Anda di halaman 1dari 11

Rhinitis (1)

Rhinitis Alergi Rhinitis vasomotor Rhinitis medikamentosa Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Atrofi
Etiologi Rx alergi (hipersensitivitas tipe I) Idiopatik, beberapa hipotesis: Riwayat pemakaian Proses inflamasi kronis yang Infeksi hidung kronik, akibat:
- Neurogenik vasokonstriktor topikal dalam disebabkan oleh infeksi - Infeksi kuman spesifik, Kleibsiella
- Neuropeptida waktu lama dan berlebihan bakteri primer/sekunder sp (Kleibsiella ozaena),
- Nitrik oksida Staphylococcus,
- Trauma Streptococcus,Pseudomonas
aeruginosa
- Defisiensi Fe, vitamin
- Sinusitis kronik
- Kelainan hormonal
- Penyakit kolagen (penyakit
autoimun)

Gejala - Bersin berulang (pagi hari /bila terdapat - Hidung tersumbat bergantian Hidung tersumbat terus-menerus - Sumbatan hidung - Napas berbau
kontak dengan sejumlah besar debu) kanan dan kiri dan berair - Gejala diluar hidung - Rinore berwarna hijau kental
- Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak - Rinore mukoid/serosa akibat hidung - Krusta hijau
- Hidung tersumbat - Jarang disertai gejala mata tersumbat, seperti - Gangguan penghidu
- Hidung dan mata gatal - Gejala dapat memburuk bila mulut kering, nyeri - Sakit kepala
- Kadang disertai banyak air mata keluar terdapat pencetus seperti: kepala, gangguan - Hidung tersumbat
(lakrimasi) asap/rokok, bau menyengat, tidur
parfum, alcohol, makanan - Sekret banyak dan
pedas, udara dingin, pemanas mukopurulen
ruangan, kelembaban,
perubahan suhu luar, klelahan,
stress/emosi
Pemeriksaan Rinoskopi anterior: Rinoskopi anterior: - Edema/hipertrifi konka - Konka hipertrofi - Rongga hidung sangat lapang
Fisik - Mukosa edema, basah, pucat/livid disertai - Edema mukosa hidung - Sekret hidung berlebihan terutama konka - Konka inferior dan media
sekret encer yang banyak - Konka: - Bila diberi tampon inferior hipotrofi/atrofi
- Bila persisten, konka inferior hipertrofi Warnamerah gelap/merah adrenalin, edema konka - Permukaan konka - Sekret purulen
Pada anak: tua, tetapi dapat pula pucat tidak berkurang berbenjol-benjol - Krusta hijau
- Allergic shiner (bayangan gelap di bawah Permukaanlicin/berbenjol- - Sekret mukopurulen
mata), allergic salute (menggosok-gosokkan benjol (hipertrofi) di antara konka
hidung)allergic crease (garis melintang di - Rongga hidung terdapat sekret inferior dan septum
dorsum nasi 1/3 bawah), fascies adenoid mukoid, biasanya sedikit tetapi dan di dasar hidung
(gangguan pertumbuhan gigi), cobblestone pada rinore sekret serosa,
appearance (dinding posterior faring granuler biasanya banyak
dan edema) serta dinding lateral faring
menebal, geographic tounge (lidah seperti
gambaran peta)
Pemeriksaan In vitro: - Sitologi hidung, eosinofil - Pmeriksaan histopatologik dari
Penunjang - Hitung eosinofil, normal/meningkat sedikit biopsi konka media
- IgE total, normal kecuali bila tanda alergi > - Tes cukit kuli (-) - Pemeriksaan mikrobiologi
dari 1 macam penyakit - Kadar IgE spesifik tidak - Uji resistensi kuman
- IgE spesifik (RAST/ELISA) meningkat - CT scan sinus paranasal
- Sitologi hidung, eosinofil >>alergi inhalan,
basofil >5 sel/lapalergi makanan, ada sel
PMNinfeksi bakteri
Rhinitis Alergi Rhinitis vasomotor Rhinitis medikamentosa Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Atrofi
In vivo:
- Mencari penyebab allergentes cukit kulit,
uji intrakutan/intradermal tunggal /berseri
- Alergi makananIPDFT, challenge test (gold
standart)
- -
Penatalaksanaan - Menghindari kontak dengan allergen - Menghindari stimulus/faktor - Hentikan pemakaian obat - Terapi simtomatis Pengobatan konservatif:
- Medikamentosaantihistamin (antihistamin pencetus tetes atau semprot untuk sumbatan - Antibiotika spektrum luas/sesuai
H-1lini per1 rinitis, bisa kombinasi dengan - Medikamentosadekongestan vasokonstriktor hidung hidung uji resistensi kuman
dekongestan/tunggal), dekongestan, oral, cuci hidung dengan larutan - Kortikosteroid oral dosis - Kaustik konka - Menghilangkan bau busukobat
kortikosteroid topikal, sodium kromoglikat fisiologis, kauterisasi konka tinggi jangka dengan nitras cuci hidung (larutan garam
topikal, antikolinergik topikal. Pengobatan dengan larutan AgNO3 pendek(mengatasi argenti/trikloroasetat hipertonik)
baru (anti leukortien, anti IgE, DNA 25%/triklor-asetat pekat, sumbatan - Elektrokauterisasi Operatif:
rekombinan kortikosteroid topikal, dapat berulang)/kortikosteroid - Ila tidak menolong, - Operasi penutupan lubang
- Operatifkonkotomi parsial, konkoplasti ditambahkan antikolinergik topikal min 2 minggu luksasi konka, hidung/penyempitan lubang
atau inferior turbinoplasty bila konka inferior topikal (rinore berat) (menggembalian proses frakturisasi konka hidung dengan implantasi/jabir
hipertrofi berat atau tidak berhasil dikecilkan - Operatifbedah beku, fisiologik mukosa hidung) multipel, osteoperiosteal
dengan kauterisasi AgNO3 25% elektrokauter, konkotomi - Dekongestan oral konkoplasti/konkoto - Bedah sinus endoskopik
- Imunoterapipada alergi inhalan dengan parsial konka inferior - Setelah 3 minggu tidak mi parsial fungsional (BSEF)
gejala berat dan lama serta dengan - Neurektomi n. vidianus (bila ada perbaikan, rujuk ke
pengobatan cara lain tidak dengan cara diatas tidak dokter THT
berhasilpembentukan IgG blocking optimal), tindakan blocking
antibody dan penurunan IgE, 2 metode: ganglion sfenopalatina
intradermal dan sublingual
Rhinitis (2)

