Anda di halaman 1dari 25

KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA

Dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Good Corporate
Governance
Dosen Pengampu :
Nur Wachidah Yuliyanti, S.E., M. S.Ak.

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6

Shifa Isma Dyantama 11160820000001


Kurnia Izzati 11160820000010
Frema Siti Nurhalizah 11160820000016
Siti Fatimah 11160820000020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI/6B


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Komite Audit dan Komite Lainnya” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih kepada Ibu Nur
Wachidah Yuliyanti, S.E., M. S.Ak. selaku Dosen mata kuliah Good Corporate
Governance Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Jakarta, 10 Oktober 2019


Penulis

1
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................5
2.1 KOMITE AUDIT................................................................................................5
2.2 KOMITE LAINNYA ........................................................................................11
2.3 PERAN KOMITE AUDIT................................................................................15
2.4 TANGGUNG JAWAB KOMITE AUDIT ........................................................15
2.5 KOMPOSISI KEANGGOTAAN KOMITE AUDIT........................................17
2.6 EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT ...................................................................17
2.7 KASUS .............................................................................................................18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................24
3.2 SARAN..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir diseluruh dunia saat ini keberadaan komite audit menjadi sesuatu
yang sangat diperlukan dalam penerapan Good Corporate Governance.
Keberadaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian
dari tata kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance). Selain itu kehadiran komite audit akhir-akhir ini telah mendapat
respon yang positif dari berbagai pihak.
Namun untuk di Indonesia sendiri, Komite Audit masih merupakan hal
yang relatif baru. Hal tersebut terjadi antara lain disebabkan karena kebijakan
tentang pemberlakuan Komite Audit pada BUMN tertentu baru disahkan oleh
Pemerintah pada tahun 1999. Selain itu anjuran dari BAPEPAM kepada
perusahaan yang telah go public agar memiliki komite audit baru ditetapkan
pada tahun 2001. Mengingat pentingnya keberadaan Komite Audit dalam
meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian, maka
Komite Audit perlu mendapatkan perhatian dari manajemen dan Dewan
Komisaris serta pihak-pihak terkait yang bertindak sebagai regular.
Setelah dikeluarkannya peraturan mengenai komite audit ini,
pembentukan komite audit di Indonesia mulai meningkat dimana hal ini
berhubungan dengan kinerja perusahaan serta tingkat kepercayaan investor
bagi setiap perusahaan yang telah memiliki komite audit. Komite aduit
memiliki peran yang sangat besar bagi organisasi. Dimulai dari kebutuhan
dibentuknya Komite Audit dan komite lainnya karena memang diperlukan
organ khusus yang mengawasi pengelolaan organisasi terutama dalam hal
keuangan. Selanjutnya dalam proses pengawasan diperlukan counterpart bagi
auditor internal untuk memaksimalkan kinerja mereka.

3
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah dalam pembahasan ini :
1. Apa pengertian komite audit dan komite lainnya?
2. Apa saja peran komite audit dan komite lainnya?
3. Apa saja tanggung jawab komite audit dan komite lainnya?
4. Apa saja komposisi komite audit dan komite lainnya?
5. Apa saja efektivitas komite audit dan komite lainnya?

1.3 Tujuan Penelitian


Terdapat beberapa tujuan dalam pembahasan ini :
1. Untuk mengetahui pengertian komite audit dan komite lainnya
2. Untuk mengetahui peran komite audit dan komite lainnya
3. Untuk mengetahui jawab komite audit dan komite lainnya
4. Untuk mengetahui komite audit dan komite lainnya
5. Untuk mengetahui komite audit dan komite lainnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA


2.1.1 Komite Audit
Komite audit di Indonesia masih merupakan hal yang relatif baru.
Perkembangan komite audit di negara kita, sangat terlambat dibandingkan
dengan negara lain. Hal tersebut antara lain disebabkan Pemerintah baru
saja menetapkan kebijakan tentang pemberlakuan komite audit pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) tertentu pada tahun 1999. Selain itu anjuran
dari Bapepam kepada perusahaan yang telah go publik agar memiliki
komite audit baru ditetapkan pada tahun 2000. Mengingat pentingnya
keberadaan Komite Audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan, terutama
dari aspek pengendalian, maka Komite Audit perlu mendapatkan perhatian
dari manajemen dan Dewan Komisaris serta pihak-pihak terkait yang
bertindak sebagai regulator seperti Menteri keuangan, Menteri BUMN,
Bapepam, Bursa Efek Jakarta & Bursa Efek Surabaya.

