Buku Catatan
Buku Catatan
Dosen Pembimbing:
Hendrik Elvian Gayuh Prasetya, S.T., M.T.
NIP 20000000201
1
PROYEK AKHIR
Dosen Pembimbing :
Hendrik Elvian Gayuh Prasetya, S.T., M.T.
NIP 20000000201
i
FINAL PROJECT
Advisor :
Hendrik Elvian Gayuh Prasetya, S.T., M.T.
NIP 20000000201
ii
PEMODELAN SISTEM PENGENDALIAN BOILER FOLLOW,
TURBINE FOLOW DAN COORDINATED CONTROL
PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
BERBASIS HYSYS
Oleh :
Tri Bimantara Satriyo
NRP 3210 131 025
Disetujui oleh :
Tim Penguji Proyek Akhir: Dosen Pembimbing :
Mengetahui,
Ketua Program Studi D4 Sistem Pembangkit Energi
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
9. Achmad Qomarul Mujahidin, selaku rekan kerja
proyek akhir dan rekan pembelajar awam ilmu
pengendalian dan pemodelan pada HYSYS
10. Penduduk kuil barat (Ruang TA, PS-03.08), yang
telah memberi kesan, pesan, motivasi, dan segala
dukungan selama penyelesaian proyek akhir
11. Penduduk kuil timur (Laboratorium Fluida, EN-102),
yang menjadi tempat singgah dan cetak keperluan
proyek akhir disetiap fasenya
12. Saudara-saudari seperjuangan, SPE 2013 (EN-03) dan
personil tambahan dari SPE 2012 (EN-02) yang juga
turut menjadi bagian perjuangan, saudara Awang.
13. Massa kampus dan massa Hima Energi khususnya,
SPE 2014 (EN-04), SPE 2015 (EN-05), dan darah
muda SPE 2016, yang telah memberi dukungan dalam
berbagai hal
14. Kepada semua pihak yang mungkin tidak tersebutkan,
yang telah memberi dukungan dan mungkin penulis
tidak menyadarinya
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.7.2 Rise Time (tr) .......................................................... 21
2.7.3 Peak Time (tp) ........................................................ 22
2.7.4 Maximum (percent) Overshoot (Mp) ...................... 22
2.7.5 Settling Time (ts) .................................................... 22
2.8 Integral Absolute Error (IAE) ........................................ 22
BAB III ........................................................................................ 25
3.1 Pengambilan Data Operasional ....................................... 26
3.2 Pemodelan Strategi Pengendalian ................................... 26
3.2.1 Kondisi Tunak (Steady-State Condition) ............... 26
3.2.2 Kondisi Dinamis (Dynamic-State Condition) ........ 30
3.2.3. Kondisi Dinamis dengan Instrumen ..................... 32
3.3 Pengujian Pengendalian pada Kondisi Open-Loop ........ 36
3.3.1 Strategi Boiler Follow Control ............................... 36
3.3.2 Strategi Turbine Follow Control ........................... 44
3.3.3 Strategi Coordinated Control ................................ 53
3.4 Tuning Parameter Pengendalian ..................................... 59
3.4.1 Tuning Internal Model Control berbasis PID ......... 60
3.4.2 Tuning Direct Synthesis .......................................... 64
BAB IV ........................................................................................ 69
4.1 Analisis Perubahan Set Point .......................................... 69
4.1.1 Boiler Follow Control ........................................... 69
4.1.2 Turbine Follow Control ......................................... 75
4.1.3 Coordinated Control .............................................. 82
4.2 Analisis Perubahan Disturbance ..................................... 87
4.2.1 Boiler Follow Control ........................................... 88
4.2.2 Turbine Follow Control ......................................... 91
4.2.3 Coordinated Control .............................................. 94
BAB V ........................................................................................ 101
5.1 Kesimpulan .................................................................... 101
5.2 Saran .............................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 103
LAMPIRAN .............................................................................. 107
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................ 108
x
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 4.1 Respon Kuantitatif Instrumen IC pada BFC ........... 72
Tabel 4.2 Respon Kuantitatif Instrumen PIC pada BFC ......... 74
Tabel 4.3 Respon Kuantitatif Total pada BFC ........................ 74
Tabel 4.4 Respon Kuantitatif Instrumen IC pada TFC ............ 78
Tabel 4.5 Respon Kuantitatif Instrumen PIC pada TFC ......... 80
Tabel 4.6 Respon Kuantitatif Total pada TFC ........................ 80
Tabel 4.7 Respon Kuantitatif Instrumen IC pada CC .............. 84
Tabel 4.8 Respon Kuantitatif Instrumen PIC pada CC ........... 86
Tabel 4.9 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning IMC-PID ............................ 87
Tabel 4.10 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning DS .................................... 87
Tabel 4.11 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5% pada BFC .................................. 90
Tabel 4.12 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance -5% pada BFC .................................. 91
Tabel 4.13 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5% pada TFC .................................. 93
Tabel 4.14 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance -5% pada TFC ................................... 94
Tabel 4.15 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5% pada CC .................................... 96
Tabel 4.16 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance -5% pada CC ..................................... 98
Tabel 4.17 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning IMC-PID .......................... 98
Tabel 4.18 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning DS ................................... 99
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tabel 1.2 (Lanjutan) Rencana Utama Penyediaan Tenaga
Listrik 2016-2025
Proyeksi Beban Puncak
Penjualan
Tahun Pertumbuhan (non-coincident)
(TWh)
Ekonomi (%) (MW)
2017 7,1 244 40.218
2018 7,5 268 44.130
2019 8,0 292 47.711
2020 6,4 315 51.270
2021 6,4 340 55.299
2022 6,4 366 59.523
2023 6,4 394 64.127
2024 6,4 425 69.058
2025 6,4 457 74.383
Sumber : PT. PLN, Rencana Utama Penyediaan Tenaga Listrik 2016-2025,
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, 2016
4
pada strategi boiler follow, turbine follow, dan coordinated
control
3. Mengetahui performa dari metode tuning Internal Model
Control-PID (IMC-PID) dan Direct Synthesis (DS) pada
strategi boiler follow, turbine follow, dan coordinated
control
4. Menganalisis hasil komparasi antara metode tuning
Internal Model Control-PID (IMC-PID) dan Direct
Synthesis (DS)
5. Mengetahui jenis metode tuning yang tepat sesuai dengan
kebutuhan real plant pada PLTU
6
BAB II
PEMODELAN STRATEGI PENGENDALIAN PADA
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
7
rentang yang luas dari kondisi operasi dan variasi terbesar dari
berbagai sistem dengan menghasilkan semua sifat (property)
termodinamika dan kesetimbangan yang dibutuhkan secara
langsung [18]. Persamaan ini akan membantu menampilkan
proses simulasi berdasarkan plant sebenarnya dengan luaran
dalam bentuk data dan grafik pada kondisi dinamis.
8
(BFC), Turbine Follow Control (TFC) dan Coordinated
Control (CC).
9
Respon pengendalian tersebut mengakibatkan
main steam dari boiler yang akan dikondisikan oleh
turbine governor valve mengalami fluktuasi tekanan.
Kondisi demikian harus segera disesuaikan melalui
respon lanjutan demi menjaga konsistensi produktivitas
sistem. Pressure valve controller akan merespon
kondisi tersebut dengan melakukan pengaturan
pemenuhan udara pembakaran, bahan bakar batu bara
ataupun aliran air umpan. Dari skema tersebut, dapat
diketahui struktur pengendalian BFC adalah feedback.
Konsep dasar pengendalian feedback adalah dengan
menghitung sinyal error dari perbandigan variabel yang
terukur dengan nilai set point proses untuk selanjutnya
melakukan tindakan korektif [9].
