Anda di halaman 1dari 6

Valuta asing atau yang biasa disebut dengan valas, atau yang dalam bahasa

asing dikenal dengan foreign exchange (forex) merupakan mata uang yang
dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain.

Menurut PSAK No. 10 tentang Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta


Asing, suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing
dalam dua cara :

1. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing,


2. Entitas memiliki kegiatan usaha luar negeri.

Di samping itu, suatu entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam


mata uang asing. Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar
negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan bagaimana menjabarkan laporan
keuangan kedalam suatu mata uang pelaporan.
Berikut ini adalah pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
ini:
Kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan entitas anak,
perusahaan asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang
aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara atau menggunakan mata uang selain
dari mata uang entitas pelapor.
Kurs spot adalah kurs untuk merealisasikan segera, merepresentasikan kurs
yang berlaku pada tanggal transaksi.
Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan,
merepresentasikan kurs yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan.
Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu
satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.
Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu
entitas.
Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama
dimana suatu entitas beroperasi.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.
Pos-pos moneter adalah unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta
laibilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang
yang pasti atau dapat ditentukan.
Pos-pos nonmoneter adalah kebalikan dari pos-pos moneter

Pengakuan Awal
Suatu transaksi mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau
memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi
yang timbul ketika suatu entitas:
a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam
suatu mata uang asing.
b) meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau
tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau
c) memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan
kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

Pengukuran
Pada pengakuan awal, suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam mata uang
fungsional, dengan menerapkan jumlah mata uang asing, nilai tukar spot antara mata
uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi.

Pada akhir setiap periode pelaporan:


a) pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup;
b) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang
asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan
c) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

Contoh Transaksi Valuta Asing


PT ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dengan tahun pelaporan
keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah Indonesia
(IDR) sebagai mata uang fungsional. Pada tanggal 15 Mei 2019, PT ABC membeli
barang seharga USD100.000 dari XYZ Co. ketika kurs pada saat itu adalah
USD1=IDR9.900. XYZ Co. merupakan entitas yang didirikan di Amerika Serikat
yang menggunakan dolar AS (USD) sebagai mata uang fungsional.

Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs
spot pada tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut :
15-Mei Persediaan Rp 990.000.000
Utang Usaha Rp 990.000.000

Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2019, utang usaha PT ABC diatas belum
dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember adalah USD1=IDR10.500.
Utang usaha adalah pos moneter (liabilitas), sehingga utang usaha yang harus dibayar
dalam USD dengan jumlah yang tetap itu harus dilaporkan menggunakan kurs
penutup sebesar Rp 1.050.000.000

Jurnal penyesuaian untuk menyajikan utang usaha dengan kurs penutup adalah
sebagai berikut :
15-Mei Kerugian Selisih Kurs Rp 60.000.000
Utang Usaha Rp 60.000.000
Penyajian
a) Ketika pos moneter dan pos nonmoneter timbul dari transaski mata uang asing,
diakui dalam laporan neraca periode saat terjadinya transaksi.
b) Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos
moneter tersebut dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada
periode laporan keuangan sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rugi
dalam periode pada saat terjadinya.

Kasus
Gambaran Umum Perusahaan
PT Appipa Indonesia merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang
bergerak pada bidang jasa penguliran pipa penunjang industri minyak dan gas bumi.
PT. Appipa Indonesia didirikan pada tahun 2006 berlokasi pada Jl. Hang Kesturi,
Simpang Taiwan, Kawasan Industri Hock Leong, Kabil-Batam.

Penentuan Mata Uang Fungsional


Manajemen PT Appipa Indonesia melakukan pertimbangan dalam
menentukan mata uang fungsional dengan memperhatikan hirarki indikator dalam
penentuan suatu mata uang fungsional yang dijelaskan dalam PSAK No.10 (revisi
2010) tentang pengaruh perubahan kurs valuta asing.
Berikut ini faktor-faktor yang menjadi pertimbangan manajemen perusahaan
dalam menentukan mata uang fungsional:
1. Mata uang yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa Pendapatan
utama PT. Appipa Indonesia dihasilkan dari transaksi jasa penguliran pipa,
sejak PT Appipa Indonesia didirikan pada tahun 2006 sampai dengan
sekarang, jasa penguliran pipa tersebut mayoritas diekspor. Transaksi jasa
penguliran menggunakan mata uang US Dolar, Singapur Dolar dan Rupiah
yang sesuai kontrak perjanjian penjualan yang disepakati dengan konsumen.
2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja dan biaya lain dari
pengadaan barang atau jasa. Berikut ini adalah biaya-biaya yang terkait
dengan beban pokok penjualan (cost of good sold) jasa penguliran pipa PT
Appipa Indonesia:
a) Biaya pokok produksi
b) Biaya sewa alat berat
c) Biaya pembelian material
d) Biaya gaji karyawan
e) Biaya pengangkutan
f) Biaya dokumen penjualan
g) Kalibrasi
h) Royalti

Penentuan Penggunaan Kurs


Dalam pencatatan transaksi mata uang asing (selain mata uang fungsional)
perusahaan harus mempertimbangkan kurs yang akan digunakan. PT Appipa
Indonesia menggunakan kurs pajak dalam melakukan pencatatan akuntansinya dan
transaksi pajak, selisih kurs yang timbul atas perbedaan kurs antara mata uang asing
dengan mata uang fungsional diakui sebagai laba atau rugi atas selisih kurs.

Penentuan Mata Uang Pelaporan


PT.Appipa menentukan mata uang penyajian dalam laporan keuangan tidak
sama dengan mata uang fungsional, yaitu rupiah. Atas perbedaan antara mata uang
pencatatan dan mata uang pelaporan tersebut, perusahaan harus melakukan proses
translasi dengan menyajikan ulang mata uang yang digunakan dalam pencatatan
transaksi yaitu US Dolar ke dalam mata uang penyajian laporan keuangan yaitu
Rupiah.

Pengukuran dan Penyajian Laporan Keuangan


PT Appipa Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki mata uang
fungsional Dolar Amerika, maka untuk pencatatan PT Appipa Indonesia diwajibkan
untuk menggunakan Dolar Amerika tersebut dalam proses pembuatan laporan
keuangan, sementara PT Appipa Indonesia ingin penyajian laporan keuangannya
tetap dalam Rupiah, maka PT Appipa Indonesia melakukan translasi dari laporan
keuangan Dolar Amerika ke laporan keuangan Rupiah. Seperti dijelaskan sebelumnya
terdapat tiga jenis mata uang, yaitu mata uang asing, fungsional dan pelaporan.

Analisis
1. Perusahaan dapat menentukan sendiri mata uang fungsionalnya dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang disebutkan dalam PSAK No. 10.
2. Perusahaan dapat membedakan mata uang fungsional dan mata uang
pelaporan yang sesuai berdasarkan PSAK No. 10.
3. Perlakuan akuntansi pada selisih kurs atas transaksi dalam mata uang asing
dicatat sebagai laba atau rugi selisih kurs yang dicatat terpisah dengan laba
atau rugi operasional perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai