Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalur metabolik yang utama untuk penggunaan glukosa adalah glikolisis dan
lintasan pentosa fosfat. Lintasan pentosa fosfat atau heksosa monofosfat shunt
merupakan jalur alternatif untuk metabolisme glukosa. Lintasan pentosa fosfat lebih
kompleks dari pada glikolisis. Lintasan ini tidak menghasilkan ATP.
Glukosa, fruktosa, dan galaktosa sear kuentitatif merupakan heksosa terpenting
yang diserap dari traktus gastrointestinal. Ketiga unsur ini berasal dari masing-masing
pati, sukrosa, dan laktosa yang terdapat di dalam makanan. Untuk konversi fruktosa dan
galaktosa menjadi glukosa telah dibentuk lintasan yang khusus terutama di hati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan HMP Shunt ?
2. Bagaimana fungsi dari HMP Shunt ?
3. Reaksi pada HMP shunt ?
4. Enzim yang berperan dalam HMP Shunt ?
5. Ganguan penyakit pada HMP Shunt??

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari jalur
heksosamonofosfat dalam tahapan glikolisis.

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 1


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HMP Shunt


Biasa HMP-Shunt disebut juga jalur pentosa fosfat / heksosa monofosfat.
Jalur ini menghasilkan NADPH dan ribosa di luar mitokondria. NADPH diperlukan
untuk biosintesis; asam lemak,kolesterol, dan steroid lain. Ribosa untuk biosintesis
asam nukleat.
Kepentingan lain HMP-shunt berlangsung dalam jaringan; hepar, lemak,
korteks adrenal, tiroid,eritrosit, kelenjar mammae sedang laktasi. NADPH juga
penting dalam; detoksifikasi obat oleh monooksigenase, reduksiglutation.

B. Fungsi dari HMP Shunt


Lintasan pentosa fosfat merupakan jalur alternatif untuk metabolisme glukosa.
Lintasan ini tidak menghasilkan ATP, tetapi mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
Fungsi HMP Shunt :

a) Produksi NADPH untuk sintesis reduktif seperti biosintesis asam lemak serta
steroid. Kegunaan NADPH untuk sel adalah untuk :
b) Mencegah stress oksidatif dengan mengubah H2O2 menjadi H2O dan jika
tidak terdapat NADPH , H2O2 akan di ubah menjadi radikal bebas hidroksin
yang akan menyerang sel.

C. Reaksi yang terjadi pada HMP Shunt


Fungsi utama jalur ini adalah untuk menghasilkan NADPH, yaitu dengan
mereduksi NADP+. NADPH diperlukan untuk proses anabolik di luar mitokhondria,
seperti sintesis asam lemak dan steroid. Fungsi yang lain adalah menghasilkan
ribosa-5-fosfat untuk sintesis nukleotida dan asam nukleat. Jalannya reaksi sebagai
berikut

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 2


a-D-glukosa 6-fosfat mengalami oksidasi menjadi 6-fosfoglukonolakton.
Enzimnya adalah glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Reaksi ini memerlukan
Mg++ atau Ca++ , memakai NADP+ dan menghasilkan NADPH. Insulin
meningkatkan sintesis enzim ini.
Selanjutnya 6-fosfoglukonolakton diubah menjadi 6-fosfoglukonat. Reaksi ini
juga memer-lukan Mg++, Mn++ atau Ca++. Enzimnya glukono-lakton hidrolase. Satu
molekul air (H2O) terpakai, ikatan cincin terlepas.
6-fosfoglukonat selanjutnya mengalami dekarboksilasi dan berubah menjadi
riboluse-5-fosfat.
Sebelum dekarboksilasi 6-fosfoglukonat dioksidasi menjadi semyawa antara 3-
keto 6-fosfoglukonat. Ion Mg++, Mn++ atau Ca++ diperlukan. NADP+ bertindak
sebagai hidrogen ekseptor menjadi NADPH. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini
adalah 6-fosfoglukonat dehidrogenase. Aktivitas enzim ini tergantung adanya
NADP+. Seperti halnya enzim G6PD enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase
sintesisnya dirangsang oleh insulin.
Selanjutnya Ribulosa 5-fosfat dapat menjadi dua substrat dari dua enzim yaitu:
a) Ribulosa 5-fosfat epimerase, yang membentuk suatu epimer pada karbon
ketiga, yaitu xylulose 5-fosfat (xylulose 5-phosphate).
b) Ribosa 5-fosfat ketoisomerase, yang merubah ribulosa 5-fosfat menjadi
ribosa 5-fosfat.