Strategi boiler follow control mempunyai
keuntungan respon yang cepat terhadap perubahan
beban dengan dua alasan [19]. Alasan pertama,
penggunaan valve tipe hidrolik pada kondsi operasional
turbine dapat diposisikan untuk mempercepat respon
pada perubahan beban. Alasan kedua, boiler sendiri
merupakan sumber penyimpanan energi dengan energi
panas yang tersimpan pada bagian-bagian logamnya.
Kondisi tersebut memiliki satu kondisi sama pada
proses produksi main steam. Pada saat perubahan
beban, perubahan tekanan pada valve akan
mengeluarkan energi yang tersimpan untuk membantu
pencapaian produksi main steam dalam waktu singkat.
Sedangkan kelemahan pengendalian ini adalah
kemampuan pembacaan tekanan main steam yang
kurang presisi.
2.2.2 Turbine Follow Control
Strategi turbine follow control identik dengan
pengendalian boiler follow control. Hanya saja, respon
10
awal dari perubahan beban yang membedakan
sebagaimana skema pengendalian pada Gambar 2.2.
Saat terjadi perubahan beban pada generator,
sinyal error yang muncul akan diterima oleh indicator
controller untuk melakukan respon pengaturan
pemenuhan bahan bakar demi menjaga produksi main
steam. Selanjutnya, perubahan produksi main steam
yang terindikasi dari parameter tekanan akan direspon
oleh turbine governor valve untuk kemudian melakukan
respon lanjutan dalam menjaga pemenuhan main steam
menuju turbine. Respon yang diberikan berupa
persentase buka tutup valve. Pada skema pengendalian
turbine follow control memiliki skema pengendalian
feedback.
11
pengendalian ini juga tidak dapat menggunakan energi
yang tersimpan pada boiler dalam merespon perubahan
beban dengan cepat. Oleh karena itu, strategi
pengendalian turbine follow control pada penerapannya
sangat jarang berdiri sendiri. Pada strategi lebih lanjut,
turbine follow control sering kali akan menjadi
percabangan pada strategi coordinated control.
2.2.3 Coordinated Control
Strategi coordinated control merupakan jenis
strategi yang dikembangan berdasarkan konsep strategi
boiler follow control (BFC) dan turbine follow control
(TFC).
12
pengendalian feedforward yang memperhitungkan
disturbance sebagai proses antisipasi pengendalian [9].
Sasaran strategi coordinated control adalah
menggunakan sinyal perubahan beban untuk secara
serempak merubah turbine governor valve dan katup
pengendali bahan bakar pada boiler [19]. Strategi
coordinated control memiliki kelebihan respon cepat
namun bersifat kompleks.
Keterangan:
GPI = Gain of PI Controller dengan output dari
pengendalian PID atau MV
Kc = Konstanta proporsional
τi = Konstanta integral
b) Fungsi alih PID
1
𝐺𝑃𝐼𝐷 (𝑠) = 𝐾𝑐 (1 + + 𝜏𝑑 𝑠) (2.2)
𝜏𝑖 𝑠
Keterangan:
GPID = Gain of PID Controller dengan output dari
pengendalian PID atau MV
13
Kc = Konstanta proporsional
τi = Konstanta integral (dapat disimbolkan σi)
τd = Konstanta derivatif (dapat disimbolkan σd)
15
2.6 Metode Tuning
Pengaturan parameter pengendalian PI/PID (tuning)
dapat ditentukan dengan beberapa alternatif teknis sebagai
berikut [15]:
1. Metode Direct Synthesis (DS)
2. Metode Internal Model Control (IMC)
3. Pendekatan Pengendalian tuning
4. Teknik respon frekuensi
5. Simulasi komputer
6. Proses tuning ditempat setelah proses instalasi
sistem pengendalian
Pada pemodelan sistem pengendalian ini digunakan
metode direct synthesis (DS) dan internal model control
berbasis PID (IMC-PID) untuk menentukan nilai gain Kc, σi,
dan σd.
2.5.1 Internal Model Control berbasis PID (IMC-PID)
16
Rivera, Garcia dan Morari, mendeskripsikan IMC
merupakan metode komprehensif berbasis plant yang
telah dikembangkan oleh Morari dan Coworker.
Metode IMC identik dengan metode DS. Kedua
pengendalian tersebut mengacu pada sebuah plant
dalam menentukan parameter pengendalian. Kedua
metode ini juga menghasilkan respon yang identik jika
dalam desain parameter spesifik dalam keadaan konstan
[15]. Namun, IMC memiliki keuntungan dalam
menghasilkan pengendalian berdasarkan performansi
dan ketahanan yang sistematik.
Ramneet Singh, Rahni Bala dan Bhavi Bhatia,
menjelaskan struktur IMC berbasis PID, serta
membandingkan antara penggunaan metode tuning
IMC dengan PID biasa. Tuning IMC berbasis PID
(IMC-PID) dapat mencakup berbagai kebutuhan proses
pada suatu industri dikarenakan pengendalian ini
merepresentasikan ketidak pastian parameter yang
cukup kuat. Algoritma pengendalian IMC-PID adalah
ketidakpastian model pemrosesan yang kuat dan
sederhana. Oleh karena itu, metode tuning IMC-PID
nampaknya dapat bermanfaat menampilkan antara
tradeoff dan performa sistem closed-loop. IMC-PID
juga memberikan solusi yang baik pada suatu proses
penundaan waktu (time delay) yang signifikan dalam
kondisi real-time. IMC-PID telah mengompensasi
ketidakpastian model dan gangguan pengendalian
open-loop [23].
Zhang Yao dan Huang Chunqing pada penelitian
sebelumnya mensimulasikan suatu proses pengendalian
IMC-PID melalui pendekatan FOPDT dengan
mempertimbangan filter (λ) [24]. Penggunaan filter (λ)
dianggap mampu meminimalkan nilai intergral
absolute error (IAE) untuk step response. Dalam
17
simulasi yang dilakukan, filter (λ) memiliki kriteria
mengacu penelitian sebelumnya. Rivera et al. [25]
memberikan nilai λ > 0,8ϴ ; λ > 0,1τ. Chien dan
Freuhauf [26] memberikan nilai ϴ < λ < τ. Sedangkan
Sigurd Skogestad [27] memberikan nilai λ = 1.
Dalam metode penentuan Kc, σi, dan σd, Sigurd
Skogestad merumuskan tahapan-tahapan tuning IMC-
PID sebagai berikut:
1. Melakukan pemodelan sistem yang akan
menghasilkan karakteristik hasil dari persamaan
konsekutif
2. Membuat respon sistem open-loop dengan cara
melakukan pergantian mode controller: auto
menjadi manual. Serta merubah nilai set point
sebesar ±10% dari nilai yang ditetapkan
3. Menggunakan sinyal uji berupa sinyal step. Hal
ini dikarenakan pada sinyal step akan
menghasilkan respon sistem yang mudah untuk
diamati
4. Menggunakan metode FOPDT dari hasil respon
open-loop untuk mendapatkan parameter berupa
nilai K, t63%, t28%, τ, dan ϴ
5. Menentukan parameter pengendalian berupa nilai
Kc, σi, dan σd dengan acuhan nilai fungsi alih
proses dan formula untuk parameter PI/PID pada
Lampiran A.2 Tabel IMC-PID Controller Tuning
Rules [27].
18
2.5.2 Direct Synthesis (DS)
21
2.7.2 Rise Time (tr)
Rise time merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan respon kenaikan setiap perubahan
waktu, misal 10% hingga 90%, 5% hingga 95% atau 0%
hingga 100%. Untuk sistem underdamped pada orde ke
dua, rise time 0% hingga 100% biasa digunakan.
Sedangkan untuk sistem overdamped, rise time pada
umumnya pada 10% hingga 90%.
2.7.3 Peak Time (tp)
Peak time merupakan waktu yang diperlukan oleh
respon untuk mencapai titik puncah pertama overshoot.
2.7.4 Maximum (percent) Overshoot (Mp)
Merupakan nilai puncak maksimum dari kurva
respon diukur dari awal terjadinya perubahan. Untuk
menentukan persamaan maximum overshoot ini dapat
dinyatakan dalam bentuk persentase, sehingga
didapatkan persamaan 2.7 sebagai berikut
𝑐(𝑡𝑝 ) − 𝑐(∞)
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 (%) 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠ℎ𝑜𝑜𝑡 = 𝑐(∞)
(2.7)
23
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
TIDAK
YA
TIDAK
Hasil dan Analisis
Sesuai
Operasional
Sistem
Penyusunan Laporan
Tugas Akhir
Penentuan parameter
tuning IMC-PID dan DS
Selesai
25
3.1 Pengambilan Data Operasional
Pengambilan data operasional dilakukan dengan
meperhatikan unit operasi yang terlibat pada strategi
pengendalian boiler follow control (BFC), turbine follow
control (TFC), dan coordinated control (CC). Berdasarkan
skema strategi pengendalian yang ditampilkan pada Gambar
2.2, 2.3, dan 2.4, didapatkan dua unit operasi yang terlibat,
yakni boiler dan turbine. Data operasional yang digunakan
dapat ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Operasional Boiler dan Turbine pada PLTU
Variabel Parameter Unit Value
o
Temperatur C 352,82
Feedwater
Tekanan bar 182,93
Outlet
Laju Aliran Massa kg/h 927.389,35
o
Temperatur C 535,46
Main Steam Tekanan bar 162,62
Laju Aliran Massa kg/h 976.027,92
o
C
Temperatur 346,07
To Reheat bar
Tekanan 35,50
kg/h
HP Turbine Efisiensi % 82,57
Sumber: PT. PJB UBJOM Pacitan, Lapora Efisiensi Unit#1, 2015.
(a)
28
(b)
Gambar 3.3 (a) Penyusunan Konektivitas Unit
Operasi Steam Drum (b) Proses Subtitusi Data
Operasional pada Worksheet
Pada tahap akhir pemodelan kondisi tunak
(steady), dilakukan penempatan katup (valve) pada
aliran tertentu. Pemilihan penempatan valve didasarkan
pada konsep strategi pengendalian. Langkah tersebut
dilakukan sebagai representasi dari output tiap strategi
pengendalian. Namun, valve tidak diintegrasikan pada
kondisi tunak. Tabel 3.3 merepresentasikan lokasi
penempatan valve.
Tabel 3.3 Lokasi Penempatan Valve
Stream
Valve
Inlet Outlet
Downcomer
Downcomer Downcomer Out
Valve
31
Pemodelan sistem dikatakan berjalan dengan baik
apabila data pada kondisi fluktuasi. Gambar 3.6
menunjukkan sampel data hasil pemodelan sistem pada
kondisi dinamis.
32
dari process variable dan set point sebagai sinyal aksi
pengendalian.
Instrumen pengendalian yang digunakan terdiri
dari indicator control (IC) dan pressure indicator
control (PIC). Pada pengaturan instrumen pengendalian
tersebut, terdapat parameter process variable source
(PV) dan output target object (OP). PV merupakan
variabel dari suatu sistem yang berubah-ubah mengikuti
set point. Sedangkan, OP merupakan aktuator dari suatu
pengendalian yang digunakan untuk memanipulasi PV.
Penempatan instrumen pengendalian pada pemodelan
strategi pengendalian menggunakan object palette:
control ops dan kemudian dipilih PID controller.
Gambar 3.7 menunjukkan penggunaan PID controller.
(a)
(b)
Gambar 3.8 (a) Pengaturan PV (b) Pengaturan OP
34
Pemodelan strategi boiler follow control, turbine
follow control, dan coordinated control yang sudah
diberikan instrumen pengendalian, selanjutnya akan
dilakukan pengujian. Pengujian bertujuan sebatas untuk
mengetahui performa respon masing-masing strategi
pengendalian dalam memenuhi set point tertentu.
Pengujian dilakukan dengan parameter pengendalian
pada pengaturan autotuning, yakni denga nilai Kc, τi,
dan τd yang didapat dari kalkulasi HYSYS secara
otomatis dengan mempertimbangkan property masing-
masing aliran. Pengujian dikatakan baik ditinjau dari
kemampuan masing-masing strategi pengendalian
dalam memenuhi nilai set point tertentu. Jika,
pemodelan kondisi dinamis dengan instrumen
pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka
dilanjutkan dengan pengujian open-loop sebagai
langkah awal penentuan parameter tuning. Gambar 3.9
menunjukkan pengaturan autotuning pada HYSYS.
35
3.3 Pengujian Pengendalian pada Kondisi Open-Loop
3.3.1 Strategi Boiler Follow Control
Mengacu pada skema P&ID strategi boiler follow
control (BFC) pada gambar 2.2. Strategi tersebut
dimodelkan pada HYSYS sebagaimana pada Gambar
3.10. Pemodelan tersebut juga telah disesuaikan dengan
kondisi penempatan instrumen pengendalian seperti
pengaturan manipulated variable (MV) dan process
variable (PV) sesuai Tabel 3.4.
36
Pengujian kondisi open-loop disimulasikan pada
kurun waktu tertentu yang dianggap dapat
merepresentasikan pencapaian kondisi steady pasca
perubahan. Pada pemodelan ini, simulasi dilakukan
selama 30 menit secara real-time.
32300
32200
32100
32000
31900
0 100 200 300 400 500
Time (second)
(a)
17200
17000
16800
16600
0 100 200 300 400 500
Time (second)
(b)
Gambar 3.11 (a) Hasil Pengujian Open-Loop IC pada
BFC (b) Hasil Pengujian Open-Loop PIC pada BFC
37
Gambar 3.11 (a) menujukkan grafik respon dari
process variable (PV) kondisi open-loop pada IC
dengan data output daya (kW) terhadap waktu (detik).
Dari grafik tersebut, dilakukan pendekatan FOPDT
dengan persamaan PRC Cecil Smith [20] untuk
mendapatkan parameter FOPDT yang akan digunakan
dalam proses penentuan parameter tuning IMC-PID dan
DS. Tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Settling Time (ts)
Settling time diperoleh dari perubahan daya hingga
mencapai kondisi steady. Berdasarkan grafik pada
Gambar 3.11 (a), perubahan respon terjadi pada waktu
detik ke-0 dan mengalami steady ada detik ke-500.
Maka, waktu respon yang diperoleh senilai 500 detik.
2. Perubahan Steady-State
Perubahan steady-state didapatkan dari selisih daya
pada detik ke-0 (31.985,4 kW) dan detik ke-500 (32.393
kW). Selisih daya yang diperoleh adalah 407,6 kW.
3. Gain Steady-State (K)
Gain steady-state diperoleh dari perubahan steady-state
dibagi dengan persentase operation valve. Operation
valve adalah persentase opening dari output target
object (OP) dengan span 40% sampai 50%. Maka, besar
persentase operation valve adalah 10%. Sehingga, gain
steady-state diperoleh dari persamaan 2.4 sebagai
berikut
407,6
𝐾= = 4.076
0,1
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon daya menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t63%
adalah dengan mengetahui daya pada persentase 63%
38
untuk kemudian ditambahkan dengan daya pada awal
perubahan (detik ke-0). Sehingga, besar daya pada
persentase 63% adalah 32.300,4 kW. Waktu untuk
mencapai persentase 63% dilakukan dengan proses
interpolasi. Daya 32.300,4 kW berada diantara daya
32.297,8 kW pada detik ke-60 dan 32.317,9 kW pada
data ke-80. Tabel 3.5 menunjukkan tabel interpolasi
untuk t63%.
