Anda di halaman 1dari 16

Proposal Penelitian

Pemberian Imbangan Tepung Kunyit Dengan Tepung


Daun Katuk Dalam Suplemen Sakura Block Terhadap
MILK INCOME OVER FEED COST (MIOFC) Pada
Kambing Perah

Proposal Penelitian

Oleh :
Aditya Bayu Pamungkas
E1C014092

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN - FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
Pemberian Imbangan Tepung Kunyit Dengan Tepung Daun Katuk Dalam
Suplemen Sakura Block Terhadap MILK INCOME OVER FEED COST
(MIOFC) Pada Kambing Perah

Oleh :

Aditya Bayu Pamungkas


E1C014092

Telah diperiksa dan disetujui :

Pembimbing utama, Pembimbing pendamping,

Dr.Ir. Dadang Suherman, MS Jarmuji, S.Pt., M.Si


NIP. 195912111986031002 NIP. 197810092005011003

Mengetahui,
Jurusan Peternakan
Ketua Jurusan,

Ir. Edi Soetrisno, MSc


NIP. 196012271986031002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ternak kambing berasal dari kambing liar yang didomestikasi sebagai ruminansia
kecil dari ordo Ungulata, sub-ordo Artiodactila, family Bovidae, subfamily Caprinae, genus
Capra dan spesies Capra hircus (Williamson dan Payne, 1993). Kambing adalah hewan bukit
yang baik dan dapat menempuh perjalanan jauh untuk mencapai makanan kesukaannya baik
berupa tunas, semak, perdu atau tanaman lainnya (Blakely dan Bade, 1991). Kambing
berfungsi sebagai ternak penghasil daging, susu, kulit dan bulu serta kotoran (Devendra dan
Burns, 1994). Menurut Sudono dan Abdulgani (2002), kambing tersebar luas di daerah tropis
dan subtropis, karena memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap hijauan pakan ternak,
rerumputan dan dedaunan serta mampu memanfaatkan bermacam- macam hijauan yang tidak
dapat dimakan oleh ternak ruminansia lainnya seperti domba dan sapi. Kambing juga
mempunyai kemampuan beradaptasi yang luas terhadap berbagai keadaan lingkungan.
Permintaan terhadap produk komoditas peternakan terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, perbaikan tingkat pendidikan, urbanisasi,
perubahan gaya hidup (life style), dan peningkatan kesadaran akan gizi seimbang.
Perkembangan konsumsi produk hasil peternakan dalam lima tahun terakhir dari tahun 2012
hingga 2016 menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 6,8 % untuk daging,
5,38 % untuk telur, dan 11,9 % untuk susu, peningkatan konsumsi produk hasil ternak yaitu
daging, telur dan susu dari tahun ke tahun merupakan peluang bagi pengembangan di sektor
peternakan. Salah satu komoditas sektor peternakan yang memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak yang cukup diminati
peternak karena memilik nilai ekonomi yang tinggi. Komoditi kambing memberikan
kontribusi besar, baik dalam peningkatan pendapatan maupun dalam pemenuhan gizi
masyarakat, karena kandungan proteinnya tinggi, yang dihasilkan oleh kambing pedaging
maupun kambing penghasil susu (Departemen Pertanian, 2017).
Jenis kambing yang dijadikan sebagai penghasil susu adalah kambing Sanen dari
lembah Sanen di Swiss, kambing Etawa dari Jamnapari di India, kambing Alpin dari
pegunungan alpen di Swiss, kambing Toggenburg dari Toggenburg Valley di Swiss, kambing
anglo-nubian dari Nubia, dan kambing Peranakan etawa (PE) (Sodiq dan Abidin, 2008). Enam
jenis kambing perah tersebut, yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah
kambing Peranakan etawa (PE). Kambing Peranakan etawa (PE) berasal dari persilangan
antara kambing etawa dengan kambing kacang. Kambing etawa berasal dari India dan
kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing Peranakan etawa (PE) mampu
beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan di Indonesia.
Pemberian pakan suplemen Sakura Block Plus menjadi alternatif bagi peternak yang
terkendala biaya untuk pembelian konsentrat. Pemberian pakan suplemen Sakura Block Plus
dianggap mampu menggantikan pakan konsentrat komersial karena harganya lebih murah.
Pakan suplemen sakura block plus merupakan pakan kosentrat yang di tambah daun katuk dan
tepung kunyit pada ternak perah dengan pertimbangan daun katuk kaya akan zat besi ,
provitamin A dalam bentuk b karotine, vitamin C dan mineral dan merupakan tanaman obat
yang dapat memperlancar produksi air susu, obat demam dan membersihkan darah kotor (
Santoso et al., 2015).
Sakura Block Plus adalah pakan suplemen yang terdiri dari campuran limbah industri
pertanian, seperti limbah industri gula (molases), dedak, ampas tahu, tepung gaplek (onggok),
urea, garam dapur, lekta mineral, top mix plus tepung daun katuk (TDK) dan tepung kunyit
(TK). Hasil penelitian menunjukkan bahan Sakura Block mampu meningkatkan pertambahan
berat badan pada kambing kacang yang diberi pakan rumput setaria ( Jarmuji, 2000).
Pemberian ekstrak daun katuk diharapkan dapat merangsanng tubuh kambing PE untuk
mrningkatkan kinerja dalam produktifitas susu yang akan dihasilkan, sehingga akan
mengakibatkatkan kuantitas dan kualitas produksi susu
Ransum yang diberikan tepung daun katuk maka dapat meningkatkan produksi susu
sebesar 17,25 kg/ekor/hari ( Suprayogi., 2013). Penambahan bahan tepung daun katuk dan
tepung kunyit kedalam kosentrat Sakura Block bertujuan untuk meningkatkan lualitas dan
produksi susu kambing perah. Penambahan tepung daun katuk yang kaya sterol dan alkoid
dapat merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu pada kambing perah lebih banyak.
Penambahan kunyit digunakan sebagai anti antibiotik.
Milk Income Over Feed Cost (MIOFC) adalah penentu utama keuntungan dan kerugian dari
perusahaan perusahaan penghasil susu. Produksi ternak kambing perah selain dimanfaatkan
untuk diambil susu dengan kualitas yang baik, juga diupayakan untuk menekan biaya
produksi yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi biaya produksi tinggi ialah pakan
antara 55-85 % (Ariana et al., 2014)

