18 (2), 2019, 89 – 97
DOI : 10.14710/jkli.18.2.89-97
Info Artikel : Diterima Februari 2019 ; Disetujui September 2019 ; Publikasi Oktober 2019
ABSTRAK
Latar belakang: Tempat-tempat umum sarana wisata dikategorikan sebagai tempat yang berpotensi
menyebarkan penularan, pencemaran lingkungan, maupun gangguan kesehatan. Penyebab penularan penyakit di
tempat-tempat umum disebabkan oleh salah satunya ialah buruknya akses sanitasi. Penelitian ini untuk bertujuan
mengevaluasi penerapan sanitasi tempat-tempat umum (STTU) pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota (BKB)
Palembang.
Metode: Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan evaluasi. Informasi dikumpulkan
melalui wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen, dan photovoice. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 9 orang. Analisis data yang digunakan adalah content analysis. Uji validitas yang dilakukan melalui
triangulasi sumber, metode, dan data.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) belum mencukupi,
pendidikan SDM sesuai standar, dana berasal dari Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah (APBD), sarana dan
prasarana pelaksanaan program STTU hampir sesuai dengan standar persyaratan sanitasi dasar. Kebijakan STTU
sudah diimplementasikan, pencatatan, pelaporan, dan monitoring terhadap STTU terkhusus di BKB cukup baik.
Pemeriksaan sanitasi di BKB belum terjadwal dengan baik karena terfokus melakukan STTU di sekolah, hotel,
restoran, dan lain sebagainya. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan formulir pemeriksaan obyek wisata.
Pemberian rekomendasi secara lisan dan tulisan dan hasil STTU sudah mencapai target sebesar 85% dari target
yang telah ditetapkan yaitu 80%.
Simpulan: Penerapan sanitasi tempat-tempat umum pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang telah
memenuhi syarat kesehatan sanitasi. Disarankan sebaiknya inspeksi sanitasi tempat-tempat umum lebih
dioptimalkan pelaksanaannya melalui pemerataan penyehatan lingkungan tempat-tempat umum lainnya,
menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata, dan melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-tempat
umum.
ABSTRACT
Title: Implementation Sanitation of Public Places in the Recreation Benteng Kuto Besak Palembang
Background: Public places of tourist facilities are categorized as potential places spread transmission,
environmental pollution, and health problems. The cause of disease transmission in public places is caused by
one of them is the need for sanitation access . This research aims to evaluate the application public places
sanitation (STTU) in the recreation of Benteng Kuto Besak Palembang (BKB).
Methods: This research included qualitative research with an evaluation approach. Information is collected
through in-depth interviews, observation, document review, and photovoice. The informants this research were 9
people. Analysis of the data used content analysis. Validity testing used through triangulation of sources,
methods, and data.
Results: The results of the research showed that Human Resources (HR) was insufficient, HR
education according to standards, funds obtained from the Regional Education and Expenditure Budget
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
90 Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
(APBD), facilities and infrastructure for implementing the public places sanitation program are almost in
accordance with the standards of basic sanitation requirements. The public places sanitation policy has been
implemented, recording, reporting, and monitoring of public places sanitation especially in BKB is quite
good. The sanitation inspection at BKB has not been scheduled properly because it focuses on public places
sanitation in schools, hotels, restaurants, etc. The assessment is carried out according to the arrangement of the
tourist inspetion object. public places sanitation has reached the target of 85% of the set target 80%.
Conclusion: The implementation sanitation of public places in the recreation Benteng Kuto Besak Palembang
has fulfilled sanitation health requirements. Suggestion that sanitation inspections of public places should be
optimized to be carried out through environmental sanitation in other public places, adding basic facilities in
tourist attractions, and completing sanitation inspection facilities for public places.
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 91
budayanya terbukti dengan banyaknya peninggalan- pertimbangan tertentu dengan menentukan terlebih
peninggalan sejarah, keanekaragaman seni, dan adat dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam
budaya masyarakat lokal yang memikat hati para penelitian. Dalam penelitian ini memiliki 9 informan
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. yang terdiri dari 4 informan kunci dan 5 informan
Hal inilah yang menjadikan Indonesia menjadi salah biasa. Informan kunci pada penelitian ini ialah
satu tujuan daerah wisata.11 Salah satu tempat wisata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
terlaris yang menjadi destinasi wisata kunjungan Kesehatan Kota Palembang, Kepala Kasi Kesehatan
wisatawan baik Nusantara maupun Mancanegara di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang,
Pulau Sumatera adalah Palembang. Berdasarkan data petugas sanitarian Puskesmas Merdeka, dan Kepala
Dinas Pariwisata Kota Palembang tahun 2015-2017, Bidang Destinasi & Industri Pariwisata/kepala UPTD
jumlah kunjungan wisatawan Nusantara dan Pengelolaan Sarana & Pariwisata (BKB, Monpera, &
Mancanegara di Kota Palembang 3 tahun terakhir Ampera). Sedangkan, informan biasa pada penelitian
mengalami kenaikan secara signifikan. Pada tahun ini adalah Kepala Seksi Daya Tarik Wisata dan 5
2015 jumlah wisatawan sebanyak 1.732.303, tahun wisatawan. Variabel dalam penelitian ini berdasarkan
2016 sebanyak 1.909.148 wisatawan, dan tahun 2017 input, process, dan output yang terdiri dari: sumber
sebanyak 2.011.417 wisatawan.12 daya manusia, dana, sarana dan prasarana, kebijakan,
Palembang atau yang sering disebut Kota pencatatan dan pelaporan, monitoring, pemeriksaan
Pempek ini mempunyai beberapa objek wisata dan penilaian, dan angka cakupan pengawasan dan
primadona yang menjadi wisata andalan yaitu tempat penerapan STTU.