Tabel 3.5 Interpolasi t63% pada IC Strategi BFC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Daya (kW)
60 32.297,8
y 32.300,4
80 32.317,9
41
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon tekanan menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t63%
adalah dengan mengetahui tekanan pada persentase
63% untuk kemudian ditambahkan dengan tekanan
pada awal perubahan (detik ke-0). Sehingga, besar
tekanan pada persentase 63% adalah 17.040,16 kPa.
Waktu untuk mencapai persentase 63% dilakukan
dengan proses interpolasi. Tekanan 17.040,16 kPa
berada diantara tekanan 17.018,7 kPa pada detik ke-20
dan 17.044 kPa pada data ke-40. Tabel 3.7
menunjukkan tabel interpolasi untuk t63%.
Tabel 3.7 Interpolasi t63% pada PIC Strategi BFC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Tekanan (kPa)
20 17.018,70
Y 17.040,16
40 17.044,00
42
5. Nilai t28%
Nilai t28% merupakan waktu data pada persentase 28%
dari perubahan respon tekanan menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t28%
adalah dengan mengetahui tekanan pada persentase
28% untuk kemudian ditambahkan dengan tekanan
pada awal perubahan (detik ke-0). Sehingga, besar
tekanan pada persentase 28% adalah 16.836,18 kPa.
Waktu untuk mencapai persentase 28% dilakukan
dengan proses interpolasi. Tekanan 16.836,18 kPa
berada berada daya 16.673,00 kPa pada detik ke-0 dan
17.018,70 kPa pada data ke-20. Tabel 3.8 menunjukkan
tabel interpolasi untuk t28%.
Tabel 3.8 Interpolasi t28% pada PIC Strategi BFC
Interpolasi 28%
Waktu (detik) Tekanan (kPa)
0 16.673,00
y 16.836,18
20 17.018,70
43
6. Time Constant (τ)
Time constant pada PIC dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut
𝜎 = 1,5 (36,9644 − 9,4405)
Sehingga diperoleh time constant senilai 41,2857 detik.
7. Dead Time (ϴ)
Dead time diperoleh berdasarkan hasil simulasi open-
loop. Berdasarkan grafik respon kondisi open-loop pada
Gambar 3.11 (b) diperoleh nilai time delay adalah 0.
Berdasarkan pendekatan FOPDT pada grafik
respon kondisi open-loop dari IC dan PIC, dapat
diperoleh parameter FOPDT berupa K, τ, dan ϴ
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Parameter FOPDT pada Instrumen BFC
Instrumen Pengendalian
Parameter
IC PIC
Gain
4.076 5.828
(K)
Time Constant
78,99226 detik 41,2857 detik
(τ)
Dead Time
0 detik 0 detik
(ϴ)
44
kondisi penempatan instrumen pengendalian seperti
pengaturan manipulated variable (MV) dan process
variable (PV) sesuai Tabel 3.4 sebagaimana pada
strategi BFC. Selanjutnya, TFC akan disimulasikan
pada kondisi open-loop pada HYSYS.
45
IC Open Loop Test - Increasing 10%
39000
38500
Power (kW)
38000
37500
37000
36500
36000
0 500 1000 1500 2000
Time (second)
(a)
17600
17550
17500
17450
0 500 1000 1500 2000
Time (second)
(b)
Gambar 3.13 (a) Hasil Pengujian Open-Loop IC pada
TFC (b) Hasil Pengujian Open-Loop PIC pada TFC
Gambar 3.13 (a) menujukkan grafik respon dari
process variable (PV) kondisi open-loop pada IC
dengan data output daya (kW) terhadap waktu (detik).
Dari grafik tersebut, dilakukan pendekatan FOPDT
untuk mendapatkan parameter FOPDT yang akan
digunakan dalam proses penentuan parameter tuning
46
IMC-PID dan DS. Tahapan yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Settling Time (ts)
Settling time diperoleh dari perubahan daya hingga
mencapai kondisi steady. Berdasarkan grafik pada
Gambar 3.12 (a), perubahan respon terjadi pada waktu
detik ke-260 dan mengalami steady ada detik ke-780.
Maka, waktu respon yang diperoleh senilai 520 detik.
2. Perubahan Steady-State
Perubahan steady-state didapatkan dari selisih daya
pada detik ke-260 (36.405,7 kW) dan detik ke-780
(38.060,8kW). Selisih daya yang diperoleh adalah
1.655,1 kW.
3. Gain Steady-State (K)
Gain steady-state diperoleh dari perubahan steady-state
dibagi dengan persentase operation valve. Operation
valve adalah persentase opening dari output target
object (OP) dengan span 42,88% sampai 52,88%.
Maka, besar persentase operation valve adalah 10%.
Sehingga, gain steady-state diperoleh dari persamaan
2.4 sebagai berikut
1.655,1
𝐾= = 16.551
0,1
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon daya menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t63%
adalah dengan mengetahui daya pada persentase 63%
untuk kemudian ditambahkan dengan daya pada awal
perubahan (detik ke-260). Sehingga, besar daya pada
persentase 63% adalah 37.448,4 kW. Waktu untuk
mencapai persentase 63% dilakukan dengan proses
interpolasi. Daya 37.448,4 kW berada diantara daya
47
37.088,7 kW pada detik ke-300 dan 37.462 kW pada
data ke-320. Tabel 3.10 menunjukkan tabel interpolasi
untuk t63%.
Tabel 3.10 Interpolasi t63% pada IC Strategi TFC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Daya (kW)
300 37.088,7
y 37.448,4
320 37.462,0
49
Sedangkan Gambar 3.13 (b) menujukkan grafik
respon dari process variable (PV) kondisi open-loop
pada PIC dengan data output tekanan (kPa) terhadap
waktu (detik). Dari grafik tersebut, dilakukan
pendekatan FOPDT dengan tahapan yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Settling Time (ts)
Berdasarkan grafik pada Gambar 3.12 (b), perubahan
respon terjadi pada waktu detik ke-200 dan mengalami
steady ada detik ke-500. Maka, waktu respon yang
diperoleh senilai 300 detik.
2. Perubahan Steady-State
Perubahan steady-state didapatkan dari selisih tekanan
pada detik ke-200 (17.493,5 kPa) dan detik ke-500
(17.652,5 kPa). Selisih tekanan yang diperoleh adalah
159 kPa.
3. Gain Steady-State (K)
Gain steady-state diperoleh dari perubahan steady-state
dibagi dengan persentase operation valve. Operation
valve adalah persentase opening dari output target
object (OP) dengan span 49,98% sampai 59,98%.
Maka, besar persentase operation valve adalah 10%.
Sehingga, gain steady-state diperoleh dari persamaan
2.4 sebagai berikut
159
𝐾= = 1.590
0,1
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon tekanan menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t63%
adalah dengan mengetahui tekanan pada persentase
63% untuk kemudian ditambahkan dengan tekanan
pada awal perubahan (detik ke-200). Sehingga, besar
50
tekanan pada persentase 63% adalah 17.593,67 kPa.
Waktu untuk mencapai persentase 63% dilakukan
dengan proses interpolasi. Tekanan 17.593,67 kPa
berada diantara tekanan 17.564 kPa pada detik ke-240
dan 17.601,8 kPa pada data ke-260. Tabel 3.12
menunjukkan tabel interpolasi untuk t63%.
Tabel 3.12 Interpolasi t63% pada PIC Strategi TFC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Tekanan (kPa)
240 17.564,00
y 17.593,67
260 17.601,80
52
7. Dead Time (ϴ)
Dead time diperoleh berdasarkan hasil simulasi open-
loop. Berdasarkan grafik respon kondisi open-loop pada
Gambar 3.12 (b) diperoleh nilai time delay adalah 0.