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Milk Income Over Feed Cost
(MIOFC) terhadap pemberian suplemen sakura block.
1.3 Hipotesis
Pemberian sakura block sampai dengan tingkat tertentu dapat memberikan pengaruh
terhadap Milk Income Over Feed Cost (MIOFC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Hasil penelitian Jarmuji (2006), kambing kacang yang mengkonsumsi suplemen dalam
bentuk bahan kering sebanyak 2,5% dari berat badan dapat meningkatkan pertambahan bobot
badan kambing kacang sebesar 50% dibanding dengan ternak yang hanya mendapatkan rumput
alam.

2.2 Kambing Perah


Pandangan negatif dari konsumen terhadap kambing yaitu mengkonsumsi daging
dan/atau susu kambing erat kaitannya dengan tingginya kadar kolesterol darah dan berbahaya
bagi kesehatan . Namun hasil kajian/ pengamatan Jensen (1994) menyatakan sebaliknya . Bau
kambing yang khas (prengus) sering menjadi momok bagi masyarakat, dan hal ini sebenarnya
adalah hanya masalah manajemen pemeliharaan . Perkembangan populasi ternak kambing di
Indonesia 2001 – 2005, bila ditelaah lebih mendalam, kambing sebenarnya tidak seburuk yang
diperkirakan orang. Beberapa penelitian menunjukkan ternak kambing memberikan kontribusi
yang cukup signifikan bagi manusia dan lingkungannya. Disisi lain kambing dimanfaatkan
untuk menghasilkan susu dengan produksi rata-rata0.4- 1,2 liter per ekor hari (Adriani et al.,
2003; Adriani et al., 2004). Indonesia sendiri masih mengimpor susu sebanyak 75% dari
kebutuhan (Departemen Pertanian 2013).

