Anda di halaman 1dari 2

Ia hadir jadi beban

Menumpuk nestapa bahkan celaka

Tiada pernah diberi bahkan senyum pun itu

Hanya momok yang berujung caci maki

Mengapa tiada sekalipun wujud dianggap ada

Mencari celah tuk dianggap

Tiada merubah ada

Dianggap hina…

Ia hadir mengiring kemelut

Menambah uang makan, iuran, dan pengeluaran

Hingga dikekang dan dikurung jua

Dianggap tiada guna

Berdarah di tangan pelahirnya

Dibelai bayu malam kelam yang mengacau

Langit malam terserlah muram

Bintang tak beriak namun terisak

Pastilah alam berteriak..

Jangan !

Apalah..

Alam raya melihatnya menyayat nadi

Membiarkan sungai merah meluap deras


Berlumur banjir merah darah

Hilang rasa, hilang indera,

Jatuh lalu hanyut terbawa arus

Jauh ke selokan kota

Diam, dingin, kaku di selokan kota

Semilir angin kalut membawa kabar pada hidung manusia – manusia

Membersit Tanya siapa gerangan Dia ?

Mati penuh luka hati dan diri di selokan kota….

Anda mungkin juga menyukai