wisata religi dan tempat wisata bersejarah. Salah satu Validitas data yang digunakan dalam penelitian
wisata bersejarah di Palembang yaitu Benteng Kuto ini adalah metode triangulasi. Triangulasi merupakan
Besak. Benteng Kuto Besak atau disingkat BKB metode pencarian data yang dilakukan oleh peneliti
merupakan wisata sejarah budaya yang memiliki nilai untuk mendapatkan gambaran dari fenomena yang
historis tinggi dengan berbagai sejarah. Dimana BKB sedang diteliti guna memperkuat kesahihan dan
memiliki the best view ke Jembatan Ampera, dan memperkecil bias dari data dan informasi yang
Jembatan Ampera sebagai icon dari Kota Palembang, diperoleh.
serta berbatasan langsung dengan Sungai Musi Kota
Palembang. Bertemunya berbagai macam wisatawan HASIL DAN PEMBAHASAN
tentunya ini akan menjadi peluang timbul dan Sumber Daya Manusia (SDM)
penularan penyakit melalui media makanan, Seluruh petugas sanitarian dalam pelaksanaan
minuman, udara, maupun air bagi para wisatawan. STTU ini baik di Dinas Kesehatan maupun di
Meningkatnya jumlah wisatawan baik domestik Puskesmas Merdeka memiliki petugas dengan
maupun mancanegara, perlu adanya penambahan latarbelakang minimal pendidikan DIII Kesehatan
tempat rekreasi, pemeriksaan serta pengawasan Lingkungan (KL) sesuai dengan standar yang telah
terhadap sanitasi tempat-tempat umum khususnya ditentukan, Strata-1, dan Strata-2. Jumlah petugas
tempat rekreasi. Seksi Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota
Berdasarkan fakta yang telah diuraikan di atas, Palembang sebanyak 13 orang dengan 1 orang sebagai
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kepala Kasi Kesling, 2 orang pemegang program, dan
implementasi penerapan sanitasi tempat-tempat umum 10 lainnya sebagai anggota Kasi Kesling. Sementara,
pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang. jumlah petugas di Puskesmas Merdeka Bagian
Penyehatan Lingkungan sebanyak 1 orang dengan
MATERI DAN METODE merangkap jabatan sebagai petugas sanitarian yang
Desain penelitian yang digunakan dalam turun ke lapangan.
penelitian ini adalah desain evaluasi dengan ”Dalam pelaksanaan sanitasi tempat-tempat
pendekatan metode kualititatif. Penelitian evaluasi umum terdapat kualifikasi yang harus dipenuhi
merupakan suatu penelitian dalam rangka untuk oleh pegawai yang akan menjalankan program
melakukan penilaian terhadap pelaksanaan dari TTU. Standar sumber daya manusia yang
program yang sedang berjalan dengan harapan dibutuhkan untuk menjalankan program sanitasi
mencari alternatif penyelesaian atau solusi yang akan tempat-tempat umum yaitu pegawainya harus
dijadikan acuan untuk memperbaiki suatu program. minimal dia dari pendidikan dasar kesehatan
Proses penelitian yang dilakukan melalui wawancara lingkungan, bisa dari kalo dulu D1 ya. Pembantu
mendalam, observasi, telaah dokumen, dan Penelitian tapi sudah ditingkatkan menjadi
photovoice kemudian data diolah dan dianalisis program diploma. Jadi pasti, pertama Dinas
dengan menggunakan content analysis dan disajikan Kesehatan ini mempunyai petugas sanitasi
dalam bentuk narasi untuk diinterpretasikan guna puskemas. Latar belakang pendidikan mereka
mengetahui tingkat penerapan sanitasi tempat-tempat dari lingkungan jadi setara dengan DIII
umum di Benteng Kuto Besak. Lingkungan kurang lebih Kesehatan Lingkungan
Sumber informasi dalam penelitian ini didapat (KL)... Kalau di dinas kesehatan seluruhnya kan
dari informan yang dipilih secara purposive sampling terlibat. Seluruh yang di dinas seksi KL Kesling
yaitu dimana sampel/informan dipilih berdasarkan (Kesehatan Lingkungan) sembilan orang. Tapi,
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
92 Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
seluruh staf saling membantu. Pemegang tempat-tempat umum berasal dari APBD dengan
program ada dua. Tapi seluruh staf bertanggung menggunakan bantuan Biaya Operasional Kesehatan
jawab mengawasi TTU tersebut.” (IK 2) (BOK) yang diajukan melalui Rencana Usulan
Kegiatan (RUK). Total jumlah keseluruhan dana
Faktor penting yang menjadi keberhasilan suatu program sanitasi sebesar Rp.382.000.000,-. Dana
program adalah tersedianya sumber daya manusia tersebut digunakan untuk biaya transportasi petugas,
yang cukup, baik dari segi kualitas maupun biaya pemeliharaan dan perawatan trasportasi,
kuantitasnya. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pengadaan blanko, pemeliharaan sarana dan prasarana,
menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan dan biaya pelaksanaan kegiatan program sanitasi.
