Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung udara (=alveoli). Jika alveoli dibentangkan, luas permukaannya
lebih kurang 90 m2. Di alveoli inilah, terjadi pertukaran O2 dan CO2.
Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
dua.: Pleura viseral, yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru, dan
pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini dalam keadaan vakum/ hampa udara, sehingga paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada dimana ketika bernafas.
Sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi bekerja bersama-sama,
menyediakan O2 untuk jaringan/ sel-sel dan membuang CO2 dari jaringan/ sel-sel.
Transportasi ini melibatkan 4 proses:
Dua proses pertama dinamakan respirasi eksternal, sedang yang ke-4 adalah
respirasi internal.
Saluran nafas dimulai dari lubang hidung yang merupakan pintu keluar masuk
udara.
Fungsi rongga hidung: Menghangatkan udara, Melembabkan udara, Menyaring
udara (dengan bulu-bulu hidung, lapisan mukosa, silia dan dinding-dinding
penghalang). Tidak ada partikel yang berdiameter lebih besar daripada 4-6 mikron
yang dapat memasuki paru, bila udara memasuki hidung. Partikel asap rokok
ukurannya kira-kira 0,3 mikron sehingga dapat mencapai alveoli.
Refleks batuk:
Refleks batuk penting bagi kehidupan, karena merupakan cara
mempertahankan saluran udara paru bebas dari benda asing. Bronchus, trachea
sangat peka, sehingga benda asing apapun akan menimbulkan refleks batuk.
Refleks bersin:
Refleks bersin mirip dengan refleks batuk, bedanya ia berlangsung pada saluran
hidung, bukan saluran pernafasan bagian bawah.
Refleks Hearing-Breur
- Bila paru menjadi teregang, reseptor regang mengirim impuls ke pusat pernafasan
yang mana mereka menghambat inspirasi, sehingga akan menghalangi pengembangan
selanjutnya, disebut refleks pengembangan Hering-Breur
- Bila reseptor regang menjadi tak teregang lagi (selama ekspirasi), impuls dari
reseptor ini berhenti, sehingga memungkinkan inspirasi mulai lagi, disebut refleks
pengempisan Hering-Breur.