2.1.2 Peraturan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan


Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor IX.I.5
tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit
1. Ketentuan Umum
a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1) Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.
2) Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang
berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf c.
b. Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite Audit.
c. Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya.

5
d. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris.
e. Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit
(audit committee charter).
f. Piagam Komite Audit (audit committee charter) paling kurang
memuat:
1) tugas dan tanggung jawab serta wewenang;
2) komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan;
3) tata cara dan prosedur kerja;
4) kebijakan penyelenggaraan rapat;
5) sistem pelaporan kegiatan;
6) ketentuan mengenai penanganan pengaduan atau pelaporan
7) sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan;
dan
8) masa tugas Komite Audit.
g. Piagam Komite Audit (audit committee charter) sebagaimana
dimaksud dalam huruf f wajib dimuat dalam laman (website) Emiten
atau Perusahaan Publik.
2. Struktur dan Keanggotaan Komite Audit
a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang
berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau
Perusahaan Publik.
b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
c. Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir;
2) tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada Emiten atau Perusahaan Publik tersebut;
3) tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut; dan

6
4) tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
3. Persyaratan Keanggotaan Komite Audit
a. wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan,
pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik;
b. wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya
yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan
perundang-undangan terkait lainnya;
c. wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik;
d. bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui
pendidikan dan pelatihan;
e. wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang
pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan;
f. bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor
Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang
memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau
jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang
bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir;
g. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang
dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin,
mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali
Komisaris Independen;
h. tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik;
i. Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau
Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat
suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan

7
kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
setelah diperolehnya saham tersebut.
j. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut; dan
k. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
4. Masa Tugas
Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa
jabatan Dewan Komisaris sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar
dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
a. melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan/atau
pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan
lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik;
b. melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten
atau Perusahaan Publik;
c. memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan
pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang
diberikannya;
d. memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang
lingkup penugasan, dan fee;
e. melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal;
f. melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan
Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan
Komisaris;

8
g. menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
h. menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau
Perusahaan Publik; dan
i. menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau
Perusahaan Publik.
6. Wewenang Komite Audit
a. Mengakses dokumen, data, dan informasi Emiten atau Perusahaan
Publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan
yang diperlukan;
b. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan
pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko,
dan Akuntan terkait tugas dan tanggung jawab Komite Audit;
c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang
diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan); dan
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
7. Rapat Komite Audit
a. Komite Audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu
kali dalam 3 (tiga) bulan.
b. Rapat Komite Audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh
lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota.
c. Keputusan rapat Komite Audit diambil berdasarkan musyawarah
untukmufakat.
d. Setiap rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat,
termasuk apabila terdapat perbedaan pendapat (dissenting
opinions), yang ditandatangani oleh seluruh anggota Komite Audit
yang hadir dan disampaikan kepada Dewan Komisaris.
8. Pelaporan
a. Komite Audit wajib membuat laporan kepada Dewan Komisaris
atas setiap penugasan yang diberikan.
b. Komite Audit wajib membuat laporan tahunan pelaksanaan
kegiatan Komite Audit yang diungkapkan dalam Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik.

9
c. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan kepada
Bapepam dan LK informasi mengenai pengangkatan dan
pemberhentian Komite Audit dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) hari kerja setelah pengangkatan atau pemberhentian.
d. Informasi mengenai pengangkatan dan pemberhentian sebagaimana
dimaksud dalam huruf c wajib dimuat dalam laman (website) bursa
dan/atau laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.
9. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar
Modal, Bapepam dan LK berwenang mengenakan sanksi terhadap
setiap pelanggaran ketentuan peraturan ini, termasuk pihak-pihak
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Komite audit
menurut Pedoman Good Corporate Governance antara lain
bertugas untuk:
a. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang
memadai;
b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan;
c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan external audit, ketepatan
biaya external audit serta kemandirian dan obyektivitas external
auditor;
d. Mempersiapkan surat (yang ditandatangani oleh ketua Komite
Audit) yang menguraikan tugas dan tanggung jawab Komite Audit
selama tahun buku yang sedang diperiksa oleh external auditor,
surat tersebut harus disertakan dalam laporan tahunan yang
disampingkan kepada pemegang saham.