Rhinitis Simpleks Rhinitis Difteri Rhinitis Jamur Rhinitis Sifilis Rhinitis Tuberkulosa
Etiologi Infeksi virus, seperti rhinovirus, Infeksi Corynebacterium diphtiriae Infeksi jamur Aspergillus, Candida, Infeksi Treponema pallidum Infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner
myxovirus, virus Coxsakie, virus Histoplasma, Fussarium, Mucor
ECHO
Gejala - Rasa panas, kering, gatal Difteri akut: Rhinitis primer dan sekunder gejala Hidung tersumbat
di dalam hidung - Demam serupa dengan rhinitis akut lainnya
- Bersin berulang-ulang - Toksemia
- Hidung tersumbat - Limfadenitis
- Rinore encer - Paralisis otot pernapasan
- Disertai demam dan - Rinore+darah
nyeri kepala Difteri akut:
- Gejala>ringan dan dapat
sembuh sendiri
- menular
Pemeriksaan Fisik - Mukosa hidung merah - Ditemukan pseudomembran Tipe non-invasif: - Rhinitis primer dan - Sekret mukopurulen
dan membengkak putih yang mudah berdarah - Rinolith (bola jamur/fungus ball) sekunderada bercak/bintik - Krusta
- Bila infeksi sekunder. - Krusta coklat di nares anterior dengan inflamasi mukosa yang berat pada mukosa
Rinore mukopurulen dan rongga hidung - Tidak destruksi kartilago dan tulang - Rhinitis tersiergumma/ulkus
Tipe invasif: yang mngenai
- Ditemukan hifa jamur pada lamina septumperforasi
propia
- Jika invasi ke submukosaperforasi - Sekret mukopurulen yang
septum/hidung pelana berbau dan krusta

