Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA,


ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA MASA
DEPAN, DAN HUBUNGAN PENDIDIKAN PANCASILA
DENGAN ILMU-ILMU LAIN

Disusun oleh:
Kelompok 13
1. ADELINA MISILU 18101103054
2. ANNISA LUMATAUW 18101103056
3. DIAN APRILIANI SARYONO 18101103048
4. DIAN MASHITA PUTRI 18101103064
5. INDRIANI SUHARDIN 18101103022
6. NURFITRIA MINGGU 18101103015
7. PEDRA VAN GOBEL 18101103026
8. RESI SAMBARU 18101103041
9. ROSTIANA MAMONTO 18101103067
10. SEPTIA RIZKY SAPUTRI 18101103068

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

I. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila ....................................... 1


II. Esensi dan Urgensi Pendidikam Pancasila Masa Depan ..........................
III. Hubungan Pendidikan Pancasila dengan ilmu-ilmu lain ........................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ iii
I. DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA

 Dinamika Pendidikan Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yang sangat
panjang. Pada awalnya Pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yaitu dalam adat istiadat, agama-agama sertadalam pandangan hidup bangsa. Oleh
karena itu nilai-nilai pancasila telah diyakini kebenarannya, kemudian diangkat menjadi
dasar negara sekaligus sebagai ideologi bangsa.

“Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui
proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, diilhami oleh ide-ide besar dunia, dengan tetap berakar pada
kepribadian bangsa kita sendiri dan ide besar bangsa kita sendiri,” demikian ditandaskan oleh
Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Ulang Tahun Parkindo yang ke-24 di Surabaya pada
15 Nopember 1969.

Nama Pancasila lahir atas usulan atau ide Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945
pada sidang BPUPKI yang pertama. Saat itu usulan beliau disambut hangat oleh para hadirin
dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Dengan demikian BPUPKI mencapai sepakat kata,
bahwa Negara Indonesia akan dibangun atas dasar lima sila yang disebut Pancasila.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. menurut
Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari
sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan
masyarakat Indonesia. . Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas
Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka Pancasila merupakan
intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap
toleran terhadap adanya perbedaan.
Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara
yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
 Argumen tentang dinamika pancasila sebagai dasar negara

A. Perkembangan Pancasila pada Masa Kependudukan Jepang.

Jepang menduduki Indonesia kurang lebih selama 3,5 tahun. Walaupun masa pendudukan
Jepang merupakan masa yang amat berat di dalam sejarah bangsa Indonesia, namun demikian
periode itu merupakan suatu momentum yang memacu gerakan kebangsaan dan gerakan
kemerdekaan Indonesia.

Pada awalnya jepang membuat suatu kebijakan politik yang dimaksudkan agar bangsa
Indonesia menjadi salah satu bagian dalam kekuatan Jepang. Namun hal itu secara tidak
langsung membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih mematangkan pertumbuhan
pergerakan kebangsaan dan gerakan Indonesia Merdeka.

Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 maret 1945. Tugas badan ini
ialah untuk mempersiapkan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan kemerdekaan
bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata pemerintahan dll. Melalui badan bentukan Jepang inilah
para pemimpin Indonesia merancangkan sebuah dasar negara. Dan di dalam badan ini pula
pemikiran tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia muncul.

Dalam masa tersebut, walaupun ideologi kebangsaan merupakan faktor yang dominan di dalam
perkembangan pemikiran pada waktu itu, namun status Pancasila belum menjadi dasar negara
dan belum mempunyai kekuatan hukum secara utuh, karena belum ada negara Indonesia yang
merdeka.

B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama.

Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat itulah bangsa
Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945 BPUPKI mengesahkan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan demikian, maka Pancasila yang dalam artian
lima dasar negara resmi menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerinta negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain itu
praktik kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut serta membentuk
perkembangan pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.

C. Perkembangan Pancasila Selama Periode Berlakunya Konstitusi RIS.

Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), kedudukan pancasila tidak dapat ditangguhkan
sebagai dasar negara yang tunggal, meskipun beberapa kali para nasionalis islam menggugat
dasar negara Indonesia di beberapa sidang konstituante. Meskipun nama Pancasila tidak
terdapat di dalam Pembukaan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), status Pancasila
sebagai ideologi kebangsaan, dasar negara dan dumber hukum tetap tertahan di dalam periode
ini. Bahkan perkembangan akan pemikiran mengenai Pancasila menunjukkan suatu kemajuan
di kalangan masyarakat akademis.