2.2 Komite Lainnya


2.2.1 Komite Lainnya Menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG)
1. Komite Nominasi dan Remunerasi
a. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota
Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasinya;

10
b. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris
dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. Dewan
Komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan remunerasinya
untuk memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan
Anggaran Dasar. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang
produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan;
c. Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau
pelaku profesi dari luar perusahaan.
d. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya
dilaporkan dalam RUPS.
2. Komite Kebijakan Risiko
a. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh
Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh
perusahaan;
b. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku
profesi dari luar perusahaan.
3. Komite Kebijakan Corporate Governance
a. Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu
Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara
menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi
penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility);
b. Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari
anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga
menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan;

11
c. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance
dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi

2.2.2 Komite-Komite Lainnya Di BUMN


Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara
lain disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib
membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi
membantu komisaris dan dewan pengawas dalam melaksanakan
tugasnya. Selain komite audit, komisaris atau dewan pengawas dapat
membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri. Sesuai
penjelasan pasal 70 UU BUMN, komite lain yang dimaksud disini,
yaitu komite remunerasi dan komite nominasi.

2.2.3 Komite-Komite Lainnya di Perbankan


Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum
konvensional di Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013
mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum,
pada bagian IV komite, menyebutkan bahwa dewan komesaris wajib
membentuk susunan organisasi setidaknya komite audit, komite
pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, dalam rangka
mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris.

2.2.4 Komite Komite Lainnya di Perusahaan Publik


Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8
Desember 2014 tentang Komite Nominasi dan remunerasi emiten atau
perusahaan public, antara lain menyebutkan :
 Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan komite nominasi dan
remunerasi adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada dewan komesaris dalam membantu melaksanakan
fungsi dan tugas dewan komesaris dalam membantu melaksanakan
fungsi dan tugas dewan komesaris terkait nominasi dan remunerasi
terhadap anggota dewan komesaris.
 Pasal 2, emiten atau perusahaan public wajib memiliki fungsi
nominasi dan remunerasi yang wajib dilaksanakan oleh dewan

12
komesaris. Komite nominasi dadan remunerasi dapat dibentuk
secara terpisah.
 Mengenai keanggotaan diatur dalam pasal 3,yaitu komite nominasi
dan remunerasi paling kurang terdiri dari 3 orang anggota dengan
ketentuan :
a) Satu orang ketua merangkap anggota yang merupakan
komesaris independen,dan;
b) Anggota lainnya yang dapat berasal dari :
1) Anggota dewan komesaris
2) Pihak yang berasal dari luar emiten atau perusahan
public yang bersangkutan ;atau
3) Pihak yang menduduki jabatan manajerial di bawah
direksi yang membidangi sumber daya manusia.
 Pasal 8, komite nominasi dan remunerasi mempunyai tugas dan
tanggung jawab paling kurang :
a) Terkait dengan fungsi nominasi :
1) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris
mengenai :
 Komposisi jabatan anggota direksi dan atau anggota
dewan komesaris
 Kebijakan dan kreteria yang dibutuhkan dalam
proses nominasi; dan
 Kebijakan evaluasi kinerja bagi anggota direksi dan
atau anggota dewan komesaris
2) Membantu dewan komesaris melakuakn penilaian
kinerja dewan direksi dan atau anggota dewan
komesaris berdasarkan tolok ukur yang telah disusun
sebagai bahan evaluasi.
3) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris
mengenai program pembangunan kemampuan anggota
direksi dan atau anggota dewan komesaris; dan
4) Meberikan usulan calon yang memenuhi syarat sebagai
anggota direksi dan atau anggota dewan komesaris
kepada dewan komesaris untuk disampaikan kepada
RUPS.
b) Terkait dengan fungsi remunerasi :

13
1) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris
mengenai :
-Struktur remunerasi
-Kebijakan atas remunerasi; dan
-Besaran atas remunerasi
2) Membantu dewan komesaris melakukanpenilaian
kinerja dengan kesesuaian remunerasi yang diterima
masing masing anggota direksi dan atau anggota dewan
komesaris.