Berdasarkan pendekatan FOPDT pada grafik
respon kondisi open-loop dari IC dan PIC, dapat
diperoleh parameter FOPDT berupa K, τ, dan ϴ
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Parameter FOPDT pada Instrumen TFC
Instrumen Pengendalian
Parameter
IC PIC
Gain
16.551 1.590
(K)
32300
32200
32100
32000
31900
0 100 200 300 400 500
Time (second)
55
3. Gain Steady-State (K)
Gain steady-state diperoleh dari perubahan steady-state
dibagi dengan persentase operation valve. Operation
valve adalah persentase opening dari output target
object (OP) dengan span 40% sampai 50%. Maka, besar
persentase operation valve adalah 10%. Sehingga, gain
steady-state diperoleh dari persamaan 2.4 sebagai
berikut
407,6
𝐾= = 4.076
0,1
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon daya menuju kondisi steady
(settling time). Tahap awal untuk mengetahui t63%
adalah dengan mengetahui daya pada persentase 63%
untuk kemudian ditambahkan dengan daya pada awal
perubahan (detik ke-0). Sehingga, besar daya pada
persentase 63% adalah 32.300,4 kW. Waktu untuk
mencapai persentase 63% dilakukan dengan proses
interpolasi. Daya 32.300,4 kW berada diantara daya
32.297,8 kW pada detik ke-60 dan 32.317,9 kW pada
data ke-80. Tabel 3.15 menunjukkan tabel interpolasi
untuk t63%.
Tabel 3.15 Interpolasi t63% pada IC Strategi CC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Daya (kW)
60 32.297,8
y 32.300,4
80 32.317,9
57
Keterangan:
y = Waktu yang belu diketahui (detik)
y1 = 0 detik
y2 = 20 detik
x = 32.099,53 kW
x1 = 31.985,40 kW
x2 = 32.267,50 kW
Sehingga diperolah waktu pada persentase 28% senilai
9,9255 detik.
6. Time Constant (τ)
Time constant pada IC dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut
𝜎 = 1,5 (62,587 − 9,9255)
Sehingga diperoleh time constant senilai 78,99226
detik.
7. Dead Time (ϴ)
Dead Time diperoleh berdasarkan hasil simulasi open-
loop. Berdasarkan grafik respon kondisi open-loop pada
Gambar 3.15 diperoleh nilai time delay adalah 0.
Sedangkan untuk mekanisme pengujian open-
loop pada PIC yang memiliki struktur dasar
pengendalian feed forward, dilakukan ketika telah
didapatkan parameter PI/PID berdasarkan metode
tuning yang digunakan dengan mengacu pada
mekanisme strategi BFC. Hal tersebut mengacu pada
mekanisme atau tahapan meperoleh parameter feed
forward berupa Kf, σ1, dan σ2 yang disampaikan oleh
Dan Chen dan Dale E. Seborg [28]. Dapat dikatakan
pula bahwa struktur feed forward tidak dapat berdiri
sendiri dan harus didampingi oleh pengendalian dengan
struktur feedback.
58
Berdasarkan pendekatan FOPDT pada grafik
respon kondisi open-loop dari IC dapat diperoleh
parameter FOPDT berupa K, τ, dan ϴ sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17 Parameter FOPDT pada Instrumen CC
Instrumen Pengendalian
Parameter PIC
IC
(feed forward)
Gain
4.076 -
(K)
Time Constant
78,99226 detik -
(τ)
Dead Time
0 detik -
(ϴ)
59
𝜏𝐼
𝐾𝑐 = (2.9)
𝐾 (3𝜆−2𝛽+𝜃)
𝜃2
(3𝜆2 − +2𝛽𝜃−𝛽 2 )
2
𝜏𝐼 = (𝜏 + 2𝛽) (3𝜆−2𝛽+𝜃)
(2.10)
𝜃3
(𝜆3 + 6 −𝛽𝜃2 +𝛽2 𝜃)
𝜃2
2
(2𝜏𝛽+𝛽 )− (3𝜆−2𝛽+𝜃)
(3𝜆2 − 2 +2𝛽𝜃−𝛽 2 )
𝜏𝐷𝑐 = − (3𝜆−2𝛽+𝜃)
(2.11)
𝜏𝐼
17150
17100
17050
17000
16950
16900
16850
0 1000 2000 3000 4000
Time (second)
63
Sehingga diperoleh time constant senilai 1.453,973
detik atau 24, 232 menit.
7. Dead Time (ϴ)
Dead Time diperoleh berdasarkan hasil simulasi open-
loop. Berdasarkan grafik respon kondisi open-loop pada
Gambar 3.16 diperoleh nilai time delay adalah 0Dari
hasil pengujian open-loop untuk feed forward dapat
dilanjutkan untuk mendapatkan parameter Kf, σ1, dan σ2.
Tabel 3.21 menunjukkan parameter PI/PID pada PIC.
Tabel 3.21 Nilai Parameter PI/PID IMC pada PIC
Strategi Pengendalian
Parameter
BFC TFC CC
Kc 0,13778 0,43100 Kf = 3,14
σi 0,47293 0,37100 σ1 = 41,3
σd 0,36445 0,73261 σ 2 = 24,2
𝜏𝐼 = 𝜏 (2.14)
Mengacu pada formula tersebut, maka dapat
diketahui parameter PI/PID pada instrumen
pengendalian IC dan PIC dari masing-masing strategi
64
BFC, TFC, dan CC. Tabel 3.22 menunjukkan nilai
parameter pengendalian IC pada BFC, TFC, dan CC
secara berurutan.
Tabel 3.22 Nilai Parameter PI/PID DS pada IC
Strategi Pengendalian
Parameter
BFC TFC CC
Kc 0,3229 0,0459 0,3229
σi 1,3165 0,7600 1,3165
σd - - -
17100
17000
16900
16800
0 1000 2000 3000 4000
Time (second)
65
2. Perubahan Steady-State
Perubahan steady-state didapatkan dari selisih daya
pada detik ke-0 (16.800,3 kPa) dan detik ke-5.380
(17.030,7 kPa). Selisih daya yang diperoleh adalah
310,4 kPa.
3. Gain Steady-State (K)
Gain steady-state diperoleh dari perubahan set point
sebesar 100 kW. Sehingga, gain steady-state diperoleh
dari persamaan 2.4 sebagai berikut
310,4
𝐾= = 3,104
100
4. Nilai t63%
Nilai t63% merupakan waktu data pada persentase 63%
dari perubahan respon daya menuju kondisi steady
(settling time). Tabel 3.23 menunjukkan tabel
interpolasi untuk t63%.
Tabel 3.23 Interpolasi t63% pada PIC Strategi CC
Interpolasi 63%
Waktu (detik) Tekanan (kPa)
1.500 17.108,30
y 17.108,45
1.520 17.110,80
68
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
32800
32600
32400
32200
Power (kW)
32000
31800
31600
31400 Set Point
31200 IMC-PID
31000 DS
30800
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
70
32800
32600 Set Point
32400 DS
32200 IMC-PID
(b)
Gambar 4.1 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada IC-BFC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada IC-BFC
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui, baik
dengan menggunakan metode tuning IMC-PID maupun
DS, instrumen IC dapat memenuhi perubahan set point
±5%. Secara kondisi plant sebenarnya, kondisi
berdasarkan grafik performa pegendalian pada Gambar
4.1 menandakan bahwa perubahan load pada generator
dapat disesuaikan lebih lanjut oleh luaran beruapa daya
pada HP Turbine.
Menurut parameter analisis kuantitatif perfoma
pengendalian pada instrumen IC, dapat ditinjau dari tiga
aspek, yakni settling time (ST), maximum (%) overshoot
(MO), dan integral absolute error (IAE). Nilai ST, MO,
dan IAE merupakan parameter kuantitatif dari respon
sistem yang dihasilkan. Nilai parameter respon tersebut
bergantung pada nilai Kc, σi, dan σd yang didapatkan dari
masing-masing metode tuning. Semakin tepat metode
71
tunning, maka kualitas respon luaran yang dihasilkan
semakin baik pula.
