belanja media masyarakat, contohnya
belanja pulsa telepon seluler di Indonesia
mereka menjadi provider sekaligus juga teoritis dengan melihat arah rumpun
menjadi reciever, mereka menjadi sumber ilmu-ilmu sosial dengan membuka diri
pemberitaaan sekaligus juga menjadi terhadap kajian-kajian yang sama yang
konsumen berita. dilakukan pada bidang-bidang ilmu lain;
Dunia semakin kecil bahkan lebih 3) memperbanyak simposium dengan
kecil dari daun kelor ketika seseorang melibatkan berbagai pakar di bidangnya
membuka dirinya terhadap transpormasi agar mendapat masukan-masukan
media komunikasi. Dunia semakin yang baru sehubungan dengan bidang
mahal ketika akses komunikasi semakin komunikasi; 4) memberi peluang seluas-
murah sementara mereka yang menjadi luasnya agar lahir kajian-kajian baru di
penguasa-penguasa jaringan informasi- bidang komunikasi agar rumpun ilmu ini
komunikasi menjadi penguasa-penguasa berkembang luas dan bermanfaat kepada
dunia. masyarakat banyak.
Nah, saat ini, kamunikasi menjadi
Daftar Pustaka
panglima, apa saja perbincangan di
sekitar masyarakat dan perubahan Bungin, B. (2008). Konstruksi Realiti Sosial
sosial tidak pernah meninggalkan peran Media, Iklan Televisi dan Keputusan
komunikasi sebagai lokus utamanya. Konsumen serta Kritik Terhadap Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann.
Di dalam sosiologi masyarakat
Jakarta: Prenada Media.
modern, kita sadar bahwa komunikasi
menjadi kajian-kajian sangat penting dan Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi.
tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya Jakarta: Prenada Media
dengan komunikasi. Bahkan secara Jacques, D. (2002). Dekonstruksi Spiritual.
ekstrim dapat di katakan bahwa apabila Yogyakarta: Jalasutra.
kajian-kajian komunikasi kita lepaskan Kaelan. (2009). Filsafat Bahasa Semiotika
dari sosiologi, maka sosiologi akan dan Hermeneutika. Yogyakarta:
kehilangan seluruh kajiannya saat ini. Paradigma
Begitu pula di bidang hukum, ekonomi, Kellner, D. (2010). Budaya Media; Cultural
kebijakan publik, pendidikan, industri Studies, Indentitas dan Politik: Antara
dan teknologi dan lainnya akan bernasib Modern dan Postmodern. Yogyakarta:
sama seperti sosiologi ketika mereka Jalasutra.
meninggalkan komunikasi.
Veeger, K. J. (1993). Realitas Sosial. Jakarta:
Melihat kondisi masyarakat Gramedia
Indonesia kontemporer di dalam pusaran
Martinet, J. (2010). Semiologi; kajian Teori
komunikasi yang begini kuat, lembaga-
Tanda Saussuran Antara Semiologi
lembaga pendidikan komunikasi di
Komunikasi dan Semiologi
Indonesia harus melakukan beberapa
Signifikasi. (S. A. Herminarko,
hal penting; 1) melakukan transformasi
Trans.). Yogyakarta: Jalasutra.
teori ke arah lebih progresif dari
transformasi fenomena komunikasi McLuhan, M. (1998). The Medium and The
itu sendiri; 2) melakukan diversifikasi Messenger. Combridge; MIT Pres
McLuhan, M. (2001). The Medium is
Abstract
The theoritical analysis is inspired by the labor riot occurred in Drydocks World Graha
Shipyards Company in Batam April 22, 2010. This case has reminded us to consider the
importance of diversity management for business organization. Such organization has
a reality of cultural diversity in its employees and usually it is a multinational company.
Such company has grown and expanded in accordance with the development of the
global economic order.The reality of cultural diversity actually can be positive forces
to sustain the dynamics of the organization, but if not properly managed it can make
the negative impact of disadvantageous communication climate. It can enrich the
communication climate practices of racism and discrimination. The goal of diversity
management is to maximize the positive forces of cultural diversity and to minimize its
negative impacts. Management of diversity is itself a way of managing an organization
that requires the multicultural paradigm. Inter-group conflict management is an integral
part of the management of diversity. At the group level, it is necessary to understand the
factors of inter-group conflict . When the conflict as the adverse effect of cultural diversity
occurs, that is needed is a constructive management. Parties who have a burden of
adaptation should be accommodative to other parties. Accomodation is conducted in
the way of viewing the conflict, attitudes, and management style. It is also needs to be
developed a communication climate that may reduce the prejudices which is the source
of the practices of racism and discrimination.
sering mendapatkan makian dari pihak tertentu. Bias dalam konteks sikap ini
manajemen jika mereka salah dalam dapat memunculkan bias perilaku, yaitu
bekerja. menilai orang lain berdasarkan pada
Di tingkat kelompok, ada tiga faktor, identitas kelompok orang itu.
yaitu perbedaan budaya; etnosentrisme, Prasangka dan diskriminasi
dan konflik antarkelompok. Faktor bersumber pada faktor-faktor intra
pertama berbicara tentang perbedaan pribadi, faktor-faktor antar pribadi,
budaya, artinya persoalan ini lebih dan faktor-faktor penguatan sosial.
banyak melibatkan kelompok, ketimbang Sementara itu, stereotyping adalah
individu. Sebagai contoh adalah masalah suatu proses kognitif dan perseptual.
yang terjadi di level individu, seperti yang Dalam kerangka ini, karakter individu
terjadi di PT Drydocks World Graha dianggap berdasar pada keanggotaan
dapat menggalang solidaritas kelompok mereka dalam kelompok. Oleh karena
dan akhirnya yang muncul adalah konflik itu stereotyping dapat pula memiliki
antarkelompok. Etnosentrisme juga perlu pengertian sebagai proses yang dilalui
dicermati di tingkat kelompok. Hal ini individu, sehingga ia dapat dipandang
seperti definisi dari etnosentrisme, yaitu sebagai anggota kelompok. Stereotyping
kecenderungan untuk memandang orang juga memuat informasi tentang kelompok
lain (outgroup) secara tidak sadar dengan asal individu yang telah tersimpan dalam
menggunakan nilai/norma kelompok benak seseorang.
dan kebiasaan diri sendiri (ingroup) Di level kelompok, faktor-faktor
sebagai kriteria penilaian. Sementara kelompok dan konflik antarkelompok
itu, empat faktor konteks organisasional berpengaruh terhadap organisasi
adalah budaya organisasi dan proses karena dapat memberikan sistem norma
akulturasi; integrasi struktural; integrasi alternatif untuk memandu perilaku
informal dan bias institusional. individu. Oleh karena itu diperlukan
Kerangka berpikir yang mendasari pengetahuan tentang perbedaan budaya
pemahaman di masing-masing antarkelompok guna memahami
kelompok itu adalah sebagai berikut, diversitas kultural dalam organisasi.
identitas pribadi yang ada dalam Demikian pula dengan etnosentrisme.
tataran individu ada kaitannya dengan Etnosentrisme didefinisikan sebagai
identitas kelompok. Hal ini karena suatu kecenderungan untuk memandang
identitas kelompok merupakan bentuk para anggota kelompok sendiri sebagai
afiliasi seorang individu dengan pusatnya. Dalam menginterpretasikan
individu lainnya. Mereka secara kelompok sosial lain (out-group), akan
kolektif menggunakan benda-benda bertolak dari perspektif pusat. Artinya
atau simbol-simbol tertentu. Identitas bahwa keyakinan, perilaku, dan nilai-
ini menentukan perilaku individu. Di nilai kelompok sendiri lebih positif
tingkat individu, dapat terjadi prasangka daripada out-group.
yang dalam bentuk sikap yang bias. Ada
Dalam pada itu, konflik antar
kecenderungan individu untuk menilai
kelompok memiliki dua gambaran
individu lain berdasar karakteristik
selalu membela kepentingan para buruh. mindful bukan automatic pilot. Agar
Bentuk konkritnya, pengelolaan mencapai kondisi ini maka perlu
konflik antar kelompok dapat dilakukan diarahkan untuk menjadi konstruktif
melalui pertama, kontak antar kelompok. tanpa syarat. Konstruksi tanpa
Kontak yang baik, yang antara lain syarat dilakukan dengan rasionalitas,
dicirikan oleh keharmonisan, status pemahaman, komunikasi, reliabilitas,
setara, dan keintiman. Hal ini akan nonkoersif, dan penerimaan (Fisher
membawa pada penurunan prasangka, & Brown dalam Gudykunst & Kim,
sehingga dapat mengurangi permusuhan 1997:289).
antarkelompok. Ketiga, menciptakan iklim
Kedua, manajemen konstruktif. komunikasi yang mendukung. Ciri iklim
Tujuan manajemen ini adalah untuk komunikasi yang mendukung adalah
mencapai persetujuan dan meningkatkan deskriptif (tidak evaluatif), mengambil
hubungan. Menurut Johnson dan Johnson orientasi masalah, spontanitas (tidak
(Gudykunst & Kim, 1997:288) penekanan strategik), empati, kesetaraan, dan
dalam manajemen konstruktif adalah kesementaraan. Ada tiga pilihan untuk
pada proses dan juga keluarannya. Proses negosiasi solusi (Hocker dan Wilmot
dalam manajemen konstruktif adalah dalam Gudykunst dan Kim, 1997:296),
sebagai berikut, konflik didefinisikan yaitu mencoba untuk merubah pihak lain,
sebagai masalah bersama, dan sebagai mencoba untuk memilah kondisi yang
situasi menang-menang yang akan mendasari konflik, dan pilihan terakhir
dicapai dua pihak. adalah dengan merubah orientasi diri
sendiri. Sebagai contoh adalah dengan
Dua pihak perlu memandang
melakukan listening bukan hearing.