- Sekret mukopurule
- Perforasi septum

- Terlihat ulkus/perforasi septum disertai


jaringan nekritik berwarna kehitaman - Hidung pelana
(black eschar)
Pemeriksaan Pemeriksaan kuman dari sekret hidung - Pemeriksaan histopatologi - Pemeriksaan mikrobiologik - Ditemukan basil tahan asam
Penunjang - Pemeriksaan langsung/ kultur jamur - Biopsi pada sekret hidung
- Histopatologiditemukan
sel datia langhans
Penatalaksanaan - Istirahat - ADS Tipe non-invasif: - Penisilin - Antituberkulosis
- Obat-obatan simtomatis, - Penisilin local dan - Mengangkat seluruh bola jamur - Obat cuci hidung - Obat pencuci hidung
seperti analgetika, intramuskuler - Obat jamur sistemik - Krusta harus dibersihkan secara
antipiretika, dekongestan - Pasien diisolasi sampai hasil Tipe invasif: rutin
- Antibiotik diberikan bila pemeriksaan kuman (-) - Obat jamur sitemik/topikal
infeksi sekunder karena - Cuci hidung dan pembersihan hidung
bakteri secara rutin untuk mengangkat krusta
- Bagian terinfeksi dapat diolesi gentian
violet
- Kadang diperlukan debridementseluruh
jaringan nekrotik dan tidak sehat
- Bila jaringan nekrotik
luasrekonstruksi
KELAINAN TELINGA LUAR

Kelainanan Daun Telinga

Kelainan Etiologi Patofisiologi Pemeriksaan Fisik Terapi Komplikasi

Hematoma Trauma Kumpulan darah di antara perikondrium dan - Dikeluarkan secara steril Perikondritis
tulang rawan.

Perikondritis  Trauma Radang pada tulang rawan yang menjadi - Antibiotika Cauliflower (mengkerutya daun telinga
 Operasi daun telinga yang kerangka daun telinga akibat hancurnyatulang rawan yang menjadi
terinfeksi kerangka daun telinga)
 Komplikasi pseudokista

Pseudokista  Trauma kronis ringan (mis. Kumpulan cairan kekuningan (cairan Benjolan di daun telinga  Dikeluarkan secara steril  balut tekan  Perikondritis  Cauliflower
tidur miring) interstisial) di antara lapisan perikondrium dan yang tidak nyeri dgn gips selama seminggu.  Perlekatan yang tidak sempurna 
 Pemakaian helm yang sempit tulang rawan telinga.  Steroid oral selama 5 hari kekambuhan.
 Insisi  iodium povidon 5%  dijahit

Kelainanan Liang Telinga

Kelainan Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Terapi Komplikasi

Serumen prop Gumpalan serumen  Rasa tertekan (serumen Tuli konduktif  Ser lembek  kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
yang menumpuk di mengembang)  Ser keras  pengait/ kuret, jika tidak bias dilunakkan dulu dgn tetes
liang telinga  Gg. Pendengaran karbolgliserin 10%  irigasi air hangat.

Benda asing  Anak : kacang hijau, - Ditemukan benda asing di liang  Binatang yang masih hidup: matikan dulu dgn memasukkan tampon  Mendorong benda asing lebih ke
mainan, karet telinga basah ke dalam liang telinga  teteskan cairan (rivanol/ obat anestesi dalam.
penghapus, baterai. lokal ± 10 menit)  binatang mati  keluarkan dgn pinset/ irigasi air  Trauma yang merusak membrane
 Dewasa: kapas hangat timpani/ struktur telinga tengah
cotton bud yang  Baterai  jangan dibasahi karena efek korosifnya.
tertinggal, potongan  Benda asing besar  ditarik dgn serumen haak
korek api, patahan  Benda asing kecil  diambil dgn cunam/ pengait
pensil,

Otitis eksterna  Infeksi bakteri, jamur, dan virus.