2.3 PERANAN KOMITE AUDIT


Menurut FCGI, peran komite audit adalah untuk mengawasi dan
memberi masukan kepada dewan komisaris dalam hal terciptanya mekanisme
pengawasan. Komite audit memberikan pendapat kepada dewan komisaris
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan
komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris,
dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan
komisaris.

2.4 TANGGUNG JAWAB KOMITE AUDIT


Jenis tugas dan tanggung jawab Komite Audit yang diangkat sebuah
perusahaan yang satu tidak pernah sama persis dengan perusahaan yang lain.
Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan skala, jenis usaha, kebutuhan
dan domisili masing-masing perusahaan. Walaupun demikian tugas dan
tanggung jawab Komite Audit tidak boleh menyimpang dari tugas dan
tanggung jawab Board of Directors.
Dalam kaitannya dengan penugasan external auditor oleh perusahaan, The
ASX Corporate Governance Council menyatakan komite audit mempunyai
tugas khusus, sebagai berikut :
a. Mengungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, apakah jasa non-audit
yang diberikan perusahan akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan perusahaan telah mempengaruhi independensi mereka

14
b. Memberikan rekomendasi kepada Boards of Directors dalam
pengangkatan, penggantian, remunerasi dan memonitor efektifitas dan
independensi auditor
c. Menentukan ruang lingkup eksternal auditor dan meninjau jangka waktu
kontrak dengan mereka
d. Mempelajari ketidaksamaan pendapat yang substansial antara manajemen
perusahaan dan auditor
e. Memonitor independensi karyawan dalam perusahaan
f. Meneliti apakah berbagai macam hubungan bisnis antara perusahaan
dengan eksternal auditor dapat mempengaruhi independensi auditor dalam
mengemukakan pendapat mereka
g. Paling sedikit sekali setahun menyelenggarakan rapat dengan eksternal
auditor, tanpa dihadiri manajemen perusahaan
Dewan Audit diatur berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.
27/163/KEP/DIR/1995 tanggal 31 Maret 1995 dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 27/8/UPPB/1995 tanggal 31 Maret 1995. Menurut ketentuan
tersebut Dewan Audit dalam perbankan memiliki 6 (enam) tanggung jawab
sebagai berikut :
 Menyetujui Internal Audit Charter, menanggapi rencana audit intern dan
masalah-masalah yang ditemukan oleh Auditor Intern serta menentukan
pemeriksaan khusus oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) apabila
terdapat dugaan terjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku.
 Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal audit tidak
menindaklanjuti laporan Kepala SKAI.
 Memastikan bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank
Indonesia serta Instansi lain yang berkepentingan telah dilakukan dengan
benar dan tepat waktu. Selain itu, Bank juga mematuhi ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku.
 Memastikan bahwa manajemen menjamin baik auditor ekstern maupun
intern dapat bekerja sama dengan standar auditing yang berlaku.

15
 Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai prinsip
pengelolaan bank secara sehat.
 Efektivitas pelaksanaan fungsi SKAI. Seperti halnya komite audit di
perusahaan.

2.5 KOMPOSISI KEANGGOTAAN KOMITE AUDIT


Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota.
Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada
umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat
bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit
juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.
Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai
tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan
internal.
Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan
auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand
dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor:
SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN
Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit sedikitnya terdiri
dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan
dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki
latar belakang akuntansi dan keuangan.

