KOTA BEKASI
TENTANG
WALIKOTA BEKASI,
2
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
dan
WALIKOTA BEKASI
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
1. Daerah adalah Kota Bekasi.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi.
4. Walikota adalah Walikota Bekasi.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bekasi.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi Kebakaran.
7. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala
SKPD yang membidangi kebakaran.
8. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota Bekasi tentang Ketentuan
Umum Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
9. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan
khusus.
10. Alat pemadam api adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang
mencakup Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam Api Berat
(APAB) yang menggunakan roda.
11. Alarm kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan terjadinya
kebakaran tingkat awal yang mencakup alarm kebakaran manual dan/atau
alarm kebakaran otomatis.
12. Hydran adalah alat yang dapat mengeluarkan air, digunakan untuk
memadamkan kebakaran, baik berupa hydran halaman atau hydran gedung.
13. Pemercik (sprinkler) otomatis adalah suatu sistem, pemancar air yang bekerja
secara otomatis bilamana temperatur ruangan mencapai suhu tertentu.
14. Sistem pemadam khusus adalah suatu sistem yang ditempatkan pada suatu
ruangan tertentu untuk memadamkan kebakaran secara otomatis dengan
menggunakan bahan pemadam jenis busa dan/ jenis kimia kering.
15. Alat perlengkapan pemadam kebakaran adalah alat yang digunakan untuk
melengkapi alat pemadam kebakaran seperti : ember, karung goni, ganco,
tangga, kaleng/karung pasir.
16. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang tidak
memiliki kemudahan terbakar dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas rendah, sehingga penjalaran api lambat.
17. Bahaya kebakaran sedang 1 (satu) adalah bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang penimbunan bahan yang
mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua koma lima) meter dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api
sedang.
4
18. Bahaya kebakaran sedang 2 (dua) adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api
sedang.
19. Bahaya kebakaran sedang 3 (tiga) adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai nilai dan kemudahan terbakar agak tinggi dan apabila terjadi
kebakaran menimbulkan panas agak tinggi, sehingga penjalaran api agak
cepat.
20. Bahaya kebakaran berat/tinggi adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai nilai dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi, sehingga penjalaran api sangat cepat.
21. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik arsitektur yang digunakan sebagai
wadah kegiatan manusia.
22. Bangunan terdahulu adalah bangunan yang telah dibangun sebelum
Peraturan ini diberlakukan.
23. Bangunan rendah bangunan yang mempunyai ketinggian dari permukaan
tanah atau lantai dasar sampai dengan ketinggian maksimum 14 (empat
belas) meter atau maksimum 4 (empat) lantai.
24. Bangunan menegah adalah bangunan yang mempunyai ketinggian lebih dari
14 (empat belas) meter dari permukaan tanah atau lantai dasar sampai
dengan ketingian maksimum 40 (empat puluh) meter atau maksimum 8
(delapan) lantai.
25. Bangunan tinggi adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari
permukaan tanah lebih dari 40 (empat puluh) meter dari permukaan tanah
atau lantai dasar atau lebih dari 8 (delapan) lantai.
26. Bangunan pabrik dan/atau bangunan industri adalah bangunan yang
peruntukannya dipakai untuk segala macam kegiatan kerja untuk
memproduksi termasuk pergudangan.
27. Bangunan umum dan perdagangan adalah bangunan yang peruntukannya
dipakai untuk segala macam kegiatan kerja atau pertemuan umum,
perkantoran, pertokoan dan pasar.
28. Bangunan perumahan adalah bangunan yang peruntukannya layak dipakai
untuk tempat tinggal orang yang terdiri dari perumahan dalam komplek
perkampungan, perumahan sederhana dan perumahan lainnya.
29. Bangunan campuran adalah bangunan yang diperuntukannya merupakan
campuran dari jenis-jenis tersebut pada huruf 27 dan 28.
30. Konstruksi tahan api adalah konstruksi yang mempergunakan bahan
bangunan dengan campuran lapisan tertentu sehingga mempunyai ketahanan
terhadap api atau belum terbakar dalam jangka waktu yang dinyatakan dalam
satuan waktu (jam).
31. Bahan berbahaya adalah setiap zat/elemen, ikatan atau campurannya bersifat
mudah menyala/terbakar, korosif dan lain-lain karena penanganan,
penyimpanan, pengolahan atau pengemasannya dapat menimbulkan bahaya
terhadap manusia, peralatan dan lingkungan.
5
32. Bahan yang mudah terbakar adalah bahan yang apabila terkena panas/jilatan
api mudah terbakar dan cepat merambatkan api.
33. Bahan yang tidak mudah terbakar adalah bahan yang apabila terkena
panas/jilatan api tidak mudah terbakar dan lambat merambatkan api.
34. Sarana jalan keluar adalah jalan yang tidak terputus atau terhalang menuju
suatu jalan umum, termasuk didalamnya pintu penghubung, ruangan
penghubung jalan lantai, tangga pelindung, tangga kedap asap, pintu jalan
keluar dan halaman luar.
35. Jalan keluar adalah jalan yang diamankan dari ancaman bahaya kebakaran
dengan dinding, lantai, langit-langit dan pintu yang tahan api.
36. Beban hunian (occupant load) adalah batas jumlah yang boleh menempati
suatu bangunan atau bagian bangunan tertentu.
37. Kapsitas sarana jalan keluar adalah jumlah minimal lebar sarana jalan keluar
yang diperlukan pada suatu peruntukan bangunan tertentu.
38. Jarak tempuh adalah jarak maksimal dari titik terjauh pada suatu ruangan
sampai pada tempat yang aman baik berupa pintu ruangan, pintu tangga
kebakaran, jalan lintasan keluar dan halaman keluar.
39. Jalan lintas keluar (exit passageway) adalah suatu jalan lintasan mendatar
dari bagian ruang yang diperluas pada ruangan jalan keluar yang ada hingga
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan jalan keluar.
40. Ban berjalan (moving walk) adalah alat transportasi mendatar dalam
bangunan.
41. Tanda jalan keluar adalah suatu tanda yang dipasang untuk menunjukan
arah-arah jalan keluar tersebut.
42. Ruang efektif adalah ruang yang digunakan untuk menampung aktifitas yang
sesuai dengan fungsi bangunan, misalnya ruangan efektif suatu hotel antara
lain kamar, restoran dan lobby.
43. Ruang sirkulasi adalah ruang yang hanya dipergunakan lalu lintas atau
sirkulasi dalam bangunan misalnya pada bangunan hotel adalah koridor.
44. Jalan penghubung (koridor) adalah ruang sirkulasi horizontal pada bangunan
yang digunakan sebagai salah satu sarana menuju jalan keluar.
45. Jalan terlindung adalah jalan beratap yang menghubungkan antara bangunan
dengan bangunan atau bagian bangunan dengan bagian bangunan lainnya
dalam suatu bangunan.
46. Bukaan (opening) adalah lubang yang sesuai dengan fungsinya harus
terdapat pada dinding.
47. Bukaan tegak (vertical opening) adalah lubang yang menembus lantai dan
berbentuk cerobong (shaft).
48. Bahan komponen struktur bangunan adalah bahan bangunan yang dipakai
sebagai bahan pembentuk komponen struktur bangunan seperti kolom, balok,
dinding, lantai, atap dan sebagainya.
49. Dinding penyekat (partition) adalah dinding tidak permanent yang menyekat
ruang menjadi dua bagian.
50. Dinding pembagi adalah dinding yang membagi bangunan menjadi dua
bagian.
6
51. Dinding pemisah adalah dinding permanent yang memisahkan ruangan
menjadi dua bagian.
52. Dinding pelindung (parapet) adalah dinding yang membatasi melindungi
ruangan tidak permanen yang menyekat ruang atau lantai, atau balkon
terhadap bagian luar bangunan.
53. Bahan lapis penutup adalah bahan yang dipakai sebagai lapisan penutup
bagian dalam bangunan (interior finishing material).
54. Bahan pelapis lantai (floor finishing) adalah bahan pelapis yang ditempelkan
pada lantai bangunan yang tidak mudah terbakar.
55. Pembatas api (fire division) adalah dinding yang tidak mudah terbakar dan
digunakan untuk melokalisir kebakaran dalam suatu bagian bangunan.
56. Penghenti api (fire stopped) adalah suatu komponen konstruksi yang tidak
mudah terbakar, dipasang di tempat tertentu untuk menghentikan penjalaran
api.
