Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 tahun 2015 setiap puskesmas wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan. Pelayanan kesehatan lingkungan
sebagaimana dimaksud merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang
diberikan kepada Pasien. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan dalam
bentuk Konseling, Inspeksi Kesehatan Lingkungan, dan/atau Intervensi Kesehatan
Lingkungan.

Kegiatan Intervensi Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud dapat berupa:


komunikasi, informasi, dan edukasi, atau penggerakan/pemberdayaan masyarakat, atau
perbaikan dan pembangunan sarana, pengembangan teknologi tepat guna, dan/atau
rekayasa lingkungan. Kegiatan Intervensi berupa komunikasi, informasi, dan edukasi
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku
masyarakat untuk mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan, serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat
melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah
pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan
masyarakat dengan cara pemicuan. Pilar STBM sebagaimana dimaksud terdiri atas perilaku
Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum
dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan
Limbah Cair Rumah Tangga. Buang air besar sembarangan / Open defecation adalah suatu
tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau
area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara
dan air.

Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja
tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, ataupun lubang yang
tidak tertutup maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan
akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada
seseorang dan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas.

Lingkungan yang tercemar tinja, menjadi ruang yang baik bagi penularan penyakit
infeksi. Beberapa jenis penyakitnya yaitu diare, kolera, demam tifoid dan demam
paratifoid, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis A dan B, penyakit kulit,
trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis, dan malnutrisi

Tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan, khususnya diare, sangat


erat dengan masih rendahnya akses sanitasi masyarakat. Laporan kemajuan Millenium
1
Development Goals (MDGs) yang diterbitkan oleh Bappenas pada tahun 2010
mengindikasikan bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap jamban sehat, tergolong
pada target yang membutuhkan perhatian khusus, karena kecepatannya akses yang tidak
sesuai dengan harapan. Dari target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015, akses masyarakat
pada jamban keluarga yang layak pada tahun 2009 baru sebesar 34%. Terdapat selisih 21%
peningkatan akses dari sisa waktu 6 tahun (2009 - 2015).

Hasil studi WHO tahun 2007 (cit. Depkes RI, 2011) memperlihatkan bahwa
intervensi lingkungan melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit
diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk didalamnya
penyediaan air bersih menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko
32%, pengolaan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci
tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%.

Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk menuntaskan target Rencana
Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 yang menetapkan tercapainya
akses Universal 100% air minum, 0% permukiman kumuh, 100% stop buang air besar
sembarangan. Target tersebut dapat terlaksana dengan menggerakkan para pemimpin
daerah untuk berinovasi, menelurkan kebijakan yang mendukung program STBM.

Melalui keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) Nomor


852/Menkes/SK/IX/2008 yang kemudian diperkuat menjadi peraturan Menteri kesehatan
(Permenkes) No 3 Tahun 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) dikukuhkan
menjadi strategi nasional pembangunan sanitasi di Indonesia.

Kurangnya pemahaman maupun kesadaran masyarakat akan pentingnya


menggunakan jamban yang sehat menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan,
mengingat begitu besar resiko penyakit yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan
jamban yang tidak sehat ini. Masih kurangnya peran aktif perangkat desa untuk turut
serta dalam pengentasan jamban tidak sehat juga ikut melemahkan usaha percepatan
Open Defecation Free (ODF) sebagaimana yang telah tertuang dalam Surat Edaran
Menteri Kesehatan RI Nomor : 132 tahun 2013 serta Surat Edaran Bupati Lampung
Timur Nomor : 443.3/326/SK/10/XII/2015

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
a. Peserta Diklat Prajabatan Golongan II diharapkan mampu mengaktualisasikan nilai-
nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai pelayan Kesehatan lingkungan di unit tempat bertugas, yaitu
UPTD Puskesmas Braja Harjosari.
b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses habituasi yang akan di laksanakan di
UPTD Puskesmas Braja Harjosari kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung
Timur tanggal 16 Oktober sampai dengan 25 November 2019 .
2
c. Menjadi alat kontrol dan evaluasi peserta latsar dalam pemanfaatan rancangan untuk
mencapai nilai organisasi yang berkaitan dengan visi dan misi UPTD Puskesmas Braja
Harjosari
d. Mampu menerapkan nilai-nilai ANEKA sebagai Aparatur Sipil Negara dalam
pelaksanaan tugas di UPTD Puskesmas Braja Harjosari

2. Manfaat
Peserta Diklat Prajabatan Golongan II diharapkan mampu mengaktualisasikan
dengan kemampuan mengaktualisasikan lima nilai dasar, yaitu:
a. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas jabatannya.
b. Kemampuan mengedepankan kepentingan nasional dalam pelaksanaan.
c. Kemampuan menjunjung tinggi standar etika publik dalam pelaksanaan tugas
jabatan.
d. Kemampuan berinovasi untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatan.
e. Kemampuan untuk tidak korupsi dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi
di lingkungan instansi.