SDM guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, ”Anggaran dana yang digunakan untuk
dan peningkatan kualitas SDM kesehatan.13 menjalankan program sanitasi tempat-tempat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan umum berasal dari dana APBD, Anggaran
diketahui bahwa kualifikasi pendidikan petugas Pemerintah Belanja Daerah. Nah itu dia, itu
pelaksana program STTU baik di Puskesmas Merdeka setelah nanti kita ajukan ke.. apa.Melalui
maupun Dinas Kesehatan Kota Palembang memiliki Bapedda, kemudian DPR anggota dewan nanti
pendidikan paling rendah yaitu DIII Kesehatan baru kalo sudah di apa.. ketok palu. Baru itu
Lingkungan (AKL) yang merupakan petugas bisa dikerjakan. Kita buat perencanaan, tapi kan
sanitarian kesehatan. Petugas yang bertugas dalam terkadang tidak sesuai apa yang kita rencanakan
inspeksi sanitasi tempat-tempat umum di Puskesmas atau bisa sesuai. Ya, ga terlalu besar-besar sih.
Merdeka berjumlah satu orang dan mempunyai Ya paling berapa, 15 juta, 20 juta gitu.” (IK 1)
tugas/jabatan rangkap sebagai kepala penyehatan
lingkungan. Sedangkan, ketersediaan SDM baik di Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas
Puskesmas Merdeka dan Dinas Kesehatan masih Kesehatan Kota Palembang dan Puskesmas Merdeka
kurang dan belum merata. sudah memiliki ketersediaan dana yang bersumber
Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2013 dari APBD kota dengan jumlah yang terbatas.
tentang penyelenggaraan pekerja tenaga sanitarian Program STTU merupakan salah satu program
dalam melakukan kegiatannya harus berasal dari kesehatan yang di Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
tenaga kompeten dan mempunyai kualifikasi Dana untuk melaksanakan program TTU diperoleh
pendidikan di bidang kesehatan lingkungan. dari APBD Kabupaten.
Kualifikasi tenaga sanitarian kesehatan ditetapkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
berjenjang dan berkelanjutan terdiri dari Sanitarian Indonesia No. 13 Tahun 2015 tentang
Ahli (Ijazah Profesi Kesehatan Lingkungan), penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di
Sanitarian utama (Diploma III Penilik Kesehatan), puskesmas, kegiatan penyehatan lingkungan di
Teknisi Sanitarian Madya (Diploma III Ahli Madya Puskesmas harus didukung dengan pendanaan yang
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan/Teknologi memadai. Pendanaan tersebut dibebankan pada
Sanitasi), Teknisi Sanitarian Utama (Diploma I anggaran Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
Kesehatan Lingkungan/ Pembantu Penilik Hygiene) sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
dan Asisten Teknisi Sanitarian (tamatan Sekolah peraturan perundang-undangan. Dana APBD
Menengah Kejuruan). Tenaga sanitarian ini dapat dialokasikan untuk managemen proyek, honorraium,
melaksanakan tugasnya apabila telah memiliki Surat pelatihan, monitoring, perjalanan, operasional kantor
Tanda Registrasi Sanitarian (STRTS) yang diterbitkan dan sarana kerja lainnya baik di tingkat kabupaten
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. sampai tingkat desa. Anggaran dana yang disediakan
Ketersediaan SDM pada tingkat Puskesmas Merdeka untuk keseluruhan program penyehatan lingkungan.