57. Pintu tunggal adalah pintu kebakaran yang terdiri dari hanya sebuah pintu
jalan keluar.
58. Batang panik (panic hardware) adalah suatu alat berbentuk batang yang
dipasang pada pintu kebakaran untuk mempermudah membuka pintu bagi
orang dalam keadaan panik.
59. Tangga pantir (spiral) adalah tangga yang berbentuk spiral dengan beban
pemakaian ruang yang lebih kecil dari tangga biasa.
60. Tangga adalah sarana yang menghubungkan kegiatan vertikal dalam
bangunan.
61. Tangga kedap asap adalah tangga kebakaran baik berada pada bagian dalam
atau luar bangunan yang konstruksinya harus tahan api dan kedap asap.
62. Tangga kebakaran terlindung (fire isolated stairway) adalah tangga kebakaran
yang terpisah yang digunakan sebagai jalan keluar pada saat terjadi
kebakaran.
63. Tangga kebakaran tambahan (fire escape) adalah tangga tambahan yang ada
pada bangunan lama agar tersedia jalan keluar yang berbeda dan saling
berjatuhan untuk memenuhi jalan keluar.
64. Tangga tegak (ladder) adalah suatu tangga yang dipasang diluar bangunan
dan tidak digunakan sebagai sarana jalan keluar.
65. Bordes adalah tempat berpijak pada tangga yang terletak diantara 2(dua)
buah lantai.
66. Lantai tambahan (mezzanine) adalah lantai tambahan yang dibuat dalam
bangunan diantara 2 (dua) lantai bangunan, dengan luas tidak melebihi 0,5
(lima sepersepuluh) dari luas lantai bangunan tersebut.
67. Cerobong (shaft) adalah sumuran atau saluran tegak yang terdapat dalam
bangunan.
68. Luas lantai kotor adalah seluruh lantai bangunan.
69. Luas lantai bersih adalah luas lantai kotor dikurangi luas koridor, ruang tangga
dan luas ruangan yang digunakan untuk benda-benda tidak bergerak yang
berada pada lantai tersebut.
70. Suhu maksimal ruangan adalah suhu maksimal yang ditetapkan untuk suatu
ruangan.
7
71. Kaca berkawat adalah kaca yang berkerangka kawat.
72. Daerah kebakaran daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 50 (lima puluh) meter dari titik api kebakaran terakhir.
73. Daerah bahaya kebakaran adalah daearah yang terancam bahaya kebakaran
yang mempunyai jarak 25 (dua puluh lima) meter dari titik api kebakaran
terakhir.
74. Barisan sukarela kebakaran (balakar) adalah setiap orang atau anggota
masyarakat di Daerah yang telah diberikan ketrampilan khusus tentang
penanggulangan kebakaran dan dengan sukarela membantu tugas pemadam
kebakaran tingkat pertama yang organisasi dan tata kerjanya ditetapkan oleh
Walikota.
75. Manajemen sistim pengamaan kebakaran adalah suatu sistim pengelolaan
untuk mengamankan penghuni, pemakai bangunan maupun harta benda di
dalam dan lingkungan bangunan tersebut terhadap bahaya kebakaran.
76. Pengalih tenaga otomatis (automatic starting device) adalah suatu alat yang
apabila sumber aliran listrik utama terputus (padam) maka secara otomatis
memutuskan listrik secara keseluruhan.
BAB II
PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
Bagian Kesatu
Lingkungan perumahan
Pasal 2
Setiap warga penduduk di Daerah wajib berupaya aktif melakukan pencegahan dan
penanggulangan atas bahaya kebakaran, baik untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan umun.
Pasal 3
(2) Daerah yang jauh dari sumber air dan Lingkungan perumahan serta
lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidran atau sumur gali atau
reservoar atau tandon air kebakaran.
Pasal 4
(1) Jarak minimal antara blok bangunan harus diperhitungkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku berdasarkan tinggi, lebar dan persentase bukaan
yang terdapat pada bangunan sekitarnya, sehingga apabila salah satu
8
bangunan tersebut terbakar, maka bangunan lain disekitarnya tidak
terpengaruh oleh pancaran panas radiasi kebakaran tersebut.
(2) Jarak antara bangunan yang bersebelahan dengan bukaan saling berhadapan
sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi ketentuan :
Pasal 5
(2) Syarat teknis sebagaimana pada ayat (1), akan diatur lebih lanjut oleh
Peraturan Walikota.
