Klasifikasi Dan Pemanfaatan Batu Kapur.d
Klasifikasi Dan Pemanfaatan Batu Kapur.d
PENDAHULUAN
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin saya sampaikan sebagi berikut:
d. Mengetahui mula jadi terbentuknya batu kapur.
e. Mengetahui klasifikasi batu kapur dari berbagai acuan.
f. Mengetahui manfaat batu kapur dalam kehidupan sehari-hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam
tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium . Kadar magnesium
yang tinggi mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan
dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini
meyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di Jawa umumnya
tinggi (CaO>50%). Selain magnesium batu gamping kerapkali tercampur
dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada umumnya batu gamping yang padat gamping yang padat dan
keras mempunyai berat jenis. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu
gamping yang sarang (porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi
dari putih susu, abu -abu tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya
disebabkan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan
disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organik.
Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah menjadi marmer.
Dibeberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan
gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan kerjanya
air tanah. Air hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil
pembusukan zat organik dipermukaan setelah meresap kedalam tanah dapat
melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia
yang berlangsung adalah :
CaCO3 + 2CO2 + H2O ↔ Ca(HCO3 )2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam
bentuk gua atau sungai bawah tanah.
Seperti dijelaskan dimuka, secara geologi batu ganoping mungkin
berubah menjadi dolomitan (MgO 2,2% - 10,9%) atau dolomit (MgO >
19,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan unsur
magnesium dari laut kedalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit
juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu gamping.
Ada hubungan yang erat antara batu gamping dan dolomit seperti yang
dikemukan oleh Pettijohn (1949).
6
Berdasarkan lokasi pembentukannya, batu kapur dibedakan menjadi 2
proses, yaitu:
1. Pembentukan batu kapur pada lingkungan laut
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan
pada perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan
ideal di mana organisme mampu membentuk cangkang kalsium
karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan pembentuk
batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang
selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping.
Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk
pembentukan sebuah massa sedimen. Batugamping yang terbentuk
dari sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan sedimen
biologis. Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.
Beberapa batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung
kalsium karbonat dari air laut. Batugamping yang terbentuk dengan
cara ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia. Batugamping
yang terbentuk seperti ini dianggap kurang melimpah dibandingkan
batugamping biologis.
Gambar 3. Mudstone
2. Wackestone
Gambar 4. Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang
mengandung lebih dari10%allochemsdalam matriks lumpur
karbonat. Ini adalah bagian dariklasifikasiDunham batuan karbonat.
Dalam klasifikasi banyak digunakan lain karenaFolk ,deskripsi yang
setara akan, misalnya, oopelmicrite, dimana allochems yang
9
dimaksud adala hooids dan peloids. Wackstone merupakan lumpur
didukung batu kapur yangmengandung butiran karbonat lebih dari
10% (lebih besar dari 20 mikron) "mengambang" dalam matriks
lumpur halus-halus kapur.
3. Boundstone
Bounstone merupakan hubungan antar komponen tertutup yang
berhubungan dengan rapat (oolite).Karbonat batuan menunjukkan
tanda-tanda terikat selama pengendapan (Dunham,1962). Embry
dan Klovan (1972) lebih diperluas klasifikasi boundstone atas dasar
kaindari boundstone tersebut.
Gambar 5. Boundstone
Boundstone merupakan batu kapur yang terikat olehganggang,
karang, atau organisme uniseluler lainnya ketika dia terbentuk.
Boundstone ditemukan didaerah sekitar terumbu karang, dan daerah
yang terumbu karang 2,5-3 jutatahun lalu, tapi mungkin dikelilingi
lahan kering. Tergantung pada cara bahan organik telah diatur
dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis bahan organik itu,
boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone, bindstone,
atau bafflestone.
Mereka memiliki tiga subdivisi:
o Framestone
Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yang
terjadi berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba
dan pasir yangmengeras. Dan ruang antara bertahap diisi
dengan pasir , sedimen, dan kristalkalsit.Dalam waktu yang
lama, air surut dan struktur itu terus menerus terkenaudara, dan
penyemenan alami dari padat sedimen diawetkan sisa-sisa
bahanorganik sebagai fosil.
10
o Bindstone:
hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas
bersama-sama, ditandai dengan adanya dispersi. Yang mengikat
di bindstone padaumumnya adalah ganggang, yang bersama-
sama dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori
yang disebabkan oleh gelembung gas yang
menjaditerperangkap dalam sedimen selama pembentukan.