masih sangat kurang sebanyak 4 orang. Rincian penggunaan dana yaitu untuk Saluran
Petugas masih menjalankan kerja dan jabatan Pembuangan Air Limbah (SPAL), air bersih, jamban,
rangkap sebagai tenaga penyehatan lingkungan dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan Sanitasi
petugas sanitarian STTU yang turun ke lapangan. Hal Tempat-tempat Umum (STTU). Dana menjadi salah
ini dikarenakan keterbatasan dana APBD kabupaten satu hal penunjang penting dalam berjalannya suatu
untuk penambahan SDM. Pada tingkat puskesmas program kesehatan. Terhambat atau telatnya
rata-rata hanya terdapat 1 orang petugas sanitarian pemberian dana berarti dapat menghambat
yang seharusnya 5 orang sanitarian analisis kesehatan keberhasilan dari suatu program kesehatan yang sudah
lingkungan per puskesmas. Selain itu, tugas yang direncanakan. Dana yang berasal dari APBD harus
dilakukan oleh petugas sanitarian yang tidak optimal dimanfaatkan dengan sebaik mungkin agar
karena banyaknya sanitasi yang harus diawasi. penggunaan dana efektif dan efisien sesuai dengan
sasarannya. Dalam hal ini penggunaan dana secara
Dana tidak berlebih dan meminimalisir setiap
Dana merupakan sumber daya yang menjadi pengeluarannya. Hal tersebut merupakan salah satu
penghambat dalam suatu program apabila tidak sesuai bentuk dari pemanfaatan dana keuangan kesehatan.
ataupun kekurangan. Dana menjadi pendukung
berjalannya suatu program. Pendanaan untuk program
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 93
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
94 Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
peraturan-peraturan yang sudah dibuat maka petugas Ketersediaan sarana dan prasarana mempengaruhi
tersebut akan mendapatkan sanksi baik secara lisan pencatatan. Hal ini disebabkan dalam proses
maupun tertulis. Namun, sejauh ini belum ada hal itu pencatatan sesuai dengan hasil pemeriksaan yang
terjadi di Puskesmas Merdeka maupun Dinas dilakukan secara langsung oleh petugas yang
Kesehatan. memeriksa sanitasi BKB tersebut.
Kebijakan pada tempat-tempat umum harus Proses pencatatan berdasarkan form pemeriksaan
dipahami dan dimengerti oleh seluruh petugas yang disediakan sesuai dengan standar inspeksi
sanitarian. Hal ini dimaksudkan agar ketika dalam sanitasi. Pencatatan berisi hasil pemeriksaan sanitasi
pelaksanaan sanitasi tempat-tempat umum, petugas yang telah dilakukan petugas. Beberapa poin yang
mengetahui secara keseluruhan penerapan sanitasi dan dicatat ialah kondisi dan ketersediaan sarana di BKB.
hal yang dilakukan dalam inspeksi sanitasi. Selain itu, Selain itu, tertera juga petugas pemeriksaan dan
perlu diadakan sosialisasi kebijakan kepada petugas- tanggal pemeriksaan sanitasi. Setelah pencatatan
petugas sanitarian dan pemilik tempat-tempat umum dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu melaporkan
supaya mengetahui pentingnya penerapan sanitasi di hasil pemeriksaan diserahkan ke TU kemudian akan
tempat-tempat umum. Selain itu, penetapan standar dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
operasional lingkungan dan hygiene yang sesuai dan Proses pencatatan hasil pemeriksaan dilakukan
sebagaimana mestinya harus dilakukan di sebuah setelah pemeriksaan berlangsung. Tujuannya agar
obyek wisata umum bermanfaat untuk meningkatkan hasil pemeriksaan tercatat semua dan terhindar dari
mutu layanan kepada pengunjung. Sehingga, dengan bias informasi. Petugas akan membawa form
demikian ikut turut serta dalam menjaga kebersihan pemeriksaan sanitasi yang akan dicatat seluruh
dan kesehatan pengunjung serta mencegah penyebaran pemeriksaan.17 Pencatatan yang dilakukan sudah tepat
penyakit baik diantara pengunjung maupun petugas.16 sesuai dengan form inspeksi sanitasi sarana wisata.
