Anda di halaman 1dari 22

BAB II

MUTU LISTRIK

II.1. Umum
Mutu listrik adalah kestabilan, kontinuitas dan pelayanan dari pemasok tenaga
listrik ke pelanggan sebagai pengguna tenaga listrik.
Hal-hal yang berhubungan dengan mutu listrik, antara lain: jumlah/kali padam
per bulan, lamanya padam/bulan, kestabilan frekwensi dan kestabilan
tegangan. Sebagai contoh: peralatan-peralatan listrik yang dipakai pelanggan,
tegangannya telah di sesuaikan oleh pabrik pembuat, dengan tegangan yang
ada dinegara tersebut. Penurunan atau kenaikan tegangan sangat
berpengaruh pada peralatan-peralatan listrik, kadang-kadang dapat
memanaskan peralatan listrik sehingga merusak peralatan listrik tersebut. Jika
tegangan yang dipasok kebeban turun dapat berpengaruh, antara lain:
a. Dapat mempengaruhi pemasukan energi dari pemasok listrik
b. Kuat penerangan dari lampu pijar akan berkurang, jika penerangan
mempergunakan lampu TL, jika tegangan jauh dibawah tegangan nominal,
lampu TL tersebut tidak dapat menyala.
c. Terjadi pemanasan pada kumparan motor induksi yang dipergunakan
pada lemari es, pompa air dan motor-motor induksi yang dipergunakan di
pabrik.

Pada bab ini membahas yang berhubungan dengan mutu listrik antara lain
tentang: tegangan, frekwensi, SAIDI dan SAIFI.

II.2. Beberapa definisi tegangan :


 Sistem Tegangan adalah Tegangan fasa-fasa (rms) pada sistem listrik
arus bolak-balik (frekwensi 50 Hz) sistem tegangan di Indonesia:
tegangan rendah 380 volt atau 400 volt, tegangan menengah 20.000 volt,
tegangan tinggi 70.000 volt & 150.000 volt dan tegangan ekstra tinggi
500.000 volt.

23
 Tegangan Nominal adalah Tegangan fasa-fasa atau fasa-netral (rms)
yang mana sistem tenaga listrik beroperasi (frekwensi 50 Hz) , idealnya 
5% dari sistem tegangan antara beban dasar dan beban puncak. Untuk di
Indonesia + 5 % dan – 10 % dari tegangan nominal.
 Sistem tegangan maksimum adalah tingginya tegangan fasa-fasa
(rms) atau fasa-netral (rms) yang mana peralatan dapat menampung
(frekwensi 50 Hz), tanpa menimbulkan kerusakan pada peralatan
tersebut, untuk sistem tegangan maksimum di Indonesia dengan
kenaikan tegangan + 5 %.
 Tegangan pelayanan adalah tegangan fasa-fasa (rms) atau fasa-netral
(rms) dimana tegangan dari pemasok tenaga listrik dihubungkan ke
beban (frekwensi 50 Hz), misal: dari Gardu Induk dihubungkan ke beban
dengan tegangan 20 kV (fasa-fasa) atau dari gardu distribusi
dihubungkan ke beban dengan tegangan rendah 220 volt (fasa-
netral)/380 volt (fasa-fasa). Tegangan pelayanan dapat dikatakan untuk
tegangan rendah dari Kotak kWh meter ke pemakai listrik.
 Tegangan pemakaian adalah Tegangan fasa-fasa (rms) atau fasa-
netral (rms) di terminal dimana beban tersambung (frekwensi 50 Hz),
misal dari Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) ke peralatan listrik.
 Tegangan pemakaian adalah Tegangan fasa-fasa (rms) atau fasa-
netral (rms) di terminal dimana beban tersambung, misal dari
Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) ke peralatan listrik.

II.3. Klasifikasi Tegangan dan Nomenklatur


Tegangan rendah (TR)
Adalah tegangan sampai dengan 1000 volt, tegangan rendah di
Indonesia mempergunakan tegangan 220 volt - 230 volt fasa-netral atau
disebut satu fasa atau fasa tunggal dua kawat dan tegangan 380 – 400
volt fasa-fasa disebut tiga fasa empat kawat. Tegangan ini, banyak
dipergunakan untuk tegangan pelayanan dari kotak kWh meter Ke
pelanggan ( rumah tinggal).

