Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawwatan
DYSPEPSIA”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 Konsep Medis .......................................................................................................... 2
2.1.1 Definisi ................................................................................................................. 2
2.1.2 Anatomi Fisiologi Lambung............................................................................... 2
2.1.3 Etiologi ................................................................................................................. 5
2.1.4 Klasifikasi ............................................................................................................ 6
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................................................ 6
2.1.6 Patofisiologi ......................................................................................................... 6
2.1.7 Komplikasi ........................................................................................................... 7
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................................... 7
2.1.9 Penatalaksanaan ................................................................................................. 8
2.2 Konsep Keperawatan.............................................................................................. 8
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................................... 8
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 11
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 12
2.2.4 Pathway .............................................................................................................. 20
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di
bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan
mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk, 2014).

Pravalensi dispepsia secara global sebesar 3,5-27%, di Amerika Serikat


sebesar 23 – 25,8%, di India sebesar 30,4%, New zealand 34,2%, Hongkong
18,4%, dan di Inggris sebesar 38 – 41%. Pada praktek dokter umum ditemukan
sekitar 30% dan pada praktek dokter spesialis gastroenterologist sebanyak 70%
dengan keluhan dispepsia. Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan
Indonesia 2007, dispepsia menempati urutan ke 10 dari penyakit lainnya di rumah
sakit.

Pada lambung terdapat faktor agresif yaitu asam lambung dan juga faktor
defensif yaitu prostaglandin E supaya keadaan didalam lambung tetap normal.
Namun pada sindrom dispepsia terdapat kenaikan dari faktor agresif sehingga akan
menimbulkan sindrom dispepsia. Gejala – gejala atau sindrom yang dirasakan
penderita dispepsia adalah nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa
penuh atau rasa tidak nyaman setelah makan, rasa kembung pada saluran cerna atas,
mual, muntah, sendawa, dan rasa cepat kenyang (Simadibrata dkk, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep medis dari penyakit dyspepsia?
1.2.2 Bagaimana konsep keperawatan dari penyakit dyspepsia?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mendeskripsikan konsep
medis dan konsep keperawatan dari penyakit dyspepsia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dyspepsia.
Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klini yang terdiri dari rasa tidak enak / sakit
di perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan (Nurarif, 2013).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
uluhati, mual, muntah, kembung, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa.
(dharmika,2016).

Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa.
Sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama,
terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.

2.1.2 Anatomi Fisiologi Lambung


1) Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen


atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk
tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas
normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas
fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan
kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor.
Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan.
Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang
masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki

2
esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia
dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi
makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini
akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.


2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan
otot esophagus.
b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta
membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan
berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah
melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi
pembuluh darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri
atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu
mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar
pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi
lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium
kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau
gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung.
Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau
chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi
pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam
hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk
absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor
intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus
(leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-

3
sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G
yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar
gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen.
Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan
berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis


untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui
saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik,
hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena
vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang penting
dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia
seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang
dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-
serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus
saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk
persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring
dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu,
dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka,
yang mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor
dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri
gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang
berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding postrior
duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah
vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan
bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta.

4
2) Fisiologi
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500
– 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene
utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan
air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran
darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali
protein dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam
lambung oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.
2.1.3 Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo
membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. (Menurut Azis, dalam buku mekanisme penyakit revisi
3, 2010).

Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan


dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab
dispepsia antara lain:

a. Perubahan pola makan


b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok

5
d. Stres,kecemasan dan depresi
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
f. Iritasi lambung

2.1.4 Klasifikasi
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan
yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus
dua belas jari, radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong
saluran pencernaan).
2.1.5 Manifestasi Klinis
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut
i. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

2.1.6 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di

6
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Marya, 2013).

2.1.7 Komplikasi
Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah
sebagai berikut:

a. Pendarahan
b. Kanker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


1). Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak


ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:
pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

2). Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit


di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.

3). Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional,


gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

4). USG (ultrasonografi)

USG Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini


makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari

7
suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan

5). Waktu Pengosongan Lambung

Waktu pengosongan lambung dapat dilakukan dengan scintigafi


atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat
pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres.
c. Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Obat-obatan yang diberikan meliputi:
a. Antacid (menetralkan asam lambung)
b. Golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung)
c. Prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

2.2 Konsep Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata

1). Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa,


agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

2). Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,


pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

8
2. Keluhan Utama

Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian


samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu
makan, kembung, rasa kenyang.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress


psikologis, riwayat minumminuman beralkohol

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita


penyakit saluran pencernaan

5. Pola aktivitas

Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan


makanan yang merangsang selaput mukosa lambung, berat badan
sebelum dan sesudah sakit.

6. Aspek Psikososial

Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman,


adanya masalah interpersonal yang bisa menyebabkan stress

7. Aspek Ekonomi

Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan


tempat tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress
psikologis dan pola makan

8. Pengkajian Fisik

Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal


hygiene dan lainlain.

9
Data sistemik:

1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,


pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain

2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan


mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek,
pupil, respon cahaya, dan lain-lain.

3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan


jalan napas, dan lain-lain.

4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi


jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,


orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,


keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.

7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan


cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,


kemerahan, dan lainlain.

9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,


testis, prostat, payudara, dan lain-lain.

10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,


vesika urinaria.

10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut, Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Anoreksia, tidak enak setelah makan.
3. Defisiensi Pengetahuan Berhubungan dengan kecemasan dan
ketidaktahuan penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

11
2.2.3 Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Nyeri akut (00132)  Tingkat Nyeri  Manajemen Nyeri
Domain 12. Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan 1. Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri
fisik Kriteria Hasil : Observasi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kepuasan pasien 1. Tingkat kepuasan
Definisi : keperawatan selama 3 x 24 terhadap manajemen nyei pasien dapat kita
Pengalaman sensori dan jam masalah nyeri akut dalam interval yang jadikan sebagai
emosional tidak teratasi dengan Indikator : spesifik bahan evaluasi
menyenangkan yang 1. Kehilangan nafsu . apakah tindakan
muncul akibat kerusakan makan (4) Mandiri : manajemen nyeri
jaringan aktual atau 2. Nyeri yang dilaporkan 2. Berikan informasi yang kita lakukan
potensial atau yang (4) mengenai nyeri, seperti sudah maksimal
digambarkan sebagai 3. Intoleransi makanan (4) penyebab nyeri, berapa ataukah belum.
kerusakan (Internasonal Ket : lama nyeri akan 2. Agar dapat
Association fot the Study of 1. Berat dirasakan, dan antisipasi meringankan atau

12
Pain); awitan yang tiba-tiba 2. Cukup berat dari ketidaknyamanan mengurangi nyeri
atau lambat dari intensitas 3. Sedang akibat prosedur. sampai pada
ringan hingga berat dengan 4. Ringan tingkat
akhir yang dapat di 5. Tidak ada Kolaborasi : kenyamanan yang
antisipassi atau diprediksi. 3. Kolaborasi dengan dapat diterima
pasien, orang terdekat oleh pasien.
dan tim kesehatan 3. Agar dapat
Batasan Karakteristik : lainnya untuk memilih membantu pasien
1. Perubahan posisi untuk dan mengurangi rasa
menghindari nyeri mengimplementasikan sakit yang
2. Perubahan selera makan tindakan penurunan nyeri dirasakan
3. Sikap melindungi area nonfarmakologi, sesuai tersebut.
Nyeri kebutuhan. 4. Membantu
mengurangi nyeri
HE : yang dirasakan
4. Ajarkan prinsip-prinsip klien, serta
manajemen nyeri. membantu klien
untuk mengontrol
nyerinya.