setara satu sama lain, dengan posisi
yang dipandang serius, dinilai, dan Menurut Roach dan Wyatt
dihormati. Para partisipan dalam (Gudykunst & Kim, 1997:297), listening
manajemen ini juga perlu menggunakan merupakan aktivitas bertujuan (tidak
ketrampilan komuniksi efektif natural dan pasif), yaitu mendengarkan
dengan mengungkapkan asumsi dan dengan mengambil informasi baru dan
perspektifnya untuk mencapai solusi memeriksanya berlawanan dengan hal-
yang memuaskan, sementara itu keluaran hal yang sudah diketahui, memilah ide-
yang perlu diperhatikan adalah para ide penting, mencari atau menciptakan
partisipan memahami dan berpikir bahwa kategori guna menyimpan informasi,
mereka memiliki pengaruh satu sama dan memperediksikan sesuatu yang
lain. Selain itu juga sepakat pada solusi, akan terjadi untuk mempersiapkannya.
puas dengan keputusan, merasa diterima Sementara itu hearing adalah aktivitas
pihak lain, serta dapat meningkatkan yang natural, proses yang otomatis. Oleh
kecakapan untuk mengelola konflik yang karena itu, pihak manajemen diharapkan
mendatang. mau mendengarkan aspirasi para buruh
terutama yang terkait dengan masalah
Komunikasi dalam pengelolaan
distribusi. Artinya bahwa diperlukan
konstruktif harus dilakukan dengan
pembenahan dalam alokasi sumberdaya,
Abstract
This article focuses on how the local print media view of regional identity artists involved
in the video contained sexual scenes. The author raised the case of video sexual scenes
involving Ariel, Luna Maya, and Cut Tari. All three are national artist when the video was
circulated in the society. The three newspapers under study are the Bali Post, Serambi
Indonesia, and Pikiran Rakyat. The results showed that the three newspapers was to
discredit the three artists with the construction of such news. The newspaper did not
give chance for artists to express their opinions.
tersebut beredar. Mereka menyatakan yang diamati adalah kata-kata yang ada
kritik akan nilai-nilai lokal yang dibawa di dalam setiap berita yang berkaitan
Cut Tari karena nama “Cut” yang ia dengan kasus video porno ketiga
sandang adalah identitas Aceh yang selebritis. Untuk pengumpulan data,
merujuk pada nilai-nilai religiusitas penulis mengambil versi online agar tiada
seseorang. satupun berita yang terlewati sejak kasus
...seorang Cut Tari, wanita dan ibu ini muncul yaitu 3 Juni 2010 hingga 30
keturunan Aceh terlebih dengan Juni 2010.
gelar Cut yang sudah berbad-
abad dijaga kehormatannya oleh Kisah Video Porno Artis
masyarakat Aceh, harusnya bisa
menjadi contoh yang baik bagi Video porno yang dimaksud mulai
masyarakat Indonesia. (Serambi diunggah di internet pada 3 Juni 2010.
Indonesia, 10 Juni 2010) Video pertama yang beredar adalah
video Ariel dan Luna Maya1. Rekaman
Kutipan di atas merupakan
berdurasi sekitar tiga menit tersebut
pernyataan dari Sekretaris Umum
berisi adegan seksual antara Ariel dan
Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh
Luna Maya. Rekaman diambil melalui
(IMAPA) Jakarta, Alfi Syahriati ketika
kamera handphone. Sementara, berselang
diwawancarai oleh harian Serambi
tiga hari kemudian, muncul video kedua
Indonesia berkait keterlibatan Cut Tari
yang menampilkan Ariel dan Cut Tari
dalam video berisi adegan seksual yang
sedang berhubungan seks. Secara cepat
mirip dirinya dengan vokalis grup band
video tersebut menyebar. Kecanggihan
Peterpan, Ariel.
teknologi internet menjadi katalisator
Alfi Syahriati sebagai orang Aceh terdistribusinya video kepada khalayak
merasa sangat risih dengan nama luas. Selama dua pekan, layanan
“Cut” yang disandang oleh Cut Tari, internet mengalami lonjakan traffic yang
selebritis papan atas Indonesia. Baginya signifikan, ditambah dengan layanan
nama Cut memiliki keistimewaan dan semakin membludaknya pengguna
menuntut serangkaian tanggung jawab layanan telepon pintar seperti blackberry
penyandangnya. Bagi Warga Aceh, yang memungkinkan seseorang
Cut adalah gelar bagi para perempuan mengunduh video dimanapun dan
bangsawan keturunan Sultan Aceh kapanpun ia inginkan.2
“Uleebalang”, dan yang laki-laki bergelar
Berita seputar skandal video ini pun
“Teuku” di depan nama mereka.
juga menjadi perbincangan internasional,
Tulisan ini bermaksud untuk Harian Amerika Serikat, The New York
melihat bagaimana identitas kedaerahan Times dan juga CNN turut membicarakan
individu dikonstruksi oleh media massa dan mewawancarai Ariel. Di situs
melalui pemberitaan-pemberitaan yang majalah Time.com, berita Ariel masuk
mereka muat. Ada tiga media massa di posisi keempat berita terpopuler.
lokal yang menjadi obyek pengamatan Peristiwa ini hanya dikalahkan oleh
penulis, yaitu Pikiran Rakyat (Bandung),
Serambi Indonesia (Aceh), dan Bali Post
(Bali). Pemilihan tiga media dengan
1
Penulis memilih tidak menggunakan kata “mirip”
Ariel-Luna Maya, agar tidak menimbulkan paradoks
asumsi bahwa masing-masing menjadi dengan berbagai perkembangan temuan-temuan
yang mereduksi kata “mirip” itu sendiri.
mainstream media di daerahnya. Unit 2
www.Tempointeraktif.com Selasa, 08 Juni 2010
3
Berita “Skandal Seks Artis” tanggal 10 Juni 4
Yasraf A. Piliang; Resistensi Gaya Hidup; 2006;
2010, www.liputan6.com Jalasutra: Jogjakarta
(nama asli Cut Tari) harus dicabut. institusi sosial ia juga memiliki nilai-
nilainya sendiri dalam melihat persoalan
Pikiran Rakyat: Bandung Tak Lagi Ariel. Pada awal kasus, Pikiran Rakyat
Bangga Memiliki Ariel masih menggunakan label “rekaman
...mereka semua tidak boleh tampil video dengan adegan seksual”. Label
di kota Bandung. Grup band tersebut terkesan lebih netral dan
Peterpan boleh tampil asal tanpa based on fact karena faktanya di dalam
Ariel. (Walikota Bandung, Daz
Rosada) (Ariel Terancam Tercoret rekaman yang diberitakan memang
Sebagai Warga Kota Bandung, PR/ berisi adegan seksual antara Ariel dan
14-06-2010) Luna Maya maupun Ariel dengan Cut
Tari. Penggunaan istilah “mesum” atau
Kutipan di atas merupakan salah “asusila” muncul di kemudian hari seiring
satu isi berita seputar video porno dengan ditemukannya bukti-bukti yang
Ariel Peterpan di harian Pikiran Rakyat. mengarah pada bahwa memang benar
Sepintas sepertinya apa yang disuarakan adanya jika di video tersebut adalah
oleh walikota mewakili suara mayoritas sosok Ariel yang sebenarnya. Jadi bukan
warga Bandung namun ternyata tak seseorang hanya kebetulan mirip Ariel.
semua sepakat dengan ide mendepak
Meski demikian, Pikiran Rakyat
Ariel dari Bandung.
berbeda dengan dua media lain yang
Nazriel Ilham, sebelum peristiwa secara tegas menghakimi ketiga figur
video porno mencuat adalah salah satu artis. Pikiran Rakyat berusaha melihat
anak daerah yang menjadi kebanggan dari berbagai sudut pandang yang
kota Bandung. Sukses besar yang diraih berbeda, sehingga berita yang muncul
Peterpan diakui tak lepas dari tangan ada yang masuk pada kategorisasi
dingin Ariel yang menciptakan sebagian hukum dan kriminal, kategori hiburan,
besar lagu-lagu yang dibawakan grup atau kategori peristiwa sosial. Dari sisi
band terpopuler ini.7 Dapat dipastikan pemilihan narasumber, Pikiran Rakyat
apabila Peterpan tampil di Kota Kembang, juga berusaha mencakup semua pihak
sambutan yang didapatkan pun selalu yang mewakili bermacam kepentingan
hangat dan meriah. (mulai dari Polri, kuasa hukum artis,
Pasca beredarnya video, ternyata narapidana lain, awam, dan juga
gambaran Ariel sebagai pemuda Bandung pemerintah). Hal ini dapat dimengerti,
yang sukses dalam merintis karir karena Bandung adalah salah satu kota
musiknya menjadi kandas. Kekecewaan di Indonesia dengan toleransi terhadap
publik tercermin dari banyaknya hujatan nilai-nilai baru sangat tinggi.
yang dilayangkan kepada Ariel diunggah Bisa jadi apa yang dilakukan oleh
di situs Pikiran Rakyat, meski tak dapat Pikiran Rakyat ini adalah imbas dari
dipungkiri sebagian masyarakat juga dimungkinkanya komunikasi interaktif
melihat kasus ini bukanlah kesalahan antara media dengan pembacanya yaitu
Ariel semata. Ariel, Luna Maya, dan Cut melalui cara online. Berdasar pengamatan
Tari hanyalah korban dari moralitas yang data diketahui bahwa sebagian komentar-
bobrok di masyarakat. komentar yang masuk juga menganggap
Sementara itu Pikiran Rakyat sebagai media massa terlalu lebay atau membesar-
besarkan peristiwa ini dalam berita
7
Menurut Indonesia Music Award 2009 mereka.