1.3 RUANG LINGKUP


Rancangan Aktualisasi dibatasi dengan ruang lingkup
1. Isu kontemporer yang diangkat Aktualisasi ini merupakan isu yang terjadi di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Braja Harjosari
2. Pelaksanaan aktualisasi ini sesuai arahan mentor, yaitu bapak Hendra Zaerona, SKM
3. Pelaksanaan aktualisasi ini berlangsung selama 30 hari kerja

3
BAB II
PROSES PEMAHAMAN NILAI-NILAI DASAR ASN
2.1 Deskripsi Organisasi
2.1.1 Profil Organisasi

Puskesmas Braja Harjosari termasuk dalam jenis puskesmas kawasan pedesaan.

Merupakan salah satu puskesmas yang telah cukup tua umurnya di Lampung Timur.

Awal berdirinya sejak tahun 1982, kini telah berumur 37 tahun. Pada tahun 2012

statusnya yang sebelumnya puskesmas non rawat inap, berubah menjadi puskesmas rawat

inap. Puskesmas Braja Harjosari terletak di Wilayah Kecamatan Braja Selebah, dengan

luas wilayah seluruhnya mencapai 97,8 km2 yang merupakan 5,4 % dari luas wilayah

Lampung Timur.

4
Tabel 1
Jumlah Desa, Dusun/RT/RW PuskesmasBrajaHarjosariTahun 2016

JUMLAH
NO DESA
DUSUN RT RW

1 BrajaGemilang 5 18 10

2 BrajaHarjosari 8 33 10

3 Braja Indah 6 26 12

4 BrajaYekti 6 24 10

5 BrajaKencana 6 24 12

6 BrajaLuhur 6 29 8

7 BrajaMulya 4 13 6

Puskesmas 41 167 68

Sumber : Kec. Braja Selebah, 2016

Secara administratif wilayah Kecamatan Braja Selebah terbagi atas 7 desa, 41 dusun, 68 RW dan 167

RT. Jika dibandingkan dengan jumlah desa yang ada pada tahun 2008, maka selama tahun 2009 telah

terjadi pembentukan 1 desa baru yaitu desa Braja Mulya.

Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Braja Harjosari berbatasan dengan :

Sebelah Utara : wilayah Hutan Suaka Way Kambas

Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Braja Caka

Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Way Jepara

Sebelah Timur : wilayah kerja Puskesmas Mataram Baru

Jarak desa terdekat dengan Puskesmas Braja Harjosari yaitu 0 km, dan yang

terjauh 15 km, transportasi dari desa ke kabupaten lancar dengan kendaraan umum yaitu

30 menit dengan jarak 40 km, sedangkan keprovinsi 130 km selama 150 menit sehingga

secara umum akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanaan kesehatan relatif

terjangkau.

Jarak desa terdekat dengan Puskesmas Braja Harjosari yaitu 0 km, dan yang

terjauh 15 km, transportasi dari desa ke kabupaten lancar dengan kendaraan umum yaitu

30 menit dengan jarak 40 km, sedangkan keprovinsi 130 km selama 150 menit sehingga

secara umum akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanaan kesehatan relatif

terjangkau.

5
2.1.2 Visi dan Misi Organisasi

Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dalam RPJP Tahun 2005-2025 yang


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 10 Tahun 2010,
telah mengamanatkan Visi Daerah, yaitu “Lampung Timur Sejahtera Berdaya Saing,
Religius, dan Berkelanjutan”.
Untuk melaksanakan tujuan di atas, Puskesmas Braja Harjosari menetapkan
visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai sebagai berikut :

a. Visi:
Menjadikan Puskesmas Braja Harjosari sebagai puskesmas yang profesional,
komunikatif dan dapat menjadi mitra masyarakat untuk mencapai terwujudnya
yang sehat dan mandiri.

b. Misi:

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional,


aman, bersih dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Meningkatkan SDM puskesmas dengan pelatihan dan pendidikan yang
berbasis kompetensi
3) Mengembangkan kapasitas sistem sarana-prasarana dan tata kelola
pelayanan kesehatan yang baik.
4) Memeihara pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5) Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
merata dan terjangkau dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat.