2.6 EFEKTIVITAS KERJA KOMITE AUDIT


Meskipun komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya hampir
disemua perusahaan di negara maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan
Kanada. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai tolak ukur dari
keberhasilan atau keefektiviitasan komite audit.
Komite audit dapat melakukan sinergi dengan audit internal untuk lebih
meningkatkan system pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat
dugaan penyimpangan atau kecurangan di perusahaan yang melibatkan
direksi perusahaan, maka komisaris dapat menugaskan komite audit untuk
melakukan audit khusus (fraud audit). Dalam hal ini, komite audit dapat

16
meminta bantuan pihak eksternal (outsourcing) untuk melakukan audit
investiatif (investigative audit) atau audit forensic (forensic audit) guna
mengungkap terjadinya praktik kecurangan yang signifikan di perusahaan.
Kalbers dan Fogarty (1993) telah melakukan penelitian mengenai factor-
faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja komite audit. Hasil penelitian
mereka yang dimuat dalam Auditing a journal of practice & theory berjudul
“Audit Committee Effectiveness : An Empirical Investigation Of The
Contribution Of Power” antara lain mengungkapkan bahwa terdapat tiga
factor dominan yang berpengaruh terhadap keberhasilan komite audit dalam
mengemban tugasnya. Ketiga faktor itu adalah kewenangan formal dan
tertulis dari komite audit, kerjasama mnajemen, dan kualitas (kompetensi)
anggota komite audit. Selain itu, efektivitas kerja komite audit juga sangat
dipengaruhi oleh pola hubungan (relationship) dan tingkat intensitas
komunikasi antara komite audiot dengan berbagai pihak.

2.7 KASUS
RJ Lino bukanlah orang yang asing dalam Pelindo II. Namanya harum
berkat prestasinya memajukan PT. Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) terkait
strateginya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Pelindo II.

Bagi RJ Lino, proyek-proyek besar bernilai trilyun rupiah yang


dikerjakan oleh Pelindo II sangat tergantung pada project human rosources.
Untuk mewujudkan harapannya itu, ia mengirimkan 100 pegawai Pelindo II
untuk mengambil program master degree di luar negeri seperti Belanda,
Belgia, Inggris, Swedia, dan Cina.

Kebijakan lainnya, yang dianggap berhasil membawa Pelindo II meraih


keuntungan adalah kebijakan pengembangan sistem teknologi komunikasi
dan informasi yang terpusat dan terintegrasi, yang dalam penilaian orang
telah menyebabkan “(t)he company’s better performance”.
Tetapi RJ Lino terjerat Kasus Pelindo II, yaitu kasus mobile crane, terus
disidik Bareskrim dan mengancam akan mengundurkan diri jika terus di sidik

17
Sejarah PT. Pelindo II

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya


adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di
persilangan rute perdagangan dunia. Sehingga peran pelabuhan dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan
di wilayah ini sangat besar. Oleh karenanya pelabuhan menjadi faktor penting
bagi pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara.

Sejak tahun 1960 pengelolaan pelabuhan di Indonesia dilaksanakan oleh


pemerintah melalui Perusahaan Negara (PN) I sampai dengan VIII.
Kemudian dalam perkembangannya, pada tahun 1964 aspek operasional
Pelabuhan dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port
Authority , sedangkan aspek komersial tetap dibawah pengelolaan PN
Pelabuhan I sampai dengan VIII.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969,


pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan
(BPP). Pada tahun 1983, BPP diubah lagi menjadi Perusahaan Umum
(PERUM) Pelabuhan yang hanya mengelola pelabuhan umum yang
diusahakan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan
dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
PERUM Pelabuhan dibagi menjadi 4 wilayah operasi yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983. Status PERUM ini
kemudian diubah lagi menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I sampai IV
pada tahun 1992 sampai saat ini.

Bidang usaha

Bidang usaha Pelindo II meliputi penyediaan dan pengusahaan :

 Perairan dan kolam pelabuhan untuk lalu lintas pelayaran dan


tempat kapal berlabuh;

18
 Pelayanan pemanduan dan penundaan kapal keluar masuk
pelabuhan, olah gerak kapal di dalam kolam serta jasa pemanduan
dan penundaan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya;

 Fasilitas untuk kapal bertambat serta melakukan bongkar muat


barang dan hewan;

 Fasilitas pergudangan dan lapangan penumpukan;

 Terminal konvensional, terminal petikemas, dan terminal curah


untuk melayani bongkar muat komoditas sesuai jenisnya;

 Terminal penumpang untuk pelayanan embarkasi dan debarkasi


penumpang kapal laut;

 Fasilitas listrik, air minum dan telepon untuk kapal dan umum di
daerah lingkungan kerja pelabuhan;

 Lahan untuk industri, bangunan dan ruang perkantoran umum;

 Pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan kegiatan


kepelabuhanan.