Media, Identitas, dan Konstruksi dan field) tak dapat kita lepaskan dari
Budaya konteks budaya yang melingkupinya.
Realitas sosial bagi kaum Dengan kata lain, media menjadi agen
konstruktivis adalah produk dari dalam transformasi dan internalisasi
manusia, hasil proses budaya, termasuk nilai-nilai budaya. Termasuk di dalamnya
didalamnya penggunaan bahasa. adalah identitas seseorang berdasar
Van Dijk menyatakan bahawa lewat daerah tempat ia dibesarkan.
kampanye (dis)informasi kelompok kuat Identitas tak dapat dipisahkan dari
dapat menanamkan ideologi mereka budaya, karena ia tidak dimiliki oleh
kepada kelompok lemah.8 Seperti yang individu-individu, akan tetapi dimiliki
diungkap oleh Mc. Quail, media massa secara kolektif dalam suatu kelompok.
memiliki kemampuan unutk menyaring Menurut Rutherford, identitas merupakan
sebagian pengalaman dan menyoroti satu mata rantai masa lalu dengan
pengalaman lainnya dan sekaligus hubungan-hubungan sosial, kultural, dan
kendala yang menghalangi kebenaran.9 ekonomi di dalam ruang dan waktu satu
Makna suatu peristiwa, seperti masyarakat hidup.10 Dengan kata lain,
halnya video porno Ariel, Luna Maya, identitas sebagai sebuah objek komunal
dan Cut Tari yang diproduksi dan berfungsi sebagai pembeda antara satu
disebarluaskan oleh media massa, anggota masyarakat budaya atau daerah
sebenarnya merupakan suatu konstruksi tertentu dengan budaya atau daerah lain.
makna yang temporer dan subyektif. Identitas ini juga yang digunakan sebagai
Apa yang dituliskan menjadi berita takaran insiders atau outsiders. Orang
tentu bukanlah mewakili realitas yang Jawa, orang Aceh, Melayu, Sunda, Arek
sebenarnya. Proses selektifitas, mulai Surabaya, dan lain sebagainya adalah
dari selektif terhadap peristiwa hingga contoh identitas, karena penyebutan
selektifitas makna, yang dilakukan oleh individu sebagai “orang Jawa” atau
jurnalis dan editor, disadari atau tidak “orang Aceh” membawa konsekuensi
berperan dalam menghasilkan judul tertentu tentang bagaimana individu
berita, pemilihan katagori, pemilihan tersebut membangun konsep diri dan
labelling; pemilihan narasumber dan mengidentifikasi dirinya pada suatu
kutipan narasumber, pemilihan foto, dan kelompok masyarakat tertentu.
lain sebagainya. Akan tetapi karena sifatnya yang
Banyak informasi dalam sebuah komunal, maka individu tak memiliki
wacana (berita) itu tidak nampak secara kuasa atas identitas yang dilekatkan
eksplisit, namun lebih secara implisit. kepadanya. Orang-orang seperti
Kata, kategorisasi, klausa, metafor- Ariel, Luna, dan Cut Tari tak memiliki
metafor, bisa jadi mengisyaratkan konsep sebuah daya untuk melawan apa yang
atau proposisi-proposisi yang dapat dibentukkan bagi mereka. Kepasrahan
diduga berdasarkan frame of references mereka untuk dicerabut identitas
dan field of experiences. Tentu apabila kita kulturalnya (Ariel dicoret jadi warga
berbicara tentang dua hal tersebut (frame Bandung, Luna dihakimi oleh media
Bali, dan Cut Tari yang dianggap tak
layak menyandang gelar “Cut”) kembali Littlejohn, Stephen W. & Karen Foss (2008).
harus tunduk kepada media sama Theories of Human Communications.
seperti ketidakberdayaan mereka ketika Belmont, Thompson Wadsworth
identitas-identitas tersebut dijejalkan McQuail, Dennis & Sven Windahl (1993).
secara paksa pada diri mereka. Communication Models. London,
Longman
Piliang, Yasraf A. (1998). Dunia yang
Dilipat. Bandung, Mizan
Daftar Pustaka Piliang, Yasraf A. (2006). Resistensi Gaya
Eriyanto (2007). Analisis Framing: Hidup. Yogyakarta, Jalasutra
Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. www. tempointeraktif.com diunduh
Yogyakarta, Lkis pada 08 Juli 2010
Eriyanto (2006). Analisis Wacana Kritis. www.liputan6.com diunduh pada 10 Juni
Yogyakarta, Lkis 2010
Aprilani
Program Studi Ilmu Komunikasi – STAIN, Kediri
Abstract
The growth of internet radio is growing fast has brought a significant impact on change
management and radio audiences. Marriage analog radio with internet technology into a
new media (Internet Radio) is seen as an alternative solution to some problems of analog
radio. Instrumentalist views on Determenisme Technology gives the assumption that
the function of technology is very dominant in shaping society. Philosophy of technology
against this assumption, because Determenisme technology can not explain the meaning
and implications of technology for humans. Internet radio using technology to facilitate
community access, however the implications of its use to produce new problems in the
realm of economic, cultural, social and political. Understanding awareness of the use of
technology is the essence of the basic form of critical consciousness of society.
sebuah sistem sosial teknologi menempuh seperti sekarang ini. Lee De Forest
tiga fase. Fase pertama adalah fase (1873-1961) dari Amerika Serikat dapat
perkenalan dimana semua kelompok dianggap sebagai pelopor ditemukannya
masyarakat melakukan interpretasi dan radio pada tahun 1916, sehingga ia
perkenalan terhadap artefak teknologi dijuluki sebagai “The Father of Radio”.
yang masuk, lalu masing-masing Meskipun demikian, Guglielmo Marconi
kelompok tadi memberikan makna yang terkenal sebagai penemu telegraf
terhadap teknologi yang bersangkutan. tanpa kawat telah merintis penemuan
Fase kedua adalah fase transisi dimana teknologi radio sejak tahun 1894. Ketika
semua intrepretasi teknologi oleh ia membaca eksperiman Heinrich Rudolf
kelompok-kelompok masyarakat tadi Hertz (1857-1894) seorang ahli fisika
mencoba di kompromikan, pada fase berkebangsaan Jerman yang menemukan
inilah terjadi konflik atau negoisasi. gelombang elektromagnetis dalam suatu
Dalam fase yang ketiga adalah fase majalah di Italia. Heinrich Hertz adalah
stabilitas dimana semua kelompok sosial penemu gelombang elektromagnetis.
yang ada telah mendapat persetujuan Pada tahun 1895, Marconi mengadakan
tentang artefak teknologi yang masuk. eksperiman dengan menggunakan
Pada fase ini keadaan telah menjadi dasar pengetahuan dari penemuan
stabil. Setiap fase dari ekspansi teknologi Hertz. Dalam eksperimen tersebut ia
ini akan mengguncang posisi budaya berhasil menerima sinyal tanpa kawat
difense, dan cepat atau lambatnya proses dengan jarak satu mil dari sumbernya.
ini berlangsung sangat bergantung Eksperimen lain yang berhasil dilakukan
kepada yang pertama bagaimana tahun 1896 yakni mengirimkan sinyal-
presepsi kelompok-kelompok terhadap sinyal tersebut dan dapat diterima dalam
artefak teknologi tersebut. Sedangkan jarak delapan mil. Penemuan inilah
yang kedua adalah bagaimana konteks yang kemudian dikembangkan oleh Lee
kultural dimana teknologi itu akan masuk De Forest yang juga memperkenalkan
dan berfungsi. Semakin liberal kelompok lampu vakum (Vacuum Tube) untuk
masyarakat dalam menerima konteks dapat menyiarkan suara yang masuk.
baru atau semakin dekatnya konteks Lampu vakum tersebut dikenalkan pada
budaya lokal dan artefak teknologi yang tahun 1906. Pecahnya Perang Dunia
ada maka akan semakin cepat teknologi I telah menghambat perkembangan
akan mencapai fase kestabilan. Sebaliknya radio. Sampai tahun 1919 siapapun
semakin konservatif sebuah masyarakat tidak diizinkan untuk mengusahakan
atau semakin jauh konteks budaya lokal siaran radio. Pada tahun 1919, Frank
yang ada dengan teknologi maka akan Conrad berhasil melakukan eksperimen
semakin sulit mencapai fase kestabilan. menyiarkan musik. Di bidang teknologi
usaha untuk menyempurnakan
Perkembangan Radio Internet radio siaran telah dirintis oleh E.H
Radio telah menjalani proses Amstrong yang memperkenalkan sistem
perkembangan yang cukup lama FM (Frequency Modulation) sebagai
sebelum menjadi media komunikasi penyempurna sistem AM (Amplitudo
dari sumbernya, secara terus menerus bisnis radio berbasis internet. Agar
di internet sepanjang hari. Tahun 1998 proses transformasi berhasil, dibutuhkan
Sebuah saham pemerintah menawarkan kolaborasi antar-industri radio siaran.
Broadcast.com sebagai perekam yang Secara umum radio siaran di Indonesia
pada waktu itu merupakan lompatan telah mengalami kejenuhan dengan
harga dalam penawaran saham di USA. sejumlah permasalahan. Mulai biaya
Harga penawarannya adalah US$18 operasional, produktivitasnya yang
dan perusahaan membuka harga di US$ rendah, kurang inovatif dan belum siap
68 di hari pertama penjualan saham. menerapkan media baru berbasis internet.