24
Tegangan menengah (TM)
Adalah tegangan yang besarnya diatas 1000 volt, di Indonesia tegangan
pelayanan yang dipasok dari Gardu Induk sebesar 20.000 volt (fasa-
fasa) disebut tiga fasa tiga kawat.
Sesuai peraturan pada Tarip Dasar Listrik tegangan menengah 20.000
volt, dipergunakan untuk memasok pelanggan mempunyai daya diatas
200.000 VA sampai dengan 30.500.000 VA(8).

Tegangan Tinggi (TT)


Adalah tegangan nominal yang besarnya sampai dengan 230.000 volt
untuk di Indonesia, sebesar 70.000 volt atau 150.000 volt, tegangan ini di
pergunakan pada sistem interkoneksi antara gardu Induk atau antara
Pusat listrik. Dapat juga tegangan tinggi ini dipergunakan untuk pelayanan
beban-beban, yang mempunyai daya diatas 30.500.000 volt(8). Pasokan
dayanya diperoleh dari Gardu Induk atau Pusat Listrik

Tegangan ekstra Tinggi (TET)


Adalah tegangan nominal yang besarnya diatas 230.000 volt atau
dibawah 800.000 volt untuk di Indonesia sebesar 500.000 volt. Tegangan
ini banyak dipergunakan pada transmisi yang mempunyai jarak jauh,
misal interkoneksi yang berada di pulau Jawa, antara Pusat Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Suralaya sampai dengan Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Paiton.

Tegangan Ultra Tinggi (TUT)


Adalah tegangan nominal yang besarnya diatas 800.000 volt, Tegangan
Ultra Tinggi di Indonesia tidak ada.

25
Klasifikasi daya

Sesuai Peraturan Tarip Dasar Listrik , untuk penyambungan ke jaringan


listrik dibagi sebagai berikut:

Daya 450 VA s/d 200 kVA tegangan pasokan 220 – 380 volt
Daya 201 kVA s/d 30.500.000 VA tegangan pasokan 20.000 volt
Daya > 30.500.000 VA tegangan pasokan 70.000 – 150.000
volt

II.4. Beberapa macam mutu listrik

II.4.1. Variasi tegangan:


Variasi tegangan adalah turun naiknya tegangan yang diukur selama 24
jam , kejadian ini karena pemakaian listrik pada siang dan malam hari
tidak sama, dimana pada siang hari umumnya banyak beban-beban yang
mematikan penerangannya, sebaliknya pada malam hari banyak beban
yang mempergunakan penerangan.
Kenaikan beban yang melebihi kapasitas trafo daya, dan tersambung
pada jaringan yang panjang dapat menurunkan tegangan di beban
tersebut .
Untuk mengatasi turunnya tegangan ada beberapa cara, antara lain:
 Trafo di gardu induk dilengkapi sadapan tegangan dengan beban
(on load tap changer) dan sadapan tegangan dengan beban
dikendalikan pengatur tegangan otomatik.
 Beban yang tersambung di jaringan 1 kV/km, misal: tegangan 20
kV, panjang jaringan yang ideal sepanjang 20 km.
 Generator pusat pembangkit tegangannya dikendalikan pengatur
tegangan otomatik ( automatic voltage regulation) yang terpasang
pada penguatannya.

26
Jika pada jaringan distribusi primer mempergunakan tegangan 20.000
volt, tegangan diujung jaringan turun dibawah 18.000 volt (< -10%), untuk
menaikan tegangan di ujung jaringan dapat mempergunakan:

a. Jika faktor daya (power factor) masih baik (> 0,85), tetapi jaringan
tenaga listriknya panjang, dan beban-bebannya sebagian besar bukan
beban induktif, tetapi tegangan < 18.000 volt, Kenaikan tegangannya
dapat mempergunakan line drop compensator atau memasang auto
trafo pada titik dimana tegangan turun paling optimum.
b. Jika jaringan tegangan menengah yang mempergunakan saluran
udara, faktor daya (power factor ) dibawah atau = 0,85 yang
diakibatkan oleh banyaknya beban induktif dan jaringan distribusinya
panjang, tegangan < 18.000 volt dapat mempergunakan kompesator
kapasitor shunt yang terpasang pada saluran udara tegangan
menengah pada titik tegangan dan faktor daya turun.

Menaikkan tegangan ada batasannya, bila terlalu tinggi banyak peralatan


pelanggan bisa rusak, bila dinaikkan diatas + 5%
Misal: dinaikkan 20 % = 220 volt + 20%. 220 volt = 262 volt , lampu pijar
milik pelanggan akan berkurang umurnya dan kemungkinan putus
filamennya. Penjelasannya dapat dilihat pada contoh-contoh dibawah ini.

Contoh 1 : Lampu pijar 40 Watt, tegangan nominal 220 volt, cos 1,


Intensitas cahaya (I) = 1500 lumen
V 2 220 2
tahanan lampu R : =   1210 ohm
P 40
Kalau tegangan naik menjadi 260 volt
V2 260
Maka P =   55,87 Watt
R 1210

Dengan kenaikan daya aktif dari 40 Watt menjadi 55,87


Watt, mengakibatkan kenaikan temperatur pada tahanan
lampu pijar (filamen), sehingga filamen menjadi mudah
putus (umur lampu berkurang).

27
Tegangan diujung jaringan tenaga listrik juga tidak boleh terlalu rendah,
bila terlalu rendah lampu pijar akan menyala dengan suram.

Contoh 2: Tegangan turun menjadi 150 volt (data lain lihat no 1 diatas)
150
Maka: P =  18,60 Watt
1210
Dengan turunnya daya aktif dari 40 Watt menjadi 18,60
Watt,

Maka, Kuat penerangan menjadi:


P2
(I)= x Lumen (I) (II.1)
P1
18,60
= x1500
40

= 697,5 lumen

Dengan penurunan kuat penerangan lampu pijar dari 1500


Lumen menjadi 687,5 lumen, maka penerangannya menjadi
suram.

Penurunan tegangan dapat juga mengakibatkan motor-motor listrik


(motor induksi) yang dipergunakan untuk lemari es pompa air dan lain
sebagainya menjadi panas. (penjelasan lihat bab VIII)

Jadi perusahaan listrik harus menpunyai standar tegangan, sesuai SNI


2000 voltariasi tegangan antara + 5 % dan – 10 % artinya:

Kalau tegangan 20.000 Volt


Kenaikan tegangan = [20.000 + (5%x20.000)] volt = 21.000 volt
Turunnya tegangan = [20.000 – (10%x20.000)] volt = 18.000 volt

28
Kalau tegangan 220 Volt
Kenaikan tegangan = [220 + (5%x220)] Volt = 231 Volt
Turunnya tegangan = [220 – (10%x220)] Volt = 198 Volt

Contoh 3: Suatu jaringan distribusi primer (SUTM) dipasok dari gardu


induk tegangan 150/20 kV , jika tegangan sisi penerima (bus
20 kV) digardu distribusi turun menjadi 16 kV, maka
tegangan disisi tegangan rendah akan turun dibawah 380
volt.

Penyelesaian:

Grafik tegangan dibawah (gambar II.3), bahwa tegangan


adalah fungsi dari jarak makin jauh pasokan listrik dari Gardu
Induk Ke beban (gardu Distribusi) semakin turun
tegangannya.

Untuk pembuktian ini dipergunakan persamaan sebagai


berikut:
VTM Baru
VTR Baru  xVTR Lama (II.2)
VTM Lama

GI

150 kV 20 kV 16 kV

(a)

Gardu Distribusi

Tegangan
Rendah

29
Tegangan

20 kV
16 kV

Jarak

(b)

Gambar II.3. Diagram tunggal jaringan tegangan


menengah (a) dan grafik tegangan (b)

16 kV
VTR Baru  x380 Volt  304 Volt
20 kV

Penjelasan diatas bahwa tegangan menengah turun menjadi


16 kV (fasa-fasa), maka tegangan disisi tegangan rendah
juga turun menjadi 304 volt (fasa-fasa).

Untuk memperoleh tegangan fasa-netral pada sisi tegangan


rendah :

304
VTR fasa-N =  175,5 volt
3
Dengan tegangan fasa – netral 175,5 volt, kuat penerangan
akan menjadi turun.

II. 4.2. Variasi frekwensi

30
Perubahan frekuensi akan menyebabkan berubahnya putaran motor
induksi, Misal: motor induksi dipergunakan untuk mengoperasikan mesin
tenun, dengan frekuensi turun (< 50 Hz), mesin tenun akan beroperasi
dengan kecepatan dibawah nominalnya, perubahan kecepatan ini akan
merubah pula kualitas hasil tenunannya.
Banyak peralatan listrik lainnya yang akan berubah unjuk kerjanya bila
frekuensi berubah, antara lain : meja putar (turn table), motor induksi
untuk pabrik kertas, pompa air, motor induksi untuk lemari es dls.
Perubahan frekuensi ini sangat dipengaruhi oleh naik turunnya beban dan
kesiapan Pusat listrik untuk melayani beban, Jika:

 Daya (Ppembangkit < Pbeban) maka frekuensi < 50 Hz


 Daya (Ppembangkit > Pbeban) maka frekuensi > 50 Hz
 Daya (Ppembangkit = Pbeban) maka frekuensi = 50 Hz

Perusahaan listrik (Pemasok listrik) harus mengusahakan agar frekuensi


sekonstan mungkin, pada umumnya perusahaan listrik dapat
mengusahakan agar variasi frekuensi hanya plus 0.1 Hz dan minus 0.1
Hz pada frekuensi 50 Hz

Contoh 4: Sebuah Motor induksi 1 fasa tegangan 220 volt jumlah pole 4
kutub frekwensi 50 Hz, dijalankan kecepatan 1455 rpm jika
frekwensi turun menjadi 49 Hz maka putaran motor akan
turun

Penyelesaian:

Pada frekwensi 50 Hz

120 f
Ns  rpm (II.3)
p

120 x 50
 1500 rpm
4

31
Kecepatan rortor sebenarnya N = 1455 rpm
Kecepatan slip = NS – N = 1500 – 1455

= 45 rpm
45
Slip = x 100%  3%
1500

Pada frekwensi turun menjadi 49 Hz

120 x 49
N S   1470 rpm
4

1470  1455
Slip = x 100%  1%
1500

Dari penjelasan diatas bahwa penurunan frekwensi dapat


mengakibatkan penurunan slip motor induksi yaitu dari 3 %
menjadi 1 %, hal ini akan berpengaruh pada torsi motor
induksi, padahal beban yang diputar oleh motor induksi
tetap sehingga motor induksi ini menjadi panas.

II.4.3. Harmonik:

32
Tegangan harmonik adalah tegangan frekwensi kelipatan frekwensi dasar,
sebagai dasar penilaian digunakan faktor distorsi total (total distortion
factor). Timbulnya tegangan harmonik tidak saja dikarenakan peralatan
pemakai yang kurang memenuhi syarat, tetapi juga bisa karena peralatan
atau sistem pemasok listrik. Desain generator atau trafo daya yang
kurang baik dapat menimbulkan harmonik. Walaupun harmonik ini kecil
tegangannya tetapi dengan adanya kemungkinan resonansi besi (fero
resonance) tegangan harmonik ini bisa jadi besar (amplified). Kasus
semacam ini tidak terjadi di sistem kelistrikan di Indonesia pada
umumnya.
Untuk di Indonesia batasan harmonik: yang terjadi pada titik sambungan
bersama, dibatasi maksimum(8)
a. Pada sistem 20 kV faktor distorsi total diijinkan maksimum 5%
b. Pada sistem 70 kV faktor distorsi total yang diijinkan maksimum 3%.
c. Pada sistem 150 kV faktor distorsi total yang diijinkan 2% selama
beberapa puluh menit

Untuk memperoleh faktor distorsi total dapat mempergunakan persamaan


(II.4)


=  Bn
1
2
(II.4)

dimana :

Un
Bn = dengan n  2
U1

Atau

tegangan harmonik ke n
Bn = tegangan frekwensi dasar

Arus harmonik timbul karena adanya beban yang tidak linier. Arus
harmonik akan menambah besar arus dipenghantar netral. Adanya arus

33
harmonik dapat meningkatkan rugi jaringan karena energi harmonik tidak
dapat diukur meter kWh standar.

II.4.4. Kelip tegangan ( flicker)

Motor dengan asutan langsung, tanur busur untuk peleburan besi


menimbulkan susut tegangan yang mendadak dan berulang-ulang yang
besarnya hanya antara 0.5% sampai 6.5%. Susut tegangan ini disebut
kelip (flicker). Kelip pertama kali diteliti dengan lengkap oleh Utilities
Coordinated Research, Inc. New York dan diterbitkan pada tahun 1937
dengan judul"The VOLTisual Perception and Tolerance of Flicker". Karena
lampu pijar merupakan peralatan yang dominan dan juga merupakan alat
yang paling sensitif terhadap kelip, penelitian tersebut dititik beratkan
pada pengaruh kelip pada lampu pijar.
Khusus untuk tanur busur listrik beberapa perusahaan listrik mengadakan
pengawasan kelip

II.4.5. Ketidak seimbangan tegangan:

Beban-beban yang dipasok dari sistem pembangkitan maupun sistem


generator (Pembangkit sendiri) dipergunakan untuk penerangan, industri
dll.
Karena pemakaian dari beban-beban ini tidak bersamaan penyalaannya,
sehingga mengakibatkan beban tiap fasanya tidak seimbang, ketidak
seimbangan beban setiap fasanya dapat mengakibatkan penghantar
netral yang dipasok dari gardu distribusi dengan sistem 3 fasa 4 kawat
mengalir arus, hal ini sangat merugikan pada pasokan sistem tenaga
listrik.
Jika pasokan listriknya diambil dari generator kecil dapat merusak
kumparan stator yang diakibatkan adanya arus negatif sequence yang
masuk ke generator sehingga generator tersebut dapat menimbulkan
pemanasan, sebaliknya kalau pasokan listriknya dari sistem besar

34
misalnya dari sistem interkoneksi arus negatif sequence ini tidak
dirasakan oleh generator yang sedang beroperasi.
Pada sistem tegangan rendah, jika penghantar netral putus dapat
mengakibatkan naiknya tegangan pada fasa yang mempunyai beban
rendah dan beban yang mempunyai beban besar tegangan akan turun,
hal ini sangat merugikan beban (pelanggan)

II.4.6. Keandalan:

Keandalan adalah pengertian tentang kontinuitas pelayanan dari pemasok


tenaga listrik ke pelanggan baik pelanggan Tegangan Tinggi, pelanggan
Tegangan menengah maupun pelanggan Tegangan rendah tanpa adanya
pemadaman selama pelanggan tersebut memakai tenaga listrik dari
pemasok tenaga listrik.
Tetapi pemadaman ini tidak dapat dihindari karena gangguan-gangguan
yang terjadi sering dialami oleh jaringan tenaga listrik
Misal:
a. Jaringan dialam terbuka (SUTT, SUTM) gangguan yang terjadi
disebabkan pohon, petir dan binatang.
b. Jaringan yang mempergunakan kabel bawah tanah, gangguan yang
terjadi disebabkan terpacul atau beban lebih
Untuk itu setiap pemadaman yang terjadi akibat gangguan atau di
sengaja atau terencana terdapat indek keandalan yaitu: suatu besaran
untuk membandingkan penampilan misal sistem distribusi, dua indeks
keandalan yang paling sering digunakan dalam sistem distribusi adalah
indeks pemadaman rata-rata (f) dan indeks lama pemadaman rata-rata
(d)

II.4.6.1. Indeks frekwensi pemadaman rata-rata (f)(7) atau SAIFI =


system average interuption frequency indexs

35
Adalah Jumlah pelanggan yang mengalamai pemadaman dalam satu
tahun dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani

C i
(II.4)
f i 1
pemadaman / tahun
N

Dimana:
m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun
Ci = Jumlah pelanggan uang mengalami pemadaman
N = Jumlah pelanggan yang dilayani

Indeks keandalan ini dapat dihitung dari angka keluar komponen yang
menyebabkan pemadaman:

n
f   Ci X i pemadaman / tahun (II.5)
i 1

Dimana
I = angka keluar komponen yang menyebabkan pemadaman (indeks dari
komponen)
Xi = Panjang penyulang atau unit komponen
Ci = Jumlah pelanggan per unit yang mengalami pemadaman
N = Banyaknya komponen yang keluar yang menyebabkan pemadaman

II.4.6.2. Indeks lama Pemadaman Rata-rata / sytem average


interuption duration indexs (SAIDI)

Adalah Jumlah lamanya pemadaman yang dialami kosumen dalam satu


tahun, dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani (7)

C t i i
(II.6)
d i 1
jam / tahun
N

36
Dimana:
m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun
t i = lamanya tiap-tiap pemadaman
Ci = Jumlah pelanggan yang mengalami pemadaman
C = Jumlah pelanggan yang dilayani

Indeks keandalan ini dapat juga di hitung dari angka keluar komponen
yang menyebabkan pemadaman dan waktu pemulihan pelayanan
n  m 
d   X i A i   C ij t ij  jam / tahun (II.7)
i 1  j 1 
Dimana:
Ai = angka keluar komponen yang menyebabkan pemadaman
Xi = panjang penyulang atau jumlah unit komponen
ni = jumlah komponen yang keluar menyebabkan pemadaman
mi = jumlah dari fungsi kerja yang terlibat dalam pemulihan pelayanan
Cij = jumlah pelanggan per unit yang mengalami pemadaman selama
langkah demi langkah dari operasi (j = indeks dari operasi kerja)
tij = Waktu yang diperlukan dalam langkah demi langkah dari operasi kerja
pemulihan

Indeks keandalan dari beberapa sistem Distribusi (7)


SISTEM f(%) d(%)
1. SUTM sistem radial 267 483
2. SUTM sistem radial 261 294
dengan menggunakan
pemisah otoma tis di tengah-
tengah 100 100
3. SKTM sistem spindel 100 76
4. SKTM sistem spindel
dengan pusat Pengatur 0,83 0,29
jaringan Distri busi
5. Saluran kabel sistem
Spot load

37
Catatan:

Tabel diatas diperoleh dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:


a. Panjang SUTM = 16 km
b. Panjang SKTM = 16,5 km
c. Jika f = 100 % = 1,199 kali / tahun
d. Jika d = 100 % = 4,364 jam / tahun

Contoh 5. Penjelasan SAIFI dan SAIDI dengan contoh angka-angka :


Sebuah Cabang disuplai oleh 5 buah gardu induk dengan
jumlah pelanggan :
Gardu induk A = 5.000 pelanggan
Gardu induk B = 15.000 pelanggan
Gardu induk C = 10.000 pelanggan
Gardu induk D = 10.000 pelanggan
Gardu induk E = 7.000 pelanggan
Gardu induk F = 8.000
+ pelanggan

Jumlah = 55.000 pelanggan

Selama tahun 1987/88 terjadi gangguan-gangguan sebagai


berikut :Gardu induk A memadamkan 5,000 pelanggan
selama 1,0 jam.
Penyulang gardu induk D memadamkan 1,000 pelanggan
selama 0,2 jam.
Penyulang gardu induk C memadamkan 5.000 pelanggan
selama 2,0 jam.
Penyulang gardu induk B memadamkan 4.000 pelanggan
selama 0,5 jam.
Penyulang gardu induk D memadamkan 2.000 pelanggan
selama 1,75 jam

Frekuensi pemadaman rata-ata ( SAIFI):

38
= {1 x 5000 + 1 x 1000 + 1 x 5000 + 1 x 4000 + 1 x 2000}/55.000
= 0,31 kali/tahun

Lama pemadaman rata-rata SAIDI:


= {1,0x1x5000 + 0,2x1x1000 + 2,0x1x5000 + 0,5x1x4000 +
1,75x1x2000}/55.000
= 0,376 jam/tahun.

Setiap peralatan listrik harus memperhatikan BIL (Basic Insulation


Levoltel), jika sistem tegangan yang dipergunakan semakin tinggi, biaya
isolasi semakin tinggi pula, sehingga biaya pembuatan peralatan listrik
makin mahal. jika ditinjau dari segi ekonomi hal ini tidak
menguntungkan.
Pada tabel 2.1. kolom 1 tertera nilai-nilai isolasi yang diterapkan, kolom 2
tertera BIL yang dipergunakan dan kolom 3 tertera nilai BIL besarnya
80 % dari kolom 2.

Tabel II.1 BIL untuk sistem tegangan

Sistem BIL 80 % BIL


Tegangan (kVolt) (kVolt)
(kVolt)
1,3 30 24
8,7 75 60
12 95 76
23 150 120
34,5 200 160
66 250 200
69 350 280
92 450 360
115 550 440
138 650 520
161 750 600

39
180 825 660
196 900 720
230 1050 840
260 1175 940
287 1300 1040
345 1550 1240
Dikutip dari Artono Arismunandar; Teknik Tegangan Tinggi 1994

Sistem tenaga listrik yang dipasok dari Pusat listrik kebeban di Interkoneksi
satu dengan yang lain ( antar Pusat listrik ), gambar II.1 memperlihatkan
sistem generator, transmisi dan distribusi primer.
Gambar II.2. adalah diagram tunggal, Sistem tenaga listrik dengan
tegangan 500.000 volt, tegangan ini diturunkan di GI Transmisi (Inter Bus
Transformer) menjadi 150.000 volt yang dihubungkan ke GI Distribusi, di
GI Distribusi tegangan diturunkan menjadi 20.000 volt selanjutnya ke
Gardu Distribusi tegangan menjadi 220/380 volt yang dipasok ke beban.

40
G
Transmisi
PLTD

PLTD PLTD

G G

Gambar II.1 Diagram tunggal dari sistem Tenaga Listrik yang di interkoneksi

PLTGU

500 kV
GI Transmisi
PLTU (IBT 500 /150 kV)

EHVOLT 500
kVOLT
500 kV

500 kV 500 kV
GI Transmisi
(IBT 500 /150 kV)

PLTP
PLTA

TT 150 kV

150 kV
GI Distribusi
Sambungan
20 kV rumah
Pelanggan

Jaringan 20 kV 220-380 volt


Distribusi
primer 20 kV
Gardu Distribusi
Jaringan
Distribusi
sekunder

Beban TR
Gambar II.2. Sistem tenaga listrik
41

Gambar II.2. Sistem tegangan di Pulau Jawa


42
Gambar II.2. Sistem tegangan di Pulau Jawa

Beban TR

Soal-soal

Pasokan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke beban melalui gardu
distribusi mempergunakan tegangan 20 kVOLT/220-380 VOLT pada saat
beban puncak antara pukul 18.00 s/d 22.00 menyebabkan tegangan di sisi
tegangan rendah turun menjadi 170 VOLT (fasa netral) ditanyakan:
a. Kuat penerangan dari lampu pijar pada saat tegangan turun
jika diketahui Lampu pijar 40 Watt, tegangan nominal 220 VOLT, cos
1, kuat penerangan (I) = 1500 lumen dan bagaimana akibat dari
penurunan tegangan tersebut.
b. Jika frekwensi turun menjadi 47 Hz secara tiba-tiba dari
sistem akibat ada unit pembangkit yang lepas karena gangguan
bagaimanakah putaran dari motor induksi jika diketahui sebuah Motor

43
induksi 1 fasa tegangan 220 VOLT jumlah pole 4 kutub frekwensi 50 Hz,
dijalankan kecepatan 1455 rpm.

44

Anda mungkin juga menyukai