Anda di halaman 1dari 9

LUKA

Shintia Theresia Lumempouw


1956050013
Luka dan Penyembuhannya
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah

kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti : hilangnya seluruh atau

sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan serta pembekuan darah,

kontaminasi bakteri, dan kematian sel (Kozier, 1995). Berdasarkan waktu

penyembuhan, luka dibedakan menjadi :

1. Luka akut : luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah diharapkan.

2. Luka kronis : luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,

dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga

berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan

seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier, 1995). Menurut Taylor (1997)

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi dimulai setelah perlukaan dan berakhir hari ke 3 – 4. Dua

tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan fagositosis. Sebagai hasil adanya suatu

konstriksi pembuluh darah, berakibat terjadinya pembekuan darah untuk menutupi

luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka

yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan

bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit

(makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang

merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga

pembentukan kembali dapat terjadi.


2. Fase Proliferasi

Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke 21. Fibroblast secara

cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Lapisan tipis dari sel epitel terbentuk

melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, jaringan baru ini disebut jaringan

granulasi.

3. Fase Maturasi

Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke 21 dan dapat berlanjut sampai

luka sembuh secara sempurna. Kolagen baru menyatu, menekan pembuluh darah

dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata dan tipis.
Klasifikasi Luka

Luka dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain:

a. Clean Wounds (Luka bersih)


Yaitu luka bedah pada operasi elektif, prosedur tertutup, dan tidak ada peradangan
akut. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%. Contohnya adalah hernia,
tumor payudara, tumor kulit, tulang.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)


Luka pada kasus darurat atau urgen yang tidak bersih. Dapat terjadi pada operasi
elektif. Kemungkinan terjadinya infeksi luka adalah 3%-11%. Contohnya adalah
prostatektomi, apendektomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi),


Yaitu peradangan non purulen akut. Dapat terjadi pada luka terbuka akut, luka kronis
yang dijahit, dan kontaminasi dari saluran cerna. Kemungkinan infeksi luka 10% -
17%. Contohnya adalah operasi kulit.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), ada purulen atau abses.
Contoh abses pada rongga tubuh.
Jenis-Jenis Luka

1. Luka memar (vulnus contussum)


Kontusio atau memar jaringan (disebut juga sebagai luka “tertutup”) dengan kulit
bengkak dan berwarna biru, terbagi atas tiga derajat. Derajat pertama di sebabkan oleh
robekan kapiler jaringan bawah kulit yang di sertai pembentukan ekhiminisis. Kontusi
derajat kedua di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang lebih besar dengan
pembentukan hematom. Kontusi derajat ketiga ditandai dengan kerusakan jaringan,
misalnya patah tulang, sampai dengan timbulnya shock dan gangren

2. Luka lecet (vulnus abrasi)


Adalah luka yang hanya mengenai lapisan paling luar dari kulit dan sangat dangkal.

3. Luka sayat (vulnus incisi)


Adalah luka yang diperoleh karena trauma benda tajam. Pinggir luka atau licin.
Jaringan yang hilang boleh dikatakan tidak ada.

4. Luka robek (vulnus laceratum)


Luka yang penggirnya tidak teratur atau compang-campaing sebagian dari jaringan
umumnya hilang. Desebabkan oleh trauma tumpul.

5. Luka tusuk (vulnus punctum)


Luka yang disebabkan tusukan benda berujung runcing seperti paku. Tapi luka
mungkin terdorong ke dalam luka kecil, tetapi dapat sangat dalam. Apabila luka tusuk ini
menembus suatu organ. Maka luka masuk selalu lebih besar dari luka keluarnya. Kadang-
kadang luka ini baru diketahui setelah timbul abses di telapak kaki.

6. Luka tembak (vulnus sclopetum)


Apabila luka tembak ini menumbus suatu organ, maka luka keluarnya lebih lebar dan
lebih compang-camping. Apabila tembakan dilakukan dari jarak dekat, maka apabila luka
masuk dapat ditemui jelaga. Pada luka keluar tidak jarang di temui pula bagian –bagian
organ yang diterjang peluru.Keluar tidaknya peluru atau sampai dimana kerusakan yang di
timbulnya tergantung dari jenis senjata, peluru jarak dan arah tembakkan.
7. Luka granulasi
Adalah luka yang diatasnya tumbuh jaringan granulasi. Luka granulasi dapat dimulai
oleh ulkus atau laku terinfeksi.

8. Vulnus ulkus
Suatu luka yang dalam, karena infeksi, tumor ganas, atau kelainan pembuluh darah.

9. Luka gigitan ( vulnus morsum )


Adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki bentuk permukaan
luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit, terkadang bekas gigitan tidak jelas karena
sudah terkoyak. Kedalaman luka menyesuaikan dengan gigitan hewan tersebut.

Perawatan Luka
Perawatan luka berdasarkan etiologinya (Suriadi, 2004)

1. Luka insisi bedah

Lakukan pengkajian kondisi area operasi yang meliputi kondisi balutan, adanya perdarahan,
drain, insisi atau jahitan. Lakukan pembersihan luka dimulai pada pusat luka ke arah keluar
dan secara perlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema. Gunakan normal
salin untuk membersihkan luka. Hindari penggunaan larutan yang bersifat sitotoksik seperti
hydrogen perokside dan povidone iodine karena dapat merusak jaringan dan memperlambat
penyembuhan luka. Pertahankan kondisi luka tetap bersih dan termasuk lingkungan tempat
tidur pasien. Penggantian balutan tergantung pada kondisi balutan bersih atau kotor. Bila
kondisi balutan kering dan bersih balutan diganti 2 atau 3 hari sekali setelah operasi dan juga
tergantung jenis balutan yang digunakan. Jenis balutan yang disarankan adalah balutan yang
dapat mempertahankan kelembaban. Penggunaan kasa dan salin normal, saat penggantian
balutan kering akan menekan permukaan yang mengakibatkan pertumbuhan jaringan sehat
yang terganggu dan menimbulkan rasa nyeri.
2. Ulkus Arteri

Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi, bila keadaan luka kering dan skar keras, jangan
lakukan debridemen. Hindari terapi (kompresi) karena dapat menghambat aliran darah.
Lakukan balutan dengan teknik steril dan pertahankan lingkungan dalam keadaan lembab.
Gunakan balutan hidrokoloid jika ada untuk menjaga kelembaban lingkungan luka. Pada saat
berbaring posisi kepala ditinggikan 5 sampai 7 derajat yang bertujuan untuk menyokong
sirkulasi daerah kulit dan ke bagian ekstremitas.

3. Ulkus Vena

Lakukan pengkajian kondisi area luka. Ganti balutan dengan teknik steril. Bersihkan luka
dengan salin normal. Bila terdapat jaringan nekrotik lakukan debridemen. Lakukan terapi
kompresi, yang bertujuan untuk memperlancar aliran limfatik, reduksi tekanan vena superfisial
dan mengurangi aliran balik ke pembuluh vena yang dalam. Pemberian obat topikal tergantung
jumlah eksudat dan ukuran luka, ada tidaknya infeksi dan karakteristik sekeliling luka. Apabila
menggunakan balutan untuk kelembaban lingkungan dapat menggunakan hidrokoloid,
transparan film, dan foam. Lakukan peninggian posisi pada daerah kaki, hal yang dapat
meningkatkan sensitivitas pada sekeliling luka.; hindari larutan atimikrobial, hindari bahan
yang sifatnya lengket. Prinsip perawatan luka pada ulkus vena adalah meningkatkan pengisian
kembali ke vena, yang akan menyebabkan statis vena menurun.

4. Neuropati perifer ulkus diabetik

Penggunaan balutan pada neoropatik perifer ulkus diabetik dapat disesuaikan dengan jumlah
eksudat yang dihasilkan oleh luka. Balutan yang sering digunakan adalah hidrogel. Balutan ini
digunakan ketika luka sedang kering dengan tujuan menghasilkan sedikit cairan untuk
melembabkan permukaan luka. Balutan foam digunakan ketika luka menghasilkan cairan
eksudat yang banyak sampai sedang dan balutan alginat digunakan ketika luka menghasilkan
banyak cairan eksudat.

5. Ulkus Dekubitus

Perawatan luka dekubitus mencakup 3 prinsip : debridemen, pembersihan dan dressing.


Debridemen dilakukan untuk mencegah infeksi yang lebih luas. Debridemen bertujuan untuk
mengangkat jaringan yang sudah mengalami nekrosis. Pada setiap luka yang akan diganti
selalu dibersihkan. Bahan-bahan yang perlu dihindari untuk membersihkan luka seperti
povidone iodine, larutan sodium hypoclorite. Gunakan normal salin sebagai larutan pembersih
luka. Gunakan balutan hidrokoloid, tetapi jika luka menghasilkan banyak cairan eksudat (lebih
dari 50% balutan primer dalam rentang waktu kurang dari 24 jam dan balutan sekunder telah
basah) gunakan alginat.

Anda mungkin juga menyukai