Stromatolit, berupa gundukan fosil alga berlapis dan sedimen,
yang bentuk paling umum dari bindstone. Bindstone
kebanyakan berorientasi secara vertikal. Bindstone merupakan
jenisyang paling banyak ditemukan dari boundstone.
o Bafflestone:
terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang berbentuk
paralel sehingga hanya sedimen halus yang melewatinya.
Akibatnya, komposisi bafflestone, selain karang fosil, sebagian
besar pasir alami-semen dan lumpur. Pasir ini terdiri dari kalsit
homogen dan lumpur terdiri dari campuran residu tertinggal
setelah lumpur karbonat yang disaring. Struktur unik dari
bafflestoneyaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal
tumbuh karang, dan karena ituterbatas pada individu kecil.
4. Grainstone
Merupakan hubungan antar komponen-komponen tanpa lumpur
sehingga sering disebut batuan karbonat bebas lumpur, yang
didukung butir. Dunham(1962) , batuan ini berasal :
(1) Grainstone terbentuk pada kondisi energ iyang tinggi, butiran
produktif lingkungan di mana lumpur tidak dapat terakumulasi,
(2) terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada
lingkungan. Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal
sebagai karbonat yang terdapat pada sekitar pantai.
Gambar 6. Grainstone
11
5. Packstone
Packtone merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah
betolit. Butir-bitirnyadidukung batuan karbonat berlumpur
(Dunham, 1962). Lucia (1999) dibagi packstones ke dalam lumpur
yang didominasi (ruang pori total dipenuhi umpur) dan yang
didominasi (beberapa ruang pori antar butir bebas darilumpur)
packstones. Divisi ini adalah penting dalam memahami
kualitasreservoir karena lumpur plugs ruang partikel pori.
Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan. Lumpur
menunjukkan proses energi yang lebihrendah , sedangkan
kelimpahan butir menunjukkan proses energi yang lebihtinggi .
menurut Dunham (1962) asal packstones: (1) packstone berasal
dariwackestones dipadatkan,
(2) berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir
dari sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen,
(3) terbentuk dalam air yang tenang, atau
(4) hasil pencampuran dari berbagai lapisan sedimen. Di mana
butirnya yang sangat besar, Embry dan Klovan(1971) contohnya
karbonat rudstones.
12
Analog dengan matrik pada lempung atau matrik lempung pada
batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang tersusun oleh butiran
berukuran 1- 4 pm.
Sparry calcite (sparit)
Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit
karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi
rongga antar pori.
13
c. Klasifikasi Menurut Embry dan Klovan (1971)
Klasifikasi Embry & Klovan (1971) sebenarnya lebih cocok digunakan
pada saat pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan lup.
Berikut adalah penjelasan penggunaan klasifikasinya :
Merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962).
Seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas
didalam ukuran butir, yaitu ukuran grain >= 0,03-2 mm dan ukuran
lumpur karbonat < 0,03 mm.
Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batu
gamping menjadi 2 kelompok :
1. Batugamping allochthon : jika komponen atau material
terlihat terikat secara organis tidak selama proses deposisi
(mudstone, wackestone)
2. Batugamping autochthon : material-material yang terikat
secara organis selama proses deposisi (bafflestone, bindstone,
dan framestone).
Sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat energi
pengendapan
1. Allochthonus
Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat
secara organis tidak selama proses deposisi. Dan pada batuan
mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm
sebanyak lebih dari 10%, batuan yang bersifat allochtonus oleh
Embry & Klovan (1971) dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
– Matrix supported
Yaitu jika batuan mengandung material-material yang
berukuran lebih dari 2 mm namun masih bersifat matrix
supported atau antar butiran fragmen tidak saling
bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya
adalah Mudstone (Floatsone)
– Component supported
Yaitu jika batuan mengandung material-material yang
berukuran lebih dari 2 mm lebih dari 10% dan
bersifat somponent supported atau antar butiran
fragmennya saling bersinggungan. Selanjutnya, nama
batuannya adalah Wackedstone (Rudstone)
14
Gambar 9. Sayatan floatstone
2. Autochtonus
Berbeda dengan allochtonus, Autochtonus merupakan material-
material yang terikat secara organis selama proses deposisi. Hal
ini lebih dikarenakan adanya aktivitas organisme pada saat
proses deposisi sedimen yang mengakibatkan material-material
terikat dan terkompaksi menjadi batuan. Berdasarkan sifat
pengikat batuan oleh aktivitas organisme dibedakan menjadi 3
macam antara lain :
16
Bagan 1. Klasifikasi Mount untuk penamaan batuan campuran silisiklastik-
karbonat (Mount,1985)
18
5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama
tersusun oleh kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil
yang terbentuk oleh hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat
pada butir pasir atau cangkang fragmen. Material ini sangat jarang
digunakan, namun beberapa bagian dapat dipoles sebagai ubin
atau alas bangunan dan trotoar. Batuan ini juga dapat digunakan
sebagai batu hias dalam pembuatan perhiasan.