Berkaitan dengan parameter Kc, σi, dan σd, pada
perameter overshoot, persentase overshoot bergantung
pada nilai Kc yang didapatkan. Semakin besar nilai Kc
yang didapat, maka semakin tinggi nilai maximum (%)
overshoot yang diperoleh. Sedangkan semakin besar
nilai σi yang diberikan, maka nilai IAE yang didapatkan
semakin kecil. Tabel 4.1 menunjukkan perbandingan
hasil analisis kuantitatif performa pengendalian antara
metode IMC-PID dan DS.
Tabel 4.1 Respon Kuantitatif pada IC pada BFC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 27.100 5.600 25.960 7.300
MO (%) 0,00 0,20 0,00 0,00
IAE 120.321,7 119.804,4 95.186,6 94.591,7
72
16950
16900
16850
Pressure (kPa)
16800
16750
16700
Set Point
16650
IMC-PID
16600 DS
16550
0 10000 20000 30000 40000
Time (secnd)
(a)
16950
16900 Set Point
IMC-PID
16850
Pressure (kPa)
DS
16800
16750
16700
16650
16600
16550
0 10000 20000 30000 40000
Time (second)
(b)
Gambar 4.2 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada PIC-BFC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada PIC-BFC
73
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa instrumen PIC
pada perubahan set point ±5% baik menggunakan IMC-
PID dan DS dapat memenuhi set point. Jika disesuaikan
dengan plant sebenarnya, hasil respon perubahan set
point ±5% memberikan informasi bahwa dalam proses
pemenuhan tekanan yang ingin dicapai pada aliran main
steam telah dapat dipenehui oleh unit operasi boiler.
Hasil respon instrumen PIC pada perubahan set point
±5% lebih lanjut dianalisis secara respon kualitatif pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Respon Kuantitatif pada PIC pada BFC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 16.760 24.580 25.960 27.160
MO (%) 0,30 0,10 20,0 0,10
IAE 14.707,2 10.384,1 22.418,6 15.556,5
75
steam. Berdasarkan struktur mekanisme mendapatkan
sinyal error sebagai sinyal inputan tersebut, strategi
memiliki struktur feedback.
Selama melakukan proses aksi pengendalian,
TFC merekayasa kondisi tekanan pada boiler sebagai
langkah awal aksi pengendalian. Rekayasa tersebut
bedampak pada perubahan tekanan masukan main
steam yang selanjutnya akan direspon dengan
pengkondisian berupa buka tutup valve.
Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan perbandingan
hasil respon peruahan set point dengan metode IMC-
PID dan DS. Secara lebih detil, Gambar 4.3 (a) dan (b)
secara berurutan menunjukkan pemodelan strategi TFC
yang disimulasikan dengan uji perubahan set point ±5%
pada instrumen indicator control (IC). Sedangkan,
Gambar 4.4 (a) dan (b) secara berurutan menunjukkan
respon perubahan set point ±5% pada instrumen
pressure indicator control (PIC).
32800
32600
32400
32200
Power (kW)
32000
31800
31600
31400 Set Point
31200 IMC-PID
31000 DS
30800
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
76
32800
32600 Set Point
32400 IMC-PID
32200 DS
(b)
Gambar 4.3 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada IC-TFC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada IC-TFC
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui, baik
dengan menggunakan metode tuning IMC-PID maupun
DS, instrumen IC dapat memenuhi perubahan set point
±5%. Secara kondisi plant sebenarnya, kondisi
berdasarkan grafik performa pegendalian pada Gambar
4.3 menandakan bahwa perubahan load pada generator
dapat disesuaikan lebih lanjut oleh boiler secara
langsung. Selanjutnya, respon yang dilakukan oleh
boiler tersebut akan direspon lebih lanjut oleh HP
Turbine.
Analisis lebih lanjut dilakukan pada performa
strategi TFC dengan analisis respon kuantitatif yang
mempertimbangakan parameter settling time (ST),
maximum (%) overshoot (MO), dan integral absolute
error (IAE). Nilai ST, MO, dan IAE. Tabel 4.4
menunjukkan perbandingan hasil analisis kuantitatif
77
performa pengendalian antara metode IMC-PID dan DS
pada strategi TFC.
Tabel 4.4 Respon Kuantitatif pada IC pada TFC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 11.680 11.100 4.260 10.100
MO (%) 14,0 0,00 0,80 159,4
IAE 86.208,0 85.586,5 80.238,5 88.165,0
78
16950
16900
16850
Pressure (kPa)
16800
16750
16700
(a)
16950
Set Point
16900
IMC-PID
16850
DS
Pressure (kPa)
16800
16750
16700
16650
16600
16550
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.4 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada PIC-TFC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada PIC-TFC
79
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa instrumen PIC
pada perubahan set point ±5% baik menggunakan IMC-
PID dan DS dapat memenuhi set point. Jika disesuaikan
dengan plant sebenarnya, hasil respon perubahan set
point ±5% memberikan informasi bahwa hasil aksi
pengendalian daya luaran HP Turbine yang telah
direspon oleh boiler secara langsung akan diikuti respon
valve yang mengkondisikan ulang main steam yang
menuju HP Turbine. Hasil respon instrumen PIC pada
perubahan set point ±5% lebih lanjut dianalisis secara
respon kualitatif pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Respon Kuantitatif pada PIC pada TFC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 12.780 26.680 15.880 26.580
MO (%) 0,30 0,00 0,40 0,10
IAE 39.879,7 37.360,6 65.848,7 60.661,1
80
Untuk mengetahui performa keseluruhan strategi
TFC dapat ditinjau dari analisis respon kuantitatif total
pada Tabel 4.6. Dari Tabel 4.6, dapat diketahui dengan
metode tuning IMC-PID dalam pengujian perubahan set
point ±5% cenderung memiliki performa yang lebih
baik. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai total IAE
yang lebih kecil dari pada DS berdasarkan respon
kuantitatif. Serta dapat ditinjau dari parameter ST yang
memiliki waktu pemenuhan set point lebih cepat
walaupun memliki simpangan pemenuhan set point
yang besar saat diuji pada kenaikan set point 5%.
Performa IMC-PID yang lebih baik dari pada DS
pada strategi TFC, dapat dikaji lebih lanjut berdasarkan
faktor parameter PI/PI berupa Kc, σi, dan σd. Metode
tuning IMC-PID dan DS pada pemodelan TFC yang
dikondisikan open-loop memiliki orde 1. Hal tersebut
diketahui dari grafik respon open-loop yang non-linier.
Sehingga dapat dilakukan pendekatan dengan
metode forst order plus dead time (FOPDT). Hasil
pendekatan FOPDT pada metode tuning IMC-PID dan
DS memiliki hasil formula penentuan parameter PI/PID
yang berbeda.
IMC-PID memiliki hasil formula pengendalian
PID. Sedangkan DS memiliki formula pengendalian
PII. Perbedaan inilah yang dapat menjadi faktor
kecenderungan performa IMC-PID yang lebih cocok
digunakan dalam skema strategi TFC. Selain itu,
karakteristik strategi TFC yang cenderung lebih lambat
dan stabil dalam melakukan aksi pengendalian dapat
menjadi pertimbangan dalam kecocokan penggunaan
metode tuning IMC-PID. Mengingat, karakteristik
pengendalian PID yang lebih baik dan teliti dalam
menanggapi perubahan yang relatif lambat.
81
4.1.3 Coordinated Control
Strategi coordinated control (CC) sedikit berbeda
dengan strategi BFC maupun TFC. Perbedaan tersebut
meliputi dua hal. Alasan pertama, respon yang muncul
pada strategi CC adalah respon bersamaan terhadap
perubahan load. Alasan kedua, CC memiliki struktur
pengendalian berupa feedback-feedforward. Struktur
yang dimiliki CC berbeda dengan BFC dan TFC yang
hanya memiliki struktur pengendalian berupa feedback.