Yahoo! telah membeli Broadcast.com Di sisi lain, pertumbuhan pemakai
pada tanggal 20 juli 1999 dengan harga internet di negeri ini cukup pesat hingga
US$5.7 milliar. Tahun 2003 Hasil dari mencapai lebih dari 25 juta orang.
online streaming music radio adalah US Fenomena perkawinan radio siaran
$ 49 juta. Selama 2006, menunjukkan dengan teknologi internet akan merubah
angka US $ 500 juta. Tanggal 21 Februari masa depan radio siaran dengan
2007, survey dari 3000 orang Amerika optimalisasi penggunaan frekuensi
diterima oleh Bridge Ratings & Research karena sistem penyiaran radio digital.
konsultan, menemukan pelanggan Sistem radio digital menggunakan
berumur 12 dan lebih mendengarkan infrastruktur bersama, yang akan menjadi
stasiun radio berbasis web. Dengan kata solusi terhadap sejumlah masalah pada
lain, ada 57 juta pendengar mingguan sistem radio analog saat ini. Permasalahan
acara radio internet. Banyak orang yang seringkali muncul dalam teknologi
mendengarkan online radio daripada penyiaran radio analog adalah kanalisasi
satelit radio dan pada bulan April 2008 jumlah frekuensi yang sangat terbatas.
survei menunjukkan, di Amerika Serikat Hadirnya radio internet diharapkan
satu dari tujuh orang berumur 25-54 sebagai solusi atas permasalahan
tahun mendengarkan online radio tiap frekuensi ini sehingga tidak akan ada
minggu. Tahun 2008, 13 persen populasi lagi tumpang tindih frekuensi yang
Amerika mendengarkan radio online, sering terjadi pada radio analog. Pada
dibandingkan dengan 11 persen di tahun prinsipnya ada tiga model pelayanan
2007. stasiun radio berbasis internet. Pertama,
Sedangkan di Indonesia, radio sekadar menampilkan situs tentang radio
internet mulai muncul setelah adanya siaran, yang berisi profil perusahaan,
Peraturan Menteri Komunikasi dan jadwal acara, area jangkauan dan lain-
Informatika Nomor 21 Tahun 2009 lain. Model kedua adalah menikmati
tentang standar penyiaran digital untuk langsung siaran radio (live streaming)
penyiaran radio sehingga mempercepat bersamaan dengan mengudaranya
proses hadirnya radio internet. Pada radio di jalur frekuensi konvensional,
dasarnya peraturan menteri tentang digital dan kemampuan mengunduh berbagai
audio broadcasting itu membawa implikasi produk siaran, musik, materi pendidikan,
terhadap optimalisasi penggunaan kebudayaan, dan lain-lain dengan prinsip
frekuensi dan akan mengubah tatanan podcast. Model ketiga adalah manajemen
& operasional siaran terintegrasi berbasis lebih dekat kepada persoalan human-
web, yang didukung fasilitas remote akses machine relationship yang berasal dari
clock program, rundown acara dan logger pendapat Gilles Deleuze, Felix Guattari
bagi pemasang iklan (Agency) maupun dan Donna Haraway. Di samping itu,
regulator (KPI), aksesibiltas via sosial Baudrillard memakai jurus simulakra
media seperti facebook dan integrasi untuk memaknai sepak terjang citraan
fasilitas kolaborasi antar radio siaran semu yang berpola pada ide reproduksi
berbasis radio news and entertainment mekanis milik Walter Benjamin. Garis
network. Radio news and entertainment besarnya, studi-studi ini bersumber dari
network yang dibangun dengan prinsip gagasan Marshall McLuhan bahwa
wikinomics dan podcasting tersebut dapat perubahan dalam teknologi komunikasi
merubah paradigma dan memberikan secara tidak terhindarkan menghasilkan
kemudahan mendapatkan berita dan perubahan mendalam, baik dalam
hiburan bagi publik. tatanan budaya maupun sosial (Baran,
2010:271).
Pandangan Determinisme Teknologi Sejauh pandangan dari para tokoh
Problem interaksi sosial masyarakat postmodernis itu mampu mengamati
kontemporer dalam memanfaatkan dan menjelaskan hubungan teknologi
ruang bersama digunakan untuk saling komputer dengan konstruksi imajiner,
bertukar informasi dan bersosialisasi. citra-citra, image yang mengubah
Kini penggunaan alat teknologi rasionalitas setiap aktor mendorong
komputer dan jaringan sibernetis-nya bentuk keniscayaan yang tak terelakkan
(cybernetic) sudah semakin dekat dengan di era cyberculture. Haluan ini perlahan
keseharian kita. Orang lebih mudah dideteksi sebagai realitas “semu”
melakukan transaksi jual beli melalui antara batas-batas wilayah psikososial
internet. Meski demikian, kondisi ini menuju pada keteraturan yang homogen
merupakan ciri perkembangan teknologi dan integral namun sesungguhnya
informasi dan komunikasi yang harus terfragmentasi.
diantisipasi. Secara sederhana model Marshall McLuhan mengatakan
percepatan ruang dan waktu yang tak bahwa the medium is the mass-age. Media
terbatas itu terbuka lebar bagi siapapun adalah era massa. Maksudnya adalah
untuk memanfaatkan kecanggihan bahwa saat ini kita hidup di era yang unik
teknologi media dalam melakukan dalam sejarah peradaban manusia, yaitu
proses interaksi dan relasi sosial lainnya. era media massa. Terutama lagi, pada
Dalam studi akademis, proyeksi masa era media elektronik seperti sekarang ini.
depan itu pernah dibuktikan oleh Media pada hakikatnya telah benar-benar
Sherry Turkle. Ia setidaknya telah mempengaruhi cara berpikir, merasakan,
memberikan dasar pengetahuan yang dan bertingkah laku manusia itu sendiri.
cukup menyeluruh pada budaya-tekno Kita saat ini berada pada era revolusi,
(technoculture) masyarakat kontemporer yaitu revolusi masyarakat menjadi massa,
dan memperkenalkan sejenis ‘sosiologi oleh karena kehadiran media massa tadi.
komputer’. Mark Poster mengkajinya McLuhan memetakan sejarah kehidupan
Arief Fajar
Program Studi Ilmu Komunikasi, FKI, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
Formulation and objectives of this research are: (1) describe the influence of newspaper
reporting on the perceptions of users housewife gas cylinders in the RW 003 Margajaya
Bekasi; (2) how much influence newspaper coverage of the perception of the housewife
users of gas cylinders in the RW 003 Margajaya Bekasi. Referring to the results of the
study, it can be concluded (1) reporting of newspaper has a significant influence in a
positive direction toward the perception of the housewife users of gas cylinders in the
RW 003 Margajaya South Bekasi; (2) newspaper news affect the perception of the
housewife users of gas cylinders by 59%. This means, whenever there is increase in
newspaper coverage, then the resulting perception of the user housewife who use gas
cylinders getting better.
Keywords: report of newspaper and the perceptions public of users gas cylinders
Mengacu pada tujuan dan hipotesis pernah membaca berita di surat kabar
penelitian, maka model analisis yang Kompas, Seputar Indonesia, dan Media
digunakan adalah analisis regresi linier Indonesia berkaitan dengan peristiwa
sederhana. Dengan rumus sebagai meledaknya tabung gas LPG.
berikut;
Y=a+bX Karateristik Responden Berdasarkan
Umur
Ket.
Dalam penelitian ini responden
Y = variabel tidak bebas
berumur antara 30-40 tahun dengan
X = variabel bebas
persentase sebesar 43,54 %. Kemudian
a = nilai intercept disusul 40-50 tahun sebesar 20,97%,
b = koefisien arah regresi 30 tahun ke bawah dengan persentase
Koefisien Determinasi 18,39% dan terakhir dengan persentase
Analisis ini untuk mengetahui se- terkecil umur 50 tahun ke atas sebesar
berapa besar pengaruh variabel indepen- 17,10%.
den terhadap variabel dependen, yang
ditunjukan dengan persentase; Karakteristik Responden Berdasarkan
b ΣX Y + b2 ΣX 2Y Tingkat Pendidikan
R2 = 1 1
ΣY 2
Ket. Tingkat pendidikan responden
R2 = koefisien determinasi dalam penelitian ini pada jenjang SMA
b = koefisien regresi dengan persentase sebesar 67,74 %.
Disusul dengan tingkat pendidikan SMP
X = variabel independen
sebesar 14,52 %, kemudian SD dengan
Y = variabel dependen
persentase 9,68 % dan S1 sebesar 8,06%.
Teknik analisis data yang
Temuan Penelitian
digunakan adalah teknik analisis dengan
memanfaatkan software SPSS (Statistical
Data Pemberitaan Surat Kabar Kompas,
Product and Service Solution) version 16.00
Seputar Indonesia, dan Media Indonesia
for windows.
Skor rata-rata variabel pemberitaan
Hasil Penelitian surat kabar adalah sebesar 39,42 dengan
nilai minimum sebesar 20 dan nilai
Profil Responden maksimum sebesar 54. Nilai rata-rata
variabel persepsi ibu rumah tangga
Responden penelitian ini dipilih
pengguna tabung gas adalah sebesar
dari para ibu rumah tangga di RW 003
45,15 dengan nilai minimum sebesar 25
Margajaya Bekasi yang menggunakan
dan nilai maksimum sebesar 64.
tabung gas Elpiji sebanyak 310 responden
yang dibagi ke dalam 5 RT, setiap RT Sebagian besar pengaruh
dipilih 62 responden. Responden yang pemberitaan surat kabar Kompas, Seputar
dipilih yaitu ibu rumah tangga yang Indonesia, dan Media Indonesia berada
menggunakan tabung gas Elpiji dan dinilai antara 38-45 (50,97 %) dan yang
terendah adalah nilai antara 20-28 (9,03
Tabel 1.