6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh
presipitasi evaporasi, sering terbentuk di dalam gua, yang
menghasilkan deposit seperti stalaktit, stalakmit dan flowstone.
Travetine sering digunakan sebagai bahan bangunan. Bangsa
Romawi menggunakan travetine sebagai bangunan candi, saluran
air, monumen, kompleks mandi, amphiteater dan colosseum,
bangunan terkenal di Italia juga sebagian besar dibangun dari
travetine. Travetine adalah salah satu dari batu alam yang
digunakan sebagai paving teras dan tanaman jalan, dan yang
paling umum sebagai ukiran ubin untuk instalasi lantai.
7. Tufa: Sebuah batu kapur yang dihasilkan oleh pengendapan air
kalsium sarat dengan air panas, danau atau lokasi lainnya. Proses
geotermal air panas terkadang menghasilkan sejenis (kurang
berpori) deposit karbonat travetine atau disebut sebagai meteogene
travetine. Tufa saat ini dibentuk sebagai wadah tanaman.
Konsitensi berpori yang membuat tufa ideal untuk perkebunan
alpine. Endapan modern dan fosil tufa yang berlimpah dengan
tanaman lahan basah ditandai dengan komponen macrobiological
besar dan berpori dapat berguna sebagai pembentukan saluran
fluvial dan pengaturan endapan fluvial
19
c. Jenis-Jenis Batu Kapur Berdasarkan Hasil Produk:
1. Kapur kalsit (CaCO3)
Terdiri dari batu kapur kalsit. Proses pembentukannya yaitu batu
kapur kalsit ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.
2. Kapur dolomite [CaMg(CO3)2]
Terdiri dari batu kapur dolomite. Proses pembentukannya yaitu
batu kapur dolomite ditumbuk (digiling) sampai kehalusan
tertentu.
3. Kapur bakar, quick lime (CaO)
Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO.
CaCO3 + panas CaO + CO2
4. Kapur hidrat, slaked lime [Ca(OH)2]
CaO + H2O Ca (OH)2 + panas
(di beri air) kapur hidrat
20
2.5. Manfaat Kapur
Kapur merupakan bahan galian startegis untuk dikembangkan, sebagai
bahan pertimbangannya ialah
1. Keterdapatan karst kapur di Indonesia yang cukup berlimpah dan
keanekaragaman prototipe karst batuan karbonat yang berbeda dari
setiap sebaran. Hal ini menambah nilai tambah bagi setiap daerah
mengembangkan produk bahan galian semaksimal mungkin.
2. Kapur memiliki peran penting dalam hampir seluruh sektor industri dan
rumah tangga, sehingga menjadikan kapur sebagai bahan vital yang
harus dikembangkan pemanfaatannya. Agar nantinya, kapur bukannya
hanya sebagai bahan tambahan atapun sampingan tetapi bahan strategis
untuk diolah.
3. Kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor bahan mentah ke luar
negeri, menjadikan bahan olahan kapur yang lebih maksimal agar
nantinya banyak hasil barang jadi siap pakai untuk diekspor ke luar
negeri.
Beberapa manfaat kapur dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan bangunan: Kapur sering dipotong menjadi blok dan
lempengan dimensi tertentu untuk digunakan dalam konstruksi dan
arsitektur. Hal ini digunakan untuk pemolesan batu, ubin lantai,
tapak tangga, kusen jendela, dan sebagainya. Sebagai bahan lapisan
atap agar tahan akan cuaca dan tahan panas. Sebagai batu hancur
untuk dasar jalan dan kereta api pemberat. Hal ini digunakan sebagai
agregat dalam beton. Sebagai bahan baku proses dalam kiln dengan
shale hancur untuk membuat semen.
2. Dalam bidang pertanian: Kapur memiliki peran sebagai AgLime
berfungsi sebagai penetralisis unsur tanah yang mengandung asam.
Apabila kalsium karbonat (CaC03) dipanaskan dengan suhu tinggi
dalam kiln, produk akan menjadi pelepasan gas karbon dioksida
(CO2) dan kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida adalah agen asam
netralisasi kuat. Hal ini banyak digunakan sebagai agen pengobatan
tanah (lebih cepat bertindak daripada aglime) di bidang pertanian
dan sebagai agen asam-netralisasi oleh industri kimia.