Perbedaan struktur pengendalian tersebut, dapat
menjadi faktor tertentu dalam melakukan respon
terhadap set point maupun disturbance. Performa
pengendalian CC dapat ditunjukkan pada Gambar 4.5
dan 4.6.
32800
32600
32400
32200
Power (kW)
32000
31800
31600
31400 Set Point
31200 IMC-PID
31000 DS
30800
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
82
32800
32600 Set Point
32400 IMC-PID
32200 DS
(b)
Gambar 4.5 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada IC-CC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada IC-CC
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa baik dengan
penerapan metode tuning IMC-PID maupun DS,
strategi CC dapat mengikuti perubahan set point ±5%.
Secara, plant sebenarnya, dengan menggunakan strategi
CC sistem yang dimodelkan dapat mengikuti perubahan
load dengan cepat dan tepat melalui mekanisme
pengendalian feedback – feed forward. Pengendalian
tersebut memberikan keleluasaan pada instrumen
pengendalian dalam menentukan aksi pengendalian
yang diperlukan. Saat terjadi perubahan beban, strategi
CC dapat menentukan unit operasi boiler atau turbine
yang didahulukan untuk dikendalikan. Berbeda dengan
BFC dan TFC yang harus bertahap dalam aksi
pengendaliannya.
83
Menurut respon kuantitatif IC pada CC dapat
ditunjukkan melalui Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Respon Kuantitatif IC pada CC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 19.540 6.680 17.100 6.680
MO (%) 0,00 0,00 0,00 0,00
IAE 80.835,4 80.818,5 80.420,9 79.791,6
84
16910
16905
16900
16895
Pressure (kPa)
16890
16885
16880
16875
16870 Set Point
16865 IMC-PID
16860 DS
16855
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
16940
16930
16920
16910
Pressure (kPa)
16900
16890
16880
Set Point
16870 IMC-PID
16860 DS
16850
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.6 (a) Hasil Pengujian Closed-Loop +5%
pada PIC-CC (b) Hasil Pengujian Closed-Loop -5%
pada PIC-CC
85
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa instrumen PIC
pada perubahan set point ±5% baik menggunakan IMC-
PID dan DS dapat memenuhi set point. Jika disesuaikan
dengan plant sebenarnya, hasil respon perubahan set
point ±5% memberikan informasi bahwa hasil aksi
pengendalian struktur feedforward pada PIC dapat
memenuhi set point dengan kemampuan tambahan,
yakni meminimalkan pengaruh disturbance. Hasil
respon instrumen PIC pada perubahan set point ±5%
lebih lanjut dianalisis secara respon kualitatif pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Respon Kuantitatif pada PIC pada CC
Parameter IMC-PID DS
Respon +5% -5% +5% -5%
ST (detik) 19.540 6.680 15.880 26.580
MO (%) 10,3 4,30 10,4 3,10
IAE 12.321,8 10.467.2 11.687,9 10.175,8
86
TFC, dan CC yang telah dikombinasikan dengan penerapan
metode tuning IMC-PID dan DS.
Tabel 4.9 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning IMC-PID
Strategi Pengendalian
PR. BFC TFC CC
+5% -5% +5% -5% +5% -5%
ST
27.100 24.580 12.780 26.680 19.540 6.680
(detik)
MO
0,30 0,30 14,3 0,00 10,3 4,30
(%)
IAE 135.028,9 130.188,5 102.087,7 122.947,1 93.157,2 91.285,7
87
boiler. Besar nilai ±5% pada disturbance mengacu pada data
operasional awal dari gas-fired boiler sebesar 1.910 x 108 kJ/h.
Hasil dari pengujian perubahan disturbance dirupakan dalam
bentuk grafik respon pengendalian. Kondisi tersebut akan
diujikan pada strategi boiler follow control (BFC), turbine
follow control (TFC), dan coordinated control (CC) dengan
metode IMC-PID dan DS.
4.2.1 Boiler Follow Control
Berbeda dengan pengujian set point, pengujian
disturbance pada masing-masing strategi pengendalian
termasuk boiler follow control (BFC) dilakukan tanpa
ada perubahan set point. Namun, hanya terdapat
perubahan ±5% dari disturbance. Gambar 4.7 (a) dan
(b) menunjukkan hasil pengendalian pada strategi BFC
ketika diberikan disturbance dengan kenikan 5%.
32850
32800 Set Point
32750 IMC-PID
32700 DS
32650
Power (kW)
32600
32550
32500
32450
32400
32350
32300
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
88
17100
Set Point
17050 IMC-PID
DS
16950
16900
16850
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.7 (a) Pengujian Disturbance +5% pada IC-
BFC (b) Pengujian Disturbance +5% pada PIC-BFC
Berdasarkan Gambar 4.7, dapat diketahui baik
dengan menggunakan metode IMC-PID dan DS,
strategi pengendalian dapat mengkondisikan adanya
kenaikan disturbance 5% yang masuk pada sistem.
Namun, dalam proses menjaga nilai set point, strategi
BFC dengan metode IMC-PID dan DS mengalami
simpangan atau overshoot yang realitf tinggi. Fluktuasi
overshoot yang muncul juga menyebabkan metode
tuning bekerja lebih keras dalam menjaga set point.
Tabel 4.11 menunjukkan respon kuantitatif dari
kenaikan disturbance sebesar 5%.
89
Tabel 4.11 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5%
Parameter IMC-PID DS
Respon IC PIC IC PIC
ST (detik) 24.560 17.180 18.120 16.820
MO (%) 189,4 32,9 184,2 47,6
IAE 42.730,1 7.252,8 40.509,9 10.672,5
32700
32600
32500
Power (kW)
32400
32300
Set Point
32200 IMC-PID
DS
32100
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
90
16920
16900
16880
16860
Pressure (kPa) 16840
16820
16800 Set Point
16780 IMC-PID
16760 DS
16740
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.8 (a) Pengujian Disturbance -5% pada IC-
BFC (b) Pengujian Disturbance -5% pada PIC-BFC
Tabel 4.12 Respon Kuantitatif dari Penurunan
Disturbance -5%
Parameter IMC-PID DS
Respon IC PIC IC PIC
ST (detik) 21.600 16.880 18.600 14.600
MO (%) 41,10 1,20 0,30 0,20
IAE 41.359,0 6.998,4 40.350,5 10.605,0
91
32900
Set Point
32800 IMC-PID
DS
32700
Power (kW)
32600
32500
32400
32300
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
17100
Set Point
17050
IMC-PID
DS
17000
Pressure (kPa)
16950
16900
16850
16800
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.9 (a) Pengujian Disturbance +5% pada IC-
TFC (b) Pengujian Disturbance +5% pada PIC-TFC
92
Tabel 4.13. Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5%
Parameter IMC-PID DS
Respon IC PIC IC PIC
ST (detik) 11.580 9.600 16.440 14.600
MO (%) 1,10 0,10 274,0 0,20
IAE 37.433,7 9.198,9 13.762,2 10.605,0
32600
32550
32500
32450
Power (kW)
32400
32350
32300
32250 Set Point
32200 IMC-PID
32150 DS
32100
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
93
16940
16920
16900
16880
94
32850
32800 Set Point
32750 IMC-PID
32700 DS
32650
Power (kW) 32600
32550
32500
32450
32400
32350
32300
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
17100
Set Point
17050 IMC-PID
DS
Pressure (kPa)
17000
16950
16900
16850
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.11 (a) Pengujian Disturbance +5% pada
IC-CC (b) Pengujian Disturbance +5% pada PIC-CC
95
Pada pengujian perubahan ±5% dari
disturbance berikut dapat ditampilkan hasil respon
strategi CC pada Gambar 4.11 dan 4.12.