Kriteria Penilaian Variabel Pemberitaan Surat Kabar
Persepsi Ibu Rumah Tangga jumlah skor totalnya adalah 13.996 atau
Persepsi ibu rumah tangga RW 003 jika dipersentasekan adalah 13.996:20.150
memiliki nilai antara 45-54 (45,49 %) x 100% = 69,46 %. Nilai 13.996 dalam
dan yang terendah adalah ibu rumah kategori interval “tinggi”. Hal ini
tangga yang memiliki nilai antara 25-34 menunjukkan bahwa persepsi ibu rumah
(11,60 %). Dalam penelitian ini persepsi tangga pengguna tabung gas tinggi.
ibu rumah tangga pengguna tabung Kriteria penilaian menggunakan kriteria
gas berdasarkan jumlah data kuesioner sebagai berikut;
Tabel 2.
Kriteria Penilaian Variabel Persepsi Ibu Rumah Tangga
Indonesia, dan Media Indonesia. Sementara surat kabar Kompas, Seputar Indonesia, dan
sisanya sebesar 41% diterangkan oleh Media Indonesia, maka mengakibatkan
faktor lain yang tidak ikut terobservasi. persepsi ibu rumah tangga pengguna
tabung gas semakin baik.
Pembahasan Masyarakat Bekasi saat ini banyak
yang menggunakan tabung gas untuk
Pemberitaan Surat Kabar Kompas, keperluan rumah tangganya. Mereka
Seputar Indonesia, dan Media Indonesia akan mempersepsikan secara berbeda
Berdasarkan hasil analisis diketahui dalam menanggapi berita terkait
bahwa pemberitaan di surat kabar meledaknya tabung gas yang diberitakan
Kompas, Seputar Indonesia dan Media di surat kabar Kompas, Seputar Indonesia,
Indonesia pada subyek tergolong tinggi. dan Media Indonesia. Karena berita yang
Hal ini ditunjukkan oleh jumlah skor ditampilkan di surat kabar ialah berita
total pada variabel ini adalah 12.219. Ini yang terbaru dan sesuatu yang baru
berarti ketertarikan subyek penelitian biasanya selalu menarik perhatian publik.
pada pemberitaan di surat kabar Kompas, Berdasarkan hasil analisis diketahui
Seputar Indonesia, dan Media Indonesia besarnya sumbangan antara variabel
mengenai meledaknya tabung gas LPG. pemberitaan surat kabar Kompas, Seputar
Indonesia, dan Media Indonesia terhadap
Persepsi Ibu Rumah Tangga Pengguna persepsi ibu rumah tangga pengguna
Tabung Gas tabung gas sebesar 59 % yang ditunjukkan
Persepsi ibu rumah tangga pengguna oleh koefisien determinasi (r2) sebesar
tabung gas pada subyek penelitian 0,59. Hal ini berarti masih terdapat 41 %
juga tergolong tinggi, ditunjukkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi
jumlah skor total pada variabel ini adalah persepsi ibu rumah tangga pengguna
13.996. Ini berarti subyek penelitian pada tabung gas di luar variabel pemberitaan
dasarnya memiliki persepsi yang positif surat kabar Kompas, Seputar Indonesia, dan
terhadap penggunaan tabung gas dan Media Indonesia.
ditambah dengan pemberitaan di surat Berdasarkan hasil perhitungan
kabar, menyebabkan objek penelitian diketahui bahwa pemberitaan surat
menjadi lebih perhatian dan waspada. kabar Kompas, Seputar Indonesia, dan
Media Indonesia berpengaruh positif
Pengaruh Pemberitaan Surat Kabar
dan signifikan terhadap persepsi ibu
Terhadap Persepsi Ibu Rumah Tangga
rumah tangga. Ditunjukkan dengan
Pengguna Tabung Gas
diperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,768;
Hasil analisis data yang dilakukan
p= 0,000 di bawah 0,05. Pengaruh positif
terhadap pengaruh pemberitaan surat
menunjukkan bahwa semakin informatif
kabar Kompas, Seputar Indonesia, dan
berita yang disampaikan surat kabar
Media Indonesia terhadap persepsi ibu
Kompas, Seputar Indonesia, dan Media
rumah tangga menyatakan pengaruh
Indonesia akan semakin meningkatkan
positif yang signifikan. Hal ini berarti
persepsi ibu rumah tangga dalam
setiap ada peningkatan pemberitaan
penggunaan tabung gas. Berarti,
Abstract
A brand enables customers to remember the core information about a product, and
prevent competitors from making imitations (Aaker, 1991). Successful brand building
helps profitability by adding value that entices customers to buy (De Chernatorny and
McDonald, 1994). It is also becoming clearer that companies creating strong brands
can obtain important competitive advantage over those that do not (Kohli and Thakor,
1997). Event more firms and other organizations have come to the realization that
one of their most valuable assets is the brand names associated with their products
or services. Brands themselves may be linked to other entities that have their own
knowledge structures in the minds of consumers. A brand may seem more likable
or perhaps event trustworthy or expert by virtue of becoming linked to an event. The
result showed that the event “Sour Sally Just Wanna Have Fun” can strongly affect
the brand of the members that joined in the Facebook group. Through the stages in
brand building blocks namely at the stage of salience 70.69%, performance 74,04%,
judgments 73.72%, feelings 69.79%, and resonance 64.44%.
Event menjadi salah satu strategi yang Melalui event Sour Sally Just
dapat memberikan pengaruh positif yang Wanna Have Fun, Sour Sally berupaya
cukup besar dalam mengkomunikasikan menyampaikan pesan bahwa brand
pesan suatu brand kepada masyarakat, Sour Sally memiliki suatu keunikan dan
terutama kepada target khalayaknya. diferensiasi yang dapat membedakan
Dilihat dari sudut pandang customer, produknya dengan kompetitor karena
brand menempati tempat yang berbeda- adanya inovasi-inovasi baru tersebut.
beda dibenak mereka, tergantung Sour Sally ingin agar masyarakat nantinya
dari persepsi masing-masing customer dapat menerapkan “Gaya Hidup Sehat a
terhadap brand tersebut. La Sour Sally” (Danny, 2010).
Event “Sour Sally Just Wanna Have
Tahap pertama dalam brand building yang hanya dapat kita kenali apabila
adalah “Brand Salience”, dimana dalam kita melihat wujud dari brand tersebut.
tahap ini, pencapaian brand identity Sedangkan the breadth of brand awareness
yang baik berarti menciptakan arti mengukur beragam pembelian dan
penting suatu brand bagi customer. Brand situasi pemakaian dimana elemen dari
Salience mengukur awareness dari sebuah brand tersebut hadir di benak audience
brand, seperti sejauh mana sebuah brand dan bergantung pada pengetahuan
menduduki top-of-mind sehingga brand produk suatu brand di memori konsumen
tersebut mudah untuk diingat. Dengan tersebut.
kata lain, membangun brand awareness Yang kedua adalah product category
dapat menolong customer untuk lebih structure, yang merupakan bagaimana
mengerti akan kategori suatu produk kategori suatu produk terorganisasi
atau layanan yang dijual dengan nama dalam memori, karena di dalam benak
brand tersebut. Melalui brand awareness, konsumen, tingkatan suatu produk
juga dapat dipastikan bahwa customer selalu ada, dimulai dari produk kelas
mengetahui secara jelas kebutuhan atas, menengah hingga kelas terendah.
mereka akan suatu brand melalui Yang ketiga adalah strategic implications,
produk tersebut, yang diciptakan untuk dimana tingkatan kelas suatu produk
memuaskan keinginan mereka. menunjukkan bahwa tidak hanya the
Beberapa kegunaan dasar yang depth of awareness yang memiliki peranan
harus disediakan oleh suatu brand kepada penting, tetapi juga the breadth. Dengan
customer, yang pertama adalah breadth kata lain, suatu brand tidak cukup hanya
and depth of awareness, dimana the depth menjadi top-of-mind, tetapi juga harus
of brand awareness mengukur bagaimana berada pada waktu dan tempat yang
elemen suatu brand dapat datang dan sesuai. Kunci pertanyaan dari suatu brand
menetap di benak audience sehingga tidak terletak pada bagaimana konsumen
dapat dikatakan bahwa brand yang dapat mengenali brand tersebut,
mudah untuk dipanggil memiliki tingkat melainkan pada saat dimana dan kapan
yang lebih dalam untuk mencapai brand mereka memikirkan brand tersebut, dan
awareness dibandingkan dengan brand seberapa mudah dan sering mereka
Tahap kelima dalam brand building yang penting sehingga customer dapat
adalah “brand feelings”. Brand feelings merasakan ikatan yang terjadi dengan
merupakan respon emosional dari orang yang berasosiasi dengan brand
customer dan reaksi terhadap suatu tersebut, baik terhadap sesama pemakai
brand seperti bagaimana suatu brand brand atau customer maupun dengan
memperngaruhi perasaan customer karyawan atau representatif dari
terhadap diri mereka sendiri serta perusahaan, dan yang terakhir active
hubungan mereka dengan yang lainnya. engagement yang menjelaskan bahwa
Feelings tersebut bisa bersifat positif brand loyalty akan tercipta apabila tercapai
maupun negatif, tergantung dari masing- customer’s engagement, dimana customer
masing respon customer terhadap brand bersedia untuk menginvestasikan waktu,
tersebut. Terdapat enam elemen penting energi, uang, atau sumber daya lainnya
dalam brand-building feelings, yakni: pada suatu brand yang dikeluarkan
warmth, fun, excitement, security, social selama melakukan pembelian atau
approval, dan self-respect. selama mengkomsumsi brand tersebut.