Proses selanjutnya akan melibatkan suatu enzim transketolase, yang dapat


memindah dua unit karbon ( C1 dan C2 ) dari suatu ketosa pada aldehida dari
aldosa. Dalam reaksi ini diperlukan suatu koenzim, tiamin difosfat dan ion Mg++.
Dua karbon dari xylulose 5-fosfat dipindah pada ribosa 5-fosfat, menghasilkan suatu
ketosa dengan tujuh karbon yaitu sedoheptulosa 7-fosfat dan aldosa dengan tiga
karbon gliseraldehida 3-fosfat.
Sedoheptulosa 7-fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat akan bereaksi dengan
bantuan enzim transaldolase dan membentuk fruktosa 6-fosfat dan eritrosa 4-

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 3


fosfat.Dalam reaksi ini, transaldolase memindah tiga karbon "active dihydroxy
acetone" (C1-C3) dari keto dengan tujuh karbon pada aldosa dengan tiga karbon.
Reaksi selanjutnya kembali melibatkan enzim transketolase, dimana
xylulose 5-fosfat menjadi donor "active glycoaldehyde" (C1-C2). Eritrosa 4-fosfat
yang terbentuk dari reaksi sebelumnya, akan bertindak sebagai akseptor (penerima)
C1-C2. Reaksi ini memerlukan tiamin dan ion Mg++ sebagai ko-enzim dan
menghasilkan fruktosa 6-fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat.
Agar glukosa dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2, diperlukan
enzim yang dapat mengubah gliseraldehide 3-fosfat menjadi glukosa 6-fosfat.
Untuk ini diperlukan enzim Embden-Meyerhof (glikolisis) yang bekerja kearah
yang berlawanan. Selain itu, juga diperlukan enzim fruktosa 1,6-difosfatase. Enzim
ini mengubah fruktosa 1,6-difosfat menjadi fruktosa 6-fosfat.
Secara keseluruhan proses ini dapat dianggap suatu oksidasi tiga molekul
glukosa 6-fosfat menjadi tiga molekul CO2 dan tiga molekul pentosa fosfat. Tiga
molekul pentosa fosfat diubah menjadi dua molekul glukosa fosfat dan satu molekul
gliseraldehida 3-fosfat. Karena dua molekul gliseraldehide 3-fosfat dapat diubah
menjadi satu molekul glukosa 6-fosfat melalui jalur kebalikan glikolisis, maka HMP
Shunt dapat dikatakan suatu oksidasi glukosa yang komplit (sempurna) (gambar-20
).
Enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase mengontrol HMP Shunt. Enzim ini
dapat dihambat oleh NADPH. Reaksi yang dikatalisis enzim ini tidak akan berjalan
apabila NADPH tidak dipakai atau dengan kata lain konsentrasinya tidak menurun.
Perlu diingat bahwa produksi ribosa 5-fosfat tidak tergantung pada oksidasi glukosa,
tapi dapat melewati kebalikan jalur glikolisis.
NADPH yang terbentuk berguna dalam sintesis asam lemak, steroid dan
sintesis asam amino. Sintesis asam amino melalui glutamat dehidrogenase. Adanya
lipogenesis yang aktif ,maka NADPH diperlukan, hal ini mungkin akan merangsang
oksidasi glukosa lewat HMP Shunt. "Fed state", suatu keadaan dimana seseorang
baru saja makan, mungkin dapat menginduksi sintesis enzim-enzim glukosa 6-fosfat
dehidro-genase dan 6-fosfoglukonat dehidrogenase.
HMP Shunt dalam eritrosit berguna sebagai penghasil suatu reduktor
(NADPH). NADPH dapat mereduksi glutation yang telah mengalami oksidasi ( G-
S-S-G ) menjadi glutation yang tereduksi (2 G-SH). Enzim yang mengkatalisis
reaksi ini adalah glutation reduktase. Selanjutnya glutation yang tereduksi dapat
membebaskan eritrosit dari H2O2dengan suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim
glutation peroksidase.
G-SH + H2O2 ® G-S-S-G + 2 H2O
Reaksi ini penting sebab penimbunan H2O2 memperpendek umur eritrosit. Telah
dibuktikan adanya korelasi terbalik antara aktivitas enzim glukosa 6-fosfat
dehidrogenase dengan fragilitas sel darah merah. Pada beberapa orang yang
/mengalami mutasi dimana enzim ini berkurang, maka mereka akan lebih mudah