6
2.1.3 Struktur Organisasi

Nilai- Nilai Organisasi

Puskesmas Braja Harjosari sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, membina


peran serta masyarakat dalam rangka untuk hidup sehat serta memberikan pelayanan masyarakat
secara meyeluruh di wilayah kerjanya mempunyai PESONA sebagai Tata Nilai :

Profesional : Berlandaskan pada kaidah ilmiah dan kaidah profesi serta tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Elok : Berusaha memiliki sopan santun dan menghargai kepada
semua pasien / klien.
Sabar : Telaten dalam memberikan informasi pelayanan dan siap
menerima kritik serta saran demi terciptanya pelayanan yang bermutu.
Optimal : Melaksanakan secara maksimal pelayanan UKM maupun
UKP.
Nyaman : Memberikan rasa aman dengan adanya perlindungan bagi
petugas dan pasien terhadap bahaya infeksi akibat pelayanan yang diberikan.
Akrab : Melayani dengan ramah, bersahabat dan perduli terhadap
keluhan pasien / klien.

2.1.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

7
Tugas pokok
Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan program kesehatan
lingkungan.

Fungsi Pokok

1. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pelayanan kesehatan


lingkungan
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air bersih
3. Melakukan pembinaan kelompok atau masyarakat pemakai air bersih
4. Melakukan inspeksi sanitasi air dan pembinaan tempat penjualan dan pengolahan
makanan, tempat pembuangan sampah dan limbah, pengelolaan pestisida serta tempat-
tempat umum.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan lingkungan dan jamban keluarga
6. Melakukan pembinaan jamban keluarga
7. Melakukan inspeksi dan pengawasan tempat-tempat potensial perindukan vektor
nyamuk di pemukiman penduduk
8. Melakukan pendataan rumah sehat
9. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan pada instansi pendidikan, perkantoran,
sarana kesehatan dan tempat-tempat umum
10. Melakukan konseling terkait penyakit berbasis lingkungan
11. Memberdayakan kader atau kelompok masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan dan rumah
12. Melaksanakan bantuan / partisipasi pelayanan kesehatan
13. Melaksanakan koordinasi kerja dengan lintas program dan lintas sektor

2.2 DEFINISI ISU

Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UU No. 5 Tahun 2014, tentang tugas ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan sebagai perekat dan pemersatu bangsa,
seorang ASN yang memiliki nilai-nilai dasar, sesuai dengan standar kompetensi jabatannya.
Oleh sebab itu, dalam rancangan aktualisasi ini, penulis mengangkat beberapa isu antara lain :

1. Rendahnya kunjungan klinik sanitasi di puskesmas braja harjosari


2. Tingginya Jumlah KK pengakses jamban tidak sehat di Desa Braja Yekti yang menjadi
wilayah kerja puskesmas Braja Harjosari
3. Masih buruknya pengelolaan limbah B-3 Medis pada klinik-klinik di wilayah kerja
puskesmas Braja Harjosari
4. Belum optimalnya pendataan rumah sehat terkait hasil yang didapatkan

2.2.1 Analisis Isu

Untuk menetapkan isu yang berkualitas diperlukan alat bantu penetapan kriteria kualitas
isu, salah satunya adalah AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problemetik dan Kelayakan) dan USG
(Urgency, Seriousness, dan Growth)

Tabel 2.1 Parameter APKL


No Indikator Keterangan

8
1 Aktual ( A ) Isu yang sering terjadi atau dalam proses kejadian
sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat.
2 Kekhalayakan ( K ) Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak
3 Problematik ( P ) Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya
4 Kelayakan ( K ) Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya

Berikut ini beberapa isu yang ada pada UPTD Puskesmas Braja Harjosari, yang
akan ditentukan kelayakannya menggunakan metode AKPL, untuk lebih jelasnya lihat tabel
berikut ini :

Tabel 2.2 Penetapan Isu dengan Metode APKL


Kriteria
No Identifikasi Isu Keterangan
A K P L
1. Rendahnya kunjungan Memenuhi syarat
klinik Sanitasi di + _ _ _