Tahap terakhir dalam brand
building adalah “brand resonance”, yang Brand Audits
merupakan langkah terakhir yang Dalam mempelajari bagaimana
berfokus pada hubungan utama dan konsumen mengenal sebuah brand dan
level identifikasi yang telah dinilai suatu produk sehingga perusahaan dapat
oleh customer terhadap suatu brand. membuat sebuah keputusan, pertama-
Brand resonance mendeskripsikan sifat tama perusahaan harus melakukan brand
dari hubungan ini dan sejauh mana audit ke dalam struktur pengetahuan
customer merasakan bahwa mereka konsumen (consumer knowlege). Menurut
terikat dengan brand tersebut. Resonance Keller (2008:126), yang dimaksud dengan
dikarakteristikan dalam hal intensitas brand audit adalah:
atau kedalaman ikatan psikologis yang A brand audit is a comprehensive
dimiliki oleh customer terhadap suatu examination of a brand to discover its
brand maupun aktivitas yang disebabkan sources of brand equity.
oleh loyalitas customer terhadap suatu
brand, seperti pengulangan tingkat Brand audit adalah suatu ujian atau
pembelian suatu produk dan sejauh mana pemeriksaan terhadap suatu brand untuk
customer mencari tau informasi mengenai menemukan sumber brand equity dari
brand tersebut. Kedua dimensi tersebut brand tersebut. Dengan kata lain, brand
dapat dipecahkan ke dalam empat audit lebih mengarah atau berfokus
kategori, yakni: behavioral loyalty dalam pada konsumen untuk menilai tingkat
hal pengulangan pembelian dan jumlah kesehatan suatu brand, menemukan
atau pembagian kategori yang dikaitkan sumber brand equity-nya dan menyarankan
dengan brand, attitudinal attachment cara-cara untuk mengembangkan dan
dimana customer harus melampaui sikap meningkatkan ekuitasnya, namun brand
positif dalam memandang suatu brand audit juga memerlukan pemahaman
secara khusus dalam konteks yang lebih dari kedua belah pihak yaitu dari sudut
luas, sense of community dimana dengan pandang perusahaan dan juga sudut
mengidentifikasi brand community pandang konsumen. Apabila dilihat
dapat menghasilkan fenomena sosial dari sudut pandang perusahaan, produk
apakah yang sedang ditawarkan kepada hasil dan sumber-sumber yang potensial.
konsumen dan bagaimana produk Perusahaan juga perlu melakukan
tersebut dapat dipasarkan, sedangkan jika penelitian yang sejenis bagi kompetitor
dilihat dari sudut pandang konsumen, untuk lebih mengerti bagaimana
persepsi dan kepercayaan seperti apa perbandingannya dengan target brand.
yang menciptakan arti sebenarnya dari Semua tujuan dari penelitian di atas,
suatu brand dan produk. baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Salah satu langkah yang termasuk bertujuan untuk mengfokuskan pada
dalam brand audit adalah brand asosiasi nama suatu brand, seperti apa
exploratory. brand exploratory bertujuan yang dipikirkan oleh konsumen ketika
untuk menyediakan informasi yang mendengar nama suatu brand dan
detil mengenai apa yang dipikirkan oleh bagaimana pandangan mereka terhadap
konsumen terhadap suatu brand. suatu brand jika dilihat dari sisi packaging-
The brand exploratory is research nya. Dengan adanya penelitian tersebut,
directed to understanding what perusahaan dapat menjelajahi aspek yang
consumers think and feel about the spesifik dari elemen suatu brand sehingga
brand and its corresponding product dapat ditentukan elemen manakah
category in order to identify sources of
yang paling efektif untuk mewakili dan
brand equity (Keller, 2008:129)
menggambarkan suatu brand secara
Dengan kata lain brand exploratory keseluruhan.
merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memahami apa Metodologi Penelitian
yang dipikirkan dan dirasakan oleh Jenis penelitian ini termasuk
konsumen terhadap suatu brand, serta penelitian deskriptif, dimana metode
kategori produk yang sesuai unntuk deskriptif adalah suatu metode dalam
mengidentifikasi sumber brand equity dari meneliti status sekelompok manusia,
brand tersebut. Brand exploratory meliputi suatu objek, suatu set kondisi, suatu
empat jenis tipe penelitian atau reserach, sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
yakni preliminary activities, interpreting peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
qualitative research, conducting quantitative dari penelitian deskriptif ini adalah
research, dan brand positioning and the untuk membuat deskripsi, gambaran
supporting marketing program. atau lukisan secara sistematis, faktual
Conducting quantitative research dapat dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
memberikan penilaian yang lebih jelas sifat serta hubungan antarfenomena yang
terhadap kedalaman dan keluasan akan diselidiki (Nazir, 2005:54).
suatu brand awareness, dan kekuatan, Peneliti menggunakan metode
ketertarikan, serta keunikan asosiasi penelitian deskriptif karena ingin
suatu brand, yang seringkali memerlukan memberikan suatu deskripsi dan
tahap penelitian kuantitatif. Pedoman gambaran mengenai realitas terhadap
untuk penelitian kuantitatif dalam brand Sour Sally sebagai hasil dari pelaksanaan
exploratory cenderung tepat pada sasaran. event “Sour Sally Just Wanna Have Fun”.
Perusahaan harus dapat memeriksa Penelitian ini ingin melihat bagimana
secara spesifik brand belief dan overall persepsi masyarakat yang terbentuk
attitudes agar dapat mengungkapkan terhadap Sour Sally setelah event
akan dianggap realible apabila nilai yang Marcus Kandou selaku Public Relations
keluar sesuai dengan perhitungan Alpha PT. Berjaya Sally Ceria, bahwa ketika Sally
Cronbach yaitu minimum di atas 0,5. “diputuskan” bergender perempuan,
Selanjutnya setelah kuesioner dihitung, menurut Marcus Kandau adalah karena
hasil dari kuesioner dikelompokkan ke biasanya yang health conscious itu adalah
dalam tabel distribusi frekuensi yang perempuan. Selain itu, perempuan juga
kemudian dihitung dan dianalisis dengan lebih identik dengan kecantikan. Oleh
menggunakan konsep brand building. sebab itu, adalah sebuah syarat bagi
seorang perempuan untuk bergaya hidup
Hasil Penelitian sehat agar senantiasa dapat tampil cantik.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan
Profil Responden dari Sonia Wibisono, seorang model yang
Responden terbesar berjenis kelamin juga berprofesi sebagai dokter, bahwa
perempuan sejumlah 209 orang dengan “Kecantikan tidak bisa datang tanpa
persentase sebesar 78.6% dan pria dengan tubuh yang sehat. Karenanya, kalau kita
jumlah 57 orang sebesar 21.4%. Kemudian mau cantik, kita harus menjaga kesehatan
mayoritas usia responden adalah 20 s/d dengan bergaya hidup sehat” (Kandau,
40 tahun dengan jumlah 153 responden, 2010).
kemudian usia <20 tahun sebanyak 68 Sementara usia terbesar responden
responden, dan usia 40 s/d 65 tahun adalah 20-40 tahun hal ini juga tidak
sebanyak 45 responden. Profesi responden mengherankan karena target Sour Sally
kebanyakan adalah sebagai ibu rumah sendiri adalah pelajar atau remaja,
tangga dengan jumlah 105 responden mahasiswa, profesional muda, keluarga,
sebesar 39.5%, sebagai karyawan dengan penyuka hang out, dan penikmat
jumlah 76 responden sebesar 28.6%, kuliner, yang berarti adalah kaum
sebagai pelajar atau mahasiswa dengan muda dan dewasa (Fact Sheet Sour
jumlah 58 responden sebesar 21.8% dan Sally 2010). Sementara jika dilihat dari
hanya 27 responden yang berprofesi tingkat pengeluaran Marcus Kandou
sebagai wiraswasta dengan persentase menyatakan bahwa “Target market awal
sebesar 10.2%. Sementara berdasarkan kami adalah segmen AB” (Kandou, 2010).
tingkat pengeluaran responden terbanyak Yang artinya target market dari Sour Sally
adalah responden dengan pengeluaran adalah untuk masyarakat kelas menegah
per bulan sebesar Rp 1.250.000 – keatas.
1.750.000 dengan jumlah 147 responden,
kemudian terdapat 65 responden dengan Brand Building Melalui Penyelenggaraan
pengeluaran per bulan yang lebih besar Event
dari Rp 1.750.000 dan 54 responden Terdapat 6 tahapan dalam
dengan pengeluaran per bulan yang lebih membangun sebuah brand dan hasil
kecil dari Rp 1.250.000. temuan data dalam masing-masing
Jenis kelamin perempuan sebagai tahapan adalah sebagai berikut:
mayoritas responden dapat dipahami
karena perempuan memang lebih
cenderung peduli akan gaya hidup sehat,
hal ini didukung dengan pernyataan dari
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa kepada konsumen pada setiap aktivitas
event ”Sour Sally Just Wanna Have Fun” komunikasi yang dilakukan sehingga
dapat dikategorikan berhasil membentuk efek kognitif dan afektif pun tercapai.
persepsi positif konsumen terhadap Selain itu arti brand name Sour Sally
brand Sour Sally. Hal ini dikarenakan sebagai kudapan yang menyehatkan juga
pesan yang disampaikan melalui event selalu diulang-ulang untuk disampaikan
”Sour Sally Just Wanna Have Fun” dikemas kepada konsumen. Dari aktivitas repetisi
secara kreatif melalui penyelenggaraan identitas dan arti merek tersebut,
event yang menggunakan Fashion Show perusahaan mengharapkan respon
busana perancang muda berbakat konsumen juga mencakup 3 hal, yaitu
Indonesia, Diana Lee, dengan label mereka menjadi tahu bahwa produk Sour
“Sour Sally Couture” dan diperagakan Sally menyehatkan dan karena tidak
oleh finalis CosmoGirl of The Year merugikan kesehatan menyebabkan
2009, serta dibarengi dengan beberapa konsumen menyukainya, pada
peluncuran inovasi terbaru dari Sour akhirnya rasa suka ini akan mendorong
Sally yakni: Sour Sally On Your Spot, Sour konsumen untuk mengkonsumsinya.
