Anda di halaman 1dari 7

Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 1 of 7

Tax Learning  Show All Tax Learning

Tarif dan Fasilitas PPh Badan

Tarif dan Fasilitas PPh Badan

I. Pendahuluan
Kewajiban untuk menghitung sendiri,
menyetor dan melaporkan PPh
terutang merupakan implementasi
dari sistem self assessment yang
dianut di Indonesia. Tidak terkecuali
untuk Wajib Pajak Badan. Pajak
penghasilan badan dikenakan atas
penghasilan kena pajak setelah
dilakukan koreksi fiskal. PPh
Terutang dihitung dengan
mengalikan tarif pajak penghasilan
dengan jumlah penghasilan kena
pajak.

Untuk mendorong berkembangnya usaha kecil dan menengah, struktur tarif


khususnya terkait PPh Badan dirubah menjadi lebih sederhana. Dengan
mengedepankan prinsip keadilan dan peningkatan daya saing, pemerintah
memberikan fasilitas berupa pengurangan tarif.

II. Ketentuan Tarif dan Fasilitas PPh Badan


a. Pasal 17 ayat 1 huruf b
Pada dasarnya tarif PPh Badan menganut tarif tunggal yaitu sebesar 28%. Tarif
ini berlaku pada tahun 2009 kemudian diturunkan menjadi 25% pada tahun
2010. Tarif PPh Badan sebesar 25% efektif berlaku untuk tahun 2010 dan
seterusnya. Tarif ini diterapkan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap.

Contoh penghitungan:
Jumlah Peredaran Bruto Tahun 2015 Rp 54.000.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tahun 2015 Rp 4.000.000.000,-
PPh Badan Terutang = 25% x Rp 4.000.000.000,- = Rp Rp 1.000.000.000,-

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 2 of 7

b. Pasal 17 ayat 2b
Tarif ini diterapkan pada wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% lebih rendah
dari tarif normal. Untuk mendapatkan fasilitas pengurangan tarif ini Wajib Pajak
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor dicatat untuk diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b. Saham sebagaimana dimaksud point a harus dimiliki oleh paling sedikit oleh
300 (tiga ratus) Pihak.
c. Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam point b hanya boleh
memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang
ditempatkan dan disetor penuh
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus
dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
kalender dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.

Contoh penghitungan:
Pada tahun 2015 saham PT. Y Tbk. yang disetor dicatat untuk diperdagangkan
dibursa efek di Indonesia sebesar 60%. Saham yang disetor dicatat untuk
diperdagangkan dibursa efek di Indonesia tersebut dimiliki oleh 400 pihak.
Diantara 400 pihak, Masing-masing pihak persentase kepemilikannya tidak
melebihi 5%, Kondisi tersebut terjadi selama 190 (seratus delapan puluh dua)
hari dalam 1 (satu) tahun pajak.
PT. Y Tbk memenuhi syarat, sehingga PT. Y Tbk memperoleh fasilitas penurunan
tarif.
Jumlah PKP dalam tahun pajak 2015 Rp 1, 25 Miliar
PPh yang terutang = (25% - 5%) x Rp1,25 Miliar = Rp 250 Juta

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 3 of 7

c. Tarif PPh Wajib Pajak Tertentu


Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Ketentuan-ketentuan Pasal 31 E UU No. 36 tahun 2008 sebagai berikut :
a. Fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang- Undang Pajak Penghasilan dilaksanakan dengan cara self
assessment pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan, sehingga Wajib Pajak badan dalam negeri
tidak perlu menyampaikan permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas
tersebut.
b. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak luar negeri, sehingga tidak
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
c. Batasan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) adalah sebagai batasan maksimal peredaran bruto yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri untuk dapat
memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
d. Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan merupakan semua penghasilan yang
diterima dan/atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha,
setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan serta potongan
tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, sebelum dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi:
1) penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final;
2) penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final; dan
3) penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
e. Fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan tersebut bukan merupakan pilihan,
sehingga bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang memiliki akumulasi
peredaran bruto sebagaimana dimaksud pada huruf d di atas sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), tarif Pajak Penghasilan yang
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri
tersebut wajib mengikuti ketentuan pengurangan tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
f. Fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan ini berlaku untuk penghitungan Pajak
Penghasilan Terutang atas Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari
penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final.
g. Untuk menghitung besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan, Wajib
Pajak badan dalam negeri yang telah memenuhi persyaratan fasilitas
pengurangan tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E
ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan wajib menggunakan tarif Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1) Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

Ketentuan Perhitungan Pasal 31E:


a. Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-
PPh terutang = 50% x
25% x Seluruh PKP

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 4 of 7

b. Peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,- sampai dengan Rp


50.000.000.000,- PPh terutang :

PKP dari bagian bruto yang memperoleh fasilitas:

Rp 4,8 Miliar x PKP


Peredaran Bruto

PKP dari bagian bruto yang tidak memperoleh fasilitas :


Keseluruhan PKP – PKP yang memperoleh fasilitas

Contoh penghitungan 1 :
Total peredaran bruto PT A dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta rupiah). Rinciannya adalah
sebagai berikut:
a. Peredaran bruto dari penghasilan yang:
Dikenai PPh bersifat final berdasarkan
1. Rp2.500.000.000,00
PP Nomor 46 Tahun 2013
Dikenai PPh bersifat final atas jasa
2 Rp1.500.000.000,00
konstruksi
3 Dikenai PPh tidak bersifat final Rp 500.000.000,00
Jumlah Rp4.500.000.000,00

b. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:


Dikenai PPh bersifat final
1. berdasarkan PP Nomor 46 Tahun (Rp2.300.000.000,00)
2013
Dikenai PPh bersifat final atas jasa
2 (Rp1.300.000.000,00)
konstruksi
3 Dikenai PPh tidak bersifat final (Rp 400.000.000,00)
Jumlah (Rp4.000.000.000,00)

c. Jumlah penghasilan neto Rp 500.000.000,00

d. Koreksi fiskal :
1) Peredaran bruto dari penghasilan (Rp2.500.000.000,00)
yang dikenai PPh bersifat final
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
2013
2) Peredaran bruto dari penghasilan (Rp1.500.000.000,00)
yang dikenai PPh bersifat final atas
jasa konstruksi
3) Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang Rp2.300.000.000,00
dikenai PPh bersifat final berdasarkan
PP Nomor 46 Tahun 2013
4) Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan dari Rp1.300.000.000,00
penghasilan yang dikenai PPh
bersifat final atas jasa konstruksi
Jumlah (Rp 400.000.000,00)

e. Jumlah penghasilan neto setelah koreksi


Rp 100.000.000,00
f. fiskal
g. Kompensasi kerugian Rp 0,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000,00

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 5 of 7

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang:

Seluruh Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak
Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT A tidak melebihi
Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak 2015:


50% x 25% x Rp100.000.000,00 = Rp12.500.000.00

Contoh penghitungan 2 :

Total peredaran bruto PT B dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp6.000.000.000,00


(enam miliar rupiah).
Rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Peredaran bruto dari penghasilan yang:
Dikenai PPh bersifat final berdasarkan PP
1. Rp4.500.000.000,00
Nomor 46 Tahun 2013
Dikenai PPh bersifat final atas jasa
2 Rp 500.000.000,00
konstruksi
3 Dikenai PPh tidak bersifat final Rp1.000.000.000,00
Jumlah Rp6.000.000.000,00
b. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:
Dikenai PPh bersifat final berdasarkan PP
1. (Rp4.000.000.000,00)
Nomor 46 Tahun 2013
Dikenai PPh bersifat final atas jasa
2 (Rp 200.000.000,00)
konstruksi
3 Dikenai PPh tidak bersifat final (Rp 800.000.000,00)
Jumlah (Rp5.000.000.000,00)

c. Jumlah penghasilan neto Rp1.000.000,000,00


d. Koreksi fiskal :
1) Peredaran bruto dari penghasilan yang (Rp4.500.000.000,00)
dikenai PPh bersifat final berdasarkan PP
Nomor 46 Tahun 2013
2) Peredaran bruto dari penghasilan yang (Rp 500.000.000,00)
dikenai PPh bersifat final atas jasa
konstruksi
3) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan Rp4.000.000.000,00
memelihara penghasilan yang dikenai PPh
bersifat final berdasarkan PP
Nomor 46 Tahun 2013
4) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan Rp 200.000.000,00
memelihara penghasilan dari penghasilan
yang dikenai PPh bersifat
final atas jasa konstruksi
Jumlah (Rp 800.000.000,00)

e. Jumlah penghasilan neto setelah koreksi fiskal Rp 200.000.000,00


f. Kompensasi kerugian Rp 0,00
g. Penghasilan Kena Pajak Rp 200.000.000,00

Penghitungan Pajak Penghasiian terutang:


a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
Rp4.800.000.000,00 x Rp200.000.000,00 = Rp160.000.000,00
Rp6.000.000.000,00
b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp200.000.000,00 - Rp160.000.000 = Rp40.000.000,00

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 6 of 7

Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun 2015 :


a. 50% x 25% x
= Rp20.000.000,00
Rp160.000.000,00
b. 25% x Rp40.000.000,00
= Rp10.000.000.00
Jumlah Pajak Penghasilan
= Rp30.000.000,00
terutang

Template Lembar Penghitungan Fasilitas Pengurangan Tarif PPh Badan


Pasal 31 E UU Pajak Penghasilan

III. Penutup

Secara umum tarif pajak penghasilan terdapat dalam UU No 36 Tahun 2008 Pasal
17. Dengan mengedepankan prinsip keadilan dan peningkatan daya saing,
pemerintah memberikan fasilitas berupa pengurangan tarif. Dalam melaksanakan
hak dan menjalankan kewajiban PPh Badan, wajib pajak harus memperhatikan dan
mencermati berbagai ketentuan yang diatur dalam berbagai ketentuan perpajakan,
tidak terkecuali ketentuan terkait tarif dan fasilitas PPh Badan.

IV. Referensi
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Penurunan
Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk
Perseroan Terbuka
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 02/Pj/2015 Tentang Penegasan
Atas Pelaksanaan Pasal 31E Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018
Tarif dan Fasilitas PPh Badan | Ortax - your center of excellence in taxation Page 7 of 7

Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir


Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=79 30/10/2018

Anda mungkin juga menyukai