2.3 Kambing Perah Peranakan Etawa


Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan ternak tipe dwiguna tetapi pada
peternakan sering diambil susunya. Menurut Devendra dan Burn (1994) rataan produki susu
kambing Etawah berkisar 0,7–1,0 kg per hari dengan rata-rata waktu laktasi 140 hari. Rata-rata
bobot lahir kambing Peranakan Etawah adalah 3,5–4 Kg. Berat sapih anak jantan dan betina
kambing Peranakan Etawah 13 kg dan 11 kg. Menurut Pamungkas et al. (2009) standar lingkar
dada untuk kambing Peranakan Etawah betina dewasa sebesar 80,1 cm. Persentase karkas
sebesar 51% dengan kenaikan bobot badan rata-rata 50-150 gram/hari tergantung dari pakan
yang diberikan. Karakteristik kambing Peranakan Etawah(PE) menurut Markel dan Subandryo
(1997) adalah kuping menggantung ke bawah dengan panjang 18-19 cm, tinggi badan antara
75-100 cm, bobot jantan sekitar 40 kg dan betina sekitar 35 kg. Pakan kualitas baik bobot ternak
dapat mencapai 80 kg. Kambing PE jantan berbulu di bagian atas dan bawah leher, rambut
pundak dan paha belakang lebih lebat dan panjang. Kambing PE betina memiliki rambut
panjang hanya pada bagian paha belakang.Warna rambut kambing PE terdiri atas kombinasi
coklat sampai hitam atau abu-abu dan muka cembung (Hardjosubroto, 1994). Ciri khas dari
kambing Peranakan Etawah adalah pada bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang
yang mengglambir, postur tubuh tinggi.
Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu dari tujuh kambing lokal yang
telah dikarakterisasi guna mengeksplorasi potensi keragaman genetiknya untuk dimanfaatkan
sebagai sumber peningkatan mutu genetik kambing di Indonesia. Kambing PE termasuk tipe
dwiguna, pertumbuhannya relatif lambat dengan produksi susu sekitar 1,5 – 2 liter per hari
(Batubara, 2007).

2.4 Kebutuhan Pakan dan Konsentrat Kambing Perah


Menurut Siregar (1995), pemberian konsentrat 2 jam sebelum hijauan akan
meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum, yang pada gilirannya akan
meningkatkan konsumsi bahan kering ransum. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa
konsentrat yang lebih mudah dicerna akan memacu pertumbuhan mikroba dan meningkatkan
proses fermentasi dalam rumen.
Pakan menyediakan nutrien yang penting untuk hidup, produksi, dan reproduksi.
Dalam manajemen budi daya ternak khususnya ruminansia, pakan merupakan kebutuhan
tertinggi sehingga perlu mendapat perhatian dalam penyediaannya baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Pada peternakan tradisional, umumnya peternak menyediakan pakan utama
bagi ternak ruminansia berupa Hijauan Pakan Ternak (HPT). HPT merupakan bahan pakan
yang berasal dari tanaman yang terdiri dari daun-daunan yang tercampur dengan batang,
ranting serta bunganya, yang umumnya berasal dari tanaman sebangsa rumput (graminae),
kacang-kacangan (leguminosae), limbah pertanian atau hijauan dari tumbuhan lain (Hadi et al.
2011). Fungsi hijauan adalah pakan utama bagi ternak kambing perah dan sebagai sumber
protein, energi, vitamin, dan mineral. Hal ini berbeda dengan pendapat Chamidi dkk, (2003)
bahwa Jumlah hijauan yang diberikan untuk kambing perah dara adalah sekitar 10 persen dari
bobot badan kambing dara dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ternak tersebut.
Pemberian hijauan sebaiknya sedikit demi sedikit 3 - 4 kali sehari, sehingga ternak kambing
perah bisa istirahat dan ada kesempatan untuk memamah biak. Sutama dkk; (1997) mengatakan
bahawa tipe dan jumlah pakan harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pemeliharaan.
Metode pemberian pakan dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat
dengan hijauan akan meningkatkan produksi, namun umumnya peternak tidak memperhatikan
hal ini, karena dianggap bukan suatu hal yang penting sehingga hasil yang diperoleh tidak
maksimal (Syahwani, 2004). Pola pemberian pakan sekali sehari, intensitas fermentasi
tertinggi terjadi 2 - 5 jam setelah konsumsi pakan, sedangkan kebutuhan nitrogen untuk
pertumbuhan microbial maksimal 2 – 3 jam setelah konsumsi pakan. Pemberian pakan dengan
interval 2 jam antara pemberian konsentrat dan hijauan juga menghasilkan sintesis mikrobia
yang lebih besar daripada pemberian pakan sekali atau dua kali per hari (Soeparno, 1994).