(OE)

Faktor Predisposisi:

 pH liag telinga basah  proteksi terhadap infeksi menurun


Kelainan Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Terapi Komplikasi

 Udara yg hangat & lembab  kuman dan jamur mudah tumbuh


 Trauma ringan ketika mengorek telinga

OE akut Staphylococcus aureus  Nyeri pada penekanan Ditemukan furunkel = bisul di 1/3  Sudah jadi abses  diaspirasi secara steril u/ mengeluarkan nanahnya.
sirkumskripta atau Staphylococcus perikondrium luar liang telinga Lokal  antibiotik salep (polymixin B/ bacitrasin), atau antiseptic (asam
(furunkel) albus pada 1/3 luar  Nyeri spontan pada asetat 2-5% dlm akohol).
liang telinga waktu membuka mulut  Dinding furunkel tebal  insisi  pasang drain u/ mengalirkan
 Gg. Pendengaran, bila nanahnya
besar dan menyumbat  Antibiotik sistemik ≠
liang telinga  Obat simtomatik (analgetik & obat penenang)

OE akut difus  Pseudomonas sp, Keluar cairan dari telinga  Kulit liang telinga hiperemis &  Membersihkan liang telinga  memasukkan tampon yang mengandung
Staphylococcus edema dgn batas tidak jelas antibiotik ke liag telinga.
albus, Eschericia  Nyeri tekan tragus  Antibiotik sistemik kalau perlu
coli, dsb.  KGB regional membesar &
 Sekunder pada nyeri tekan
OMSK  Sekret berbau, tidak berlendir
 Kebiasaan berenang
Otomikosis Infeksi jaur :  Rasa gatal dan rasa Sisik yang menyerupai ketombe  Membersihkan liang telinga Predisposisi OE bakterialis
Pityrosporum, penuh di liang telinga.  Larutan asam asetat 2% dalam alkohol
Aspergillus, Candida  Sering tanpa keluhan  Larutan iodium povidon 5%
Albicans, jamur lain.  Tetes telinga yang mengandung antibiotik & steroid
 Obat anti jamur topikal (salep) yang mengandung nistatin, klotrimazol.
Herpes zoster Infeksi virus varicella  Otalgia  Lesi kulit yang vesikuler pada  Sesuai dengan tatalaksana herpes zoster
otikus zoster  mengenai N.  Paralisis otot wajah kulit di daerah muka sekitar
trigerminus, ganglion liang telinga.
genikulatum, radiks  Paralisis otot wajah
servikalis bag atas  Tuli sensorineural (keadaan
berat)
(Sindroma Ramsay
Hunt)

Infeksi kronis  Infeksi bakteri/ - -  Operasi rekonstruksi liang telinga Stenosis liang teliang telinga karena
liang telinga jamur yang tidak terbentuk sikatriks
diobati
 Iritasi kulit karena
cairan otitis media
 Trauma berulang
 Adanya benda asing
 Penggunaan cetakan
pada alat bantu
dengar
Keratosis  Sel epitel yang  Umur dewasa muda  Gumpalan epidermis di liang  Debris akibat radang harus dibersihkan secara berkala
obsturans berlebihan yang  Terkait sinusitis, telinga
tidak bermigrasi ke bronkiektasis  Nyeri akut/ hebat
Kelainan Etiologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Terapi Komplikasi

arah telinga luar  Bilateral  Tuli konduktif akut/ sedang


 Radang kronis  MT intak, lebih tebal
 Otore ≠
 Erosi tulang liang telinga
menyeluruh  liang telinga
lebih lebar
 Osteonekrosis jarang
Kolesteatoma  Umur tua  Nyeri kronis/ tumpul  Operasi kolesteatoma & osteonekrotik, diangkat sempurna.  Perluasan destruksi tulang ke
eksterna  Tidak terkait penyakit  Tuli konduktif ≠  Kolesteatoma masih kecil  kolesteatoma & osteonekrotik diangkat telinga tengah
lain  MT normal sampai bersih  antibiotik topikal berkala.  Erosi tulang pendengaran
 Unilateral  Otore sering  Obat tetes telinga dari campuran alcohol/ gliserin dalam H2O2 3%, 3 X  Kelumpuhan N. fasialis
 Erosi tulang di posteroinferior seminggu.  Fistel labirin
 Osteonekrosis biasa ada  Otore berkepanjangan

OE maligna Pseudomonas  Umur tua  Pembengkakan liang telinga  Sesuai hasil kultur dan resistensi Debrideman yang kurang bersih
aeruginosa  Riwayat diabetes  Liang telinga tertutup jaringan  Sebelum ada hasil  floroquinolon (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. mempercepat penjalaran penyakit
mellitus granulasi  Kondisis lebih berat  antibiotika parenteral + antibiotika gol
 Rasa gatal di liang  Paralisis fasialis aminoglikosida 6-8 minggu.
telinga yang dgn cepat  Osteomielitis yang progresif  AB yang sering dipakai: ciprofloxasin, ticarcillin-clavunant, piperacillin
diikuti oleh nyeri (+ ainoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime),
 Sekret yang banyak tobramicin (+aminoglikosida), gentamicin (+ peicilin)
 Debrideman luka secara radikal
Penyakit Jenis Etiologi Gejala klinis Tanda klinis Komplikasi Terapi