Pelaporan yang dilakukan oleh petugas sanitarian
Pencatatan dan Pelaporan kepada Dinas Kesehatan masih kurang lengkap dan
Pencatatan hasil pemeriksaan dilakukan oleh tepat dalam memberikan hasil pengawasan TTU
petugas setelah pemeriksaan sanitasi tempat-tempat karena hanya melaporkan jumlah sarana wisata yang
umum. Hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan telah diperiksa. Sementara, ketepatan waktu pelaporan
formulir pemeriksaan dan penilaian STTU yang dilakukan sangat baik sesuai dengan jadwal yang
berdasarkan poin-poin yang tertera di dalamnya hal telah ditentukan. Apabila pencatatan ditunda, maka
ini bertujuan untuk memudahkan Dinas Kesehatan dapat menyebabkan bias informasi. Selain itu, perlu
yang akan mengkoordinir seluruh wilayah kerja adanya pengarsipan pencatatan dan pelaporan data
puskesmas. Pelaporannya dilakukan setiap bulan secara lengkap oleh Puskesmas Merdeka bukan hanya
dikirim ke dinas kesehatan beserta dengan laporan sekadar laporan jumlah sarana wisata yang memenuhi
program kesehatan lainnya. persyaratan kesehatan. Sehingga, semua informasi
Tahap pelaporan di puskesmas terdapat 3 dapat diketahui secara mudah untuk dicari solusi
tahapan mengenai pemeriksaan sanitasi tempat wisata penyelesaiannya.
yaitu pertama petugas melakukan pencatatan dan
pelaporan harian yang berlangsung setelah Monitoring
pemeriksaan dilakukan. Setelah itu, tahap kedua Monitoring dilakukan sebulan sekali oleh dinas
petugas merekap dan melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan bersama dengan seluruh petugas sanitarian
ke bagian TU. Tahap terakhir, petugas TU akan melalui pertemuan rutin dengan bentuk evaluasi dan
merekap dan melaporkan seluruh hasil pemeriksaan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan penyehatan
kesehatan lingkungan ke dinas kesehatan termasuk lingkungan termasuk tempat-tempat umum. Kegiatan-
laporan TTU. kegiatan yang dilakukan saat monitoring adalah
”Dalam melakukan pencatatan hasil TTU sharing, materi, tanya jawab, dan kegiatan lainnya.
biasanya kita langsung lapor ke dinas “Monitoring sanitasi tempat-tempat umum yang
hasil-hasil pemeriksaannya. Langsung, betul. kita lakukan kepada petugas sanitarian sudah
Tapi, kita pelaporan seandainya pemeriksaan terjadwal ya. Sebetulnya, memang satu bulan
tanggal 15 tapi akhir bulan kan kita catat bahwa sekali kita lakukan untuk pengawasan itu. Nah
kegiatan di bulan seandainya seperti ini, ini terus juga, kita bukan hanya dinas kesehatan
bulan Agustus mungkin pemeriksaan tanggal 15 saja karena kita ada perpanjangan tangan
kemarin jadi kita bikin akhir Agustus dan puskesmas sebagai perpanjangan tangan... Yang
laporan langsung ke dinas, dalam pencatatan itu jelas setiap bulan ini kita ada pertemuan untuk
tidak bisa ditunda. Proses pencatatannya kita tenaga sanitarian. Kemudian, nanti isi dengan
punya blanko, ada blanko. Makanya dari ceklis kegiatan-kegiatan lain... “ (IK 1)
form penilaian tadi kan kita bisa nilai skornya
memenuhi syarat atau tidak.” (IK 3) Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwa monitoring yang dilakukan oleh Dinas
Pencatatan yang dilakukan berdasarkan hasil Kesehatan dan Puskesmas Merdeka terhadap semua
pengukuran yang dilakukan oleh petugas sanitasi. kegiatan yang dilakukan di BKB, salah satunya adalah
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 95
pemeriksaan sanitasi tempat-tempat di tempat wisata airnya penuh kita conteng airnya penuh dan
BKB. bersih penilaian sesuai dengan indikator ceklis
Proses monitoring dilakukan untuk melihat dan yang sudah disiapkan. Alat yang digunakan pake
memantau kegiatan yang telah dilakukan oleh petugas ceklis.” (IK 3)
dalam pemeriksaan sanitasi tempat wisata. Monitoring Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
juga bertujuan agar pelaksanaan sesuai dengan pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum dilakukan
rencana yang telah ditetapkan. Melalui pengawasan sebulan sekali. Namun, pada pemeriksaan STTU di
dan pembinaan dengan frekuensi waktu sebulan BKB tidak dilakukan sebulan sekali. Hal ini
sekali. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kegiatan dikarenakan Dinas Kesehatan dan Puskesmas
yang dilakukan oleh petugas secara langsung dan Merdeka lebih cenderung fokus ke tempat-tempat
melihat kendala-kendala yang ditemui di lapangan seperti sekolah, hotel, rumah makan, dan lain
oleh petugas. Monitoring yang dilakukan apabila sebagainya dibandingkan dengan tempat-tempat
terdapat temuan-temuan permasalahan yang wisata. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeriksaan
ditemukan secara langsung ataupun temuan pada saat TTU adalah kegiatan melihat dan menyaksikan secara
pemeriksaan berlangsung. Temuan yang ditemukan langsung serta menilai tentang kondisi atau keadaan
seperti kondisi salah satu toilet yang tidak terawat kemudian melakukan tindakan serta saran-saran
kebersihannya, kondisi kotak sampah yang banyak perbaikan yang harus dilakukan.