Pasal 6
(1) Pemasangan instalasi bahan bakar gas untuk keperluan rumah tangga harus
memenuhi persyaratan kualitas bahan maupun konstruksinya agar dapat
menjamin keselamatan, keamanan dan bahaya kebakaran.
(2) Setiap tempat yang berisi bahan berbahaya, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, harus dipasang etiket yang menyebutkan sifat dan tingkat
bahayanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 7
9
(3) SKPD yang mempunyai kewenangan dibidang kebakaran dapat membentuk
tim dengan melibatkan pihak PLN dalam rangka melakukan audit listrik secara
berkala atau pada saat diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh jaringan
listrik yang digunakan aman terhadap bahaya kebakaran.
Pasal 8
(1) Setiap ruangan tertutup dengan luas tidak lebih dari 100 (seratus) meter
persegi harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam
jenis CO2 ukuran 2 (dua) Kg atau sederajat.
(2) Setiap ruangan tertutup dengan luas 500 (lima ratus) meter persegi harus
dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah pipa hidran menurut jenis dan
standard yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota.
Pasal 9
(2) Pada tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberi tanda
“DILARANG MASUK” dan atau “DILARANG MEROKOK”
Bagian Kedua
Bangunan Pabrik dan/atau Gudang
Pasal 10
(1) Setiap bangunan pabrik harus dilindungi dengan alat pemadam api ringan
yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan klasifikasi ancaman
bahaya kebakaran dan jarak jangkauannya.
(2) Setiap bangunan pabrik dengan ancaman bahaya kebakaran ringan harus
dilindungi alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimum 2A, 5B,
10B dan ditempatkan pada tempai-tempat yang jarak jangkauannya
rnaksimum 25 (dua puluh lima) meter.
(3) Setiap bangunan pabrik dengaan ancaman bahaya kebakaran sedang harus
dilindungi alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimum 2A, 10B,
20B dan ditempatkan pada tempat-tempat yang jangkauannya maksimum 20
(dua puluh) meter.
(4) Bangunan pabrik dengan ancaman bahaya kebakaran tinggi harus dilindungi
dengan alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimal 20A, 40B, 80B
dan ditempatkan pada tempat-tempat yang jangkauannya maksimum 15 (lima
belas) meter.
10
Pasal 11
(3) Setiap bangunan pabrik dengan ancaman kebakaran tinggi yang mempunyai
luas lantai minimum 600 (enam ratus) m2 dan maksimum 1200 (seribu dua
ratus) m2 harus dipasang minimum 2 (dua) titik hidran setiap penambahan 2
(dua) titik lantai maksimum 600 (enam ratus) m2 harus ditambah minimum 1
(satu) titik hidran.
Pasal 12
(1) Setiap bangunan pabrik dan atau bagiannya yang proses produksinya
menggunakan atau menghasilkan bahan yang mudah menimbulkan bahaya
kebakaran harus dilindungi dengan sistim alarm sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(4) Setiap ruangan instalasi listrik, generator gas turbin, atau instalasi pembangkit
tenaga harus dilengkapi dengan detektor kebocoran listrik yang dihubungkan
dengan sistim alarm otomatis dan sistim pemadam otomatis.
(5) Setiap ruangan tempat menyimpan cairan, gas atau bahan bakar mudah
menguap dan terbakar harus dilengkapi dengan detektor gas yang
dihubungkan dengan sistim alarm otomatis dan sistim pemadam otomatis.
11
Pasal 13
(1) Alat, pesawat, bahan cairan dan bahan lainnya yang dapat menimbulkan
ancaman bahaya kebakaran harus disimpan terpisah dan diberikan label
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Alat atau pesawat yang menimbulkan panas atau nyala api yang dapat
menyebabkan terbakarnya uap panas atau bahan sejenisnya, dilarang
dipasang atau digunakan pada jarak kurang dari 2 (dua) meter dari suatu
ruangan yang menggunakan bahan cairan yang mudah menguap dan
terbakar seperti tersebut pada ayat (1).
(3) Sistim saluran gas dan cairan yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan
katup pengaman yang memenuhi persyaratan dan ditandai dengan jeias.