Sally Cheerz Bite, dan Sour Sally Blackberry Dari sisi membangun hubungan dengan
Application (Nica, 2010) sehingga persepsi konsumen yang menjadi faktor keempat
konsumen terhadap brand Sour Sally pun membangun brand inilah, Sour Sally
menjadi kuat. menyelenggarakan event “Sour Sally Just
Selain itu Sour Sally pun menyadari Wanna Have Fun”.
bahwa untuk membangun sebuah brand Event dapat digunakan sebagai
yang kuat mereka perlu menetapkan sarana untuk membangun brand, karena
secara spesifik 4 hal penting yaitu dengan menyelenggarakan sebuah
identitas merek, arti merek, respon yang event beragam tujuan dapat dicapai
diharapkan dari konsumen, dan hubungan di dalamnya. Demikian juga dalam
brand dengan konsumen (Keller, 2008). event ”Sour Sally Just Wanna Have Fun”
Dalam tahap identitas merek, Sour Sally dapat digunakan sebagai salah satu
selalu menyampaikan pesan bahwa cara untuk membangun hubungan
yoghurt Sour Sally adalah kudapan yang dengan konsumen. Baik tidaknya
sehat sehingga jika tidak dikonsumsi hubungan antara perusahaan dengan
berlebihan tidak akan membahayakan konsumennya dapat diketahui dari
kesehatan. Pesan ini selalu disampaikan respon yang diberikan. Argenti (2007:25)
brand Sour Sally tidak hanya berupaya Sally Just Wanna Have Fun”. Adanya
untuk memenuhi kebutuhan fungsional perasaan aman (security) pada konsumen
khalayak saja sebagai kudapan yang disampaikan melalui pesan bahwa
sehat tetapi juga merupakan produk setelah mengkonsumsi Sour Sally karena
yang prestisius sehingga konsumen yang frozen yoghurt Sour Sally mengandung
telah mengkonsumsi selain mendapatkan rendah lemak atau low-fat sehingga tidak
kepuasan fungsional juga mendapatkan menyebabkan kegemukan. Selain itu,
keuntungan sosial dan psikologis dengan mengkonsumsi produk Sour
seperti rasa bangga, dan prestise setelah Sally, khalayak juga merasa mendapatkan
mengkonsumsi produk ini Dengan kata suatu prestige atau social approval dari
lain, “imagery” lebih mengarah kepada lingkungan sekitar. Kemudian dengan
aspek yang tidak berwujud dari suatu adanya beberapa peluncuran inovasi
brand (Keller, 2008:65). terbaru dari Sour Sally yang berupa jasa
Setelah mampu memenuhi rasa layanan “Sour Sally Blackberry Application”,
sosial dan psikologis, tahap judgments khalayak senatiasa merasakan suatu
adalah tahap terbentuknya opini pribadi kedekatan (warmth) karena dapat terus
customers sekaligus evaluasi terhadap meng-update informasi terbaru mengenai
suatu brand. Pada tahap judgments, opini Sour Sally, serta dengan adanya sistem
pribadi khalayak telah terbentuk bahwa catering profesional “Sour Sally On
Sour Sally memang menjadi produk Your Spot”, khalayak merasakan suatu
yoghurt yang menyehatkan sesuai dengan kegembiraan (excitement) bahwa Sour
pesan yang disampaikan perusahaan Sally dapat ikut hadir dan menemani
sebagai upaya branding. Jika opini mereka di hari-hari spesial.
publik telah terbentuk sesuai dengan Keterikatan atau relation antara
tujuan branding yang telah ditetapkan perusahaan dengan konsumen selalu
perusahaan maka dapat dikatakan proses diupayakan agar terwujud dan ini
membangun brand yang telah dilakukan juga merupakan tahap terakhir dalam
berhasil mencapai tujuan dan pada tabel membangun brand. Tahap resonance
di atas tahap judgment ada pada kategori merupakan tahap sejauh mana customers
kuat (73,72%). merasakan bahwa mereka terikat dengan
Event memang diselenggarakan brand Sour Sally, tahap ini juga merupakan
dengan tujuan untuk mendapatkan intensitas atau kedalaman ikatan
respon konsumen dan respon ini psikologis yang dimiliki oleh customer
merupakan tahap feelings yaitu tahap terhadap Sour Sally maupun aktivitas
customer memberikan respon emosional yang disebabkan oleh loyalitas customer
dan reaksi terhadap suatu brand. Temuan terhadap Sour Sally, seperti pengulangan
data menyatakan bahwa konsumen tingkat pembelian produk dan sejauh
memberikan respon dan reaksi positif mana customers mencari tahu informasi
terhadap brand Sour Sally (69,79%). mengenai Sour Sally (Keller, 2008:72). Hasil
Terdapat 6 elemen penting dalam brand- temuan data menyatakan bahwa ikatan
building feelings, yakni: warmth, fun, antara Sour Sally dengan konsumen kuat
excitement, security, social approval, dan (67,44%), ikatan ini tercipta karena adanya
self-respect (Keller, 2008:69) dan Sour Sally pemenuhan fungsional, sosial, psikologis,
berupaya untuk mewujudkan itu semua dan evaluasi yang positif dari konsumen
melalui penyelenggaraan event “Sour terhadap Sour Sally.
Abstract
Development of tourism program is basically done as an effort to support income
sources. Policy of tourism is a key factor in its. Facts showed that the policy has not
been fully aligned to the local societies. Commodification of religious ceremony is a
form of marketing process undertaken to attract tourists. Critical theory approach is
used which the implications can be explored through the political economy perspective
in the case studies. The results showed that policies of tourism lead to economic political
activities in the form of commodification of religious ceremony. Hindu’s communities as
an “object” of tourism policy implementation.
PNS (1 orang), Petani (301 orang), Pelajar masyarakat Ceto upacara dilaksanakan
(90 orang) dengan tingkat pendidikan di Puri Taman Saraswati, Candi Ceto.
di atas Diploma sebanyak 2 orang. Unsur-unsur dalam pelaksanaan
Penghasilan rata-rata penduduk Ceto upacara meliputi (1) upakara: canang,
berkisar Tiga Ratus Ribu sampai dengan bunga dan kewangen, tirtha, bija, api
Satu Juta per bulan. atau dhupa, sesaji berupa buah-buahan;
Candi Ceto merupakan satu (2) persembahyangan: pemujaan,
diantara objek wisata candi yang cukup sembahyang, matirtha, mawija; (3) banyu
memadai dan mendapat perhatian lebih pinaruh sebagai tanda berakhirnya
dari pemerintah kabupaten. Di sekitar upacara Saraswati yang dilaksanakan
Candi Ceto lingkungan alamnya sangat Minggu Paing wuku Sinta yang terdiri dari
mendukung, dengan pemandangan asuci laksana, nunas labaan Saraswati.
alamnya yang indah di sekitarnya ada
perkebunan teh serta hutan lindung. Komodifikasi Upacara Religi Saraswati
Adanya perkebunan teh, dikembangkan Perayaan hari raya Saraswati
sebagai paket wisata agrobisnis, memetik selanjutnya mendapat perhatian lebih
teh, outbond, dan sebagainya. dari pemerintah Kabupaten Karanganyar
Candi Ceto sebagai hasil budaya dalam upaya pengembangan pariwisata.
yang bersifat religius ditunjang dengan Kabupaten Karanganyar telah
penduduk yang sebagian besar beragama menempatkan posisinya sebagai pintu
Hindu, maka untuk pengembangan gerbang utama untuk pergaulan regional
dan peningkatan kunjungan wisata, maupun internasional. Hal ini bisa
pemerintah Kabupaten Karanganyar terlihat Karanganyar sudah melakukan
salah satu upayanya dengan interaksi kebudayaan secara intensif
memanfaatkan upacara religi yang dengan Bali yang sarat dengan religi
berlangsung oleh masyarakat setempat Hindu. Kontak dengan kebudayaan Bali
yaitu upacara Saraswati telah memberikan semacam sentuhan
Hari Raya Saraswati yaitu hari impulsif untuk lebih membangkitkan
Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, potensi serta menjadi landasan bagi
(istilah nama Tuhan Yang Maha Esa perkembangan kebudayaan Karanganyar
dalam agama Hindu) dalam kekuatannya di masa selanjutnya. Produk kebudayaan
menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu Kabupaten Karanganyar khususnya
kesucian. Hari raya ini diperingati setiap Candi Ceto semakin tampak berbeda
enam bulan sekali yaitu setiap 210 hari, dengan sebelumnya yakni melalui
pada hari Saniscara Umanis (Sabtu Legi) komodifikasi upacara religi tersebut. Hal
Wuku Watugunung (Adiputra, 2004). ini ditunjukkan oleh beberapa pokok-
Upacara ini diselenggarakan pagi pokok temuan seperti (a) Upacara
hari atau sebelum siang hari. Bagi religi Saraswati pada mulanya bersifat
masyarakat yang melaksanakan Brata eksklusif, tertutup dan hanya untuk
Saraswati secara penuh, sebelum upacara kalangan terbatas khususnya umat
Saraswati dan sebelum kelewat tengah Hindu, tetapi saat ini upacara tersebut
hari (selama 24 jam) tidak diperkenankan pelaksanaannya dapat diakses secara
membaca dan menulis. Seluruh umat leluasa oleh masyarakat umum; (b)
melaksanakan secara serentak dan Persembahan sesaji oleh masyarakat
Ceto yang biasanya menggunakan
upakara Jawa (“ubarampe” orang Jawa Namun yang biasanya tidak langsung
menyebutnya) dan sesaji berupa buah- disadari oleh masyarakat adalah
buahan atau makanan lainnya (“pajegan” bekerjanya berbagai kepentingan di
orang Hindu menyebutnya) dibuat sesuai balik industri kepariwisataan baik politik
dengan kemampuan warga, kini dibuat maupun ekonomi. Terlebih lagi industri
beraneka warna dan menarik pengunjung. pariwisata yang bergulir sekarang
Anggaran pembuatan sesaji diperoleh ini pada dasarnya berkaitan dengan
dari pemerintah Kabupaten Karanganyar keterlibatan dan bertemunya berbagai
melalui Dinas Pariwisata; (c) Guna kepentingan politik ekonomi banyak
mengurangi kejenuhan para umat selama pihak. Oleh karena itu, pembahasan
rangkaian upacara, sebelum acara inti, kepariwisataan tidak dapat dipahami
persembahyangan bersama ditampilkan dari onesided tetapi multidimensional dan
sebuah pertunjukan sebagai suatu multidisiplin.