tidak memiliki penutup. Pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum
Hasil temuan tersebut dilaporkan terlebih dahulu berdasarkan dengan formulir penilaian pemeriksaan
kepada koordinator pemeriksaan sanitasi kemudian kesehatan lingkungan (inspeksi sanitasi) obyek
koordinator mengkomunikasikan temuan-temuan wisata. Pemeriksaan dilakukan dengan
kepada petugas wisata BKB. Temuan atau masalah itu mempertimbangkan poin-poin yang terdapat dalam
nantinya akan dibahas kembali di dalam rapat bulanan form pemeriksaan obyek wisata. Adapun yang
agar masalah tersebut dapat dicarikan solusinya. diperiksa saat penelitian yaitu air bersih, toilet, saluran
Seorang koordinator yang bertugas di suatu wilayah pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah,
kerja harus memiliki kemampuan leadership dan dan kran air siap minum. Pemeriksaan yang dilakukan
public speaking yang baik serta wawasan yang luas pada bagian-bagian tersebut dengan menggunakan
bukan hanya sebatas berpendidikan tinggi. Hal ini prasarana yang telah ada. Pemeriksaan dilakukan oleh
dikarenakan kemampuan softskill seseorang petugas sanitarian Puskesmas Merdeka dengan
berpengaruh terhadap setiap penyelesaian masalah melihat kondisi kebersihan dan ketersediaan pada
yang dihadapi di wilayah kerja tersebut. bagian-bagian yang diperiksa tersebut. Selain itu,
petugas sanitarian juga menitikberatkan pemeriksaan
Pemeriksaan dan Penilaian terhadap ada atau tidaknya tanda-tanda keberadaan
Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan pada vektor penyakit di BKB. Hal ini dimaksudkan
sanitasi tempat-tempat umum dilakukan sebulan meminimalisir terjadinya penularan penyakit di obyek
sekali. Namun, pemeriksaan sanitasi tempat-tempat wisata.
umum sarana wisata masih kurang terjadwal dengan Proses penilaian yang dilakukan oleh petugas
baik karena pemeriksaan terfokus pada sekolah, hotel, sanitarian berdasarkan kriteria penilaian yang telah
restoran, dan tempat umum lainnya. Pemeriksaan ditetapkan di formulir pemeriksaan sanitasi obyek
TTU sarana wisata tidak dilakukan setiap bulan wisata. Pada formulir pemeriksaan sanitasi obyek
seperti tempat-tempat umum lainnya. Hal ini wisata BKB dengan menggunakan nilai sesuai dengan
dikarenakan sarana wisata yang ada dianggap tidak tiga variabel upaya yaitu variabel upaya I, variabel
menimbulkan dampak yang besar terhadap penularan upaya II, dan variabel upaya III. Obyek wisata
penyakit maupun kecelakaan. Pada saat pemeriksaan dinyatakan laik sehat apabila memperoleh nilai
belum adanya komunikasi dan koordinasi yang baik sekurang-kurangnya 65% dengan catatan masing-
antara Dinas Kesehatan Kota Palembang dan masing variabel upaya adalah variabel upaya I sebesar
Puskesmas Merdeka dengan Dinas Pariwisata Kota 70%, variabel upaya II sebesar 65%, dan variabel
Palembang. upaya III sebesar 60%. Dalam setiap variabel upaya
“Pemeriksaan dan penilaian sanitasi tempat- terdapat bobot skor penilaian pada masing-masing
tempat umum yang dilakukan petugas adalah komponen yang dinilai.
fasilitas sarana sanitasi dasar. Sarana sanitasi Hasil akhir penilaian dengan menjumlahkan
dasar bisa air bersih, jamban, tempat sampah.” seluruh skor yang dinilai pada pemeriksaan sanitasi
(IK 2) obyek wisata tersebut. Pemeriksaan dan penilaian
tempat-tempat umum harus dilakukan secara berkala.
