Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No.

2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN
KEJADIAN DIARE
Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah**

Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/lendir. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama, terutama masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan kematian terutama pada bayi dan balita bila
tidak ditangani dengan segera. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu dalam
mengasuh balita dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2013. Jenis penelitian adalah
Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi kunjungan ibu yang membawa Balita berobat ke
Puskesmas Rawat Inap Panjang perbulan 130, dan didapatkan sampel 60 responden. Pengumpulan data
diperoleh dengan mengisi lembar kuesioner dan analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare,
dengan (nilai p = 0.010, α < 0,005). Saran untuk petugas kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan tentang
PHBS dan penanganan Diare pada ibu-ibu yang memiliki Balita dan ibu yang memiliki Balita untuk lebih aktif
ke Posyandu agar anaknya sehat terhindar dari penyakit diare.

Kata kunci : Perilaku Ibu, Diare

LATAR BELAKANG Departemen Kesehatan RI melalui


Keputusan Direktorat Jenderal
Menurut Badan Kesehatan Dunia Pemberantasan Penyakit Menular dan
(WHO) dan UNICEF (2009), menyatakan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) telah
diare merupakan penyebab kematian mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan
nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 Pemantauan Program Pemberantasan Diare
pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. dengan tujuan khusus menurunkan angka
Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 kematian pada semua umur dari 54 per
juta anak meninggal dunia setiap tahunnya 100.000 penduduk menjadi 28 per 100.000
karena diare (Atmawikarta, 2010). Di penduduk, menurunkan angka kematian
Indonesia, diare masih merupakan salah balita dari 2,5 per 1.000 anak menjadi 1,25
satu masalah kesehatan masyarakat utama. per 1.000 anak dan menurunkan angka
Hal ini disebabkan masih tingginya angka fatalitas kasus diare pada Kejadian Luar
kesakitan dan menimbulkan banyak Biasa dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen
kematian terutama pada bayi dan balita, (Kemenkes RI 2012,
serta sering menimbulkan Kejadian Luar http//www.depkes.go.id).
Biasa. Tujuan pembangunan di Indonesia Di Indonesia, pada tahun 2010,
salah satunya untuk meningkatkan taraf jumlah penderita diare mencapai 4.422.427
kesehatan, maka ditetapkan suatu penderita, dengan Kejadian Luar Biasa
kebijakan pemerintah dalam (KLB) yang terjadi di 14 provinsi
pemberantasan penyakit diare di Indonesia sebanyak 5.756 penderita, jumlah kematian
antara lain bertujuan untuk menurunkan 100 orang, dengan (Case Fatality Rate)
angka kesakitan, angka kematian dan CFR 1,74%. Pada tahun 2011, jumlah
penanggulangan Kejadian Luar Biasa penderita diare mencapai 9.739.163
(Kemenkes RI 2012, penderita,dengan Kejadian Luar Biasa
http//www.depkes.go.id). (KLB) diare terjadi di 11 provinsi di

[164]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Indonesia dengan jumlah penderita KLB Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, angka