Puskesmas Braja Harjosari


2. Masih Tingginya jumlah + + + + Tidak Memenuhi syarat
KK pengakses jamban
tidak sehat di Desa Braja
Yekti yang menjadi
wilayah kerja puskesmas
Braja Harjosari
3. Masih buruknya
pengelolaan limbah B-3
+ _ + _
Medis pada klinik-klinik di
wilayah kerja puskesmas
Braja Harjosari
4. Belum optimalnya Tidak Memenuhi syarat
pendataan rumah sehat + _ + _

terkait hasil yang


didapatkan

Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan AKPL diatas, dari empat isu yang di
identifikasi “Masih Tingginya jumlah KK pengakses jamban tidak sehat di Desa Braja Yekti
yang menjadi wilayah kerja puskesmas Braja Harjosari”. Isu ini ditetapkan karena berdasarkan
analisis menggunakan Alat analisis AKPL.

2.2.2 Argumentasi Terhadap Core Issue Terpiplih


Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan ditindak lanjuti
menggunakan Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah Adapun indikator analisis
USG adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3Tabel Penjelasan USG

9
No Komponen Keterangan Paramet
1 2 3 er yang
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan demgan waktu digunak
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
an
memecahkan masalah yang menyebabkan isu
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat untuk
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menent
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang ditimbulkan masalah- ukan
masalah lain kalu masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa priorita
mengakibatkan masalah lain)
s yaitu
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk jika menggu
dibiarkan. nakan
skala
likertpada tabel berikut

Tabel 2.4Tabel parameter USG


Nilai Urgency / Seriousness / Growth /
Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
1. Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius untuk di Isu lamban
untuk segera bahas karena tidak berdampak berkembang
diselesaikan ke hal yang lain
Isu kurang mendesak Isu kurang serius untuk segera Isu kurang cepat
2. untuk segera dibahas karena tidak kurang berkembang
diselesaiakn berdampak ke halyang lain
3. Isu cukup mendesak Isu cukup serius untuk segera Isu cukup cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang, segera
diselesaikan berdampak ke hal yang lain dicegah
4. Isu mendesak untuk Isu serius untuk segera Isu cepat berkembang
segera diselesaikan dibahas karena akan untuk segera dicegah
berdampak ke hal yang lain
5. Isu sangat mendesak Isu sangat serius untuk segera Isu sangat cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang untuk
diselesaikan berdampak ke hal yang lain segera dicegah

Tabel 2.5 Analisis Isu dengan Metode USG

Kriteria
No Isu Keterangan Peringkat
U S G
1. Rendahnya kunjungan 3 3 3 9 IV
klinik Sanitasi di
Puskesmas Braja
Harjosari
2. Masih Tingginya 4 4 4 13 I
jumlah KK pengakses
jamban tidak sehat di
Desa Braja Yekti yang
menjadi wilayah kerja
puskesmas Braja
Harjosari

3. Masih buruknya 3 3 4 10 III


pengelolaan limbah B-3
Medis pada klinik-
klinik di wilayah kerja
puskesmas Braja

10
Kriteria
No Isu Keterangan Peringkat
U S G
Harjosari

4. Belum optimalnya 4 3 4 11 II
pendataan rumah sehat
terkait hasil yang
didapatkan

Berdasarkan range penilaian yang ada dalam metode USG, maka diperoleh satu isu yaitu
“Masih Tingginya jumlah KK pengakses jamban tidak sehat di Desa Braja Yekti yang menjadi
wilayah kerja puskesmas Braja Harjosari” yang selanjutnya akan dibuatkan rencana kegiatannya.
Dalam pembahasan selanjutnya akan dijabarkan secara lebih rinci identifikasi isu yang terpilih
untuk dibuatkan rangkaian kegiatan dan tahapan-tahapan dengan menghubungkannya dengan
nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.