“Terdapat penilaiannya dalam pemeriksaan Hal ini disebabkan karena tidak ada yang bisa
tempat-tempat umum, ada bobot nilainya. Kalo menjamin tempat-tempat umum terbebas dari
dia rentangnya itu ada skalanya kan 69-80 baik penularan penyakit.
sehat, dari 49-59 itu mungkin pra sehat, di Sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
bawah itu tidak sehat tidak memenuhi syarat. akan menimbulkan perkembangan vektor yang
Berdasarkan sarana, kuisioner seandainya menjadi sumber penularan penyakit serta gangguan
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
96 Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019
kesehatan di tempat-tempat umum. Apalagi jika tidak maka TTU sarana wisata telah mencapai target yang
terjaga dan terpeliharanya tempat-tempat tersebut. ditentukan. Pemeriksaan sanitasi yang dilakukan oleh
Pihak pengelola diwajibkan untuk mengelola tingkat Puskesmas Merdeka telah dilakukan dengan baik.
kebersihan di lingkungan obyek pariwisata tersebut Hasil pencapaian tersebut perlu dipertahankan
untuk menarik pengunjung. Hal ini dikarenakan jika perlu ditingkatkan lagi terkhusus di BKB. Hal ini
pengunjung akan merasa nyaman apabila lingkungan dikarenakan banyak tempat-tempat umum yang perlu
atau tempat wisata yang mereka kunjungi bersih dan diperiksa agar tidak terjadi timbul atau munculnya
sehat.18 Di sisi lain, penilaian dilakukan pemberian penularan penyakit. Target pencapaian dalam
rekomendasi secara lisan disampaikan langsung oleh pemeriksaan sanitasi tempat wisata untuk penerbitan
petugas sanitarian kepada penanggung jawab rekreasi Sertifikat Laik Sehat (SLS) adalah dengan melihat
yang bersangkutan. target dari pengeluaran sertifikat tersebut. Menurut
Pemberian rekomendasi secara tulisan dilakukan Peraturan Daerah Kota Palembang No. 20 Tahun
dengan memberikan catatan-catatan kecil berupa 2011 tentang Pembinaan dan Pengawasan Hygiene
temuan dan penjelasan. Adapun rekomendasi yang Sanitasi, menyebutkan bahwa setiap tempat-tempat
diberikan adalah meningkatkan kembali pengawasan umum daerah wajib memiliki Sertifikat Laik Sehat
agar lebih proaktif dalam menjaga dan mengawasi (SLS). SLS ini berlaku selama 3 tahun dan bisa
tempat-tempat umum tetap bersih, mengawasi diperpanjang dengan mengajukan permohonan baru.
persediaan air bersih, dan mengawasi persediaan Tempat-tempat umum yang telah dinyatakan
tempat pembuangan sampah, dan larangan merokok. memenuhi syarat kesehatan, maka akan diberikan SLS
Kotak sampah yang terdapat di BKB banyak yang oleh Pemerintah Kota. Pemilik/ pengusaha/pengelola
tidak memiliki penutup. Hal ini akan berdampak pada tempat-tempat umum yang mendapatkan SLS,
gangguan kesehatan jika kebersihan pada tempat itu diwajibkan memperhatikan dan melaksanakan
tidak dijaga dengan baik. petunjuk teknis hygiene dan sanitasi berdasarkan
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu ketentuan peraturan perundang-undangan yang
pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tidak berlaku. Berdasarkan peraturan tersebut, maka setiap
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit sarana wisata yang telah mendapatkan SLS wajib
serta tidak menjadi media perantara menyebarluasnya untuk menerapkan dan menjaga sanitasi lingkungan
suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi yang terdapat di sarana wisatanya. Penerapan dan
dalam pengelolaan sampah adalah tidak mencemari pengawasan tempat-tempat umum belum sepenuhnya
udara, air, dan tanah serta tidak menimbulkan bau maksimal. Masih terdapat banyak tempat-tempat
(segi estetis) dan tidak akan menimbulkan umum yang membutuhkan pemeriksaan dan
kebakaran.19 Selain itu, pemberian rekomendasi monitoring. Perlu adanya komitemen seluruh
diberikan secara tulisan setelah semua proses selesai. puskesmas dalam melakukan inspeksi sanitasi tempat-
Durasi waktu yang singkat pada pemeriksaan akan tempat umum di masing-masing wilayah kerja
mengakibatkan tidak adanya pemberian rekomendasi puskesmasnya demi menciptakan lingkungan yang
secara lisan. 20 sehat.
Angka Cakupan Pengawasan dan Penerapan SIMPULAN
STTU Penerapan sanitasi tempat-tempat umum di
Target dalam program TTU sebesar 80%. Hasil Benteng Kuto Besak Kota Palembang sudah berjalan
pencapaian persentase program TTU yang diperoleh dengan cukup baik. Saran penelitian ini sebaiknya
sebesar 85% melebihi target yang telah ditetapkan. inspeksi sanitasi tempat-tempat umum lebih
Persentase ini sesuai dengan tempat-tempat umum dioptimalkan pelaksanaannya melalui pemerataan
yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah Kerja penyehatan lingkungan tempat-tempat umum lainnya,
Puskesmas Merdeka dan sarana wisata yang diperiksa menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata, dan
yaitu Benteng Kuto Besak dan Kambang Iwak. melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-
“Pada program sanitasi tempat-tempat umum tempat umum.