diare sebanyak 4.204 orang, jumlah kejadian diare di Provinsi Lampung pada
kematian sebanyak 73 orang dengan Case tahun 2012 sebanyak 158.082 penderita
Fatality Rate (CFR) sebesar 1,74% (Profil (Om wiez, 2013
Kesehatan Indonesia, 2011). Di Indonesia, http://www.slideshare.net/om_wiez/). Dari
diare masih merupakan salah satu masalah data SP2TP Puskesmas Rawat Inap
kesehatan masyarakat utama. Hal ini Panjang tahun 2010, khususnya daerah
dibuktikan dengan masih tingginya angka kesakitan diperoleh data 10 besar penyakit
kesakitan diare dan menimbulkan banyak yang terbanyak di Puskesmas Rawat Inap
kematian terutama pada bayi dan balita, Panjang, ditemukan bahwa diare
serta sering menimbulkan Kejadian Luar menempati urutan ke 5 dengan jumlah
Biasa (Widoyono, 2011). penderita 2.134 balita (Perencanaan
Diare adalah bertambahnya frekuensi Tingkat Puskesmas Rawat Inap Panjang,
defekasi lebih dari 3 kali per hari yang 2011). Dari Laporan Survailans Terpadu
disertai dengan perubahan konsistensi tinja Penyakit Berbasis Puskesmas Sentinel di
menjadi cair, kandungan air tinja lebih Puskesmas Rawat Inap Panjang,
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram Kabupaten Bandar Lampung, pada bulan
atau 200 ml/24 jam (Suraatmaja, 2005). Januari tahun 2013 didapatkan jumlah
Penyebab utama kematian akibat diare penderita diare pada usia balita (1-4 tahun)
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan sebanyak 36 balita, dan pada bulan
dan elektrolit melalui tinja. Golongan usia Februari tahun 2013 didapatkan jumlah
yang paling menderita akibat diare adalah penderita diare pada usia balita (1-4 tahun)
anak-anak karena daya tahan tubuhnya sebanyak 23 balita. Dan tidak ditemukan
yang masih lemah. Pada anak-anak yang balita yang meninggal akibat diare.
gizinya tidak begitu baik, sering menderita (Laporan Survailans Terpadu Penyakit
diare walaupun tergolong ringan. Akan Berbasis Puskesmas Sentinel di Puskesmas
tetapi karena diare itu di barengi oleh Rawat Inap Panjang, 2013).
menurunnya nafsu makan dan keadaan Menurut penelitian Ayu R.Y, (2010)
tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang meneliti tentang Hubungan Pola
sangat membahayakan kesehatan anak, ibu Asuh Balita dan Kejadian Diare di
biasanya tidak menanggapinya secara Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan
sungguh-sungguh karena sifat diarenya Kota Surabaya dengan 100 responden
ringan, padahal penyakit diare walaupun di didapatkan hasil bahwa sebanyak 29%
anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi responden tidak terlibat secara penuh
kesehatan anak, pandangan masyarakat dalam pengasuhan kepada anak. Sebanyak
untuk menanggulangi penyakit diare, anak 71% responden memilih untuk mengasuh
harus di puasakan, usus di kosongkan agar anaknya sendiri. Hasil uji bivariat, ada
tidak terjadi rangsangan yang hubungan antara tipe pola asuh orangtua
menyebabkan anak merasa ingin buang air pada dengan kejadian diare pada balita
besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi dengan p value 0,001,α < 0.005.
kurang, keadaan gizinya akan menjadi Dari hasil presurvey yang peneliti
lebih buruk akibat puasa, maka lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
memuasakan anak pada saat diare Rawat Inap Panjang pada tanggal 18 dan
ditambah dengan dehidrasi yang mudah 19 Maret 2013, ditemukan 10 ibu yang
terjadi pada anak saat diare akan datang ke Puskesmas Panjang untuk
memperburuk keadaan bahkan dapat membawa anaknya berobat karena sakit
menyebabkan kematian (Purbasari,2009). diare. Hasil wawancara, ibu yang
Berdasarkan data dari Dinas memberikan ASI dan makanan tambahan
Kesehatan Provinsi Lampung, yaitu usia 1-6 bulan 20%, ASI saja 80%, ibu
Laporan Evaluasi Program P3PL dan balita yang cuci tangan sebelum dan