3. Dalam bidang peternakan : Ayam membutuhkan kalsium karbonat
untuk menghasilkan kulit telur yang kuat, sehingga kalsium karbonat
sering ditawarkan kepada mereka sebagai suplemen makanan dalam
bentuk "bubur jagung ayam." Hal ini juga ditambahkan ke pakan
dari beberapa sapi perah yang harus mengganti sejumlah besar
kalsium hilang saat hewan tersebut diperah. Kapur juga digunakan
untuk menghilangkan bau dan bakteri pada kandang ternak,
21
4. Mine Safety: Juga dikenal sebagai "debu batu." Tumbuk kapur
adalah bubuk putih yang bisa disemprotkan ke permukaan batubara
terbuka di tambang bawah tanah. Lapisan ini meningkatkan
pencahayaan dan mengurangi jumlah debu batubara rilis ke udara.
Hal ini dapat meningkatkan udara pada pernafasan, dan juga
mengurangi bahaya ledakan yang dihasilkan oleh partikel debu
batubara yang mudah terbakar di udara.
5. Dalam bidang lingkungan: 1.Penetral limbah hasil industri. 2.Alat
APAR 3.Melancarkan dan pembersih saluran pipa produk rumah
tangga 4. Membantu menghilangkan karat dan kotoran pada besi. 5.
Digunakan untuk remineralisasi dan meningkatkan alkalinitas air
dimurnikan untuk mencegah korosi pipa dan mengembalikan tingkat
nutrisi penting.
6. Sebagai bahan energi alternatif : 1.Sebagai bahan baku alternatif
energi dengan mengandalkan energi eksoterm hasil reaksi dengan
air ataupun HCl. 2.Kapur dapat dijadikan bahan bakar transportasi
maupun pembangkit listrik tenaga uap. Dalam hal ini perlu adanya
pengembangan kembali.
7. Dalam berbagai bidang industri, seperti:
Bahan untuk menurunkan kadar sulfur
Bahan pembuat soda api
Industri pupuk
Pengkristal gula tepung dan gula pasir
Ekstraksi peleburan besi sebagai fluks kapur hancur digunakan
dalam peleburan dan proses pemurnian logam lainnya. Dalam
panas peleburan, kapur menggabungkan dengan kotoran dan
sisa logam lainnya dari proses sebagai terak.
Separator Bahan dempul
(pemisah) logam Bahan lem
mulia Bahan kardus
Bahan baku semen Lumpur
Bahan baku gelas Pengeboran
pewarna Bahan pembuatan
Pemutih kertas kaca kristal,
pakaian plastik, piler ban,
Penyamak kulit kertas dan kabel
Campuran Sebagai penjernih
minuman soda kelapa sawit
Farmasi Sebagai bahan
Bahan pembuat cat pembuatan
Bahan keramik
22
kerajinan karya
seni.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang
banyak digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian,
antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan
raya, pengapuran untuk pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara
kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara
organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan
siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Prose pembentukan batu kapur berdasarkan letek
pembentukan dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Pembentukann batu kapur
dilingkungan laut akibat proses sedimentasi binatang laut. 2. Pembentukan
batu kapur di gua akibat proses evaporasi karbonat.
Klasifikasi batu kapur memiliki 5 pendapat ahli mengenai batu kapur
antara lain:
1. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Dunham (1962)
2. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Folk (1959)
3. Klasifikasi Menurut Embry dan Klovan (1971)
4. Klasifikasi Batu Gamping Mount (1985)
5. Klasifikasi Batu Gamping Plumley et al (1962)
Jenis-jenis batu kapur memilliki beberapa nama menurut beberapa
faktor seperti:
1. Jenis batu kapur berdasarkan proses pembentukannya
2. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan mineral pembentuknya
3. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan hasil produk
4. Jenis-jenis batu kapur sebagai bahan bangunan
Kapur memiliki beberapa manfaat yang vital diberbagai bidang
industri, hal ini menjadi langkah strategis untuk mengembangkan kapur
secara maksimal agar penggunaannya nanti tidak hanya menjual barang
mentah tetapi barang siap pakai.
3.2. Saran
23
Penulis sangat menyarankan untuk memaksimalkan bahan galian
kapur sebagai bahan galian vital yang patut dikembangkan, mengingat
banyak faktor manfaat kapur dapat menjadi pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://geology.com/sedimentaryrock/limestone//
diakses pada tanggal 09 Agustus 2016 pukul 08.00 WIB
http://dokumen.tips/documents/pembentukan-batu-gamping.html//
diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB
http://batukapurlimestone.blogspot.co.id//
diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 13.00 WIB
http://infosiana.net/batu-kapur-dan-manfaatnya/
diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 pukul 09.00 WIB
htttp://wiipedia.com/limestone//
diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 pukul 18.00 WIB
24