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 4


mengalami hemolisis sel darah merah apabila diberi suatu oksidan seperti
primaquin, aspirin, sulfonamid atau apabila diberi makan "fava bean".
HMP Shunt akan menghasilkan suatu pentosa untuk sintesis nukleotida dan
asam nukleat. Ribosa 5-fosfat akan bereaksi dengan ATP menjadi 5-fosforibosil-1-
pirofosfat (PRPP)

Dalam otot enzim glukosa 6-fosfat dehidro-genase dan 6-fosfoglukonat


dehidrogenase hanya sedikit sekali, namun otot dapat membuat ribosa 5-fosfat,
yaitu dengan kebalikan HMP-Shunt

Pada sel darah merah , kegunaan pertama dari NADPH adalah untuk mereduksi
bentuk disulfide dari glutathione menjadi bentuk sulfhydryl, reduksi glutathione ini
adalah untuk mempertahankan struktur normal dari sel darah merah dan untuk
menjaga bentuk hemoglobin dalam bentuk Fe2+. NADPH pada hati dan payudara
digunakan untuk biosintesis asam lemak.

Reaksi Pada Lintasan Pentosa Fosfat Terjadi Dalam Sitosol


Enzim pada lintasan pentosa fosfat sepeti pada glikolisis ditemukan di dalam
sitosol. Seperti pada glikolisis, oksidasi dicapai lewat reaksi dehidrogenasi , tetapi
dalam hal lintasan pentosa fosfat , sebagai akseptor hidrogen digunakan NADP+
dan bukan NAD+. Tidak ada ATP yang digunakan ataupun diproduksi pada jalur
ini.
HMP-shunt terdiri dari fase: (1). Oksidatif (irreversible); glukosa 6-fosfat --->
ribulosa 5-fosfat (2). Non-oksidatif (reversible); ribulosa 5-fosfat ---> ribosa 5-
fosfat
Terdapat 2 fase pada penthosa fosfat :
1. Fase oksidatif yang menghasilkan NADPH
Pada fase yang pertama , glukosa 6-phosphate menjalani proses
dehidroginase dan dekarboksilase untuk memberikan sebuah senyawa
pentosa, yaitu ribosa 5-phosphate.
2. Fase nonoksidatif yang menghasilkan prekursor ribose
Pada fase yang kedua, ribulosa 5-fosfat dikonversi kembali menjadi
glukosa 6-fosfat oleh serangkaian reaksi yang terutama melibatkan dua
enzim yaitu : transketolase dan transaldolase.
1. Fase Oksidatif Menghasilkan NADPH
Reaksi dehidrogenasi glukosa 6-fosfat menjadi 6-fosfoglukonat
terjadi lewat pembentukan 6-fosfoglukonolakton yang dikatalisis oleh
enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung
NADP. Hidrolisis 6-fosfoglukonolakton dilaksanakan oleh enzim
glukonolakton hidrolase.
2. Fase Nonoksidatif Menghasilkan Prekursor