13
2. Ketidakseimbangan  Perawatan diri :  Manajemen Gangguan
nutrisi: kurang dari Makan Makan
kebutuhan tubuh (00002)
Domain 2. Nutrisi 1. Perawatan diri : Observasi :
Kelas 1. Makan makan 1. Monitor perilaku klien 1. Mengurangi berat
Kriteria Hasil : yang berhubungan badan yang
Definisi : Setelah dilakukan tindakan dengan pola makan, berlebihan agar
Asupan nutrisi tidak cukup keperawatan selama 3 x 24 penambahan dan pola makan bisa
untuk memnuhi kebutuhan jam masalah kehilangan berat badan. teratur dengan
metabolik. ketidakseimbangan nutrisi: 2. Monitor berat badan baik.
Batasan Karakteristik : kurang dari kebutuhan tubuh klien sesuai secara rutin. 2. Untuk mengetahui
1. Cepat kenyang teratasi dengan Indikator : kenaikan tubuh
setelah makan 1. Memasukkan Mandiri : klien.
2. Kelemahan otot makanan ke mulut 3. Berikan konsekuensi 3. Agar kehilangan
untuk menelan dengan jari (4) pengulangan ketika berat badan tidak
3. Ketidakmampuan 2. Mengunyah berespon dengan dapat
memakan makanan makanan (4) kehilangan berat badan, menimbulkan
3. Menelan makanan perilaku mengurangi efek tertentu dan
(4) tidak mengalami

14
Faktor yang berat badan atau kurang perubahan rasa
Berhubungan : Ket : berat badan. makanan tersebut.
1. Ketidakmampuan 1. Sangat terganggu 4. Beri tanggung jawab 4. Agar pilihan-
makan 2. Banyak terganngu terkait dengan pilihan - pilihan makanan
2. Ketidakmampuan 3. Cukup terganggu pilihan makanan dan dan aktifitas fisik
mencerna makanan 4. Sedikit terganggu aktivitas fisik dengan klien bisa
5. Tidak terganngu klien dengan cara yang terpenuhi.
tepat. 5. Untuk menjaga
berat badan agar
Kolaborasi : tetap stabil dan
5. Rundingkan dengan ahli dapat mengetahui
gizi dalam menentukan kebutuhan asupan
asupan kalori harian kalori harian
yang diperlukan untuk pasien tersebut.
mempertahankan berat 6. Untuk
badan yang sudah memudahkan
ditentukan. klien menghitung
6. Rundingkan dengan tim kebutuhan kalori
kesehatan lainnya setiap setiap hari, sesuai

15
hari terkait dengan berat
perkembangan klien. badan klien
tersebut.
HE : 7. Agar nutrisi yang
7. Ajarkan dan dukung diberikan pada
konsep nutrisi yang baik klien dan orang
dengan klien (dan orang terdekat klien
terdekat klien dengan dapat terpenuhi
tepat). dengan baik.
3. Defisiensi Pengetahuan  Pengetahuan : proses  Pengajaran : proses 5. Pengajaran :
(00126) penyakit penyakit proses penyakit
Domain 5. Persepsi / Kriteria hasil : Observasi 1. Untuk mengetahui
kognisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan apakah klien
Kelas 4. Kognisi keperawatan selama 3x24 pasien terkait dengan mengetahui proses
Definisi : jam masalah Defisit proses penyakit yang penyakit
Ketiadaan atau defisiensi pengetahuan berhubungan spesifik 2. Untuk mengetahui
informasi kognitif yang dengan kecemasan dan 2. Identifikasi kemungkinana penyebab penyakit
berkaitan dengan topik ketidaktahuan penyebab, sesuai kebutuhan yang terjadi pada
tertentu penatalaksanaan diet dan Mandiri pasien

16
Batasan karekteristik : proses penyakit dapat teratasi - 3. Agar pasien
1. Ketidakaakuratan dengan indikator : Kolaborasi mengetahui tanda dan
mengikuti perintah 1.) Karakter spesifik - gejala umum dari
2. Kurang penyakit (4) HE penyakit yang
pengetahuan 2.) Faktor-faktor penyebab 3. Jelaskan tanda dan gejala diderita pasien
Faktor yang dan faktor berkontribusi yang umum dari penyakit, 4. Agar pasien
berhubungan (4) sesuai kebutuhan mengetahui proses
1. Kurang informasi 3.) Efek fisiologis penyakit 4. Jelaskan mengenai proses terjadinya penyakit
2. Kurang sumber (4) penyakit, sesuai kebutuhan yang dialami pasien
pengetahuan 4.) Tanda dan gejala 5. Edukasi pasien mengenai 5. Agar pasien dapat
penyakit (4) tindakan untuk melakukan tindakan
5.) Proses perjalanan mengontrol/meminimalkan untuk mengontrol/
penyakit (4) gejala, sesuai kebutuhan meminimalkan gejala
6.) Strategi untuk  Pengajaran : peresepan yang dialami pasien
meminimalkan diet  Pengajaran :
perkembangan penyakit Observasi peresepan diet
(4) 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui
Keterangan : pasien mengenai diet yang seperti apa
1.) Tidak ada pengetahuan disarankan pengetahuan