2.2.3 Landasan Teori


Sesuai latar belakang pada bab pendahuluan bahwa ASN harus mampu
mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN berikut penjelasan dari nilai-nilai tersebut :

a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja secara bertangggung
jawab. Akuntabilitas diperlukan seorang PNS dalam mengambil keputusan, sehingga terhindar
dari konflik kepentingan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah PNS diharapkan melayani
masyarakat dengan konsisten dan adil.

b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah tidak membeda bedakan ras suku dan agama. Nasionalisme
senantiasa menjunjung tinggi martabatnya serta mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.Seorang PNS wajib menjaga persatuan dan
kesatuan agar keutuhan bangsa dapat terjaga.

c. Etika Publik

Dalam melaksanakan etika publik, seorang pemimpin/pelayan publik juga harus


mengetahui aturan-aturan yang mengatur tingkah laku mereka atau disebut dengan kode etik.
Kode etik ini adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus,sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk-bentuk ketentuan
tertulis. Adapun kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu.

d. Komitmen Mutu
Penyelenggaraan pemerintahan yang bagus dan bersih (good and clean governance)
sudah menjadi kepastian di era reformasi saat ini. Banyak upaya sudah dilakukan untuk
mewujudkannya akan tetapi implementasinya belum sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi

11
masalah-masalah pelayanan publik yang sering dihadapi oleh masyarakat, maka seorang ASN
harus memiliki pemikiran kritis tentang konsep efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu.

e. Anti Korupsi
Berdasarkan etimologinya, kata korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptio yang
berarti kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Sejalan dengan arti kata asalnya, korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar
biasa menyebabkan kerusakan, baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang luas.

f. Manajemen ASN dalam Peran dan Kedudukan ASN


Untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan-tantangan
perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, kemampuan
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, kemampuan menjalankan peran sebagai
unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.
Untuk menjalankan kedudukannya berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang No. 5 tahun 2014,
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan
pemersatu bangsa. Tugas Pegawai ASN menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
mengatakan bahwa tugas dari ASN adalah melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan
kesatuan bangsa. Peran ASN terdapat dalam pasal 12 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, yaitu
sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari
pernyataan diatas jelaslah bahwa ASN dibentuk untuk profesional dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.

Asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN, yaitu:

a. Asas kepastian hukum;


b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan dan kesatuan;
l. Keadilan dan kesetaraan; dan
m. Kesejahteraan.

g. Pelayanan Publik dalam Peran dan Kedudukan ASN


Pelayanan Publik di seluruh daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia dan telah
memperoleh landasan konstitusional, yaitu diatur dalam Pasal 18A UUD NRI Tahun 1945.
Ketentuan Pasal 18A tersebut selanjutnya di implementasikan melalui UU Pelayanan Publik.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1 Angka 1
dirumuskan:
“Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara

12
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik”
Dengan demikian tugas utama dari setiap instansi pemerintahan adalah memberikan
pelayanan atau menyelenggarakan pelayanan publik (public service) dan kesejahteraan bagi
rakyatnya (public welfare) berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik diperlukan sebuah kebijakan yang mengatur tentang pelayanan publik. Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian
hukum bagi pihak penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat. paratur penyelenggara
harus merasa memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,
sedangkan masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur Negara tersebut
merupakan hak dari masyarakat.
Dalam mengatur penyelenggaraan pelayanan publik, maka diterapkan suatu pola
penyelenggaraan pelayanan publik agar pelaksanaanya dapat berjalan sistematis, akuntabel dan
transparansi. Pola penyelenggaraan pelayanan publik terdiri dari:
1. Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan,
sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
2. Terpusat, yaitu pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara
pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang
bersangkutan.
3. Terpadu
 Terpadu satu atap, yaitu pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan
dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat
tidak perlu untuk disatu-atapkan.
 Terpadu satu pintu, yaitu pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
melalui satu pintu.

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi
penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang,
masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang
diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan / pelanggan.

h. WoG (Whole of Government) dalam Peran dan Kedudukan ASN


Definisi Whole of Government (WoG) menurut United States Institute of Peace (USIP)
adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan upaya kolaboratif dari instansi pemerintah
untuk menjadi kesatuan menuju tujuan bersama, juga dikenal dengan kolaborasi, kerjasama antar
instansi, actor pelayanan dalam menyelesaikan suatu masalah pelayanan. Dengan kata lain, WoG
menekankan pelayanan yang berintegrasi sehingga prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan
dalam melayani permintaan masyarakat dapat selesai dengan waktu yang singkat. WoG
menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-
konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan proses integrasi institusi

13
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan keterkaitan dengan Nilai ANEKA