target kita 80% dalam penerapannya, sementara
pencapaian yang didapatkan sebesar 85%. DAFTAR PUSTAKA
Iya, pengawasan melebihi target.”(IK 2) 1. World Health Organization, Progress Drinking
Angka pemeriksaan sanitasi didasarkan pada Water & Sanitation Update 2015. Switzerland;
jumlah pemeriksaan STTU yang dilakukan oleh 2015
petugas sanitarian. Angka tersebut adalah hasil 2. World Health Organization. Media Centre.
kumulatif dari keseluruhan pemeriksaan yang dihitung Sanitation Fact Sheet. 2015.
berdasarkan periode bulan dan tahun. Berdasarkan 3. Bartram J, Cairncross S. Hygiene, Sanitation, and
laporan kegiatan tempat-tempat umum sarana wisata Water: Forgotten Foundations of
yang diperiksa setiap bulannya berjumlah 7 tempat Health.Journal.pmed.1000367. 2010.
dengan yang memenuhi syarat sebanyak 6 Target 4. Itchon GS, Gensch R. Water, Sanitation, Health.
pencapaian dalam pemeriksaan sanitasi adalah sebesar Sustainable Sanitation Water Managemet, Xavier
80%. Sementara, hasil yang didapatkan pada University. 2013.
pencapaian sebesar 85%. Berdasarkan target tersebut,
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.
Dika M., Yustini A. /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 18(2), 2019 97
5. Suryadi I, Rinawati S, Rachmawati S. Penerapan 14. Suparlan. Pengantar Pengawasan Hygiene Sanitasi
Hygiene dan Sanitasi Hotel Kusuma Kartika Sari Tempat-Tempat Umum Wisata & Usaha-Usaha
di Kota Surakarta. Journal of Industrial Hygiene untuk Umum. Surabaya: Percetakan Dua tujuh,
and Occupational Health. 2018;2(2):142 . 2012.
6. Gunawan K. Pedoman Pelaksanaan Pengawasan 15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sanitasi Tempat-Tempat Umum Provinsi Daerah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dinkes 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerja Sanitarian.
Provinsi DIY; 2003. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
7. Wati CAI. Faktor yang Berhubungan dengan 16.Rahmawati D, Handayani RD, Fauzzia W.
Praktik Sanitasi pada Pedagang Makanan di Hygiene dan Sanitasi Lingkungan di Obyek
Sekitar Wisata Pantai Legonding Kecamatan Ayah Wisata Kampung Tulip. Jurnal Pengabdian
Kabupaten Kebumen. Unnes Journal of Public Kepada Masyarakat. 2018:1(1):87-94.
Health. 2013;2(4):1-2. 17. Mardiana SW. Evaluasi Kinerja Pegawai Kantor
8. Sari P, Nurjazuli, Sulistiyani. Analisis Hubungan Kesehatan Pelabuhan Jambi dalam Pemeriksaan
dan Sanitasi dengan Keberadaan Coliform Fecal Sanitasi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
pada Handle Pintu Toilet di Tempat-tempat Umum Jambi [thesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Mayarakat. Universitas Gajah Mada; 2012.
2015;3(3):777-8. 18. Maulini ML, Syaifudin A, Boediarsih. Hubungan
9. Saraswati LA, Werdiningsih I, Purwanto P. Sikap Pengelola Wisata Terhadap Upaya
Evaluasi Kondisi Sarana Sanitasi yang Disediakan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan di Juwana
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Tingkat Water Fantasy (JWF). Jurnal Keperawatan
Kepuasan Wisatawan Pantai Depok, Bantul, Komunitas. 2013;1(2):75-76
Yogyakarta Tahun 2016. Jurnal Kesehatan 19. Daulay NF, Hasan W, Marsaulina I. Pelaksanaan
Lingkungan. 2016;8(2):64-72. Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang
10. Santoso I. Inspeksi Sanitasi Tempat-tempat untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di
Umum. Yogyakarta: Pustaka Baru, 2015. Basement Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2012.
11. Devy HA, Soemanto RB. Pengembangan Obyek Jurnal Lingkungan dan Keselamatan Kerja.
dan Daya Tarik Wisata Alam sebagai Daerah 2013;2(3):9.
Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar. Jurnal 20. Adriyani R. Managemen Sanitasi Pelabuhan
Sosiologi Dilema. 2017;32(1):34-35. Domestik di Gresik. Jurnal Kesehatan
12. Dinas Pariwisata Palembang. Data Kunjungan Lingkungan. 2005;1(2):137-140
Wisata Nusantara & Mancanegara 2018.
Palembang: Dinas Palembang; 2018.
13. Mujiati, Yuniar Y. Ketersediaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan
Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia.
2016;26(4):201-210
© 2019 Dika Marinda et al., JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085. All rights reserved.