Tonsillitis

I. Tonsillitis 1. Tonsillitis viral EBV Common cold, nyeri Luka kecil pada palatum dan tonsil yang Istirahat, minum cukup, analgetik,
akut tenggorok sangat nyeriinfeksi Coxschakie antivirus apabila gejala berat
Hemofilis influenza

tonsilitis akut supuratif

2. Tonsillitis bacterial Streptokokkus β Nyeri tenggorok, nyeri Tonsil bengkak dan hiperemis, detritus OMA, sinusitis, abses Ab spektrum luas seperti penisilin,
hemolitikus grup A(strept menelan, demam tinggi, folikel, lakuna atau membrane semu, peritonsil, abses eritromisin, antipiretik dan obat
throat), Pneumokokkus, rasa lesu, otalgia KGB submandibula bengkak dan nyeri parafaring, bronchitis, kumur desinfektan
Streptokokkus viridian, tekan glomerulonefritis akut,
Streptokokkus piogenes miokarditis, arthritis,
septikemia, bernapas
lewat mulut, tidur
mendengkur, sleep apnea

II. Tonsillitis 1. Tonsillitis difteri, sering Coryne bacterium diphteriae Umum : subfebris, nyeri Lokal : tonsil bengkak, bercak putih Eksotoksin : miokarditis - Anti difteri serum 20.000-
membranos pada anak <10 tahun kepala, tidak nafsu makan, kotor menutupi tonsil yang meluas ke sampai dekompensasio 100.000 unit
a badan lemah, nadi lambat, palatum mole, uvula, nasofaring, laring, kordis, laryngitis difteri, - Penisilin atau eritromisin 25-
nyeri menelan trakea, bronkus, KGB leher bengkak kelumpuhan otot palatum 50 mg/Kg BB dibagi 3 dosis
selama 14 hari
(infeksi lanjut) mole, otot mata, otot
- Kortikosteroid 1,2 mg/KgBB,
faring dan - Antipiretik
laring,albuminuria - Istirahat 2-3 minggu

2. Tonsillitis septic Streptokokkus hemolitikus


dalam susu sapi

3. Angina Plaut Vincent Spirochaeta atau triponema Demam sampai 390C, nyeri Mukosa mulut dan faring hiperemis, - Ab spectrum luas selama 1
(stomatitis ulsero karena hygiene mulut kepala, badan lemah dan membrane putih keabuan di atas tonsil, minggu
membranosa) kurang dan defisiensi kadang-kadang gangguan uvula, dinding faring, gusi serta - Memperbaiki hygiene mulut
vitamin C pencernaan, nyeri mulut, prosesus alveolaris, mulut berbau - Vitamin C dan B kompleks
hipersalivasi, gigi dan gusi (foetor ex ore), KGB submandibula
mudah berdarah membesar

4. Penyakit kelainan darah a. Leukemia akut Epistaksis, perdarahan Kulit tampak bercak kebiruan, tonsil
mukosa mulut, gusi dan bengkak ditutupi membrane semu, tidak
bawah kulit, nyeri hebat di hiperemis
tenggorok
b. Angina agranulositosis Ulkus di mukosa mulut dan faring
akibat keracunan obat
golongan amidopirin,
sulfa, arsen
c. Infeksi mononukleosis - Tonsilo faringitis ulsero
membranosa bilateral
- KGB leher, ketiak, inguinal
membesar
- Gambaran darah khas : leukosit
mononukleus jumlah besar
- Serum pasien beraglutinasi terhadap
sel darah merah domba (reaksi Paul
Bunnel)
III. Tonsillitis Factor predisposisi : Rasa mengganjal dan Tonsil membesar dengan permukaan - Komplikasi daerah - Berkumur atau obat hisap
kronik rangsangan menahun dari kering di tenggorok, napas tidak rata, kriptus melebar, beberapa sekitar : rinitis kronik, - Tonsilektomi
rokok, beberapa jenis bau kripti terisi detritus sinusitis, otitis media
maknan, hygiene mulut - Hematogen atau
limfogen :
yang buruk, cuaca, endokarditis, arthritis,
kelelahan fisik, pengobatan miositis, nefritis,
tonsillitis akut yang tidak uveitis, iridosiklitis,
adekuat dermatitis, pruritus,
urtikaria, furunkulosis
Hipertrofi Sering ISPA Gangguan tidur, Sumbatan koana, napas dari mulut Adenoidektomi
adenoid mendengkur sehingga