[165]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

sesudah merawat anaknya misal memberi HASIL


ASI, BAB, BAK hasilnya 60% cuci tangan
pakai sabun, 30% cuci tangan pakai air Analisa Univariat
saja, 10 % tidak cuci tangan. Hal ini
menunjukkan sebagian besar perilaku ibu Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
cukup baik dalam mengasuh balitanya, bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita
namun masih ada anaknya yang terkena dengan kategori baik sebanyak 43
diare. Maka dari itu peneliti tertarik untuk responden (71,3%), dan perilaku ibu dalam
melakukan penelitian mengenai mengasuh balita dengan kategori buruk
“Hubungan Perilaku Ibu Dalam Mengasuh sebanyak 17 responden (28,7%);
Balita Dengan Kejadian Diare di sedangkan kejadian diare dari 60 balita
Puskesmas Rawat Inap Panjang Propinsi yang berkunjung didapatkan 25 (41,7%)
Lampung tahun 2013.” balita menderita diare, dan 35 (58,3%)
balita tidak menderita diare.
METODE
Analisa Bivariat
Rancangan penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan pendekatan Tabel 1: Hubungan Perilaku Ibu dalam
cross sectional. Hipotesis yang dibuktikan Mengasuh Balita dengan Kejadian
dalam penelitian ini adalah ada hubungan Diare
prilaku ibu dalam mengasuh balita dengan  
kejadian diare . Kejadian Diare Total
Perilaku
Variabel independen dalam penelitian Tidak
Ibu Diare % % f %
ini adalah prilaku ibu dalam mengasuh Diare
balita meliputi pemberian ASI / MP.ASI, Buruk 12 70,6 5 29,4 17 100
Baik 13 30,2 30 69,8 43 100
penggunaan air bersih, mencuci tangan
Total 25 41,7 35 58,3 60 100
menggunakan sabun, sanitasi makanan, p-value 0,010
penggunaan jamban dan membuang tinja. OR 5,5
Variabel dependen adalah kejadian Diare.
Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
ibu-ibu yang membawa balitanya berobat dari 17 ibu dengan perilaku mengasuh
di Puskesmas Rawat Inap Panjang, dengan balita yang buruk didapatkan 12 balita
jumlah populasi rata-rata enam bulan (70,6%) mengalami diare dan 5 balita
pertama (Januari-Juni) pada tahun 2013 (29,4%) tidak mengalami diare. Sedangkan
sebanyak 130 yang membawa balitanya dari 43 ibu dengan perilaku mengasuh
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Panjang balita yang baik didapatkan 13 balita
(Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (30,2%) mengalami diare dan 30 balita
Berbasis Puskesmas Sentinel, 2013). (69,8%) tidak mengalami diare. Hasil uji
Teknik pengambilan sampel pada statistik diperoleh P value 0,010 dimana
penelitian ini adalah menggunakan teknik nilai p <α (0,05), sehingga ada hubungan
quota sampling. yang dilakukan dengan yang bermakna atau signifikan antara
cara menetapkan jumlah anggota sampel perilaku ibu dalam mengasuh balita
sacara quotom atau jatah yaitu sebanyak 60 dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat
responden. Penelitian ini telah Inap Panjang Tahun 2013, dengan nilai OR
dilaksanakan tanggal 8 – 14 juli 2013.  5,5 yang artinya bahwa ibu yang
Pengumpulan data dalam penelitian ini mempunyai perilaku buruk dalam
menggunakan lembar kuisioner. mengasuh balitanya mempunyai peluang
5,5 kali balitanya terkena diare
dibandingkan ibu yang berperilaku baik
dalam mengasuh balitanya.