17
2.) Pengetahuan terbatas Mandiri pasien mengenai
3.) Pengetahuan sedang 2. Bantu pasien untuk diet yang
4.) Pengetahuan banyak memilih makanan kesukaan disarankan
5.) Pengetahuan sangat yang sesuai dengan diet 2. Agar pasien lebih
banyak yang disarankan mudah untuk
Kolaborasi memilih makanan
 Pengetahuan : diet 3. Rujuk pasien ke ahli gizi yang disukai dan
sehat jika diperlukan sesuai dengan
Kriteria hasil : HE saran diet
Setelah dilakukan tindakan 4. Ajarkan pasien nama-nama 3. Agar pasien
keperawatan selama 3x24 makanan yang sesuai mendapatkan
jam masalah Defisit dengan diet yang perawatan khusus
pengetahuan berhubungan disarankan agli gizi
dengan kecemasan dan 4. Agar pasien
ketidaktahuan mengetahui nama-
penatalaksanaan diet dan nama makanan
proses penyakit dapat teratasi yang sesuai
dengan indikator : dengan diet yang
disarankan

18
1.) Tujuaan diet yang bisa
dicapai (4)
2.) Hubungan antara diet,
olahraga, dan berat
badan (4)
3.) Makanan sesuai dengan
pedoman gizi (4)
Keterangan :
1.) Tidak ada pengetahuan
2.) Pengetahuan terbatas
3.) Pengetahuan sedang
4.) Pengetahuan banyak
5.) Pengetahuan sangat
banyak

19
2.2.4 Pathway
Changes in diet, the effects of drugs, alcohol, nicotine, cigarettes, tumors / cancers of the digestive tract, and stress

Food intake decreases

empty stomach
DYSPEPSIA

Increased HCl

The emergence of clinical


Scrape the stomach wall Impulse to the Meissner signs and symptoms of
flexus to the vagus nerve digestive system disorders

Erosion and ulceration of the


Changes in health status
gastric mucosa Stimulates medulla oblongata

Release of chemical Less information


mediators (bradykinin, Mycenteric flexion impulses
histamine, prostaglandins) in the stomach wall
Lack of knowledge about the
disease
Stimulates the sympathetic
nervous system, nociceptors

20
Afferent Nerves
Stressor
Intake Less

Cerebral cortex
DX. Knowledge
Deficiency
Anorexia, nausea,
Pain is perceived vomiting

Weight loss
DX. Acute Pain significantly

DX. Nutritional
Imbalances Less Than
Body Needs

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri
dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang,
sendawa. Sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah
dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh,
serta mual-mual.

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit


acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung).
Hal ini menyebabkan nyeri di dada. (Menurut Azis, dalam buku mekanisme
penyakit revisi 3, 2010).

3.2 Saran
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik,
mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
ada dengan baik dan tepat. Dalam proses asuhan keperawatan, sangat
diperlukan kerjasama keluarga dan pasien itu sendiri guna memperoleh data
yang bermutu untuk menentukan tindaka sehingga dapt memperoleh hasil
yang diharapkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Azis, 2010. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Dharmika, 2016. Laporan Pendahuluan Dyspepsia. Jakarta.

Gloria M. Bulechek, dkk. Nursing Interventions Classification (NIC).


Elseiver Singapore, Mocomedia.

Herdman, T. Heather. Nanda International Inc. diagnosis keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta EGC

H. Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Komputer


untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC

Marya, 2013. Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit.


Tangerang Selatan: Binapura Aksara

Nur arif, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa


Medis. Yogyakarta: Medication

Simadibrata M (2014). Dismotilitas Gastrointestinal. Dalam: Setiati S, Alwi


I, Sudoyo, AW, Simadibrata M, Setyohadi B dan Syam AF (eds).
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing

Sue Moorhead, Elizabeth Swanson, dkk. Nursing Outcomes Classification.


Elseiver Singapore, Mocomedia

23

Anda mungkin juga menyukai