a. Fasies adenoid : hidung kecil, gigi


seri prominen, arkus faring tinggi
b. Faringitis dan bronchitis
c. Sinusitis kronik
Sumbatan tuba eustachius : otitis media

Abses Leher Dalam

Abses leher 1. Abses peritonsil Kompilkasi tonsillitis akut, Nyeri tenggorok, Tonsil bengkak dan hiperemis, banyak 1. Abses pecah 1. Stadium infiltrasi : Ab gol
dalam infeksi kelenjar mucus odinofagia hebat, otalgia, detritus, palatum mole bengkak, perdarahan, aspirasi penisilin atau klindamisin,
Weber di kutub atas tonsil regurgitasi, foetor ex ore, hiperemis, menonjol ke depan, teraba paru atau piemia obat simtomatik, kumur air
2. Abses parafaring, hangat dan kompres dingin
hipersalivasi, hot potato fluktuasi,
mediastinitis pada leher
voice, trismus (sulit 3. Thrombus sinus 2. Abses : pungsi dan insisi
membuka mulut) uvula bengkak dan terdorong
kavernosus, Tonsilektomi
kontralateral,
meningitis dan abses
KGB submandibula membesar, nyeri otak
tekan,

2. Abses retrofaring (anak <5 1. ISPAlimfadenitis Nyeri dan sukar menelan, Benjolan dinding posterior faring, 1. Penjalaran ke ruang 1. Ab dosis tinggi
tahun) retrofaring demam, leher kaku dan mukosa bengkak dan hiperemis parafaring, vascular 2. Pungsi dan insisi melalui
2. Trauma dinding nyeri, sesak napas, stridor, visera laringoskopi direk
posterior faring perubahan suara 2. Mediastinitis
3. Tuberculosis vertebra 3. Obstruksi jalan napas
servikalis bagian atas sampai asfiksia
4. Pecahpneumonia
aspirasi dan abses
paru
Abses parafaring 1. Tusukan jarum Trismus, demam tinggi Pembengkakan di sekitar angulus 1. Peradangan Ab dosis tinggi
terkontaminasi mandibula dan dinding lateral faring intracranial
2. Supurasi kel limfe leher 2. Mediastinitis Tidak ada perbaikan 24-48 jam
bagian dalam, gigi, 3. Perdarahan hebat lakukan insisi dari luar dan intra
tonsil, faring, hidung, 4. Tromboflebitis dan oral
sinus paranasal, mastoid septikemia
dan vertebra servikal
3. Penjalaran infeksi ruang
peritonsil, retrofaring
atau submandibula
Abses submandibula Infeksi dari gigi, dasar Demam, nyeri leher, Pembengkakan di bawah mandibula - Ab dosis tinggi
mulut, faring, kelenjar liur, trismus atau lidah - Evakuasi abses dalam anestesi
kelenjar limfa submandibula localabses dangkal dan
terlokalisir
- Eksplorasi dalam
narcosisabses dalam dan
luas
Abses ludovici Infeksi gigi, dasar mulut Nyeri tenggorok dan leher Bengkak daerah submandibula, 1. Sumbatan jalan napas Ab dosis tinggi parenteral dan
hiperemis dan keras pada perabaan, 2. Penjalaran abses ke eksplorasi
dasar mulut bengkak ruang leher dalam lain
dan mediatinum
3. sepsis
Kelainan Laring