1. Unit : UPTD Puskesmas Braja Harjosari

2. Identifikasi Isu :

a. Rendahnya kunjungan klinik sanitasi di puskesmas braja harjosari


b. Tingginya Jumlah KK pengakses jamban tidak sehat di Desa Braja Yekti yang menjadi
wilayah kerja puskesmas Braja Harjosari
c. Masih buruknya pengelolaan limbah B-3 Medis pada klinik-klinik di wilayah kerja
puskesmas Braja Harjosari
d. Belum optimalnya pendataan rumah sehat terkait hasil yang didapatkan

3. Isu yang Diangkat :

Masih Tingginya jumlah KK pengakses jamban tidak sehat di Desa Braja Yekti yang
menjadi wilayah kerja puskesmas Braja Harjosari

4. Gagasan Pemecahan Isu :


Pemberdayaan Kader Kesehatan Lingkungan untuk pencegahan penyakit akibat kondisi
lingkungan yang buruk

Kegiatan yang akan dilakukan :

1. Diskusi bersama kepala puskesmas,Tata usaha, Pj UKM, dan bidan Desa


2. Diskusi bersama perangkat desa Braja yekti
3. Membuat bahan penyuluhan jamban sehat dan penyakit yang bisa ditimbulkan
oleh jamban yang tidak sehat.
4. Melakukan Penyuluhan sasaran kader kesehatan
5. Pendampingan kader dalam memberikan edukasi kepada KK pengakses jamban
6. evaluasi

14
A. List Kegiatan
RANCANGAN AKTUALISASI

Formulir 1a : Rancangan Aktualisasi

Nama Peserta Marwan Kurniawan, A.Md.KL

Tugas/Jabatan (sesuai formasi) Sanitarian Terampil

PROFIL LEMBAGA

A Nama Satuan Kerja UPTD Puskesmas Braja Harjosari


Menjadikan Puskesmas Braja Harjosari sebagai
B Visi Satuan Kerja
puskesmas yang profesional, komunikatif dan dapat
menjadi mitra masyarakat untuk mencapai terwujudnya
yang sehat dan mandiri.

C Misi Satuan Kerja  Menyelenggarakan pelayanan kesehatan


yang bermutu, profesional, aman, bersih
dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
 Meningkatkan SDM puskesmas dengan
pelatihan dan pendidikan yang berbasis
kompetensi
 Mengembangkan kapasitas sistem sarana-
prasarana dan tata kelola pelayanan
kesehatan yang baik.
 Memeihara pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan.
 Mendorong terwujudnya kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat, merata dan
terjangkau dengan membudayakan
perilaku
hidup bersih dan sehat.

D Struktur Organisasi pada (terlampir)


Satuan Kerja
1. Memberikan pelayanan pada puskesmas yang
F Tugas Unit/Atasan
meliputi promotif, preventif kuratif dan
Langsung/Mentor rehabilitatif untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar
pelaksanaan tugas dapat dilakukan sesuai dengan
prosedur dan ketentuan perundang-undangan.
3. Menganalisa permasalahan dan menyusun
alternatif pemecahan masalah.
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada
kepala UPTD Puskesmas Braja Harjosari dalam
penyelenggaraan tugas pemberantasan dan
pencegahan penyakit
5. Mengevaluasi hasil kegiatan P2M secara
keseluruhan.
6. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang
tugasnya sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada atasan

15
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN
ALTERNATIF SOLUSI
URAIAN TUGAS
NO PERMASALAHAN SOLUSI
(sesuai point 1G)
1. Rendahnya kunjungan klinik Aktifasi rujukan
Melakukan konseling
sanitasi di puskesmas braja intern dari balai
terhadap klien klinik
harjosari pengobatan (BP)
sanitasi
2. Pemberdayaan
Melakukan pemeriksaan Tingginya Jumlah KK
Kader Kesehatan
kesehatan lingkungan dan pengakses jamban tidak sehat
Lingkungan untuk
jamban keluarga di Desa Braja Yekti
pencegahan
penyakit akibat
kondisi lingkungan
yang buruk

3. Masih buruknya pengelolaan Melakukan kerja


Melakukan inspeksi tempat
limbah B-3 Medis pada sama antara klinik
pengelolaan sampah dan
klinik-klinik di wilayah kerja dan puskesmas
limbah
puskesmas Braja Harjosari terkait pengelolaan
B3 medis

4. Belum optimalnya pendataan Pembinaan kepada


Melakukan pendataan
rumah sehat terkait hasil yang kader tentang
Rumah sehat
didapatkan pengisisan data
yang benar