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 5


Ribulosa 5-fosfat kini berfungsi sebagai substrat bagi dua ennzim
yang berbeda. Ribulosa 5-fosfat 3-epimerase mengubah konfigurasi
disekitar karbon 3 dari ribulosa 5 fosfat, dengan membentuk epimer xilulosa
5-pospat, yaitu senyawa ketopentosa lainnya. Ribosa 5-fosfat ketoisomerase
mengubah ribulosa 5-fosfat menjadi senyawa aldopentosa yang bersesuaian,
yaitu ribosa 5-fosfat yang merupakan precursor bagi residu ribosa yang
diperlukan dalam sintesis nukleotida dan asam nukleat.
Transketolase memindahkan unit dua-karbon yang terdiri atas karbon
1 dan 2 dari sebuah ketosa kepada atom karbon aldehid pada gula aldosa.
Karena itu, enzim ini mempengaruhi konversi gula pentosa menjadi aldosa
dengan berkurangnya dua karbon, dan sekaligus mengonversi gula aldosa
menjadi ketosa dengan bertambahnya dua atom karbon. Reaksi tersebut
memerlukan vitamin B, yaitu tiamin.
Jadi, enzim transketolase mengatalisis proses pemindahan unit dua
karbon dari xilulosa 5 fosfat kepada ribulosa 5 fosfat , yang menghasilkan
ketosa sedoheptulosa 7-fosfat tujuh karbon dan aldosa gliseraldehid 3-fosfat
. kedua produk ini kemudian memasuki reaksi lainnya yang dikenal sebagai
reaksi transaldolasi. Enzim transaldolasi memungkinkan pemindahan
moietas dihidroksiaseton tiga - karbon (karbon 1-3), dari ketosa
sedoheptulosa 7-fosfat kepada aldosa gliseraldehid 3-fosfat untuk
membentuk ketosa fruktosa 6-fosfat dan aldosa eritrosa 4-fosfat empat
karbon.
Kemudian berlangsung reaksi selanjutnya yang sekali lagi
melibatkan enzim transketolase , dengan xilulosa 5-fosfat berfungsi sebagai
donor glikoaldehid. Pada keadaan ini, eritrosa 4-fosfat yang terbentuk di
atas bertindak sebagai akseptor , dan hasil reaksinya adalah fruktosa 6-
fosfat serta gliseraldehid 3-fosfat.

D. Enzim yang Berperan dan Reaksi yang Dikatalis


Langkah-langkah dalam Jalur Pentosa Fosfat

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 6


Gambar jalur pentosa fosfat
Ada tiga langkah utama dalam jalur pentosa fosfat, pertama adalah fase
oksidasi, dilanjutkan dengan fase isomerasi dan terakhir adalah fase penataan ulang
molekul.
Fase Oksidasi pada Jalur Pentosa Fosfat
1. Molekul pertama yang masuk dalam jalur pentose fosfat adalah
intermediet glikolisis, 3 buah molekul Glu-6-P. Molekul tersebut
dioksidasi oleh Glu-6-P dehydrogenase dengan memanfaatkan 3
NADP+ menghasilkan 3 molekul NADPH dan 3 molekul 6-
fosfoglukonat
2. 6-fosfoglukonat selanjutnya didekarboksilasi secara oksidatif oleh
NADP+ dengan bantuan 6-fosfoglukonat dehydrogenase
menghasilkan NADPH, CO2 dan ribulosa-5-fosfat

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 7


Fase Isomerasi

Pada fase ini, ribulosa-6-fosfat diubah menjadi isomernya yakni xylosa-5-fosfat atau
ribosa-5-fosfat.
Ribosa-5-fosfat adalah salah satu prekursor asam nukleat
Penataan Ulang Molekul
Ada dua enzim yang berperan dalam mengatur posisi molekul intermediet jalur
pentosa fosfat dan mensintesis molekul intermediet dengan jumlah karbon berbeda.
Enzim-enzim tersebut adalah transketolase dan transaldolase.
1. Transketolase bertanggung jawab dalam proses pemotongan 2 buah atom
karbon dari xylulosa-5-fosfat dan menambahkan dua atom karbon tersebut
pada ribosa-6-fosfat menghasilkan G3P dan sedoheptulosa-7-P.
2. Transaldolase mengkatalis pemotongan tiga atom karbon dari
sedoheptulosa-7-fosfat dan menambahkan tiga atom kerbon tersebut pada
G3P menghasilkan erythrosa-4-fosfat dan fruktosa-6-fosfat
3. Hasil akhir dari proses ini adalah molekul-molekul gula dengan jumlah
atom karbon yang bervariasi dan dapat menjadi intermediet berbagai
proses, contohnya adalah fruktosa-6-fosfat dan G3P yang menjadi
intermediet glikolisis.

