PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia berdampak terhadap
terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian serta
peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Meningkatnya UHH saat lahir
dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 69,8 tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat
Statistik 2005), dan menjadi 70,8 tahun pada tahun 2015 (Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik 2013) dan selanjutnya diproyeksikan terus
bertambah, mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan
di masa yang akan datang.
Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan
berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk
menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara sosial dan
ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan
kelompok lanjut usia.
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami
permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang
sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif,
hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan riset
kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama
adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah utama
bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena
itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya
penyembuhan dan pemulihan.
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep
pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana pengembangan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya
pembinaan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di
masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri dan produktif, melalui
upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan menggunakan wadah
Kelompok Usia Lanjut (Poksila).
Kenyataan menunjukkan bahwa laju perkembangan Puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia, pembentukan dan pembinaan
kelompok usia lanjut belum sesuai dengan harapan, dengan penyebaran yang tidak
merata. Penyebabnya antara lain adalah karena kesehatan lanjut usia hanya merupakan
salah satu program pengembangan di Puskesmas dan dalam pelaksanaannya di era
otonomi daerah, belum didukung oleh dasar hukum yang memadai antara lain
peraturan daerah, peraturan gubernur, bupati/walikota dan sebagainya. Penguatan
dasar hukum ini sangat dibutuhkan untuk mendapatkan dukungan anggaran yang
memadai baik melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi, maupun dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota, karena dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019 permasalahan lanjut
usia sudah tertampung sebagai isu prioritas. Selain itu jejaring kemitraan pelayanan
kesehatan lanjut usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, sementara jejaring
kemitraan yang sudah ada.
Pelayanan yang dilakukan di Posyandu merupakan pelayanan ujung tombak
dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri
dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan Posyandu tidak boleh lepas dari
konsep menua secara aktif. Menua secara aktifadalah proses optimalisasi peluang
kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua.
Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar.Masa
tua bahagia dan berdaya guna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual,
sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness yaitu suatu
pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan lanjut usia di
Puskesmas Hanura.
2. Tujuan khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan kesehatan lanjut usia, peran dan
fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas Hanura;
b. Tersedianya pedoman untuk melaksanakan kegiatan lanjut usia di Puskesmas
Hanura.
C. Ruang Lingkup
1. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lanjut usia di Puskesmas Hanura;
2. Semua lanjut usia yang berada di wilyah Puskesmas Hanura.
D. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Setiap tenaga pelaksana lansia harus mempunyai uraian tugas dan prosedur yang jelas.
Adapun uraian tugas tenaga poli lansia adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pelayanan lansia sesuai dengan SOP, tata kerja dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh kepala puskesmas;
2. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dengan melaksanakan upaya
pelayanan lansia dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian/standart profesi dan
kewenangannya;
3. Membuat pencatatan dan pelaporan serta visualisasi yang perlu secara baik,
lengkap serta dapat di pertanggung jawabkan kepada kepala puskesmas;
4. Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan beserta kepala puskesmas.
C. Jadwal Kegiatan
Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh poli lansia hendaknya di buat jadwal agar
kegiatan dapat berjalan dengan baik dan jika ada kendala dapat segera dilaporkan
kepada penanggung jawab lansia. Berikut adalah jadwal kegiatan yang
diselenggarakan di poli lansia UPT Puskesmas Hanura.
A. Poli lansia harus mempunyai tata ruang yang sesuai standart dengan alur
pelayanan dan memperoleh sinar matahari/ cahaya dalam jumlah yang cukup. Poli
lansia yang ada di UPT Puskesmas Jetis mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Luas ruang 4x4 m2;
2. Penerangan cukup untuk melakukan pemeriksaan;
3. Terdapat 1 meja;
4. Lantai terbuat dari keramik, mudah dibersihkan;
5. Satu tempat tidur untuk memeriksa pasien;
6. Dua almari untuk tempat arsip laporan bulanan.
Poli lansia UPT Puskesmas Hanura harus memiliki fasilitas yang bisa memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Adapun alat yang ada di puskesmas Hanura:
1. Tensi meter;
2. Timbang badan unit;
3. Pengukur tinggi badan;
4. Pen light;
5. Termometer;
B. Tempat untuk dilakukannya senam lansia setidaknya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Tempat yang cukup luas seperti lapangan/aula sehingga dapat leluasa dalam
melakukan gerakan senam lansia;
2. Tidak licin (menghindari kejadian terpeleset/jatuh);
C. Berdasarkan aspek lokasi, menurut Effendi (1998), syarat lokasi yang harus
dipenuhidalam pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia antara lain:
1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat;
2. Ditentukan oleh masyarakat itu sendir;
3. Dapat merupakan lokal tersendiri;
4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat,
pos RT/RW atau pos lainnya.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Tatalaksana Pelayanan
Kegiatan dalam pelayanan poli lansia mencakup
1. Kegiatan dalam gedung
Yaitu memberikan pelayanan poli lansia kepada pasien yang ada di UPT
Puskesmas Hanura
2. Kegiatan luar gedung
Selain kegiatan dalam gedung pelayanan lansia UPT Puskesmas Hanura juga
perlu melakukan pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yaitu:
a. Posyandu lansia;
b. Kunjungan rumah.
Pelaksanaan program lansia dibutuhkan dukungan logistik cukup dan direncanakan dalam
pertemuan tingkat puskesmas atau mini lokakarya lintas program sesuai dengan tahapan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun kebutuhan logistic:
1. Obat sesuai dengan keluhan pasien lansia;
2. Pengukuran tinggi badan;
3. Pengukuran berat badan;
4. Pengukuran tensi darah;
5. KMS;
6. Lansia KIT;
7. Meida KIE;
8. Pedoman untuk tatalaksana pasien lansia.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Dalam perencanaan sampai denngan pelaksanaan kegiatan poli lansia perlu diperhatikan
keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap dampak yang terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan pelayanan Poli Lansia. Upaya penegahan resiko terhadap
sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan Poli Lansia
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan samapi dengan pelaksnaan kegiatan pelayanan Poli Lansia perlu
diperhatikan keselamatan dan keamanan kerja dengan meakukan identifikasi resiko
terhadap dampak yang terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan pelayanan Poli Lansia.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dilakukan pemantauan terhadap hasil kegiatan oleh Tim mutu puskesmas secara berkala
agar hasil yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan baik melalui pemantauan mutu
internal maupun pemantauan mutu eksternal Program Promkes Sendiri.
BAB IX
PENUTUP