[166]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

PEMBAHASAN termasuk dalam 10 indikator Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat dalam Keluarga.
Perilaku Ibu dalam Mengasuh Balita Perilaku dapat dipengaruhi dari
pengetahuan seseorang. Dan pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian seseorang itu dapat dipengaruhi dari
diperoleh hasil bahwa perilaku ibu dalam tingkat pendidikannya. Dari hasil
mengasuh balita dengan kategori baik penelitian ini, didapat 85% pendidikan
sebanyak 43 responden (71,3%), dan responden menengah keatas, sehingga
perilaku ibu dalam mengasuh balita dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
dengan kategori buruk sebanyak 17 responden memiliki pendidikan yang baik.
responden (28,7%). Hal itu sejalan dengan teori Green, yaitu
Perilaku merupakan respons atau pengetahuan adalah salah satu faktor
reaksi seorang terhadap stimulus pendorong seseorang untuk berperilaku
(rangsangan dari luar). Oleh karena baik.
perilaku ini terjadi melalui proses adanya Menurut Laurence Green dalam
stimulus terhadap individu dan kemudian Notoadmodjo (2007), perilaku juga dapat
individu tersebut merespons (Notoatmodjo, dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan
2007). Beberapa teori yang telah dicoba fasilitas-fasilitas kesehatan. Fasilitas
untuk mengungkapkan determinan kesehatan yang terdapat di Wilayah Kerja
perilaku dari analisis faktor-faktor yang Puskesmas Panjang cukup memadahi.
mempengaruhi perilaku yang berhubungan Dengan adanya Puskesmas Induk Rawat
dengan kesehatan, salah satunya adalah Inap Panjang, puskesmas pembantu,
teori dari Lawrence Green. Menurut posyandu, dokter praktek, bidan praktek,
Laurence Green (1965) dalam dan apotek dapat membantu masyarakat
Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa dalam menyelesaikan atau mengatasi
perilaku itu ditentukan dan terbentuk dari 3 masalah kesehatan, terutama ibu yang
faktor, yaitu faktor predisposisi berupa mempuyai balita. Dengan tersedianya
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, fasilitaas kesehatan yang memadahi, ibu
keyakinan, dan nilai-nilai. Yang kedua dengan mudah mendapatkan informasi
yaitu faktor pendukung berupa lingkungan kesehatan maupun pengobatan bila
fisik, tersedia atau tidak tersedianya balitanya sedang sakit. Semakin sering ibu
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana terpapar dengan fasilitas kesehatan, ibu
kesehatan, misalnya puskesmas, dan obat- akan semakin tahu tentang masalah
obatan. Dan yang ketiga adalah faktor kesehatan pada balitanya dan akan
pendorong berupa sikap dan perilaku berperilaku baik dalam mengasuh
petugas kesehatan, atau petugas yang lain, balitanya agar terhindar dari serangan
yang merupakan kelompok referensi dari penyakit, terutama diare.
perilaku masyarakat.
Nursalam (2005) menyebutkan Kejadian Diare
bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita
yang baik adalah memberikan ASI secara Berdasarkan hasil penelitian
penuh untuk 4-6 bulan pertama dari diperoleh hasil bahwa dari 60 balita
kehidupan, penggunaan jamban dan didapatkan 25 (41,7%) balita menderita
membuang tinja sehat, menyimpan diare, dan 35 (58,3%) balita tidak
makanan masak di tempat tertutup, air menderita diare.
minum yang bersih atau tidak tercemar Diare adalah frekuensi dan likuiditas
dengan bakteri tinja, dan mencuci tangan buang air besar (BAB) yang abnormal,
sesudah buang air besar, sesudah biasanya defekasi lebih dari 3 kali sehari,
membuang tinja, atau sebelum menjamah disertai perubahan tinja menjadi cair
makanan. Dari kelima perilaku tersebut (Sukandar, 2009). Dari hasil penelitian ini,
didapatkan setiap anak yang sedang diare,