 Jasa Barang serta pusat lalu lintas

Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim menjadwalkan


pemeriksaan petinggi PT Pelindo II terkait kasus dugaan korupsi pengadaan
10 unit mobile crane di badan usaha milik negara (BUMN) pimpinan RJ
Lino.
Dalam kasus ini penyidik Direktorat Tipideksus Bareskrim telah
menetapkan tersangka Direktur Operasi dan Teknik Pelindo Ferialdy Noerlan.
Selain itu, Bareskrim Polri juga tengah berkoordinasi dengan Badan
Pemeriksa Keuangan terkait kerugian negara perkara tersebut.

Kasus bermula pada 2012 saat PT Pelindo II membeli 10 mobile


crane senilai Rp45 miliar untuk dioperasikan di pelabuhan cabang Pelindo.

19
Proses pengadaan mobile crane itu melibatkan Guangshi Narasi Century
Equipment Co.Ltd dengan menggunakan anggaran PT Pelindo II 2012.
Penyidik menduga proses pengadaan mobile crane diduga menyalahi
prosedur karena menunjuk langsung pemenang tender. Selain itu, Pelindo
juga diduga tidak menggunakan analisa kebutuhan barang sehingga
10 mobile crane yang diterima sejak 2013 mangkrak di Pelabuhan Tanjung
Priok.
Selain itu pembentukan Pansus Pelindo II DPR RI juga menimbulkan
pertanyaan mengenai apa sesungguhnya tujuan pembentukannya. Seorang
pakar hukum tata negara, Dr Refli Harun, menyebut kasus Pelindo II terlalu
kecil untuk dipansuskan. Pembentukan pansus memang hak anggota DPR,
sebagai bagian dari fungsi pengawasan dewan. Ini merupakan wujud dari
fungsi checksand-balances antara eksekutif dan legislatif. Namun, muncul
pertanyaan, apa sesungguhnya tujuan akhir dari pembentukan pansus
tersebut?
Apabila tujuannya ialah menemukan miss-conduct atau penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino, segalanya
dapat diselidiki dari berbagai data mengenai Pelindo II yang sesungguhnya
‘terang benderang’. Jika RJ Lino diduga melakukan tindak pidana korupsi
dan katanya sudah ada tiga alat bukti yang cukup, baik yang terkait dengan
pembelian crane maupun peralatan lainnya, toh Bareskrim sudah mulai
memanggil RJ Lino untuk dimintai keterangan sejak Senin, 9 November lalu.
Jika RJ Lino dituduh memiliki kerja sama bisnis dengan Wakil Presiden
Jusuf Kalla atau petinggi negeri lainnya terkait dengan PT Pelindo II,
mengapa tidak diaudit saja data proyek yang dimiliki PT Pelindo II .
Bila kita lihat Pelabuhan Tanjung Priok sebelum dan sesudah RJ Lino
menjadi Direktur Utama PT Pelindo II sejak 2010, perbandingannya ibarat
bumi dan langit. Dulu pelabuhan Tanjung Priok begitu kumuh, alat-alatnya
kuno, truk-truk berderet dalam kemacetan di dalam pelabuhan, perusahaan-
perusahaan ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) begitu banyak di dalam
pelabuhan dan segala bongkar muat barang bergerak secara lamban.