Berdasarkan Gambar 4.11 (a) dan (b), dapat diketahui
baik dengan menggunakan metode IMC-PID dan DS,
strategi pengendalian dapat mengkondisikan adanya
kenaikan disturbance 5% yang masuk pada sistem.
Namun, dalam proses menjaga nilai set point, strategi
CC dengan metode IMC-PID dan DS mengalami
simpangan atau overshoot yang realitf tinggi. Fluktuasi
overshoot yang muncul juga menyebabkan metode
tuning bekerja lebih keras dalam menjaga set point.
Tabel 4.15 menunjukkan respon kuantitatif dari
kenaikan disturbance sebesar 5%.
Tabel 4.15 Respon Kuantitatif dari Kenaikan
Disturbance +5%
Parameter IMC-PID DS
Respon IC PIC IC PIC
ST (detik) 11.040 10.180 11.000 8.040
MO (%) 0,30 0,30 274,0 0,20
IAE 25.000 67.269,2 38.631,4 8.419,2
96
32700
32600
32400
32300
Set Point
32200 IMC-PID
DS
32100
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(a)
16920
16900
16880
16860
Pressure (kPa)
16840
16820
16800 Set Point
16780 IMC-PID
16760 DS
16740
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Time (second)
(b)
Gambar 4.12 (a) Pengujian Disturbance -5% pada IC-
CC (b) Pengujian Disturbance -5% pada PIC-CC
97
Tabel 4.16 Respon Kuantitatif dari Penurunan
Disturbance -5%
Parameter IMC-PID DS
Respon IC PIC IC PIC
ST (detik) 11.600 13.880 15.600 13.600
MO (%) 31,10 1,20 0,30 0,20
IAE 21.359,0 5.998,4 20.350,5 4.605,0
98
Tabel 4.18 Respon Kuantitatif Tiap Strategi Pengendalian
dengan Metode Tuning DS
Strategi Pengendalian
PR. BFC TFC CC
+5% -5% +5% -5% +5% -5%
ST
18.120 18.600 16.440 15.000 17.100 13.600
(detik)
MO
23,18 50,00 27,60 27,5 31,03 50,00
(%)
IAE 51.182,1 50.935,5 24.367,2 60.050,6 30.050,6 24.955,5
99
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemodelan strategi boiler follow
control (BFC), turbine follow control (TFC), dan coordinated
control (CC) yang dipadukan dengan penerapan metode
tuning internal model control (IMC) dan direct synthesis (DS)
memiliki kesimpulan sebagai berikut.
1. Strategi Pengendalian BFC, TFC, dan CC yang
diaplikasikan di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
dapat diterapkan pada HYSYS
2. Metode tuning internal model control-PID (IMC-PID)
dan direct synthesis (DS) pada strategi BFC, TFC, dan
CC dapat memenuhi perubahan set point dan
disturbance
3. Metode tuning internal model control-PID (IMC-PID)
dan direct synthesis (DS) pada strategi pengendalian
menghasilkan nilai settling time, maximum (%)
overshoot, dan integral absolute error (IAE) dengan
strategi terbaik dihasilkan oleh CC
4. Penggunaan metode tuning direct synthesis (DS)
cenderung lebih baik diterapkan dibandingkan inter
model control-PID (IMC-PID)
5. Metode tuning direct synthesis (DS) cenderung lebih
baik diterapkan dengan strategi pengendalian yang
digunakan adalah CC
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah menemukan referensi metode tuning yang
baru dan yang sesuai dengan plant. Mengingat metode tuning
secara pertimbangan perkembangan teknologi teruslah
berkembang.
101
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
102
DAFTAR PUSTAKA
103
[8] V. Bolis, C. Maffezzoni, L Ferrarini, “Synthesis of an
overall boiler–turbine control system by a single-loop
auto-tuning technique,”, Control Engng Practice
1995;3(6):761–71.
[9] B. Roffel, B. Betlem, “Process Dynamics and Control
(Modeling for Control and Prediction),” John Wiley &
Sons, Ltd., England. 2006.
[10] K. Åström and T. Hägglund, “Revisiting the Ziegler–
Nichols step response method for PID control,” Journal of
process control, vol. 14, pp. 635-650, 2004.
[11] M. J. Willis, (1999), “Proportional-Integral-Derivative
Control”, http://lorien.ncl. ac.uk/ ming/pid/pid.pdf
[12] R. B. M. Gozali, “Desain Kontrol PID dengan Metoda
Tuning Direct Synthesis untuk Pengaturan Kecepatan
Motor DC,” ISSN 0853-8697, Jember. 2005.
[13] S. Lu and B. Hogg, “Dynamic nonlinear modelling of
power plant by physical principles and neural networks,”
International Journal of Electrical Power & Energy
Systems, vol. 22, pp. 67-78, 2000.
[14] S. M. Amin and B. F. Wollenberg, “Toward a smart grid:
power delivery for the 21st century,” Power and Energy
Magazine, IEEE, vol. 3, pp. 34-41, 2005.
104
[15] D. E. Seborg, T. F. Edgar, D. A. Mellichamp, Francis J.
Doyle III, “Process Dynamics and Control,” 3rd Edition,
pp. 212. 1990.
[16] Brosilow, Coleman, B. Joseph, “Techniques of Model
Based Control,” Prentice Hall PTR, New Jersey, 2002
[17] Ogata, Katsuhiko, “Teknik Kontrol Automatik,”
Diterjemahkan oleh Edi Leksono, Jilid 1, Edisi kedua,
Erlangga, Jakarta, 1996.
[18] M. Kamaruddin, “An Introduction to Chemical
Engineering Simulation,” Universiti Teknologi Malaysia,
Johor, Malaysia.
[19] Black & Veatch, “Power Plant Engineering”, Springer,
ISBN: 0-412-06401-4, New York, 1996.
[20] Smith, Carlos A & Armandi B. Corripio, "Principles and
Practice of Automatic Process Control", US:John Wiley &
Sons Inc. 1985
[21] Ogata, Katsuhiko, “Modern Control Engineering,” Fifth
Edition, pp. 169-170. 2010.
[22] B. W. Bequette, “Process Control: Modeling, Design, and
Simulation,” Prentice Hall Professional, 2003.
[23] S. Ramneet, B. Raja, B. Bhavi, “Internal Model Control
(IMC) and IMC Based PID Controller,” IJARCSSE, vol. 4,
issue 6, ISSN: 2277 128X, 2014.
105
[24] Y. Zhang, C. Huang, “IMC-PID Tuning Method for Stable
FOPDT Processes with Stochastic Time Delay,” IEEE:
Navigation and Control Conference, China, 2014
[25] D. E. Rivera, M. Morari, S. Skogestad, “Internal Model
Control. 4. PID Controller Design,” Ind. Eng. Chem.
Process Des. Dev., vol. 25, no.1, pp. 252-265, 1986.
[26] I. L. Chien, P. S. Fruehauf, “Consider IMC Tuning to
Improve Controller Performance,” Chem. Eng. Prog., vol.
86, pp. 33-41, 1990.
[27] S. Skogestad, “Simple Analytic Rules for Model Reduction
PID Controller Tuning,” Elsevier, 2003.
[28] D. Chen, D. E Seborg, “PI/PID Controller Design Based
on Direct Synthesis and Disturbance Rejection,” Ind. Eng.
Chem. Res. 2002, 41. 4807-4822, University of California,
2002.
[29] M. Dighe, Prof. Kadu C. B., Prof. arvat B. J., “Direct
Synthesis Approach for Design of PID Controller,”
IJAIEM, vol. 3, issue 5, ISSN 2319-4847, India, 2014.
106
Lampiran A.1 Tabel IMC-PID Controller Tuning Rules
Sumber:
S. Skogestad, “Simple Analytic Rules for Model Reduction PID Controller Tuning,” Elsevier, 2003.
107
RIWAYAT HIDUP PENULIS
108