16
RENCANA KEGIATAN AKTUALISASI SESUAI NILAI-NILAI DASAR PNS

NILAI DASAR YANG AKAN


KEGIATAN YANG AKAN DIAKTUALISASIKAN DALAM KEGIATAN:
NO
DILAKUKAN AKUNTABILITAS, NASIONALISME, ETIKA
PUBLIK, KOMITMEN MUTU, ANTI KORUPSI
1 Diskusi bersama kepala Akuntabilitas
puskesmas,Tata usaha, Pj Saya akan menyampaikan usulan dan rancangan
UKM, dan bidan Desa dengan jelas dan penuh tanggung jawab

Nasionalisme
Saya akan melakukan musyawarah secara
demokratis dan menghargai pendapat peserta diskusi

Etika Publik
Saya akan bersikap dan bertutur kata baik, sopan,
dan santun serta mengedepankan kepentingan
bersama

WOG
Saya akan mengedepankan kepentingan bersama,
perencanaan bersama, dan meminta pendapat demi
terciptanya pertukaran informasi satu sama lain

Anti Korupsi
Saya akan melakukan pertemuan sesuai jadwal

2 Diskusi bersama perangkat Akuntabilitas


desa Braja yekti Saya akan menyampaikan usulan dan rancangan
dengan jelas dan penuh tanggung jawab

Nasionalisme
Saya akan melakukan musyawarah secara
demokratis dan menghargai pendapat peserta diskusi

Etika Publik
Saya akan bersikap dan bertutur kata baik, sopan,
dan santun serta mengedepankan kepentingan
bersama

WOG
Saya akan mengedepankan kepentingan bersama,
perencanaan bersama, dan meminta pendapat demi
terciptanya pertukaran informasi satu sama lain

Anti Korupsi
Saya akan melakukan pertemuan sesuai jadwal

3 Membuat bahan penyuluhan Akuntabilitas:


jamban sehat dan penyakit Saya akan membuat media yang jelas dan dapat
yang bisa ditimbulkan oleh dipertanggung jawabkan
jamban yang tidak sehat.
Nasionalisme
Saya akan menyiapkan bahan penyuluhan tanpa
memasukkan unsur SARA

Etika publik:
Menggunakan kata-kata yang sopan dan mudah
dimengerti

17
Komitmen Mutu:
Saya membuat desain dengan teliti sesuai standar
untuk menjaga mutu pelayanan.

Anti Korupsi
Saya akan bertanggung jawab dan tidak melakukan
pemungutan biaya atas informasi
4 Melakukan Penyuluhan Akuntabilitas
sasaran kader kesehatan Saya akan bertanggung jawab terhadap kebenaran
materi yang akan disampaikan

Nasionalisme
Saya akan melakukan penyuluhan dengan tidak
membeda-bedakan baik secara individu,
kelompok,suku maupun ras yang ada di desa

Etika Publik
Saya akan berkomunikasi dengan mengedepankan
norma kesopanan

Komitmen Mutu
Saya akan melakukan penyuluhan yang mudah
dimengerti, mudah diterapkan dan inovatif

Anti Korupsi
Saya akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang sudah direncanakan

WOG
Saya akan bekerja sama dengan perangkat desa,
bidan desa, serta pemegang program pelayanan
kesehatan lainnya terkait informasi yang dibutuhkan.

Pelayanan Publik
Saya akan memberikan informasi dengan jujur, dan
sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta
penyuluhan serta mengedepankan etika publik.

5 Pendampingan kader dalam Akuntabilitas


memberikan edukasi kepada Saya akan mengawasi kegiatan edukasi dengan
KK pengakses jamban penuh tanggung jawab

Etika Publik
Akan bertutur kata yang baik dan sopan santun
6. Evaluasi kegiatan Akuntabilitas :
Penyampaian hasil evaluasi secara jelas dan
transparan serta penuh tanggung jawab.

Nasionalisme :
Menyampaikan informasi keberhasilan untuk
kemajuan bangsa.

Etika Publik :
Dalam penyampaian informasi harus dapat
mempertanggung jawabkannya.

Komitmen Mutu :
Bersikap professional pada saat melakukan evaluasi.

Anti Korupsi :
Dalam melakuakn evaluasi secara jujur.

18

Anda mungkin juga menyukai