D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950.

Pemikiran tentang lima dasar megara ada terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi RIS,
nama Pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian, pendapat bahwa
lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang.
Perumusan mengenai dasar negara tetap mencerminkan pemikiran Ideologi Kebangsaan.
Dengan demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap
berkelanjutan.

E. Perkembangan Pancasila Selama Orde Lama.

Dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di dalam Majelis Konstituante,
Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya adalah:

a. Membubarkan konstituante.

b. Menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

c. Pembentukan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).


Dengan keluarnya dekrit Presiden Soekarno tersebut, maka berlakulah kembali UUD 1945, dan
secara otomatis dinyatakan pula eksistensi Pancasila sebagai dasar negara. Dengan dekrit
tersebut, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan sumber hukum dikukuhkan, meskipun
hal ini tidak disampaikan secara langsung dalam dekrit Presiden Soekarno tersebut. Dan hal itu
pula yang menyebabkan terjadinya pergulatan ideologi tidak berhenti.

Selama era Orde Lama, Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin dalam memimpin
negara Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan sila keempat Pancasila
mengenai pengambilan keputusan berdasarkan permusyawaratan perwakilan. Soekarno juga
menyampaikan sebuah konsep politik integrasi antara tiga paham dominan saat itu yaitu
nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM) yang kemunculannya lebih sering dibandingkan
dengan dasar negara Indonesia itu sendiri.

F. Perkembangan Pancasila Selama Orde Baru.

Apabila pada masa sebelumnya pemikiran pancasila masih dilipui dengan ditanamkannya
ideologi-ideologi lain kedalam penafsiran Pancasila, maka pada masa orde baru ini
menampilkan pemikiran pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
sebagai tema pemikiran utama. Pada masa ini,pandangan umum mengenai Pancasila kembali
dikuatkan dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu rangkaian integratif dengan
UUD 1945 (Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa harus sepaham
dengan Pancasila.

G. Perkembangan Panacasila Selama Reformasi.

Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden Soeharto harus
lengser dari jabatannya sebagai presiden. Namun sampai saat ini, nampaknya gerakan reformasi
tersebut belum membawa perubahan yang signifikan mengenai pengamalan pancasila di
masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul di masyarakat
atau bahkan dalam pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi di dunia politik, atau bahkan masih ada orang yang dengan sengaja memaksakan
kehendaknya demi kepentingan dirinya sendiri.

Namun hal itu masihlah wajar, mengingat gerakan reformasi di Indonesia ini masih belum lama,
atau bahkan masih bisa dikatakan dalam masa proses. Selain itu gerakan reformasi ini juga
tampaknya tidaklah sepenuhnya gagal, melalui gerakan ini banyak mucul tokoh-tokoh yang
unggul, berkompeten dan memihak pada rakyat.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat terhadap politik,
sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang timbul di bidang
pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi, sehingga
mereka bebas mengeluarkan ide atau gagasan-gagasan yang menurut mereka bisa membantu
mengatasi masalah dalam bidang politik.

Pada tahun 2004 sampai sekarang, mulai berkembang gerakan-gerakan yang bertujuan untuk
membangun kembali semangat nasionalisme melalui seminar-seminar dan kongres. Hal itu
bertujuan untuk menjaga eksistensi pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara bangsa
Indonesia. Melalui gerakan tersebut diharapkan penanaman dan pengamalan terhadap nilai-
nilai pancasila semakin tinggi, baik di dalam pemerintahan maupun masyarakat itu sendiri.

 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pondasi utama untuk membangun bangsa. Maka
nilai-nilai Pancasila harus terus dilestarikan dalam diri bangsa Indonesia. Sebagai pandangan
hidup bangsa, Pancasila memegang peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan nilai luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus tertanamdalam jiwa
raga bangsa Indonesia.