20
Manajemen pelabuhan juga sangat kuno alias old fashion.
Kini, Tanjung Priok begitu bersih tak berdebu, alat-alat crane-nya banyak
dan baru, truk-truk keluar masuk pelabuhan secara nyaman dan lancar,
pungutan liar (pungli) dapat dikatakan hampir lenyap seluruhnya,
manajemennya juga modern. Jika pada 2009 kontainer yang bongkar muat di
Priok hanya 3,6 juta, kini sudah dua kali lipat menjadi 7,2 juta yang
berukuran 22 feet atau TEUs.
Bila dilihat dari gaji karyawan/buruh, mungkin akan mencengangkan kita
semua. Jika sebagian besar pekerja di DKI Jakarta baru akan mendapatkan
upah Rp3,1 juta pada 2016, di Pelabuhan Tanjung Priok sudah mendapatkan
Rp10 juta pada 2015! Mereka yang bekerja di Jakarta International Container
Terminal (JICT) memperoleh pendapatan bulanan lebih mencengangkan lagi.
Mereka yang berstatus manajer mendapat gaji dan berbagai tunjangan
mencapai Rp92.692.020.
Mengubah Pelabuhan Tanjung Priok dalam lima tahun (2010-2015) dari
kondisi lama ke kondisi saat ini bukanlah suatu hal yang mudah. Seperti juga
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia lainnya, banyak preman kecil dan preman
besar berkerah putih yang hidup dan mendapatkan keuntungan dari
kesemrawutan manajemen pelabuhan di masa lalu. Mereka tentunya menjadi
pengganjal dari berbagai upaya Lino untuk mengubah wajah Pelabuhan
Tanjung Priok menjadi pelabuhan modern dan bersih.
Proses pembelian 10 unit mobile crane juga bisa diselidiki atau disidik
apakah terjadi korupsi atau tidak. Menurut data yang kelompok kami amati,
pelelangan pembelian mobile crane mencapai Rp58,9 miliar dan setelah
proses penilaian dan negosiasi malah menjadi Rp45,6 miliar. Jika
pembeliannya jauh lebih murah daripada penawaran, apakah terjadi korupsi?
Kalau pun ada tuduhan bahwa crane tersebut banyak tak berfungsi, kita bisa
membaca logbook penggunaan crane-crane tersebut sejak dibeli hingga kini.

Saran

21
1. Pemerintah melalui K/L yang terkait dalam tugasnya di pelabuhan
hendaknya membuat standar operasi prosedur yang dapat meniadakan atau
setidaknya meminimalkan pelanggaran-pelanggaran hukum oleh
aparatnya.
2. Kurangi polemik
3. Pemerintah harus selalu melakukan pengawasan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Di masa sekarang ini, keberadaan komite telah diterima sebagai suatu


bagian dari tata kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance). Selain itu kehadiran komite audit akhir-akhir ini telah
mendapat respon yang positif dari berbagai pihak. Selain itu, perusahaan yang
telah go publik diharapkan agar memiliki komite audit untuk membantu
kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Perusahaan dan Komite

22
Audit diharapkan telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi dan standar audit yang ada demi kestabilan
dan keefektifan kinerja perusahaan.

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2000. Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite
Audit. Makalah Seminar Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta.

Eddie M. Gunadi & Toto J. Alamsyah. 2000. Direktur Kepatuhan : Gantikan


Fungsi Dewan Audit, Media Akuntansi, No.5 Tahun I.

Effendi, M. Arief. 2001. Persepsi Dewan Komisaris & Direksi Badan Usaha
Milik Negara terhadap pembentukan Komite Audit. Thesis, Program
Magister Akuntansi (MAKSI), Universitas Indonesia.

Herwidayatmo. 2000. Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit.
Simposium Nasional Akuntansi II dan Konvensi Nasional Akuntansi IV,
Jakarta.

23
Kalbers, Lawrence P. & Forgathy, Timothy J. 1993. Audit Committee
Effectiveness : An Empirical Investigation of the Contribution of Power,
Auditing A Journal of Practice & Theory.Vol. 12, No. 1, Spring.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP-102/M-


PBUMN/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang pembentukan komite audit
bagi BUMN.

Sutojo, Siswanto dan Aldridge, E John. 2008. Good Corporate governance.


Jakarta : PT. Damar Mulia Pustaka

The Institute of Internal Auditors Research Foundation : Improving Audit


Committee Performance : What Works Best, A Research Report prepared
by Price Waterhouse, First printing, 1993.

Utama, Marta. 2004. Komite Audit, Good Corporate Governance Dan


Pengungkapan Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.
1 pp. 61 – 79.

http://www.aktualita.co/profil-rj-lino-sukses-kembangkan-sdm-pelindo-ii-hingga-
ancaman-mundur/4921/

24

Anda mungkin juga menyukai