(4) Ruang atau daerah dalam bangunan tadi dan/atau gudang yang digunakan
untuk penempatan ketel didih, generator, gardu listrik, dapur utama, ruang
rnesin, tabung gas dan atau daerah lainnya yang mempunyai potensi
kebakaran harus dibatasi oleh dinding atau lantai kompartemen yang nilai
ketahanan apinya minimum 3 (tiga) jam, sedangkan pada dinding atau lantai
kompartemen tersebut harus tidak terdapat lubang terbuka kecuali untuk
bukaan yang dilindungi.
Pasal 14
(1) Ruang pengasap dan atau pengering harus dibuat dari beton dan sekurang-
kurangnya dari tembok atau yang sejenisnya serta harus dilengkapi dengan
alat pengukur panas yang digunakan untuk itu.
(2) Ruang pengasap dan atau pengering serta alat pengukur panas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus selalu dirawat dan diawasi sehingga suhu di
dalam ruangan tersebut tidak melebihi batas maksimal yang telah ditentukan.
(3) Ruang cuci kering harus dibuat dari beton dan sekurang-kurangnya dari
tembok atau sejenis serta harus dilengkapi dengan alat pengukur panas yang
digunakan untuk itu dan diawasi sehingga tidak melebihi batas maksimum.
Pasal 15
Setiap perusahaan kayu harus mengatur persedian bahan usahanya sesuai dengan
keadaan dan kondisi tempat usaha, agar tidak menutup dan/atau menghalangi orang
yang masuk dan keluar untuk memudahkan pemadaman apabila terjadi kebakaran.
12
Pasal 16
(2) Ketentuan pemasangan dan tipe alarm sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 17
(1) Setiap bangunan atau bagian bangunan yang dilindungi dengan instalasi
alarm kebakaran otomatis, pemercik otomatis atau instalasi proteksi
kebakaran otomatis lainnya harus dipasang sesuai dengan ketentuan.
(2) Suatu instalasi pemercik otomatis atau instalasi proteksi kebakaran otomatis
lainnya, kecuali sistim pemadam api thermatic, harus dihubungkan dengan
instalasi alat kebakaran otomatis yang akan memberikan isyarat alarm dan
menunjukkan tempat asal kebakaran pada panel penunjuknya.
(3) Setiap pemasangan papan penunjuk atau panel dan katup pemercik yang
berfungsi sebagai sistim alarm otomatis, maka alarm kebakaran tersebut
harus dapat dihubungkan dengan pos pemadam terdekat atau dengan Dinas
Kebakaran.
Pasal 18
(1) Dalam hal sistim pemercik yang menggunakan tangki gravitasi, maka tangki
tersebut harus direncanakan dengan baik yaitu dengan mengatur peletakan
ketinggian, kapasitas penampungannya sehingga dapat menghasilkan aliran
dan tekanan air yang cukup pada setiap kepala pemercik.
(2) Isi tangki harus terisi minimum 2/3 (dua per tiga) bagian dan kemudian diberi
tekanan sekurang-kurangnya 5 (lima) kg/cm2.
(3) Jenis kepala pemercik yang digunakan harus sesuai dengan kondisi normal
dimana pemercik dipasang yaitu 30 (tiga puluh) derajat celcius diatas suhu
ruangan rata-rata.
(5) Jaringan pipa pemercik harus menggunakan pipa baja atau pipa baja galvanis
atau pipa besi tuang dengan flens atau pipa tembaga yang harus memenuhi
Standar Industri Indonesia (SII).
13
(6) Pada bangunan menegah tinggi pemasangan pemercik harus pada
keseluruhan lantai.
(7) Instalasi pemercik otomatis yang dipasang pada setiap bangunan atau bagian
bangunan harus sesuai dengan klasifikasi ancaman bahaya kebakaran
bangunannya sebagaimana ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 19
(1) Setiap bangunan pabrik harus dilindungi dengan alat pemadam api ringan
yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan klasifikasi ancaman
bahaya kebakaran dan jarak jangkauannya.
(2) Setiap bangunan pabrik dengan ancaman bahaya kebakaran ringan harus
dilindungi alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimum 2A, 5B,
10B dan ditempatkan pada tempai-tempat yang jarak jangkauannya
rnaksimum 25 (dua puluh lima) meter.