Di era globalisasi yang seperti ini, banyak hal yang akan berpotensi merusak moral serta nilai-
nilai Pancasila yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia. Dalam menghadapi perkembangan
dunia modern Pak Harto mensinyalir: “Sering timbul kekeliruan penilaian terhadap kepribadian
ini. Orang menyamakan kepribadian bangsa yang berakar dari sejarah dan kebudayaan sendiri
yang tua dengan nilai-nilai tradisionil yang umumnya diangkat sebagai rantai-rantai yang
membelenggu proses pembaharuan dan kemajuan. Memang sulit untuk menyangkal, bahwa
tidak semua nilai-nilai tradisionil itu cocok dengan tuntutan-tuntutan kemajuan, khususnya
terhadap tuntutan hidup berorganisasi modern dan pembangunan ekonomi yang rasionil. Tetapi
ini tidak berarti, bahwa nilai-nilai ‘45 yang merupakan kepribadian bangsa yang berakar pada
sejarah dan kebudayaannya sendiri harus ditinggalkan. Persoalannya terletak pada kemampuan
bangsa itu untuk memelihara nilai-nilai luhur yang menjadi kepribadiannya, meneruskannya
dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya dengan segala proses penyesuaian menuju
masyarakat modern. Sekali proses penerusan dan penyesuaian itu terlampaui dengan berhasil,
maka terjaminlah tumbuhnya masyarakat baru yang kuat, bersatu dan dinamis.”

Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang terjadi, agar nilai-
nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah luntur. Pancasila haruslah tetap
menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan-
tantangan yang ada baik dalam hal politik, ekonomi, agama maupun sosial budaya. Hal tersebut
dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia
tidaklah hilang karena adanya budaya-budaya asing yang masuk.

 Tantangan Pendidikan Pancasila


Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi
kerakyatan, misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi pro-
”kapital”. Pasar-pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya dilakukan
seolah-olah sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat
mulai kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya
kritisnya karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan global. Nasib buruh
semakin ternistakan karena keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang
membiarkan praktik outsourcing yang kerap tak manusiawi.
Elite politik tampak membiarkan dirinya tercebur dalam pusaran arus global tanpa proteksi.
Kebanggaan diri sebagai bangsa bukan lagi menjadi acuan. Orientasi hidup hanya mencari
popularitas, maka munculnya fenomena ”mengiklankan diri sendiri” tanpa memerhatikan aspek
penderitaan rakyat. Pemerintah sulit menjadikan rasa empati sebagai bahan pertimbangan
utama merancang kebijakan, yang di luar terlihat populis tetapi substansinya sebenarnya
menindas.
Pancasila kita sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila kita sedang
berhadapan dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila kita
juga sedang menghadapi tantangan bagaimana membuat orang-orang beragama lebih toleran
terhadap lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama dengan sila-
sila lainnya. Sebagai bangsa yang bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak boleh dilakukan
dengan cara menegasikan kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap dijunjung sehingga tercipta
suasana adil dan beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab,
kebijakan sosial-politik-ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Jika kita gagal menerapkan Pancasila dalam makna sesungguhnya, sebenarnya
Pancasila tak sakti lagi.
Telah bertahun-tahun tahun kita hidup hanya sebagai bangsa yang dipaksa untuk
menghafal sila-sila Pancasila demi kekuasaan, bukan manifestasinya dalam kehidupan nyata.
Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini membuat keadaban publik saat
ini mengalami kehancuran. Fungsi sebagai pelindung rakyat tidak berjalan sesuai dengan
komitmen. Keadaban publik yang hancur inilah yang sering kali merusak wajah hukum,
budaya, pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini rupanya membuat wajah masa depan
bangsa ini semakin kabur.
Upaya untuk “membumikan” Pancasila di tengah bangsa Indonesia ternyata banyak
menghadapi tantangan dan cobaan. Tantangan terhadap Pancasila sudah mulai tampak sejak
masa-masa awal bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Tantangan terhadap
eksistensi Pancasila tidak hanya bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal.
Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh,
Maluku, dan Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan
tegas dalam menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap
eksisnya keutuhan Bangsa Indonesia dan pancasila.
Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar berupa
mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti saat ini, dimana batas negara sudah
tidak tampak lagi dan semua ini menuntut adanya keterbukaan dan transparansi. Maka
Pancasila sebagai benteng terakhir bangsa, menghadapi tantangan yang cukup berat. satu
tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya oleh para
pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan rakyat dan
penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih Jawa dan luar
Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab oleh bangsa ini.
Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian
dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan
keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan.
Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi
kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik uang.
Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau
keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau
bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang
kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.
Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia
kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan
yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan
langsung diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apaun
peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi informasi
masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam.
Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan budaya yang menggilas
bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan
arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia.
 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pondasi utama untuk membangun bangsa.
Maka nilai-nilai Pancasila harus terus dilestarikan dalam diri bangsa Indonesia. Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila memegang peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila merupakan nilai luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus
tertanamdalam jiwa raga bangsa Indonesia.