2.5 Pentingnya Penggunaan Pakan Tambahan (Feed Supplement)


Pemberian suplementasi konsentrat dan suplementasi mineral dalam pakan mampu
meningkatkan produksi susu pada sapi laktasi (Sukarini, 2000) dan mampu meningkatkan
bobot lahir pada anak. Suplementasi mineral Zn mampu meningkatkan produktivitas kambing
PE.
UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) adalah pakan suplemen yang terdiri dari
campuran limbah pertanian, limbah industri pertanian, garam dapur, semen, kapur, dan
mineral. UMMB dapat memperbaiki kondisi lingkungan rumen karena UMMB dapat
menyediakan zat esensial untuk pertumbuhan mikroba, antara lain ketersediaan glukosa, asam
amino, peptida, amonia, S, P, dan K ( Leng, 1995).
Dalam penyusunan ransum hal yang paling diperhatikan adalah kecukupan akan energi
maupun protein. Disamping itu faktor mineral terutama mikromineral sering terabaikan.
Ketersediaan pakan yang sangat fluktuatif serta kualitas hijauan tropis yang rendah,
menyebabkan ketersediaan makro dan mikro mineral pada pakan hijauan di Indonesia masih
sangat kurang (Little et al., 1989). Makro dan mikromineral memegang peranan penting dalam
proses metabolisme dan fisiologik ternak. Mineral ini mutlak diperlukan, walaupun ada yang
dalam jumlah sedikit, (Underwood, 1981; Paik, 2001). Makromineral yang esensial untuk
ternak adalah Ca, P, Mg, K, Na, S, sedangkan mikromineral adalah Zn, Cu, Fe, Mn, Se, Co dan
Mo (Underwood, 1981).
Kandungan dalam Sakura Block:
1. Dedak merupakan sisa hasil penggilingan padi. Bahan ini banyak di kenal di
masyarakat sebagai campuran bahan pakan ternak unggas. Dedak mengandung serat
dan sebagai vitamin B ( Hatmono dan Hastoro, 1997).
2. Gula merupakan sumber karbohidrat mudah larut. Kandungab sakarosa 85-90% dan
3% abu ( Soeseno, 1992).
3. Sagu, bahan ini merupakan sumber karbohidrat terutama dalam bentuk pati.
Kandungan nutrisi sagu sebesaar 1,6% protein kasar, 6,2 % serat kasar dan 0,5% abu.
Harsanto (1986) melaporkan bahwa kandungan karbohidrat yang mudah larut pada
sagu sangat tinggi yaitu sekitar 88,2%, sehingga bahan ini merupakan sumber makanan
yang cukup penting bagi manusia dan ternak.
4. Urea mengandung non protein nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme
rumen menjadi protein. Urea mengandung 46,6% N atau setara dengan 291% protein
kasar ( Banerjee, 1978). Pemberian urea pada kambing dapat menggantiksn 50%
kebutuhan nitrogen total ransum ( Devendra dan Burn , 1994).
5. Garam dapur banyak dikenal orang sebagai penyedap masakan. Gaaram dapur
mengandung nutrium (Na) dan klorida (CL) ( Hartadi et al., 1980).
6. TSP banyak digunakan di masyarakat petani sebagai pupuk buatan dalam bidang
pertanian. TSP mengandung belerang (S) dan pospor (P)
7. Mineral Mix dan Top Mix sebenarnya dapat digunakan sebagai pakan suplemen
tersendiri dalam makanan ternak. mineral mix dan top mix menyuplai vitamin dan
mineral.Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat badan.
Jumlah seluruh mineral dalam tubuh hanya sebesar 4% (Piliang, 2002). Semua mineral
esensial dianggap ada di dalam tubuh hewan (Widodo, 2002).
8. Tepung Daun Katuk di dapatkan dari hasil penjemuran daun katuk yang sudah tua
dan di giling sampai halus . Dalam 100 g daun katuk mengandung energi 59 kkal,
protein 4,8-6,4 g, lemak 1 g, karbohidrat 9,9-11 g, serat 1,5 g, abu 1,7 g, kalsium 204
mg, fosfor 83 mg, besi 2,7-3,5 mg. Vitamin A (SI) 10.370, vitamin C 164-239 mg,
vitamin B1 0,1 mg, vitamin B6 0,1 mg, vitamin D 3.111 µg, karotin 10.020 mcg dan
air 81 g. Daun katuk merupakan sayuran yang paling kaya akan klorofil (zat hijau
daun). Tepung daun katuk ini sudah banyak di aplikasikan pada ayam broiler seperti
hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001) menunjukkan bahwa tepung daun katuk
menurunkan akumulasi lemak pada perut, sementara Santoso (1999) melaporkan
bahwa tepung daun katuk menurunkan lemak pada karkas broiler. Maka dari itu dalam
kesempatan penelitian ini kami akan mencobakan tepung daun katuk kepada kambing
Peranakan Etawa (PE) yang sedang laktasi dengan harapan kualitas susu yang
dihasilkan meningkat.
9. Tepung kunyit ini merupakan hasil dari penggilingan kunyit yang masih basah lalu di
jemur sampai kering sehingga berbentukan seperti tepung, Kunyit banyak tersedia dan
sering dipergunakan sebagai bumbu masakan, pengobatan tradisional antara lain untuk
menghilangkan bau amis (anyir). Hembing et al. (1991) menyebutkan bahwa kunyit
dapat sebagai anti radang dan dipergunakan manusia untuk menurunkan kolesterol,
namun perlu dikaji lebih mendalam lagi. Tampubolon (1981) menyatakan bahwa zat
yang terkandung didalam kunyit adalah; minyak atsiri (5%); curcumin (60%); minyak
zinge rene (25%); glucose (28%); fructose (12%) dan protein (8%) serta
vitamin.Disebutkan pula bahwa kunyit dapat merangsang kantong empedu sehingga
pencernaan lebih sempurna dan atsiri yang terkandung didalamnya dapat mengurangi
peristaltik usus yang terlalu kuat. Oleh karena itu pemanfaatan kunyit dapat untuk
menambah nafsu makan, menghilangkan bau amis, bersih darah dan lain-lain.Menurut
Natarajam dan Lewis (1980) kunyit mempunyai kadar air 60%, protein 8%, karbihitdrat
7%, bahan mineral 4%, sehingga dapat digunakan sebagai substitusi pakan hewan
Kunyit digunakan sebagai anti biotikpemberian kunyit digunkan untuk menekan
bakteri di dalam susu sehingga kualias susu meningkat.
2.5. Produksi Susu
Menurut Novita et al. (2006), produksi susu pada kambing PE dapat berkisar antara
567,1 gram/ekor/hari, hingga 863 gram/ekor/hari (Subhagiana, 1998). Atabany (2001),
produksi susu harian kambing PE di peternakan Barokah 0,99 kg/ekor/hari. Perbedaan
produksi susu tersebut menurut Phalepi (2004), karena produksi susu di pengaruhi mutu
genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi,tatalaksana
pemeliharaan, kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak, dan aktivitas pemerahan.

Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing,
bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak (perkandangan,
pakan dan kesehatan), kondisi iklim, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan (Phalepi,
2004). Phalepi (2004) menambahkan, produksi susu pada ternak yang umur tua lebih tinggi
daripada ternak umur muda, karena ternak umur muda masih mengalami pertumbuhan.
Pendistribusian zat-zat makanan pada ternak muda hanya sebagian untuk produksi susu dan
sebagian lagi untuk pertumbuhan, termasuk kelenjar ambing yang masih pada tahap
perkembangan. Produksi akan meningkat sejak induk beranak kemudian akan turun hingga
akhir masa laktasi (Blakely dan Bade, 1991). Puncak produksi akan dicapai pada hari ke 48-72
setelah beranak (Devendra dan Burns, 1994), menurut Atabany (2001), puncak produksi susu
kambing di peternakan Barokah pada hari ke-11, menurut Sutama dan Budiarsana (1997),
puncak produksi susu kambing PE akan dicapai pada hari ke-40 setelah beranak.
II. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan selama 40 hari di Lembaga Pengembangan Pertanian
Baptis (LPPB) Desa Pondok Kubang , Kabupaten Bengkulu Tengah.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : baskom pengaduk, panci,
kompor gas, alat pencetak Sakura Block , plastik pembungkus Sakura Block, gelas ukur,
timbangan analitik, skop, mesin air, mesin pencacah rumput, arit, karung, sikat, tali rumput,
sepatu bot, mobil, mesin pemerah susu, saringan susu dan milk can.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 ekor kambing perah PE yang
sedang laktasi, urea, dedak halus, tepung gaplek, tepung jagung, gula merah, top mix, mineral
mix, TSP, dan garam.