(3) Setiap bangunan pabrik dengaan ancaman bahaya kebakaran sedang harus
dilindungi alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimum 2A, 10B,
20B dan ditempatkan pada tempat-tempat yang jangkauannya maksimum 20
(dua puluh) meter.
(4) Bangunan pabrik dengan ancaman bahaya kebakaran tinggi harus dilindungi
dengan alat pemadam api ringan yang berdaya padam minimal 20A, 40B, 80B
dan ditempatkan pada tempat-tempat yang jangkauannya maksimum 15 (lima
belas) meter.
Pasal 20
Pasal 21
Setiap ruangan dalam suatu bangunan pabrik yang menggunakan ventilasi atau alat
tembus atau alat hisap untuk menghilangkan debu, kotoran dan asap (uap) maupun
penyegar udara yang pemasangannya harus memenuhi persyaratan yang akan
diatur lebih lanjut oleh Walikota.
14
Bagian Ketiga
Bangunan umum dan perdagangan
Pasal 22
(2) Setiap bangunan tempat beribadah dan tempat pendidikan harus dilindungi
dari ancaman bahaya kebakaran dengan alat pemadam api ringan yang
berdaya pada minimum 2A, 2B, 5B ditempatkan dengan jarak jangkauan
maksimum 25 (dua puluh lima) meter dari setiap tempat.
(3) Setiap bangunan pertokoan atau pasar harus dilengkapi dengan alat
pemadam api ringan yang berdaya padam minimum 2A, 2B, 5B dan
ditempatkan dengan jarak jangkauan maksimum 20 (dua puluh) meter persegi
dari setiap tempat.
Pasal 23
(3) Setiap bangunan tempat beribadah dan pendidikan untuk setiap 1000 (seribu)
m2 harus dipasang minimum 1 (satu) titik hidran.
Pasal 24
(1) Bangunan umum dan tempat perdagangan yang harus dilindungi dengan
sistim alarm kebakaran, pemasangannya harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
15
Pasal 25
(1) Setiap terminal angkutan umum darat harus dilengkapi dengan alat pemadam
api jenis kimia serba guna dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2).
(2) Setiap terminal angkutan umum darat harus menempatkan petugas khusus
yang dapat menggunakan alat pemadam.
Pasal 26
(1) Bangunan gedung parkir harus dilindungi dari ancaman bahaya kebakaran
dengan alat pemadam apinya, alarm kebakaran, hidran kebakaran dan
pemercik sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bangunan pabrik
dengan ancaman bahaya kebakaran sedang.
(2) Setiap peralatan parkir terbuka termasuk pool kendaraan harus dilindungi dari
ancaman bahaya kebakaran dengan alat pemadam api jenis gas atau kimia
kering serba guna yang berdaya padam minimum 3A, 5B, 10B dan
ditempatkan pada setiap tempat dengan jarak maksimum 30 (tiga puluh)
meter dari setiap tempat.
(3) Setiap pool kendaraan harus dilindungi dengan hidran kebakaran dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Pool kendaraan roda 2 (dua) yang berjumlah 300 unit atau lebih harus
terpasang 1 (satu) titik Hidrant.
b. Pool kendaraan roda 4 (empat) yang berjumlah 200 unit atau lebih
harus terpasang 1 (satu) titik Hidrant.
c. Pool kendaraan roda 6 (enam) yang berjumlah 100 unit atau lebih
harus terpasang 1 (dua) sampai 2 (dua) titik Hidrant.
Pasal 27
Bagian Keempat
Bangunan Perumahan
Pasal 28
16
(2) Bangunan perumahan sederhana harus dilindungi dari ancaman bahaya
kebakaran dengan alat pemadam api ringan yang berdaya padam 2A, 5B dan
ditempatkan dengan jarak maksimum 25 (dua puluh lima) meter dari setiap
tempat.
Pasal 29
(2) Setiap bangunan perumahan dengan luas minimum 1000 (seribu) m2 harus
memasang minimum 1 (satu) titik hidran.
Pasal 30
Bagian Kelima
Bangunan Campuran
Pasal 31
(2) Pengecualian terhadap ayat (1) apabila pada bagian bangunan yang
fungsinya mempunyai ancaman bahaya kebakaran lebih berat dipisahkan
dengan kompartemen yang ketahanan apinya disesuaikan dengan ancaman
bahaya kebakaran yang lebih berat tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
17
Bagian Keenam
Bangunan menengah dan tinggi
Pasal 32
(1) Ketentuan yang mengatur tentang konstruksi, struktur dan bahan bangunan
serta ketentuan tentang peralatan/perlengkapan pemadam kebakaran yang
harus dipergunakan pada bangunan yang dimaksud akan diatur lebih lanjut
oleh Walikota.