1. Kongenital Laringomalasi Epiglottis lemah Stridor Retraksi suprasternal, epigastrium,


interkostal, supraklavikular akibat
sumbatan jalan napas

Stenosis subglotik 1. Penebalan jaringan Stridor, dispnea - Retraksi suprasternal, epigastrium, Kelainan submukosadilatasi
submukosa dengan interkostal, subklavikula atau dengan laser CO2
hyperplasia kelenjar - Sianosis, apneastadium lebih
mucus dan fibrosis berat Kelainan tulang rawan
2. Kelainan bentuk tulang krikoidpembedahan dengan
rawan krikoid dengan rekonstruksi
lumen yang lebih kecil
3. Bentuk tulang rawan
krikoid normal dengan
ukuran lebih kecil
4. Pergeseran cincin trakea
pertama kea rah atas
belakang ke dalam
lumen krikoid
Selaput di laring (Laryngeal Sumbatan laring Bedah mikro laring menggunakan
Web) laringoskopi suspensi

Kista Bedah mikro laring

Hemangioma Hemoptisis , sumbatan Bedah laser, kortikosteroid atau


laring obat-obat skleroting

Fistel laringotrakea-esofagal Kegagalan penutupan Gejala pneumonia (sesak


dinding posterior kartilago batuk), sumbatan laring
krikoid

2. Peradangan Laryngitis akut Bakteri Demam, malaise, suara Mukosa - Istirahat bicara dan bersuara
laring parau sampai afoni, nyeri selama 2-3 hari
menelan dan berbicara, laring hiperemis, bengkak, terutama di - Menghirup udara lembab
gejala sumbatan laring, atas dan bawah pita suara, tanda radang - Menghindari iritasi faring
akut hidung dan sinus paranasal laring seperti merokok,
batuk kering sampai
makanan pedas atau minum es
sputum kental - Ab bila peradangan dari paru
- Sumbatan laringpipa
endotrakea atau trakeostomi
Laryngitis kronik Sinusitis kronik, deviasi Suara parau menetap, rasa Mukosa menebal, permukaan tidak rata - Atasi penyebab peradangan
septum berat, polip hidung tersangkut di tenggorok dan hiperemis - Vocal rest
atau bronchitis kronik

Laryngitis tuberkulosis - Rasa kering, panas dan 1. Stadium infiltrasi : mukosa laring - Obat TBC primer dan
tertekan di daerah posterior bengkak dan hiperemis, sekunder
laring mukosa laring pucat, submukosa - Istirahat suara
- Suara parau terdapat tuberkel sehingga mukosa
berminggu-minggu tidak rata, tampak bintik-bintik
sampai afoni kebiruan, ulkus
- Hemoptisis 2. Stadium ulserasi : ulser membesar,
- Nyeri menelan lebih ulkus dangkal, dasar ditutupi
hebat dari radang perkijuan
lainnya 3. Stadium perikondritis : ulkus makin
- KU buruk dalam, kerusakan kartilago sehingga
terbentuk nanah berbau dan
terbentuk sekuester
4. Stadium fibrotuberkulosis :
terbentuk fibrotuberkulosis pada
dinding posterior, pita suara dan
subglotik
Laryngitis luetika Suara parau dan batuk Guma pecahulkus sangat dalam, Stenosis laring - Penisilin dosis tinggi
kronis, disfagia bertepi dengan dasar yang keras, merah - Pengangkatan sekuester
tua, eksudat kekuningan - Trakeostomisumbatan
laring
3. Lesi jinak Nodul pita suara (vocal Vocal abuse Suara parau, kadang batuk Nodul keputihan pita suara Istirahat bicara dan terapi suara
laring nodule)
Biasanya bilateral
Predileksi : 1/3 anterior dan medial pita
suara

Polip pita suara Factor Predisposisi : Suara parau Polip pita suara bertangkai Bedah mikro laring
merokok, vocal abuse
Polip mukoid : keabu-abuan dan jernih

Polip angiomatosa : merah tua

Biasanya unilateral

Predileksi : 1/3 anterior, medial, seluruh


pita suara

Kista pita suara Factor predisposisi : iritasi Suara parau Kista di dalam lamina propria Bedah mikro laring
kronik, GERD, infeksi superfisialis, membrane basal epitel atau
ligamentum vocal

4. Kelumpuhan Kongenital Kelainan batang otak atau Suara parau, Stridor Terapi suara dan bedah pita suara
pita suara trauma kepala kesulitan menelan

Dapatan Keganasan paru, esophagus,


tiroid, pembedahan tiroid,
aneurisma arkus aorta,
pembesaran jantung kiri,
dilatasi arteri pulmonalis,
TBC paru

Anda mungkin juga menyukai