Di era globalisasi yang seperti ini, banyak hal yang akan berpotensi merusak moral serta
nilai-nilai Pancasila yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia. Dalam menghadapi
perkembangan dunia modern Pak Harto mensinyalir: “Sering timbul kekeliruan penilaian
terhadap kepribadian ini. Orang menyamakan kepribadian bangsa yang berakar dari sejarah dan
kebudayaan sendiri yang tua dengan nilai-nilai tradisionil yang umumnya diangkat sebagai
rantai-rantai yang membelenggu proses pembaharuan dan kemajuan. Memang sulit untuk
menyangkal, bahwa tidak semua nilai-nilai tradisionil itu cocok dengan tuntutan-tuntutan
kemajuan, khususnya terhadap tuntutan hidup berorganisasi modern dan pembangunan
ekonomi yang rasionil. Tetapi ini tidak berarti, bahwa nilai-nilai ‘45 yang merupakan
kepribadian bangsa yang berakar pada sejarah dan kebudayaannya sendiri harus ditinggalkan.
Persoalannya terletak pada kemampuan bangsa itu untuk memelihara nilai-nilai luhur yang
menjadi kepribadiannya, meneruskannya dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya
dengan segala proses penyesuaian menuju masyarakat modern. Sekali proses penerusan dan
penyesuaian itu terlampaui dengan berhasil, maka terjaminlah tumbuhnya masyarakat baru
yang kuat, bersatu dan dinamis.”

Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang terjadi,
agar nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah luntur. Pancasila haruslah
tetap menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan-
tantangan yang ada baik dalam hal politik, ekonomi, agama maupun sosial budaya. Hal tersebut
dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia
tidaklah hilang karena adanya budaya-budaya asing yang masuk.
II. ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA

Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkanakan


mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang
cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta
perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga
negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani
dan rohani.
Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta
didik di Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai
dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK)
dalam komponen kurikulum perguruan tinggi. Hak dan kewajiban warga negara, terutama
kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan
bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh– sungguh merupakan sesuatu yang
paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental
yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku
yang :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah
bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
bangsa dan negara.
Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita–
cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 “. Dalam
perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua aspek kehidupan,
khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi,
dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki
daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif
rasional serta mandiri.

III. HUBUNGAN PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN ILMU-ILMU LAIN

3.1 Hubungan Pancasila dengan IPTEK

Selain memiliki kekayaan alam yang menakjubkan, Indonesia juga sangat


kayaakan suku bangsa, budaya, agama, bahasa, ras dan etnis golongan.

Sebagai akibat keanekaragaman tersebut Indonesia mengandung potensi


kerawanan yang sangat tinggi pula. Hal tersebut merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Kemajemukan bangsa
Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat menimbulkan konflik
etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilaidan budaya dapat
melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang menyebabkan konflik tata
nilai.

Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini bersifat
multidimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini
seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi
dan komunikasi, serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan
bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari
permasalahan ideologi,politik, ekonomi, sosial budaya

Oleh karena itu, kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam
upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta
menjawab segala tantangan zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang
berbunyi Persatuan Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu
dengan yang lain memiliki hubunganyang kohesif. IPTEK diperlukan dalam
pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi,
kita juga harus tetap menggunakan dasar-dasar nilaiPancasila sebagai pedoman
dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologiagar kita tidak terjebak
dan tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.

3.2 Hubungan Pancasila dengan Ilmu Politik dan Hukum

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan
sila yang berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Tetapi di
sini pengertian pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri. Apabila kita
ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
pasal-pasal dari Batang Tubuh (the body of the konstitutin) atau lebih dkenal isi
dari UUD 1945 itu, tetapti juga ketentuan-ketentuan pokok yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945. Oleh karena pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak
tercantum dalam satu dokumen dengan Batang Tubuh UUD 1945, seperti konstitusi
(RIS) atau UUDS 1950 misalnya), adalah bagian mutlak yang tidak dipisahkan dari
Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945; pembukaan dan Batang Tubuh kedua-
duanya telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 18 Agustua 1945.

Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah Konstitusi
(UUD) yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut pada
tanggal 18 Agustus 1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun
1946 No. 7 halaman 45-48, yang terdiri atas:

1. Pembukaan (Preambule) yang meliputi 4 alinea ;

2. Batang Tubuh atau isi UUd 1945, yang meliputi;

3. Penjelasan

Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas emapt bagian itu yang amat
penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social, maka dususunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia berdasar atas Persatuan;

Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;

Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;

Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas


pokok Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari
Pembukaan UUD 1945 itu dibagi ke dalam 4 hal:

1. Tentang hal tujuan Negara iondonesia, tercantum dalam kalimat


“Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah darah indinesia, yang;
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Memajukan kesejahteraan rakyat;

2. Mencerdaskan kehidupan bangsa;

Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi dan keadilan sosial.

3. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang Dasar tarcantum


dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”;

4. Tentang hal bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;

5. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila.

3.3 Hubungan Pancasila dengan Ilmu Pengetahuan Sosial


Hubungan pancasila dengan IPS ialah membangun dan memberikan kesadaran
terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai
membentuk warga negara yang baik dalam kehidupannya serta mengembangkan
kemampuannya menggunakan penalaran dalam pengambilan keputusan pada setiap
persoalan yang dihadapinya.

Dalam pembelajarannya, IPS berlandaskan akan nilai dan moral yang


terkandung dalam batang tubuh pancasila yang sesuai dengan karakter dan
kepribadian bangsa indonesia yang sejak dulu sudah ada bahkan sebelum pancasila
diirumuskan. Dalam membentuk warga negara yag baik sesuai dengan tujuan
IPS maka pancasila lah yang menjadi acuan dalam pembelajaran, warga negara
yang baik haruslah sesuai dengan yang terkandung dalam dasar dan falsafah bangsa
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila dan IPS tidak bisa dipisahkan. Pentingnya
pendidikan pancasila di sekolah maupun di perguruan tinggi harus lebih di tekankan
lagi.

3.4 Hubungan Pancasila dengan Ilmu Ekonomi

Pada tataran filosofis ekonomi Pancasila tentulah harus dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Atas dasar itu maka Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat
materialistis, karena:

1. Berlandas pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita
pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan
spiritual, moral dan etik bagi penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan. Dengan
demikian Ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika,
sehingga pembangunan nasional kita adalah pembangunan yang berakhlak.

2. Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,


menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan ekonomi. Dalam ekonomi Pancasila dengan demikian tidak dikenal
“economic animal”, yang satu memangsa yang lain.

3. Ekonomi Pancasila berakar di bumi Indonesia. Meskipun ekonomi dunia


sudah menyatu, pasar sudah menjadi global, namun selama masih ada bangsa dan
negara Indonesia, maka ekonomi Indonesia tetap diabdikan bagi kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Indonesia. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkankesatuan
ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantara dibidang ekonomi. Globalisasi
kegiatan ekonomi tidak menyebabkan internasionalisasi kepentingan ekonomi.
Kepentingan ekonomi kita tetap diabdikan untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap
membutuhkan sikap patriotik dari para pelakunya meskipun kegiatannya sudah
mengglobal.

4. Sila keempat dalam Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia


mengenai kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Di
bidang ekonomi, Ekonomi Pancasila dikelola dalam sebuah sistem demokratis yang
dalam Undang-undang Dasar secara eksplisit disebut demokrasi ekonomi.

5. Nilai-nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
menunjukkan betapa seluruh upaya pembangunan kita, seluruh upaya untuk
mengembangkan pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Tantangan dan Hambatan yang Dihadapi Pancasila


http://www.kompasiana.com/yogaswarafb/pancasila-tantangan-dan-hambatan-yang-
dihadapi-pancasila_54f94bcea33311ef048b4af9. [diakses pada 29 Agustus 2019].
Hilde Missa. 2014. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
http://hildemissa606.blogspot.co.id/2014/05/urgensi-pendidikan-pancasila-dan.html.
[diakses pada 29 Agustus 2019].
Raharjo, Teguh Andi. 2016. Dinamika Pancasila. http://hibanget.com/dinamika-pancasila.
[diakses pada 29 Agustus 2019].
Anonim 1. Tanpa tahun. Hubungan Pancasila dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
https://www.academia.edu/35059866/KELOMPOK_3_HUBUNGAN_PANCASILA
_DENGAN_ILMU_PENGETAHUAN_DAN_TEKNOLOGI_IPTEK. [diakses pada
29 Agustus 2019].

Anda mungkin juga menyukai