(2) Untuk melindungi bangunan terhadap kebakaran yang berasal dari sambaran
petir, maka pada bangunan khususnya bangunan menengah dan bangunan
tinggi harus dipasang penangkal petir.
(4) Pada atap teratas bangunan harus disediakan fasilitas penyelamat jiwa dalam
keadaan darurat.
(5) Untuk keperluan panyelamatan jiwa manusia dan atau keperluan lainnya atap
teratas bangunan dapat dipersiapkan landasan helikopter.
(6) Penyediaan landasan helikopter sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Pasal 33
Pasal 34
18
(2) Barang siapa yang berada di daerah kebakaran dan mengetahui tentang
adanya kebakaran segera melaporkannya kepada dinas yang menangani
kebakaran.
Pasal 35
Pasal 36
(1) Pada waktu terjadi kebakaran, siapapun yang berada di daerah kebakaran
diwajibkan menanti petunjuk dan atau perintah yang diberikan oleh petugas
yang berwenang
(2) Hal-hal yang terjadi di daerah kebakaran yang disebabkan karena tidak
dipatuhinya petunjuk dan perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya yang bersangkutan.
Pasal 37
19
Pasal 38
Dalam hal bekas kebakaran yang berupa bangunan dan barang dapat menimbulkan
ancaman keselamatan jiwa seseorang dan/atau bahaya kebakaran, pemilik dan atau
penghuni bangunan dan barang tersebut wajib mengadakan dan memberikan
kesempatan terlaksananya tindakan yang diangggap perlu oleh pimpinan petugas
Pemadam Kebakaran atau polisi.
Pasal 39
Pasal 40
Apabila bekas kebakaran yang berupa bangunan dan barang dapat menimbulkan
ancaman keselamatan jiwa seseorang dan atau bahaya kebakaran, pemilik dan atau
penghuni bangunan dan barang tersebut wajib mengadakan pencegahan dan
memberitahukan akan kejadian hal tersebut kepada Walikota atau pejabat yang
ditunjuk.
Pasal 41
BAB IV
SARANA PENYELAMATAN JIWA
Pasal 42
Dalam hal terjadinya kebakaran penyelamatan jiwa harus diutamakan dari pada
penyelamatan harta benda.
Pasal 43
20
(2) Kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kontruksi,
struktur, bahan bangunan dan jenis lainnya yang akan diatur lebih lanjut oleh
Walikota.
BAB V
PEMERIKSAAN, PERIZINAN DAN PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Izin dan Pemeriksaan
Pasal 44
Pasal 45
(2) Sertifkat klasifikasi bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diperbaharui setiap tahun.
Pasal 46
(1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk, dalam melakukan tugasnya dapat
memasuki tempat-tempat pertunjukan, keramaian umum, pertemuan dan
kegiatan lainnya.
21
Pasal 47
(2) Apabila terdapat hal-hal yang meragukan atau yang sifatnya tertutup, maka
Walikota dapat memerintahkan mengadakan penelitian dan pengujian
kembali.
(3) Semua pembiayaan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi tanggungan pemilik yang bersangkutan.
Pasal 48
(1) Setiap alat pencegah dan pemadam kebakaran harus diperiksa secara
berkala paling cepat 1 (satu) tahun sekali, paling lambat 3 (tiga) tahun sekali
serta dalam waktu 5 (lima) tahun sekali harus dilaksanakan pengetesan
tabung bahan pemadamnya dengan tekanan hidrolik. Disamping itu dapat
dilakukan pemeriksaan sewaktu-waktu dengan atau tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuknya.
(2) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memakai tanda
pengenal khusus disertai Surat Tugas yang ditandatangani oleh Walikota atau
Pejabat yang ditunjuk.
(3) Alat pencegah dan pemadam kebakaran yang tidak memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku harus segera diisi, diganti dan/atau
diperbaiki sehingga selalu berada dalam keadaan siap pakai.
(4) Setiap alat pemadam kebakaran yang digunakan harus dilengkapi dengan
petunjuk cara-cara penggunaan yang memuat uraian-uraian singkat jelas
tentang cara penggunaannya.
Pasal 49
(1) Setiap perorangan dan atau badan usaha yang melaksanakan pemasangan
sistim instalasi proteksi kebakaran harus mendapat izin Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk.
22
(2) Setiap perusahaan dan/atau badan usaha yang memasang, mendistribusikan,
memperdagangkan atau mengedarkan segala jenis alat pencegah dan
pemadam kebakaran dan pengisian kembali harus mendapaf izin dari
Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) berlaku 3 (tiga) tahun dan
dapat dan diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Pemegang izin harus membuat laporan tertulis kepada Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk tentang seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2).
Bagian Kedua
Pembinaan
Pasal 50
(1) Setiap bangunan Pabrik, Bangunan umum dan Bangunan Perdagangan yang
berpenghuni lebih dari 30 (tiga puluh) orang atau lebih harus dilaksanakan
program pelatihan dan pancegahan pemadaman kebakaran secara berkala,
teratur dan terus menerus kecuali ditentukan lain oleh Walikota.
(2) Setiap bangunan Pabrik, Bangunan umum dan Bangunan Perdagangan yang
berpenghuni lebih dari 30 (tiga puluh) orang atau lebih dalam rangka
pembinaan partisipasi rnasyarakat dibentuk Barisan Sukarela Kebakaran Kota
Bekasi, yang pengaturannya lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan
Walikota.
(4) Untuk bangunan rumah susun yang kapasitas penghuninya lebih dari 50 (lima
puluh) orang dan bangunan pabrik serta bangunan umum dan perdagangan
yang kapasitas penghuninya lebih dari 30 (tiga puluh) orang harus ditunjuk
seorang Kepala. dan seorang Wakil Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung
yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan manajemen sistim
pengamanan kebakaran setempat.
23
Pasal 51
BAB VI
KETENTUAN LARANGAN
Pasal 52
c. mendirikan gudang penyimpanan bahan kimia padat maupun cair dan atau
barang-barang lainnya yang mudah terbakar;
g. menyimpan bahan karbit atau bahan sejenis lainnya yang dalam keadaan
basah dapat menimbulkan gas yang mudah terbakar;
24
h. menyimpan benda dan seluloid (bahan untuk membuat plastik), kecuali
etalase toko dan untuk penggunaan sehari-hari dalam logam yang tertutup
dengan jarak kurang dari 1 (satu) meter dari segala jenis alat penerangan
kecuali penerangan listrik minimal 10 (sepuluh) centimeter;
i. menyimpan film ditempat yang berdekatan dengan bahan lain yang mudah
terbakar;
k. menempatkan benda dan atau cairan yang mudah terbakar di dalam ruangan
tempat digunakannya sinar-X;
l. mengangkut bahan bakar bahan kimia dan bahan sejenis lainnya yang mudah
terbakar dengan mempergunakan kendaraan yang bukan peruntukannya atau
bak terbuka;
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 53
Setiap pelanggaran atas kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemilik atau
pengelolaan atas penanggung jawab pembangunan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi administrasi sebagai berikut :
25
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 54
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
j. menghentikan penyidikan;
26
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 55
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2), Pasal 8, 9,10, 11, 12 ayat (1) dan (5), Pasal 13 ayat (1) dan (3), Pasal 14
ayat (1) dan (2), Pasal 32 ayat (2) dan (6), Pasal 48 ayat(1), Pasal 49 dan Pasal
52 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda
setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini pemilik, pengelola dan/atau penanggung
jawab pembangunan yang sudah ada sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah
ini segera menyesuaikan ketentuan yang berlaku pada Peraturan Daerah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini, diatur
dengan Peraturan dan/atau Keputusan Walikota paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal diundangkannya Peraturan Daerah ini.
27
Pasal 58
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Surat Keputusan Walikota Bekasi
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Ketentuan umum pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran dan Peraturan lain yang sederajat dan bertentangan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 59
Ditetapkan di Bekasi
pada tanggal 13 Juli 2009
WALIKOTA BEKASI
Ttd/Cap
H. MOCHTAR MOHAMAD
Diundangkan di Bekasi
pada tanggal 13 Juli 2009
Ttd/Cap
28