3.3 Tahapan penelitian


Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dengan (1) persiapan
bahan pakan, (2) persiapan kandang, (3) persiapan ternak, (4) pelaksanaan penelitian, (5)
pengolahan data.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Pembuatan Sakura Blok
Untuk komposisi Sakura Block Plus di sajikan dalam tabel berikut Tabel 1. Komposisi Sakura
Blok

No. Bahan Baku Formula (%)


1. Dedak 28
2. Gula Merah 32
3. Sagu 15
4. Jagung Giling 15
5. Urea 5
6. Garam Dapur 2
7. TSP 1
8. Mineral Mix 1
9. Top Mix 1
Jumlah 100 %
Sumber : Jarmuji et al., 2016
Proses pembuatan Sakura Block

1. Semua bahan-bahan duuitimbang terlebih dahulu


2. Setelah bahan-bahan ditimbang, gula merah dicairkan diatas nyala api kompor
dengan wadah panci sebanyak 20 % dari berat sakura blok.
3. Gula merah yang sudah cair seutuhnya, selanjutnya dicampur dengan seluruh
bahan lainnya di dalam wadah besar hingga merata.
4. Melakukan pencetakan dengan takaran timbangan 150 gram di alat pencetak.
5. Sakura Blok yang sudah dicetak dibungkus plastik agar tahan lama.
6. Sakura Blok siap diberikan ke kambing

Untuk kelompok perlakuan yang menggunakan tepung daun katuk dan tepung kunyit,
bahan tersebut dicampur dengan bahan-bahan lainnya untuk dibuat menjadi sakura blok.

3.4.2 Persiapan Kandang


Dalam penelitian ini kandang yang digunakan yaitu kandang individu yang sudah
tersedia di tempat penelitian. Kandang yang digunakan adalah kandang permanen dengan
sistem terbuka, menggunakan atap seng dan lantai kayu.

3.4.3 Pakan Ternak


Pakan yang diberikan berupa hijauan segar yang di perolah di sekitar lokasi peternakan,
hijauan di berikan 10% dari berat badan ternak yaitu 5 kg(dengan asumsi berat badan ternah
rata-rata 50 kg). Konsentrat di berikan sebesar 1,5 Kg ( rekomendasi dari pihak LPPB) atau
sebesar 3 % dari berat badan ternak. Sedangkan sakura block sebagai pakan seplement di
berikan sebesar 150 gram/ekor/hari atau sekitar 10 % dari konsentrat yang di berikan.

3.4.4 Pemeliharaan Kambing


Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing perah peranakan ettawa ( PE) yang sedang
laktasi akhir serta diberikan suplemen Sakura Block . Desain penelitian menggunakan
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) dengan 4 perlakuan x 4 periode.

3.4.5. Perlakuan
Setiap Sakura Block memiliki berat masing-masing 150 gram. Pada penelitian ini
perlakuan yang di susun sebagai berikut :

1. P0 = sakura block
2. P1 = Sakura Block + 2 % Tepung Kunyit + 2 % Tepung Katuk
3. P2 = Sakura Block + 4 % Tepung Kunyit
4. P3 = Sakura Block + 4 % Tepung Katuk