[167]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

mengalami Buang Air Besar (BAB) lebih Nursalam (2005) menyebutkan


dari 3 kali seehari dan tinja berbentuk cair, bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita
dan anak yang sedang tidak diare, BAB yang buruk adalah salah satu penyebab
kurang dari 3 kali sehari, dan tinja utama diare, yaitu tidak memberikan ASI
berbentuk padat atau lunak. Nursalam secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
(2005) menyebutkan bahwa penyebab kehidupan, penggunaan jamban dan
utama diare dibagi menjadi 2 bagian, yaitu membuang tinja yang tidak sehat,
kuman usus dan perilaku ibu yang tidak menyimpan makanan masak pada suhu
baik. kamar (sanitasi makanan tidak baik), air
Terdapat 85% responden mempunyai minum yang tidak bersih atau tercemar
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dengan bakteri tinja, dan tidak mencuci
(IRT) dan 15% adalah wiraswasta. Dari tangan sesudah buang air besar, sesudah
hasil wawancara dengan beberapa membuang tinja, atau sebelum menjamah
responden yang bekerja sebagai IRT, makanan.
sebagian besar mereka mempunyai banyak Berdasarkan penelitian yang
waktu untuk balitanya. Mereka dapat dilakukan oleh Ayu R (2010) yang
memberi perhatian lebih terhadap anaknya. berjudul “Hubungan Pola Asuh Balita
Hal itu memungkinkan ibu baik dalam dengan Kejadian Diare di Kawasan
mengasuh balitanya, sehingga resiko Endemik Diare, Kelurahan Pakis,
terjadinya diare pada balitanya dapat Kecamatan Sawahan, Surabaya, tahun
diminimalkan. Berbeda dengan ibu yang 2010”. Penelitian ini menggunakan α =
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta. 0,05, dengan hasil ada hubungan antara
Dari hasil wawancara, sebagian besar tipe pola asuh orangtua dengan kejadian
responden yang bekerja sebagai diare pada balita (p,value 0,01).
wiraswasta, tidak banyak waktu untuk Ibu yang berperilaku baik dapat
balitanya, karena terlalu sibuk dalam mengurangi kejadian diare pada balitanya,
pekerjaannya. Hal ini memungkinkan ibu karena ibu yang berperilaku baik tentunya
kurang dalam perawatan dan mengasuh akan bertindak mencegah atau
balitanya, sehingga anaknya lebih mudah menghindari dari penyakit dan penyebab
terserang diare. penyakit atau masalah dan penyebab
masalah kesehatan (preventif), dan
Hubungan Perilaku Ibu dalam perilaku dalam mengupayakan
Mengasuh Balita dengan Kejadian meningkatnya kesehatan (promotif),
Diare sehingga dapat mengaplikasikan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam mengasuh
Dari hasil penelitian dapat diketahui balitanya. Menurut peneliti, perilaku ibu
bahwa dari 17 ibu dengan perilaku yang baik dalam penelitian ini disebabkan
mengasuh balita yang buruk didapatkan 12 karena pengetahuan ibu yang tinggi
balita (70,6%) mengalami diare dan 5 tentang cara mengasuh balita, hal ini
balita (29,4%) tidak mengalami diare. didukung dari pendidikan ibu sebagian
Sedangkan dari 43 ibu dengan perilaku besar menengah keatas, dan tersedianya
mengasuh balita yang baik didapatkan 13 fasilitas kesehatan yang memadahi
balita (30,2%) mengalami diare dan 30 Wilayah Kerja Puskesmas Panjang.
balita (69,8%) tidak mengalami diare.
Didapatkan nilai p sebesar 0,010 dimana KESIMPULAN
nilai p <α (0,05), sehingga ada hubungan
yang bermakna atau signifikan antara Penelitian ini menyimpulkan prilaku ibu
perilaku ibu dalam mengasuh balita dalam mengasuh balita yang terkena diare
dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat 71,7% berprilaku baik, dari jumlah balita
Inap Panjang Tahun 2013. yang berkunjung ke Puskesmas dengan

[168]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

diare 41,7%.Setelah dilakukan uji statistik Ayu R ( 2010).Hubungan Pola Asuh Balita
Chi Square dengan derajat kepercayaan dengan Kejadian Diare di Kelurahan
(CI) 95% nilai α 0,05 dihasilkan pvalue Pakis Kec.Sawahan Kota
0,010, ini menunjukkan terdapat hubungan Surabaya.Skripsi.
prilaku ibu dalam mengasuh Balita dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
kejadian diare.Berdasarkan hal tersebut (2007). Data Penduduk Sasaran
peneliti menyarankan petugas kesehatan Progam Pembangunan Kesehatan
diPuskesmas selalu memberikan 2005-2009. Jakarta. Pusat Data dan
penyuluhan tentang PHBS agar kejadian Informasi Depkes RI
diare bisa diturunkan.Pada ibu yang Kementerian Kesehatan Republik
memiliki Balita sebulan sekali selalu Indonesia (2011). Profil Kesehatan
berkunjung ke Posyandu, agar kesehatan Indonesia 2010. Jakarta
Balita selalu terjaga. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan Repulik
Indonseia (2012). Profil Data
  Kesehatan Indonesia Tahun2011
*  Alumni Prodi Keperawatan http//www.depkes.go.id, Mei 2012
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Laporan Survailans Terpadu Penyakit
Tanjungkarang Berbasis Puskesmas Sentinel di
** Dosen pada Prodi Keperawatan Puskesmas Rawat Inap Panjang,
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes 2013. Puskesmas Rawat Inap
Tanjungkarang Panjang
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Nursalam, DR.,M. Nurs dkk (2005).
Asuhan Keperawatan Bayi dan
Atmawikarta (2010). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Perencanaan Tingkat Puskesmas Rawat
Medika Inap Panjang, (2011) Puskesmas
Rawat Inap Panjang

[169]

Anda mungkin juga menyukai