PENDAHULUAN
Masa Praaksara ialah suatu masa dimana mayoritas masyarakat belum mengenal
tulisan, serta dalam pengungkapan sejarah nya masih secara lisan. Ciri-ciri daripada
masa ini ialah, belum mengenal tulisan, pengungkapan sejarah dilakukan secara lisan,
dan Masa Praaksara sering disebut sebagai tradisi lisan.
Dan Masa Praaksara ini sering dikatakan mendahului tradisi tulis/ Masa Aksara.
Jejak sejarah dalam tradisi lisan/ Masa Praaksara dapat diikuti dalam sumber-sumber
sejarah yaitu sbb, Folkor, Mitos, Legenda, Upacara-upacara Adat.
BAB II
PEMBAHASAN
Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri
adalah sebagai berikut.
Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat,
menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari
seseorang kepada orang lain.
Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu
generasi ke generasi yang lain,dst.
ü Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara
bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.
ü Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang
semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?
B.Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Pulau-pulau cikal bakal dari kepulauan Indonesia mulai terbentuk sekitar 50 juta
tahun lalu (Mya).Pada Periode Quaternary (sekitar 2 juta tahun yang lalu- sekarang)
itulah proses utama pembentukan kepulauan Indonesia. sekitar 1 juta tahun yang lalu,
pada saat Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Borneo masih menyatu
dengan Semanjung Asia, disebut dengan “Paparan Sunda”.
Paparan sunda ini terpisah oleh naiknya permukaan air laut, mulai dari 20,000 tahun
yang lalu sampai sekarang, dengan permukaan air laut yang naik/turun karena
dipengaruhi oleh suhu Bumi dan Glacier, beberapa kali pulalah Paparan sunda ini
terpisah menjadi beberapa pulau, kemudian menyatu kembali, dan terpisah kembali
secara berulang-ulang, sampai kita lihat pada saat sekarang ini.
Dengan demikian asal usul dari pulau-pulau yang terdapat di Indonesia berbeda-beda.
Pulau Papua yang berasal dari craton Australia dahulunya, dan telah terbentuk
beberapa juta tahun lalu, sebelum terbentuknya pulau lain di Indonesia.
Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo yang merupakan bagian dari craton China Utara,
yang kemudian akibat pergerakan kulit bumi membentuk daratan Asia, dan pada
Periode Tertiary, pulau Sumatra, Jawa dan Borneo terpisah.
Berdasarkan rekonstruksi ini, kita bisa melihat dari mana asal Fauna dan Flora yang
terdapat di Indonesia. sehingga Fauna yang terdapat pad pulau Sumatra, Jawa dan
Borneo memiliki karakter yang sama dengan yang terdapat di benua Asia, begitu juga
denga pulau Papua yang berasal dari craton Australia.
Sedangkan pulau unik Sulawesi yang terbentuk dari gabungan beberapa daratan Asia,
Australia dan beberapa pulau dari Samudara Pasifik, menyebabkan pulau ini memiliki
fauna yang unik dan khas.
Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas
tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut
berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin
tinggi.
Pada suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian
dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus menerus bergejolak
mempertahankan cairan sejak
jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk
lava cair.
Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat
menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan
membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan
kerak samudera selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut
bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.
Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke
utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian
Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut
telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis
yang sangat aktif dan kuat menyebabkan terbentuknya Kepulauan Indonesia pada
masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam
menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau
transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah
mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut
dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping.
Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang
sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi
dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin
lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar
(gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan
perbukitan itu.
Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang
dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung
di seluruh Kepulauan Indonesia.
Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian
barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga
Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang
sepanjang Sulawesi Selatan dan Utara.
Kriteria iii, vi
Nomor identifikasi 593
Daerah terdiri dari sekitar 56 km² (7km x 8 km). Lokasi ini terletak di Jawa Tengah,
sekitar 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo.
Secara administratif, kawasan Sangiran terbagi antara 2 kabupaten: Kabupaten
Sragen (Kecamatan Gemolong, Kecamatan Kalijambe, dan Plupuh) dan Kabupaten
Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo). Fitur penting dari situs ini adalah geologi
daerah. Awalnya kubah terbentuk jutaan tahun yang lalu melalui kenaikan tektonik.
Kubah itu kemudian terkikis yang mengekspos isi dalam kubah yang kaya akan
catatan arkeologi.[3]
Sejarah eksplorasi
1883: Situs sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C schemulling. Ketika
aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah
melakukan penelitian di sini, namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia
memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
2011: Museum saat ini dan pusat pengunjung dibuka oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tanggal 15 Desember.
Seiring waktu, setelah pekerjaan awal oleh Dubois dan von Koenigswald di Sangiran,
sarjana lain termasuk arkeolog Indonesia melakukan pekerjaan di lokasi tersebut.
Sarjana Indonesia termasuk Teuku Jacob, Etty Indriati, Sartono, Fachroel Aziz, Harry
Widianto, Yahdi Zaim, dan Johan Arif.[6]
Penggalian oleh tim von Koenigswald yang berakhir 1941 dan koleksi-koleksinya
sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di
Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi
pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.
Sebuah museum yang sederhana ada di Sangiran selama beberapa dekade sebelum
modern, yang berfungsi dengan baik sebagai museum dan pusat pengunjung dibuka
pada Desember 2011. Gedung baru, sebuah museum modern, berisi tiga ruang utama
dengan menampilkan luas dan diorama mengesankan daerah Sangiran yang diyakini
seperti sekitar 1 juta tahun yang lalu. Beberapa pusat lainnya berada di bawah
konstruksi serta (awal 2013), sehingga pada 2014 diharapkan akan ada empat pusat di
tempat yang berbeda dalam keseluruhan situs Sangiran. Empat pusat direncanakan
adalah:[7]
Krikilan: situs yang ada dengan pusat pengunjung utama dan museum.
Ngebung: mengandung sejarah penemuan situs Sangiran.
Bukuran: untuk memberikan informasi tentang penemuan fosil manusia
prasejarah di Sangiran.
Dayu: untuk menyajikan informasi tentang penelitian terbaru.
Museum saat ini dan pusat pengunjung memiliki tiga ruang utama. Ruang pertama
berisi sejumlah diorama yang memberikan informasi tentang manusia purba dan
hewan yang ada di situs Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang kedua, yang
lebih luas, menyajikan banyak bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di
Sangiran dan tentang sejarah eksplorasi di situs. Ruang ketiga, dalam presentasi yang
mengesankan terpisah, berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh
wilayah keseluruhan Sangiran, dengan gunung berapi seperti Gunung Lawu di latar
belakang dan manusia dan hewan di latar depan, seperti yang dibayangkan sekitar 1
juta tahun yang lalu. Beberapa presentasi di aula ketiga ini menarik pada karya
pematung paleontologis internasional Elisabeth Daynes.
Baru-baru ini, ada diskusi di media Indonesia tentang cara pengembangan situs
Sangiran yang telah gagal untuk membawa manfaat yang nyata yang signifikan
terhadap masyarakat pedesaan di daerah setempat.[11]
2. TRINIL, NGAWI, JAWA TIMUR
Asal-usul manusia memang sudah lama dipertanyakan, mungkin sejak
manusia itu sendiri ada. Namun, bagi arkeologi, pertanyaan tentang asal usul manusia
sebenarnya baru menjadi fokus kajian setelah Charles Darwin menerbitkan bukunya
The Descent of Man (1871), menyusul terbitan bukunya yang terkenal The Origin of
Species (1858). Di bukunya itulah Darwin menyebut adanya “the missing link”, mata
rantai yang hilang dari proses evolusi primata menuju manusia sejati. Sejak itu, para
ahli paleoantropologi dan arkeologi seakan berlomba untuk mendapatkan bukti-bukti
“the missing link”.
Dorongan itu pula yang membawa Eugene Dubois untuk meninggalkan
kehidupan yang mapan di Belanda untuk berburu fosil di Indonesia. Tahun 1891,
Dubois mengaku telah menemukan fosil “the missing link” dalam penggalian di
tepian Bengawan Solo, di desa kecil Trinil, tidak jauh dari Ngawi, Jawa Timur
(Shipman, 2001).
Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa
Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi
ke arah Barat daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah
Utara. Dan Sepanjang 3 km perjalanan baru sampailah pada Museum Trinil. Dan
Letaknya sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs
kepurbakalaan yang ada di tanah air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti
halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai
Bengawan solo.
Disebelah Barat daya di halaman Museum terdapat bangunan berupa
Monumen yang didirikan oleh Eugene Dubois yang pertama kali menemukan situs
ini. Di monumen itu dituliskan angka tahun pertama kali penemuan fosil manusia
purba yang diberi Nama Pithecanthropus Erectus. Disamping manusia purba
didalam museum sendiri juga banyak ditemukan berbagai macam fosil binatang
purba, yang paling terkenal adalang ditemukan gading Gajah Purba yang sangat besar
sekali jika dibandingkan dengan ukuran gading gajah biasa.
Dan manusia purba ini diperkirakan berada pada jaman pleistosin tengah atau
1 juta tahun yang lalu. Dari berbagai temuan adalah: Golongan primate
1. Pithecanthropus Erectus Dubois
2. Pithecanthropus Soloensis
3. Pongo Pygmaeus Hoppins
4. Symphalangus Syndoctylus Raffles
5. Hyaobates Ofmeloch Andebert
6. Nacaca Fascicalois
Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa bagi teori evolusi manusia.
Teori itu terus menjadi perdebatan, para ahli paleontologi berbicara tentang
ontogenesa dan heterokronis. Seorang teman Dubois, Bolk melakukan formulasi teori
foetalisasi yang sangat terkenal. Dubois telah melakukan penemuan fosil missing-
link. Sementara Bolk menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan bahwa
peralihan dari kera ke manusia terjadi melalui perpanjangan perkembangan fetus.
Dubois dan Bolk kemudian bertemu dalam jalur evolutif dari Heackle yang sangat
terkenal, bahwa filogenesa dan ontogenesa sama sekali tidak dapat dipisahkan.
Penemuan-penemuan kemudian bertambah gencar sejak tahun 1927. Penemuan situs
Zhoukoudian di dekat Beijing, menghasilkan sejumlah besar fosil-fosil manusia, yang
diberi nama Sinanthropus pekinensis. Tengkorak-tengkorak fosil beserta tulang paha
tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan Pithecanthropus erectus.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena
adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu
zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum,
zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada
beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitumanusia purba bertubuh besar
tertua di Jawa danPithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang
bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme
dan animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup
berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok tanam/pertanian;
pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.
3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan
bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada
zaman dahulu.
3.2.2 Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan
sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih
bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-
Masa-Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-
erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/
http://cahayawhyra.blogspot.com/2013/06/makalah-manusia-purba-dan-homo-
sapiens.html
http://bimonugraha18.blogspot.com/2013/12/contoh-makalah-asal-usul-dan-
persevaran.html
http://brainly.co.id/tugas/496331
http://sejarahkelasx.blogspot.com/2014/06/teknologi-manusia-indonesia-pada-
zaman_7198.html