Anda di halaman 1dari 9

Analisis Unsur Intrinsik Novel

Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin


Oleh: Dara Yudha Nur Fadhilah.
A. SINOPSIS NOVEL
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan yang berasal dari
keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika sang ayah meninggal
dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung keluarga kecil yang terdiri dari Tania, dan
seorang adiknya bernama Dede.

Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya berhenti bersekolah.
Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan berjalan dari mobil ke mobil, mengamen,
menyanyikan lagu-lagu dewasa demi mengumpulkan pundi-pundi uang yang diharapkan bisa
meringankan beban sang ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali sakit.

Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang.

Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota yang penuh dengan
orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah, Tania yang berbaju lusuh dan tidak
memakai alas kaki menginjak sebuah paku payung, menciptakan luka di telapak kakinya dan
membuat darah segar mengalir deras.

Saat itulah seseorang itu menolongnya. Ia membersihkan luka di kaki Tania, menutupnya
dengan saputangan yang ia miliki. Kemudian dibelikannya Tania obat merah untu
menyembuhkan lukanya.
Keesokan harinya Tania kembali mengamen. Dengan kakinya yang pincang, ia kembali
bernyanyi dari satu bis ke bis lainnya, bersama Dede. Rupanya, ia bertemu lagi dengan
seseorang itu.seseorang itu datang menghampirinya dan Dede, kemudian menyerahkan dua buah
kotak dan menyerahkannya kepada Tania dan Dede.

Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede. Hari itu juga
seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia mengatakan kepada sang ibu
bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga tamat.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah, kembali menuntut ilmu
berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat di kehidupannya. Seseorang itu,
yang bernama Danar.

Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi dirinya masih terlampau
kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti hatinya itu.

Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali datang menerpa
dirinya. Ibunya meninggal.

Hidup Tania terus berlanjut meski duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah kepergian
ibunya, Tania menerima beasiswa untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat
Oom Danar, ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja
meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan menghabiskan masa liburannya.
Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi sekolah menengah atasnya
disana. Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang dengan kekasihnya, Kak Ratna, dan
adiknya, Dede.
Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka memutuskan untuk
menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka, Tania bertekad untuk tidak
datang ke acara pernikahan mereka.

Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang memintanya. Meski kak
Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura beberapa hari sebelum pernikahannya,
hanya untuk membujuk agar Tania mau datang ke pernikahan tersebut.

Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang
perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata: Malaikatnya itu tak pernah
mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk pemuda itu, menuruti
semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.

Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail dari kak Ratna yang
bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom Danar. Cerita-cerita itulah yang
kemudian membuat Tania memutuskan untuk kembali pulang.

Tania pulang ke Indonesia. Dan semuanya terungkap.

Sesampainya Tania di Indonesia, Dede akhirnya bercerita tentang semuanya, maksud dari semua
perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf novel di laptop Oom Danar yang pernah ia
baca, yang katanya tidak akan selesai.

Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan Oom Danar yang
sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada Tania. Tapi novel itu berhenti,
dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari pernikahan Oom Danar dengan Kak Ratna.

Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania bertemu dengan Malaikatnya itu
dibawah pohon linden, dekat rumah kardus mereka dulu. Dan disinilah akhirnya semua
kebenaran terungkap, Semua perasaan terluapkan. Tetapi tidak ada yang berubah, karena
semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah bersama Kak Ratna, dan Kak Ratna sedang
mengandung.

Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama melepaskan, dan mengikhlaskan perasaan yang
selama ini mereka pendam diam-diam itu.

B. HASIL ANALISIS NOVEL


1) Tema
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam kutipan
berikut:

“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)

“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti...pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak
peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat
kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)

2) PENOKOHAN.
a. Tania (Tokoh ‘Aku’)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji,
tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang yang
menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi
membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan hidup mereka.
 Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si
nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)

 Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut
seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh
sesuatu, Tania..”” (hlm. 15)

 Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania
yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)

b. Oom Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai
anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga
merambah ke mancanegara.
 Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di
Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa.
Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)

 Baik
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari
saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati
membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm.
24)
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.”
(hlm.24)

 Menyukai Anak-Anak.
“...kak Ratna nggak akan pernah suka sama anak-anak. lihat, emang pernah Kak Ratna datang di
kelas mendongeng? Kak Ratna juga nggak suka berdiri di lantai dua toko buku itu. Itu kan ritual
wajib Oom Danar.” (hlm. 138)

c. Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar yang
tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang
berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego, sejak lego
pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena
sering bercerita bersama Oom Danar di kelas mendongeng.
 Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)

 Pandai Bercerita
“kau pandai sekali bercerita. Dua kali lebih pandai dibandingkan Tania.” (hlm.177)

 Tampan
“you’re really handsome baby. So i think, all the girls wouldn’t mind seeing you around the flat.”
Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda adikku.” (hlm.174)

d. Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik, menyenangkan,
cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi Danar
sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan diam-diam.

 Pengertian, mau mendengarkan, sabar


“Matang, pengertian, mau mendengarkan, dan penyabar. Aku menelan ludah. Dalam beberapa
hal, sifat baik itu ada pada kak Ratna, bukan padaku.” (hlm. 206)

 Cantik, berperawakan seperti artis


“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis. Seperti artis-artis itu.
Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik sekali.” (hlm.39)

 Penyabar
“Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia lebih banyak diam.
Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi
hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong.” (hlm. 211)
e. Ibu
Ibu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan menyayangi keluarganya. Beliau
seorang pekerja keras yang rela membanting tulang untuk bekerja serabutan agar dapat
memenuhi kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari kata cukup. Ibu pengertian, serta sangat
sabar dan tabah dalam menhadapi kehidupan. Beliau juga seorang pencemas yang
mengkhawatirkan anak-anaknya.

 Pencemas
“kata ibu,”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti setiap barang yang rusak karena kita
sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...” (hlm.17)

 Pekerja keras
“seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa.”
(hlm.35)

 Pengertian
“tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. “Oom Danar lagi capek!” itu
pesan Ibu.” (hlm.47)

3) ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal ini
dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:

 Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah toko buku.
Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang
dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudian berlanjut
dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.

 Konflik/ awal permasalahan


Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan
yang mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke Dunia
Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu
dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.

 Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika Tania
bertemu dengan Oom Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai kejujuran
yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam selama ini.

 Anti Klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan
perasaannya sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.
 Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Danar
dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.

4) LATAR
a. Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura.
Seperti ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:

 rumah kardus Tania:


“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)

 lingkungan rumah kardus Tania:


“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar
tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)

 toko buku favorit Danar:


“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri
disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)

 rumah sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)

 pusara Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)

 Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)

 Kelas mendongeng milik Danar:


“..melainkan karena setiap hari Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya..” (hlm.
37)

 Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm.
78)

 Dunia Fantasi:
“sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya.” (hlm. 39)

Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di


 Bandara Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)
 Flat Tania:
”aku terkesima saat membuka pintu flat.” (hlm.147)

 Chinatown:
“kami makan malam di Chinatown” (hlm. 98)

 NUS (National University of Singapore):


“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)

 Toko buku terbesar di Singapura:


“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia
hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)

 Auditorium tempat graduation Tania:


“ketika aku keluar dari ruangan auditorium, dia memelukku erat-erat.” (hlm.129)

 kelas mendongeng yang didirikan Tania:


“esok paginya saat hari Minggu, setengah hari dihabiskan di kelas mendongeng. Kami (aku dan
Anne) menggunakan salah satu gudang di bangunan flat. Menyingkirkan semua barang yang
tidak perlu menyulapnya menjadi kelas mendongeng yang nyaman.” (hlm. 176)

b. Latar Waktu

 Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)

 Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)

 Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama
dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)

 Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)

dapat disimpulkan bahwa rentang waktu yang digunakan dalam novel ini adalah mulai dari Tania
kecil yang berkepang dua hingga ia beranjak dewasa dan menjadi seseorang yang sukses bekerja
di Singapura.

“ini, Tania dulu yang sering kesini kan? Tania yang berkepang dua?” (hlm. 83)
“apa yang kita dapatkan setelah bertahun-tahun berhasil melalui semua kejadian yang
menyakitkan itu? Apa? Menemukan kau di sini, tak bisa lari dari bayangan itu. Tak bisa lari
sedikit pun. Menyesali semuanya...”(hlm. 253)

“dua tahun aku tak pernah melihatnya. Dua tahun yang amat panjang.” (hlm. 189)

c. Latar Sosial
Latar sosial yang dipaparkan dalam novel ini adalah suasana lingkungan flat dan dorm Tania di
Singapura yang kental dengan kebersamaan. Diceritakan, Tania memiliki seorang sahabat dekat
yang satu kelas dengannya. Anne namanya.
“anne satu-satunya sahabatku di Singapura. Sahabat yang baik.” (hlm.94)

d. Latar Suasana
 Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm.
95)

 Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia
belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)

 Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)

 Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)

5) SUDUT PANDANG.
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini
dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam
kutipan berikut ini:

“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)

“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)

“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup sekali.”
(hlm.237)
6) Gaya Bahasa
 Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)

 Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)

 Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)

“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)

 Personifikasi
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)

 Sinisme
“cantik apanya? Rambut panjang, kuku panjang, untung kak Tania nggak punya lubang
di belakang.” (hlm.45)

“iya, Ibu dan Oom terlihat kecil sekali,Tante Ratna malah nggak kelihatan.”tertawa. (adikku
sengaja ngomong itu.)” (hlm.42)

7) Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah menerima.
Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Menerima,
dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang bukan hadir untuk kita, Meski
seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski
seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama
seseorang tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita,
belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.

Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya
kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket.
Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila hambanya
memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin
mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski
Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang sukses di
Singapura.

Karena cinta tidak harus memiliki.

Anda mungkin juga menyukai