atraksi wisata. Pemangku yang biasanya Industrialisasi pariwisata dapat
melakukan pemujaan lebih kurang ditelaah dengan mendasarkan pada
satu jam sebelum persembahyangan pemahaman perspektif ekonomi politik
bersama dimulai, kadangkala dikejar- (political economy) dalam teori kritis.
kejar untuk segera diselesaikan; (d) Ekspansi dan penetrasi pariwisata telah
Adanya media komunikasi pemasaran menimbulkan dampak negatif, yaitu
untuk upacara religi Saraswati maupun mengacu pada perhitungan cost benefit,
jenis upacara yang lain di Candi Ceto pihak mana yang lebih diuntungkan
seperti brosur, calender of event, dimana dari terselenggaranya industri tersebut.
tampilan maupun gambar di dalamnya Dalam prakteknya industri pariwisata
lebih pada atraksi yang berlangsung telah memainkan peran dan bertindak
bukan pada gambaran upacara religi sebagai instrumen kapitalis. Dalam
Saraswati atau pun jenis upacara yang pendekatan kritis, menurut pandangan
ada di Candi Ceto; (e) Kebijakan program Habermas tidak ada aspek kehidupan
pariwisata Kabupaten Karanganyar yang bebas dari kepentingan.
mengenai pengembangan objek wisata
Realitas dalam teori kritis, tidak
candi memunculkan perbedaan versi
dimaknai sebagai sesuatu yang apa
tanggapan khalayak antara masyarakat
adanya dan terpisah dari konstruksi
lokal dan wisatawan. Jadi di satu sisi
sejarah, sosial, ekonomi, politik dan
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
budaya. Realitas selalu terbangun dari
Kabupaten Karanganyar tepat sasaran
hasil kontradiksi-kontradiksi yang
yakni mampu meningkatkan jumlah
terbentuk dalam masyarakat. Sebuah
kunjungan wisata, namun di sisi lain
fakta atau realitas tidaklah stagnan dan
kebijakan yang dilakukan perlu disikapi
berhenti, melainkan selalu bergerak,
secara bijaksana
berubah dan berkembang. Artinya, peran
Sebagai satu bidang yang ideologi menjadi dominan. Ideologi
komplek, industri pariwisata tidak mendistorsikan realitas yang sebenarnya
dapat dipandang hanya dari satu sisi guna memuluskan kepentingan dari
positipnya, yaitu seperti mengharapkan kelas yang berkuasa (the rulling class).
datangnya perolehan pendapatan, tetapi Ideologi menjadi pemalsuan dan serentak
sisi negatifnya juga harus diperhitungkan menjadi distorsi dari realitas sosial yang
(De Kadt dalam Heru Nugroho, 2001). sesungguhnya terjadi dalam masyarakat
berdagang, dan sebagainya. Penguasaan dan isi yang saling berinteraksi dan
kesadaran oleh sebuah struktur yang secara tidak langsung akan menghasilkan
tidak secara langsung bisa disadari oleh pola efektivitas”. Ini berarti pesan yang
masyarakat. Berbagai acara maupun disampaikan melalui media tertentu akan
seminar yang diselenggarakan baik berhubungan dengan masalah bagaimana
oleh instansi pemerintah bahkan yang proses produksi dan transformasi pesan
digelar oleh masyarakat didominasi oleh tersebut. Apabila media berubah maka
pernyataan-pernyataan Dinas Pariwisata dengan sendirinya proses juga berubah
yang seolah memberi keuntungan pada meskipun substansi isi pesan tidak
masyarakat sehingga reaksi protes berubah. Begitu juga upacara religi
yang semula menjadi tujuan awal pun Saraswati yang dikomodifikasi dalam
terhanyutkan. Seperti seminar yang kemasan pemasaran. Dalam masyarakat
diselenggarakan oleh Parisada Hindu kapitalis komodifikasi melanda siapapun
Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten dan terhadap apapun. Semua cenderung
Karanganyar yang salah satu tujuannya menjadi objek pasar dan dikemas dalam
mencari jalan tengah atas keberadaan umat budaya konsumen.
Hindu sebagai masyarakat terpinggirkan
yang seolah hanya sebagai pelaku wisata, Simpulan
selanjutnya terdoktrin oleh pernyataan- Berdasarkan pada paparan temuan
pernyataan keuntungan, manfaat yang hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
dilontarkan Dinas Pariwisata. Protes (1) Dalam perayaan upacara religi yang
tidak berlanjut dan pertanyaan tidak terpenting bukanlah kemeriahan dalam
terjawab dengan memuaskan. Dapat peringatan semata, tetapi lebih pada
dikatakan di sini, kapitalisme kini aktualisasi nilai-nilai yang diajarkan
mendoktrin kesadaran palsu untuk yang telah menjadi tuntunan bagi
meyakinkan manusia melalui industri manusia; (2) Kebijakan pariwisata telah
budaya, suatu proses industrialisasi dari membawa implikasi luas, baik pada
budaya yang diproduksi secara massif kegiatan kepariwisataan itu sendiri,
dan komersialisasi yang mengandalkan maupun bagi pengelolaan lingkungan
sistem melalui kebijakan dimana alam, sosial dan budaya sebagai sumber
ditampilkan dalam produksi massa yaitu daya yang menjadi andalan utama dalam
komodifikasi. Sarana upacara agama kegiatan pariwisata, bahkan implikasi
Hindu sebagai benda yang memiliki terhadap kehidupan masyarakat
makna religius pun berubah menjadi melalui komodifikasi upacara religi
makna ekonomis (Ariasri, 2006). yang merupakan salah satu rangkaian
Proses komodifikasi itu sendiri tidak kegiatan yang dilaksanakan di kompleks
terlepas dari pemikiran komunikasi yang pariwisata; (3) Upacara religi Saraswati
terdiri dari beberapa unsur. Dalam proses dikemas sebagai komoditas pariwisata
komunikasi (Schramm, 1955) terdiri dari melalui bentuk kegiatan atraksi wisata
sembilan elemen yang saling terkait. yang merupakan komponen utama
Namun dalam kegiatan tersebut terdapat dalam pemasaran pariwisata. Dalam
tiga unsur penting yang berkaitan dengan pendekatan teori kritis, perspektif politik
pengaruh yang ditimbulkan. Menurut ekonomi dapat dicirikan dengan adanya
Astrid S. Susanto (1997), ketiga unsur dominasi ideologi yaitu penguasaan
tersebut adalah: “Alat atau media, proses suatu sistem oleh struktur berkuasa
1. Artikel merupakan hasil penelitian atau kajian analisis kritis di bidang ilmu
komunikasi.
2. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris, dan dikirimkan
dalam bentuk cetakan sebanyak 2 (dua) eksemplar disertai CD dalam bentuk MS
Word dan atau soft file.
3. Artikel, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris, dilengkapi
abstrak sepanjang 50-100 kata. Bagi artikel yang ditulis dalam Bahasa Indonesia,
maka abstraknya ditulis dalam Bahasa Inggris, sedangkan bagi artikel yang ditulis
dalam Bahasa Inggris, abstraknya ditulis dalam Bahasa Indonesia.
4. Artikel diserta kata kunci sebanyak 2-5 kata.
5. Biodata singkat penulis ditulis di akhir artikel.
6. Artikel hasil penelitian memuat : Judul, Nama Penulis, Abstrak, Kata Kunci,
Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan hasil tinjauan
pustaka, dan masalah serta tujuan penelitian), Metode, Hasil, Pembahasan, Penutup
(Simpulan dan Saran), Daftar pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian
saja).
7. Artikel dalam bentuk kajian analisis-kritis memuat : Judul, Nama Penulis, Abstrak,
Kata Kunci, Pendahuluan (tanpa subjudul), subjudul-subjudul (sesuai kebutuhan),
Penutup/Simpulan serta Daftar Pusttaka berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian
saja).
8. Semua rujukan yang dirujuk/dikutip dalam artikel harus dituliskan dalam Daftar
Pustaka dan sebaliknya, karya-karya yang tidak dirujuk, tetapi ditulis di Daftar
Pustaka akan dihilangkan oleh penyunting. Rujukan menggunakan versi yang
terbaru/ update, sangat dianjurkan untuk menggunakan pula rujukan jurnal ini dan
atau jurnal lain yang relevan dengan topik tulisan.
9. Artikel dan CDnya wajib dikirimkan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum bulan
penerbitan kepada:
JURNAL ASPIKOM
d.a. Alamat Redaksi Jurnal,
Bidang Litbang ASPIKOM
Program Studi Ilmu Komunikasi, UAJY
Jl. Babarsari, 6, Sleman Yogyakarta
Telp : 0274 487711, pes 3232, fax 0274 4462794
Email : aspikom.litbang@gmail.com
10. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahukan secara tertulis.
Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan nomor bukti pemuatan sebanyak
5 (lima) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulis.