Religi Dan Budaya Suku Dani Di Papua
Religi Dan Budaya Suku Dani Di Papua
Purnomo*
Abstract
yang dianggap sebagai ibu asal dan juga dipersembahkan untuk para
leluhur. Budaya dan religi suku dani cukup kompleks, dan memenuhi
A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya akan suku, budaya dan agama. Dari
33 Provinsi yang ada di Indonesia terdapat lebih dari ratusan suku dengan budaya
dan ciri khasnya masing- masing yang terdapat di setiap provinsi. Sehingga bukan
Diantara suku- suku yang menghuni negara Indonesia adalah suku Dani. Yaitu
suatu suku yang terletak di pedalaman Irian Jaya, yaitu disekitar pedalaman
1
Pegunungan Jayawijaya bagian tengah. Secara administratif daerah pemukiman
Kabupaten Jayawijaya, dengan ibukota Wamena. Adapun desa- desa yang penting
di kawasan Sungai Baliem ini adalah Kwiyawangi, Tiom, Pit, Makki, dan
Pyramid. Kediaman orang Dani ini dapat ditemukan pada ketinggian 800-3.000
kaki.1
Sungai Memberamo yang mempunyai dua anak cabang yaitu sungai Hublifoeri
yang dihuni oleh beberapa desa dari suku Dani seperti Bokondini dan Kalila
dengan jumlah sekitar 15.000 jiwa, dan sungai Rauffaer yang juga memiliki tiga
anak cabang yaitu Sungai Toli yang dihuni oleh beberapa desa seperti Karubanga,
Mamit, Kanggime dll dengan jumlah penduduk sekitar 40.000 jiwa. Sungai Ilaga
yang disekitarnya hidup sekitar 4.000 jiwa, dan cabang yang ketiga adalah Sungai
Nogolo yang di huni oleh sekitar 25.000 jiwa dari beberapa desa seperti Ilu, Mulia
dan Sinak.2
sebuah suku, masyarakat Dani memiliki sistem budaya dan religi yang masih
Religi dan Budaya suku Dani yang unik adalah ritual Inisiasi, Pernikahan,
pemakaman, perang dan persepsi mereka tentang Tuhan dan alam. Pembahasan
dalam artikel ini akan sedikit menyajikan tetang makna religi dan budaya orang
Dani. Pisau analisis yang digunakan dalam mengungkap gejala religi orang Dani
1
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta:LP3ES, 1997), 77.
2
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa, 77.
2
tersebut adalah komponen- komponen terpisah tapi saling berkaitan yang
ritus dan upacara, peralatan ritus dan upacara serta umat agama.3
Untuk mencari asal usul suku Dani sangatlah sulit, meskipun ada
beberapa asumsi yang mengatakan bahwa suku Dani adalah manusia yang
berpindah dari daratan Asia pada ribuan tahun yang lalu sebagai masyarakat
preagriculture, akan tetapi saat ini suku dani telah menerapkan sistem bercocok
tanam di ladang dengan ubi jalar sebagai tanaman utamanya.4 Sedangkan jika
ditelusur dari linguistik, Suku Dani tergolong Non- Austronesia, dan lebih dekat
kerumpun bahasa Melanesia dan Pasifik Barat. Bahasa Dani ini juga terbagi
dalam dua dialek yaitu dialek Dani Barat yang dikenal dengan Laany atau Lani
dengan penuturnya sekitar 134.000 jiwa, yang kedua adalah dialek Dani Lembah
Suku Dani menganut eksogamisme, dimana Suku Dani terbagi akan dua
kelompok besar yang mereka yakini sebagai nenek moyang mereka yang telah
melahirkan suku Dani yaitu Waya dan Wita, kemudian dari waya dan wita inilah
lahir beberapa klen, dan tiap klen terbagi lagi dalam keturunan- keturunan yang
kemudian menjadi rumah tangga- rumah tangga. Dalam budaya orang Dani laki-
laki tinggal bersama saudara laki-laki atau anak laki- laki dengan ayah mereka
beserta kerabat laki- laki mereka yang lainnya dalam satu tempat tempat yang
3
Koentjaraningrat, Asas-Asas Ritus, Upacara dan Religi, dalam ..... , 43.
4
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa, 77.
5
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa ,77-78.
3
disebut rumah kaum pria, didalamnya terdapat dapur besar dengan kandang babi,
dan biasanya disetiap belakang rumah kaum pria ini terdapat lemari kecil yang di
kunci berisi benda- benda sakral kelompok tersebut berupa batu-batu, kayu
pemukul, jala- jala gendong (kaneke). sedangkan untuk istri- istri mereka
disediakan pondok- pondok rumah tangga yang berpisah dari rumah kaum pria.6
Dalam memelihara rumah tangga, orang Dani biasanya dalam satu klen
memiliki sebidang tanah yang kepemilikan tanah tersebut dipimpin oleh seorang
tetua yang disebut Kain¸ setelah tanah tersebut dibagi oleh Kain , mulailah kaum
selokan agar tanaman mereka terhindar dari babi, sedangkan istri-istri dan saudara
Kehidupan suku Dani tidak jauh berbeda dari kehidupan suku pada
modernitas, berkelompok dan mengasingkan diri dari dunia luar, meski beberapa
suku di Indonesia saat ini telah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, bahkan
ada dari segelintir mereka yang telah meninggalkan kebiasaan kesukuannya. Akan
tetapi biasanya masyarakat suku masih sangat kental dengan adat istiadat, budaya
perang. Inilah yang kemudian menjadi ciri umum bagi masyarakat suku.
6
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, Sekarang, Masa depan, (Jakarta: Gramedia,
1986), 108
7
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu..., 109
4
Ciri- ciri tersebut juga dapat ditemukan pada orang Dani, yang paling
sederhana sekali, bentuknya melingkar dengan diameter 4-5 meter, ditutup dengan
atap kerucut dari rumput-rumput kering, dindingnya dari kulit kayu dan hanya
diikat menggunakan rotan, sedangkan lantainya hanya berupa galian yang ditutupi
rumput kering yang tebal serta ditengahnya ditaruh tungku api sebagai penghangat
ruangan. Dan yang paling penting dari setiap rumah adalah pagar untuk
menampung babi ternak mereka. Mata pencarian orang Dani selain berburu adalah
bertani ubi jalar. Ada 43 jenis ubi jalar yang ditanam orang dani selain keladi,
sumber garam mereka diambil dari pegunungan dan di proses secara tradisional.
alat penting yang selalu dibawa orang dani adalah tombak, panah, dan kayu
penggali.8
Bagi suku Dani, babi memiliki tempat penting dalam kehidupan mereka,
selain itu jumlah babi yang dimiliki seseorang dijadikan sebagai alat untuk
mengukur kedudukan seseorang tersebut dalam suku Dani. Babi- babi ini tidak
disebelih untuk memenuhi kebutuhan makan saja, melainkan hanya untuk acara
pesta atau hari- hari khusus seperti hari pernikahan, hari perkabungan dan
sebelum perang. Ritual penyembelihan babi ini juga tidak sembarangan, ada
beberapa prosedur yang harus dikerjakan secara khitmat seperti larangan dari para
8
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa.., 78.
5
tetua untuk menyembelih babi sepuluh hari sebelum dimulainya pesta, kemudian
babi diarak dengan mulia kearah para dewan untuk memutuskan babi yang layak
disembelih.
Sehari sebelum pesta dimulai, babi- babi yang sudah dipilih dewan
dipanah dan dibaringkan didepan rumah kaum pria yang didalamnya terdapat
benda- benda sakral tersebut beserta ubi-ubi yang besar dari hasil tanaman
mereka.9 Setelah itu barulah pesta dapat dimulai, diantara pesta tersebut adalah:
Inisasi
dimana pada hari pertama anak- anak yang akan di inisiasi akan ditekankan pada
mereka moncong anak babi pada perut mereka, dan dipantang untuk makanan
serta di haruskan untuk mandi supaya dibebaskan dari dunia ibu- ibu mereka.
Setelah itu mereka mendapat koteka pertama mereka dan seuntai tali yang
yang baru, koteka mereka dilemaki, dan mereka diberi makan babi, kemudian
Pada hari kedua, dan ketiga mereka di beri serangan semu oleh kaum
mereka akan dirayakan. Pada dua hari berikutnya mereka disuruh mengemis
daging kedesa-desa tetangga dengan bernyanyi, pada hari ketujuh mereka harus
memanjat pohon yang pada pangkalnya diasapi, setelah itu mereka disuruh
9
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu..., 111
6
mencari kayu untuk ibu- ibu mereka, dan kemudian pada esok paginya para tetua
akan memberikan mereka kalung tali yang kecil dileher serta dihembusi oleh
orang-orang tua dengan harapan “semoga kamu hidup terus”, dengan ini
Pernikahan
Perempuan- perempuan suku Dani menikah pada usia muda (antara 12-
18 tahun). Proses lamaran diterima oleh saudara dari gadis, kemudian satu bulan
saudara si gadis dan dilanjutkan kepada saudara dari ibu gadis itu. sisanya akan
disembelih pada hari- hari pesta. Setelah mendapat doa dari para pemimpin, babi-
babi tersebut disembelih, telinga dan ekornya akan dihidangkan kepada para
pemimpin. Setelah empat hari, kembali babi- babi di sembelih, dimasak dan
dimakan bersama, ini adalah hari- hari penuh tawa bahagia dari semua klen.
dimulailah pemberian hadiah dari saudara ibu gadis tersebut, sementara para
akan dikenakan manik-manik yang ketat untuk menutupi auratnya serta di beri
penggali yang baru, mulai sekarang sigadis akan di panggil he/himi (wanita yang
sudah menikah). Setelah pagi gadis tersebut akan dibawa oleh ibunya kerumah
mempelai pria. Sebelum pengantar pulang, tetua akan meminta perhatian dan
menggali sebuah lubang dekat pagar dan menaruh sehelai daun didalamnya,
10
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu..., 118-119.
7
lubang itu dengan maksud hendaknya bersatulah pria dan wanita seperti halnya
Perkabungan
Jika salah seorang suku Dani meninggal dalam keadaan normal maka
mayatnya akan diletakkan dalam honai dan tamu disambut diluar, sedangkan jika
bawaan untuk meringankan keluarga yang berduka. Setelah itu diadakanlah acara
Acara perkabungan ini akan ditutup dengan pesta “bakar batu” yaitu
sebuah pesta untuk menjamu tamu dan tetangga yang telah hadir sekaligus
memberi upah kepada orang yang telah menolong dalam proses kremasi jenazah
tersebut. Pada acara ini kembali pesta babi digelar, dimulai dengan berkumpulnya
orang- orang yang berkabung pada suatu tempat perkabungan dengan membawa
11
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu..., 113. Meskipun saat ini agama islam sudah
masuk ke suku Dani, akan tetapi mahar babi ini masih dipergunakan oleh suku Dani yang
beragama islam. (lihat Umar Yalepele dan Moh. Hefni, “Perkawinan adat muslim suku Dani di
Papua”, Al-Hikam, vol.7 (2012), 48.
12
Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun Mengabdi Sebagai PNS di Papua,
(Jakarta: Aeroprint, 2014),15.
8
serentak oleh mereka yang hadir. Kemudian daging- daging tersebut dikumpulkan
pada sebuah jala, sementara telinga dan ekornya diletakkan didepan benda-benda
sakral. Setelag itu, daging- daging tersebut dibagikan kepada mereka yang telah
Yang unik dari ungkapan rasa duka suku Dani adalah budaya potong jari
atau telinga yang dilakukan oleh kerabat yang ditinggalkan. Ini adalah sebuah
lambang kesedihan yang teramat dalam atas kehilangan suami, istri, ayah, ibu,
anak atau adiknya. Tradisi potong jari ini juga dapat diartikan sebagai upaya
Peperangan
Ada ungkapan yang menarik bagi suku-suku yang ada di Papua, suku
Ungkapan ini bermakna bahwa persahabatan yang baik adalah persahabatan yang
temurun dengan berbagai cara, mulai dari dongeng sebelum tidur sampai didikan
yang mengharuskan mengambil dengan keras dan paksa sesuatu yang mereka
inginkan. Anak- anak mereka dididik untuk melakukan pembalasan setiap kali
disakiti atau di hina. Hasil didikan inilah yang kemudian melahirkan seorang
13
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 115.
14
Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun, 17.
15
Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun, 10.
9
Waktu yang tepat untuk melaksanakan perang adalah saat menanti
musim panen tiba. Perang suku ini terbagi dalam dua bentuk yaitu serangan balas
tradisional. Jika ketua klan mati terbunuh dalam perang, maka pasukan akan
segera mundur dan memilih ketua yang baru sembari menyusun strategi baru
untuk melanjutkan perang pada esok harinya. Klan yang melarikan diri akan terus
dikejar sampai keperkampungan mereka, jika masih ada yang melawan akan
dibunuh, dan yang menang akan membawa istri dan anak-anak perempuan klan
Pesta babi akan kembali digelar pada perang suku melawan musuh
tradisional, yaitu pada saat sebelum perang dimulai atau pada saat pemimpin
mereka mati terbunuh. Pesta babi sebelum perang dimulai dengan diadakannya
menyimpan benda-benda sakral. Setelah para prajurit dan para tamu datang
ini babi-babi tetap saja kecil dan ubi-ubi tidak banyak didapat. Kemudian babi-
babi tersebut dibaringkan diatas daun yang mengarah kemusuh dan dipanah
kemudian semua pria menyentuh babi tersebut sambil berteriak “jadilah gemuk”
dan dapat juga diartikan sebagai “semoga anggota keluarga mereka yang kami
bunuh sekarang juga akan kami bunuh”.17 Setiap orang akan mendapat daging
untuk dimakan, dan setiap pemuda akan diberi kalung dengan nasehat,” adik,
berhati-hatilah, musuh akan membubuh engkau”. Setelah itu para laki-laki akan
16
Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun,13.
17
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 116 .
10
mengambil rumput dalam lobang pemasak sambil berdoa semoga roh-roh musuh
yang telah mereka bunuh tidak mencekik mereka pada malam hari. Keesokan
harinya mereka akan berburu tikus untuk meramalkan kemengan mereka. Benda-
benda pusaka musuh akan diarak kerumah kemenangan, dan pesta akan diadakan
Religi dan upacara religi adalah unsur yang sangat umum dalam
penulis etnografi dan beberapa bidang ilmu yang lain rutin dan sangat sering
mengadakan kajian tentang asal mula religi sejak abad ke-19 sampai sekarang.19
Religi atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan agama telah menjadi
kajian menarik para ilmuan, diantara para ilmuan yang berkutat pada ranah
homo sapiens menjadi homo religius, sebab menurutnya agama ada bersamaan
dengan adanya manusia. Senada dengan ini Joachim Wach juga menyatakan
mereka terhadap alam, bagi orang Dani dunia mereka seperti alam semesta yang
hidup sebagai ibu asal khususnya matahari, setiap hasil panen akan disisihkan
18
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 118.
19
Koentjaraningrat, “Asas- Asas Ritus, Upacara dan Religi”, dalam ,11.
20
Djam’annuri (ed), Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama, (Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2002), cet.II, 1.
11
persembahan anak babi yang secara berkala dipersembahkan oleh para tetua
kepada matahari. Bagi orang Dani matahari dipandang sebagai wanita, tetapi ia
juga menyandang peralatan perang laki-laki.21 Selain itu sistem religi orang Dani
juga mempercayai makhluk halus, baik yang berdiam dilangit maupun yang
dibumi dan dibawah tanah.22 Seperti yang mereka yakini bahwa pada dunia yang
asli, manusia dan makhluk-makhluk halus berada pada tempat yang sama,
Dalam pandangan orang Dani, pada mulanya langit dan bumi itu bersatu
seperti dua telapak tangan, didalamnya hiduplah manusia pertama dengan para
menciptakan petir dan memisahkan langit dan bumi. Lalu keluarlah manusia dan
Apulakma (atau Seinma), untuk beberapa lama mereka hidup secara damai,
berpisah dari mereka, akan tetapi orang Dani tetap memiliki hubungan dengan
burung- burung, sehingga setiap klan memiliki pantangan terhadap satu burung
roh dari leluhur yang telah meninggal.23 Dalam dunia akademis kepercayaan ini
21
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu., 120.
22
Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa, 79.
23
Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 120.
12
E. Analisis
pertama, emosi keagamaan yaitu sikap serba religi, yang ini dapat ditemukan
pada pemahaman suku Dani terhadap alam semesta yang dianggap sebagai ibu
asal dengan matahari sebagai bentuk kongkritnya. Kedua, sistem keyakinan yaitu
esyatologi, roh-roh dan juga menyangkut tentang norma, ini dapat ditemukan pada
orang Dani dalam memahami proses penciptaan alam, manusia pertama, dan roh
Ketiga, sistem ritus dan upacara yaitu suatu aktivitas dan tindakan
leluhur dan dalam upaya membangun komunikasi dengan mereka, ritus dan
upacara religi ini berlangsung berulang-ulang, setiap hari, setiap musim, atau
kadang-kadang saja, dan ini dapat ditemukan dalam suku Dani pada pesta babi
peralatan ritus dan upacara, pada Suku Dani peralatan ritus dan upacara dapat
berupa altar (batu-batu matahari) untuk menaruh babi yang dipersembahkan pada
tombak, dll. Kelima, umat agama atau kesatuan sosial yang menganut sistem
keyakinan dan yang melaksanakan sistem ritus serta upacara yang serupa, ini
24
Koentjaraningrat, “Asas- Asas Ritus, 43.
13
dapat ditemukan dalam Suku Dani yang membentuk Klen-klen besar serta rumah-
tangga-rumah tangga.25
F. Penutup
Dari berbagai uraian diatas dapatlah dikenali bahwa Suku Dhani adalah salah satu
Suku yang terdapat dipedalaman Jayawijaya atau lebih tepatnya di lembah Baliem
yang beribukota Wamena. Asal-usul Suku Dani sendiri masih menjadi misteri,
akan tetapi dapat ditelusur sedikit dari linguistiknya yang berasal dari Pasifik
Barat. Orang Dani saat ini sudah banyak berinteraksi dengan dunia luar, terbukti
dengan adanya orang dani yang beragama Islam maupun Kristen, meski masih
sangat jauh dari pemahaman kedua agama tersebut. Penghasilan Suku Dani
berasal dari bercocok tanam dan berburu, sementara kebutuhan yang lain didapat
dari pertukaran dengan Suku tetangga. Sebagai sebuah suku, Orang Dani memiliki
sistem religi dan Budayanya sendiri yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh
perkawinan dengan mahar babi, perkabungan, dan perang. Selain itu, Orang Dani
juga menempatkan babi sebagai sesuatu yang sangat sakral, hampir semua
kegiatan resmi orang Dani berkaitan dengan babi, bahkan untuk mengukur
kedudukan seseorang dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah babi yang
dimiliki seseorang tersebut. Orang Dani memiliki sistem religi yang cukup
kompleks dan memenihi standar lima kompenen gejala religi yang ditawarkan
25
Koentjaraningrat, “Asas- Asas Ritus, 45.
14
Koentjaraningrat, yaitu emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan
DAFTAR PUSTAKA
Gramedia, 1986.
1997.
Yalepele, Umar dan Hefni, Moh. “Perkawinan adat muslim suku Dani di Papua”,
15