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 8


Reaksi Enzim
1. Fase Oksidatif -
 Glucose 6-phosphate  Glucose 6-phosphate
+ NADP+→ 6- dehydrogenase
phosphoglucono-δ-lactone
+ NADPH + H+
 6-Phosphoglucono-δ-lactone +  Lactonase
H2O → 6-phosphogluconate +
H+
 6-Phosphogluconate  6-Phosphogluconate
+ NADP+→ ribulose 5- dehydrogenase
phosphate + CO2 + NADPH
2. Fase Isomerasi -
 Ribulose 5-phosphate ⇌ ribose  Phosphopentose isomerase
5-phosphate
 Ribulose 5-phosphate ⇌  Phosphopentose epimerase
xylulose 5-phosphate
 Xylulose 5-phosphate + ribose  Transketolase
5-phosphate ⇌ sedoheptulose
7-phosphate + glyceraldehyde
3-phosphate
 Sedoheptulose 7-phosphate +  Transaldolase
glyceraldehyde 3-phosphate ⇌
fructose 6-phosphate +
erythrose 4-phosphate
 Xylulose 5-phosphate +  Transketolase
erythrose 4-phosphate ⇌
fructose 6-phosphate +
glyceraldehyde 3-phosphate

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 9


E. Gangguan penyakit pada HMP Shunt
Anemia hemolitik adalah kondisi di mana hancurnya sel darah merah
(eritrosit) lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Terjadinya anemia hemolitik
dapat dipicu oleh faktor dari dalam sel darah merah (intrinsik) maupun faktor dari
luar sel darah merah (ekstrinsik).
Anemia hemolitik ekstrinsik merupakan anemia hemolitik yang disebabkan
oleh respons sistem imun yang merangsang limpa untuk menghancurkan sel darah
merah. Sedangkan anemia hemolitik intrinsik merupakan anemia hemolitik yang
disebabkan oleh sel darah merah yang tidak normal. Kondisi tersebut menyebabkan
sel darah merah tidak memiliki masa hidup seperti sel normal. Anemia hemolitik
intrinsik umumnya diturunkan secara genetik seperti anemia sel
sabit atau thalassemia.
Anemia hemolitik baik yang ekstrinsik maupun intrinsik dapat muncul
dalam jangka waktu pendek (temporer) maupun muncul sebagai penyakit kronis.
Anemia hemolitik temporer dapat diobati dan hilang setelah beberapa bulan,
sedangkan anemia hemolitik kronis dapat diderita seumur hidup dan menyebabkan
terjadinya kekambuhan setelah periode waktu tertentu.
Anemia hemolitik bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang umur, serta
dapat disebabkan oleh berbagai hal. Pada sebagian penderita, anemia hemolitik
hanya menampakkan gejala ringan. Sedangkan pada sebagian lainnya, kondisi ini
memerlukan perawatan intensif sepanjang hidup.

1. Penyebab Anemia Hemolitik


Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik
intrinsik adalah:
 Anemia sel sabit.
 Talassemia.
 Defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
 Defisiensi enzim piruvat kinase
Sedangkan beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya
anemia hemolitik ekstrinsik adalah:
 Pembesaran limpa.
 Infeksi virus Epstein-Barr dan Hepatitis.
 Infeksi bakteri Coli, Salmonella typhi, dan Streptococcus sp.
 Leukemia.
 Limfoma.
 Tumor.
 Lupus.
 Sindrom Wiskott-Aldrich.
 Sindrom HELLP.
2. Gejala Anemia Hemolitik

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 10


Gejala anemia hemolitik hampir mirip dengan anemia jenis lain.
Untuk membedakannya, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut.
Beberapa gejala anemia hemolitik yang sering muncul adalah:
 Kulit pucat.
 Kelelahan.
 Demam.
 Kepala terasa berat dan berkunang-kunang.
 Pusing.
 Letih dan tidak dapat melakukan aktivitas fisik berat.
Sedangkan gejala lainnya yang mungkin juga dapat muncul pada
penderita anemia hemolitik adalah:
 Urine yang berubah jadi gelap.
 Kulit dan putih mata menguning.
 Jantung terasa berdesir.
 Denyut jantung meningkat.
 Pembesaran limpa dan hati.
3. Diagnosis Anemia Hemolitik
Dokter akan menanyakan tentang gejala-gejala yang muncul,
meninjau riwayat kesehatan pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik
sebagai langkah awal diagnosis anemia hemolitik.
Pada saat pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan
pengecekan warna kulit (terutama jika ada penguningan pada kulit atau
pada putih mata). Setelah itu dokter akan mengecek perut pasien untuk
melihat adanya pengerasan atau pembengkakan sebagai tanda dari
membesarnya organ hati dan limpa.
Jika pasien dicurigai menderita anemia hemolitik, dokter akan
melakukan pengecekan darah. Beberapa parameter yang dicek adalah
sebagai berikut:
 Jumlah sel darah total, guna mengetahui jumlah sel darah
pada pasien.
 Bilirubin, guna mengetahui jumlah sel darah merah yang
dihancurkan oleh hati. Pada penderita anemia hemolitik,
konsentrasi bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam tubuh
umumnya di bawah 0,3 mg/L.
 Hemoglobin, guna mengetahui jumlah sel darah merah yang
masih hidup.
 Jumlah retikulosit, guna mengetahui banyaknya sel darah
merah yang diproduksi oleh tubuh.
 Fungsi hati.
Beberapa tes tambahan yang dapat membantu diagnosis anemia
hemolitik adalah:

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 11


 Tes urine, guna mendeteksi keberadaan sel darah dalam
urine.
 Biopsi sumsum tulang, untuk menentukan jumlah sel darah
merah yang diproduksi beserta bentuknya.
 Pewarnaan darah (peripheral blood smear). Pewarnaan
darah digunakan untuk melihat bentuk sel darah melalui
pengamatan mikroskopis. Melalui pemeriksaan ini, dokter
dapat mengetahui kematangan sel darah, fragmentasi sel
darah, dan sebagainya. Pewarnaan darah juga dapat
mendeteksi apakah seseorang terkena anemia sel sabit atau
tidak dilihat dari bentuk sel darah merahnya.
 Studi enzim laktat dehidrogenase. Enzim laktat
dehidrogenase merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan adanya hemolisis pada pasien. Pasien yang
menderita anemia hemolitik dapat didiagnosis dari
peningkatan serum laktat dehidrogenase dalam darah.
Meskipun demikian, beberapa penyakit keganasan (kanker)
lainnya juga dapat meningkatkan kadar serum laktat
dehidrogenase dalam darah.
 Studi serum haptoglobin. Penurunan serum haptoglobin
dalam darah dapat mengindikasikan adanya anemia hemolitik
menengah hingga berat.

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 12


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan tentang HMP Shunt (Pentosa
Phosphate Pathway) di atas adalah :
a) Lintasan pentosa fosfat merupakan jalur alternatif untuk metabolisme
glukosa.
b) Enzim pada lintasan pentosa fosfat ditemukan di dalam sitosol.
c) Rangkaian reaksi pada lintasan ini dapat dibedakan menjadi dua fase , yaitu
: oksidatif nonreversible dan nonoksidatif reversible.
d) Lintasan ini mempunyai dua fungsi utama , yaitu : produksi NADPH untuk
sintesis reduktif seperti biosintesis asam lemak serta steroid dan produksi
residu ribosa untuk biosintesis nukleotida serta asam nukleat.
e) Lintasan Pentosa Fosfat tidak menghasilkan ATP.
f) Fase oksidatif menghasilkan NADPH dan fase nonoksidatif menghasilkan
prekursor.

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 13


DAFTAR PUSTAKA
Lehninger A.L., Nelson D.L and Cox M.M : Principles of Biochemistry. Second Ed. Worth
Publ. Inc. New York. 1993
file:///E:/Data%20kuliah/TLK%20unhas/3-jalur-metabolisme-karbohidrat.htm
Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. Biochemistry. 5th edition. New York: W H Freeman;
2002. 20.3 the Pentose Phosphate Pathway Generates NADPH and Synthesizes Five-
Carbon Sugars. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK22416/
Stincone, A., Prigione, A., Cramer, T., Wamelink, M. M. C., Campbell, K., Cheung, E.,
Ralser, M. 2015. The return of metabolism: biochemistry and physiology of the pentose
phosphate pathway. Biological Reviews of the Cambridge Philosophical Society, 90(3),
927–963. http://doi.org/10.1111/brv.12140

Makalah Biokimia ll ‘’Metabolime Karbohidrat proses HMP Shunt’’ 14

Anda mungkin juga menyukai