3.5 Variabel yang diukur

3.5.1 Konsumsi Pakan


Pengukuran konsumsi pakan dilakukan selama pennelitian dengan cara mengukur
setiap hari. Dengan cara pakan yang diberikan (kg) dikurang pakan sisa (kg). Konsumsi pakan
(kg/ekor/hari) = jumlah yang diberikan (kg) – sisa pakan (kg).
3.5.2 Produksi Susu
Produksi susu diukur setiap hari dari hasil pemerahan pada pagi dan sore hari dalam
satuan liter /ekor.
3.5.3 Harga produsi Susu
Harga produksi susu didapatkan dari jumlah produksi susu dikalikan dengan harga jual
susu (Rp)
3.5.4 Biaya pakan Sakura Block Plus
Biaya pakan Sakura Blok merupakan jumlah harga masing- masing bahan yang dijual
dalam setiap perlakuan.
3.5.5 Biaya Pakan Hijauan
Biaya pakan hijauan adalah harga pembelian pakan hijauan segar (Rp)
3.5.6 Biaya Pakan Kosentrat
Biaya pakan kosentrat adalah jumlah harga bahan penyusun kosentrat (Rp)
3.5.7 Biaya Pakan
Biaya pakan adalah biaya pakan hijauan ditambahkan dengan harga Sakura Blok Plus
3.5.8 Penerimaan dari Susu
Penerimaan susu didapatkan dari jumlah produksi susu dikalikan dengan harga susu
3.5.9 Milk Income Over Feed Cost (MIOFC)
MIOFC didapatkan dengan cara mengurangi penerimaan dari susu dikurangi biaya
pakan.
3.7 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain rancangan bujur sangkar latin 4 x 4 yang terdiri dari
4 perlakuan dan 4 ulangan , pada setiap ulangan memiliki jangka waktu 10 hari ( dengan masa
adaptasi ternak 4 hari dan 6 hari pengambilan data). Data penelitian dianalisis dengan sidik
ragam (ANOVA). Dalam Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), menyusun perlakuan -
perlakuan didalam kelompok ada dua cara , yaitu baris dan kolom. Setiap perlakuan hanya
diberikan sekali untuk setiap baris dan kolom. Rancangan bujur sangkar latin dikenal sebagai
suatu rancangan yang mampu mengelompokkan unit percobaan berdasarkan dua kriteria untuk
setiap baris dan kolom ( Gasperz, v. 1991). Pada penelitian ini kambing sebagai kolomnya dan
ulangan atau periode sebagai barisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. Z dan A. Sodiq. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing. Peranakan Etawa. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Atabany, A. 2001. Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen
pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm Tesis.
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Atabany, A. 2001.
Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada
Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm Tesis. Program
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Batubara, A. 2007. Tujuh Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Artikel. Sinar Tani
Edisi 25 April - 1 Mei 2007.

Blakely, J & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan: Gajah Mada
University ress, Yogyakarta.

Devendra, C & M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: IDK. H.
Putra. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jarmuji , U.Santoso, B. Brata.2007. Effect of Oil Palm Frounds and setaria sp. As Forges Plus
Sakura Blok on the performance and Nurtient Digestibility of Kaur Cattle.16.(4)
200-206

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV.ARMICO.Bandung. *

Kementrian Pertanian. 2017. Budidaya Ternak Kambing Perah.

Novita CI, Sudono A, Sutama IK, dan Toharmat T. 2006. Produktivitas kambing Peranakan
Etawa yang diberi ransum berbasis jerami padi fermentasi. Media Peternakan,
Agustus 2006, hlm. 96-106.

Obst, J.M. and Z. Napitupulu. 1984. Milk yields of Indonesian goats. Proc. Austr. Soc. Anim.
Prod. 15: 501504. *

Pamungkas, 2009. Potensi BeberapaPlasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Petunjuk


Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Santoso et al. 2014. Katuk
Tumbuhan Multi Khasiat, Bengkulu. Faperta Universitas Bengkulu.

Soeparno. 1994. Ilmu dan teknologi daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Siregar, S. B. 1990. Sapi Perah. Jenis Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Penebar
Swadaya, Jakarta.*
Siregar, S.B. 1995. Pakan ternak ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.*

Sudono, A. & I. K. Abdulgani. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Kuliah Jurusan
Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sulistyowati, E., U. Santoso,S. Mujiharjo dan S.A. Abutani. 2001. Produksi susu sapi Potong
laktasi dengan teknologi Tabut. Med. Pet. 24. (2) : 51-53.

Suprayogi A, Kusharto CM, Astuti DA. 2010. Produksi fraksi ekstrak daun katuk sebagai bahan feed
additive dalam peningkatan mutu kesehatan susu domba. Laporan Akhir Penelitian
Strategis Unggulan IPB-2010.

Syahwani, R. 2004. Pengaruh cara pemberian pakan dan penambahan probiotik pada pakan
terhadap konsumsi dan kecernaan serat kasar pada domba. Thesis. Program
Pascasarjana IPB, Bogor.

UNDERWOOD, E.J. 1981. The mineral Nutrition of Livestock 2nd Edition. CAB England.

Williamson, G. & W. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan:


Djiwa Darmaja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai