Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arus Lalulintas dan pola aktivitas

Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah


terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari klien, dan tenaga
kesehatan, pengunjung dan masyarakat..
Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, air
mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka setiap petugas yang
bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai
resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2006).
Siklus Penyebaran Penyakit

Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari penderita,


hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan
beberapa:
a. Melalui Kontak Jasmaniah (Personal Contact)
Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara
penderita dengan orang yang ditulari. Misalnya cara penularan:
 Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea, AIDS.
 Penyakit kulit : tinea versicolor (panu), scabies (kudis).
b. Kontak Tidak Langsung (Indirect Contact)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang
terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun
bahan-bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit
penyakitnya,seperti feces, urina, darah, muntahan dan sebagainya.
c. Melalui Makanan dan Minuman (Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi.penyakit-penyakit yang menular dengan
cara ini,antara lain: cholera, thypus abdominalis, poliomyelitis,
hepatitis

d. Melalui Serangga (Arthropod Borne Infections)


Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda).dalam hal ini
serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit
penyakitnya atau pun hanya sebagai pemindah (transmiter)saja.
Misalnya:
 Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan
oleh nyamuk anopheles sp.
 Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh
virus dengue ,ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
e. Melalui Udara (Air Borne Infections)
Penyakit yang menular melalui udara ,terutama penyakit saluran
pernapasan, seperti: Melalui debu diudara yang mengandung bibit
penyakit misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterrium tuberculosis.
f. Melalui tetes ludah halus (droplet infections)

Salah satu tujuan utama pencegahan infeksi adalah meminimalkan tingkat


kontaminasi mikrobiologi diarea tempat pasien dirawat dan pemrosesan alat. Area
tersebut mencakup :
1. Area prosedur
Tempat pasien diperiksa dan prosedur-prosedur (misalnya pemeriksaan
pelvik, penatalaksanaan perawatan luka, pengambilan darah, imunisasi,
pemasangan dan pencabutan AKDR dan persalinan normal) berlangsung).
2. Unit bedah
Tempat operasi mayor dan minor dilakukan. Unit bedah ini juga terdiri
dari ruang pra-operasi dan pemulihan serta beberapa area lainnya.
3. Area kerja
Tempat instrumen diproses. Hal ini terdiri dari area bersih dan kotor
tempat instrumen, peralatan dan perlengkapan lain yang kotor dibersihkan
baik dengan DTT maupun disterilisasi dan disimpan.
1. Persyaratan Ruang dan Peralatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan berbeda dalam jenis layanan yang diberikan.
Misalnya puskesmas hanya dapat menawarkan beberapa tindakan. Fasilitas
lebih besar dapat melayani tindakan bedah umum besar dan kecil selain
tindakan rawat jalan. Namum tanpa setiap tindakan tertentu umumnya tidak
terlalu berbeda.
Pada klinik yang hanya melakukan tindakan kecil,ruang tindakannya
dilengkapi dengan tempat cuci tangan yang dibutuhkan untuk memeriksa klien
dan melakukan tindakan. Sebuah ruang terpisah dengan sekurang-kurangnya
satu saluran pembuangan untuk pencucian insturmen dan peralatan lainnya
yang dibutuhkan. Idealnya area pemrosesan itu hanya mencakup lebih dari
satu ruang (misalnya ruang kotor untuk menerima dan ruang bersih untuk
pemrosesan dan penyimpanan akhir).
B. Pengelolaan infeksi rumah tangga
Akumulasi debu, tanah atau kontaminasi mikroba lain pada permukaan
secara estetik tidak menyenangkan sekaligus merupakan sumber infeksi
nosokomial. Metode dan rencana pemberrsihan yang efektif dan efisien sangat
penting untuk mempertahankan lingkungan pelayanan kesehatan yang bersih
dan sehat (0ochou, 2002).
Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit,
klinik yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja dan permukaan lain.
Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :
a. Mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu,
staf dan masyarakat sekitar.
b. Mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien
dan staf.
Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit atau klinik yang yang
tergolong resiko rendah seprti ruang tunggu dan kantor administrasi
sehingga cukup dibersihkan dengan air dan sabun, sedangkan ruangn
yang beresiko tinggi seperti toilet, pembuangan darah atau duh tubuh
lain, ruang operasi, kamar putih dan ruang perawat intensif. Memerlukan
pembersihan dengan menggunakan larutan pembersih, jga harus
ditambah dengan diinfeksi seperti klorin 0,5% atau fenol 1%.
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
a. Aseptik
Aseptik yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan
untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya
adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme ,baik
pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh : Pencucian alat
dengan menggunakan sabun.

b. Antiseptik
Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya. Contoh :
o Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering
dilanjutkan dengan mencuci menggunakan alkohol.
o Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar
c. Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum
pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat
kesehatan,dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.

a. Mencuci dan membilas.


Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran
darah, cairan tubuh atau benda asing (misalnya debu, kotoran) dari
kulit atau benda instrumen/peralatan.
b. Disinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hmpir semua
mikrooraganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda
mati atau instrumen.
c. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali endospora bakterri dengan cara merebus
atau kimiawi.
d. Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (seperti jamur, parasit dan virus) termasuk
endospora bakteri dari benda-benda mati atau instrumen.

C. Pelayan Laboratorium Klinik, Bank Darah dan Pelayanan Transfusi


Tugas laboratorium klinik menurut Peraturan Menteri Kesehatan adalah
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan seseorang terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Selain
itu fungsi laboratorium sebagai pelaksana dalam melakukan pelayanan
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Laboratorium klinik juga berkewajiban memperhatikan fungsi sosial,
membantu program pemerintah dibidang pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Laboratorium harus memiliki penanggung jaab teknis atau dokter
yang memiliki sertifikat pelatihan teknis dan manajemen laboratorium serta
bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan teknis dan pembinaan
tenaga analis, mengkoordinir kegiatan pelaksanaan mutu, keamanan dan
keselamatan laboratorium klinik.

Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran


darah penerima (resipien). Transfusi darah merupakan salah satu bagian
penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, tranfusi
dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.
Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi
kondisi yang menyebabkan morbiditas dab mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lai. Terselenggaranya pelayanan transfusi yang
bermutut dan aman sangat tergantung pada upaya perbaikan mutu yang
dilakukan oleh rumah sakit atau unit transfusi darah secara terus menerus.
WHO dalam Guidelines for Quality Assurance Programmes for Blood
Tranfusion Services (1993) memberikan defenisi mutu sebagai pemberian
pelayanan atau produk yang teratur dan dapat dipercaya serta sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. WHO telah mengembangkan strategi untuk
transfusi darah yang aman dan meminimalkan resiko tranfusi.
Bank darah merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung
jawab atas tersedianya darah transfusi yang aman, berkualitas dan dalam
jumlah yang cukup untuk transfusi yang aman dan jumlah yang cukup untuk
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1. Ruang lingkup.
Pelayan transfusi darah yang aman tergantung pada penyediaan produk
darah yang aman, kecocokan darah yang akan diberikan dan pasien yang
menerima transfusi serta ketetapan indikasi pemberian transfusi.
Semua hal tersebut membutuhkan dukungan faktor-faktor berikut :
a. Ketersediaan dan ketaatan terhadap pedoman klinis transfusi
b. Keaktifan komite tranfusi darah rumah sakit
c. Sumber daya manusia yang berkualitas
d. Dukungan teknologi yang menjamin mutu dan keamanan produk
darah.
2. Tata laksana
Waktu pelayanan Bank Darah di setiap Rumah Sakit dilakukan selama 24
jam secara terus menerus
Untuk permintaan darurat harus dilengkapi dengan alasan permintaan
darurat menggunakan formulir khusus yang ditentukan Rumah Sakit harus
diisi dengan informasi :
a. Identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medis,
jenis kelamin)
b. Ruang perawatan
c. Tanggal permintaan dan tanggal rencana transfusi
d. Diagnosis klinis
e. Indikasi transfusi
f. Jenis permintaan (elektif, rutin dan darutat)
g. Kadar hemoglobin atau trombosit pasien
h. Golongan darah pasien
i. Riwayat transfusi sebelumnya
j. Riwayat rwkasi transfusi
k. Jenis dan volume komponen darah yamg diminta
l. Nama dokter DPJP, dilengkapi dengan tanda tangan DPJP atau dokter
yang meminta
m. Nama dan tanda tangan personil yang menangani.

Penerimaan permintaan darah dan/atau komponen darah serta sampel


pasien No Kegiatan Persyaratan :
a. Pengecekan identitas pasien
b. Pengecekan sampel darah pasien oleh petugas
c. Pengecekan formulir permintaan darah
d. Pengecekan usia sempel darah
e. Penyerahan darah dari Rumah Sakit ke ruang perawatan.
Apabila formulir permintaan darah dikembalikan ke ruangan Pengecekan
usia sempel darah.
Jenis sampel suhu simpan maksimal usia sampel darah EDTA 18 250cc 24
jam. Darah EDTA 40c 3 hari Serum/Plasma 40c 1 minggu
Pada tanggal rencana perawat atau dokter mengkonfirmasi apakah
transfusi tetap berlangsung atau ditunda. Bila transfusi ditunda lebih dari
3x24 jam, darah dapat diberikan kepada pasien yang lebih membutuhkan.

3. Penyimpanan darah dan komponen darah


a. Penyimpanan darah dan komponen darah dilakukan dalam tempat
dengan suhu optimal yaitu :
a) Jenis darah suhu penyimpanan (0 C)
b) Lama penyimpanan 2-6 35 hari
b. Penyimpanan darah dengan sistem First In First Out (FIFO)
c. Tersedia SPO penyimpanan darah
4. Penyerahan darah yang diminta pasien Refrigerator
a. Penyerahan darah dilakukan berdasarkan permintaan dokter dengan
formulir permintaan
b. Darah dikeluarkan setelah melalui pemeriksaan crossmatch
c. Petugas Rumah Sakit mencocokan dan meneliti identitas pada formulir
permintaan darah/pengeluaran darah dengan label kantong darah
d. Petugas ruangan membawa darah yang akan di transfusikan dari
Rumah Sakit ke ruangan dengan coolbox yang disertai ice pack.
e. Kantong darah yang dikeluarkan satu persatu kantong dari bank darah
kecuali atas permintaan dokterr
Pelayanan darah yang berkualitas adalah pelayanan darah dengan sistem
distribusi tertutup metode rantai dingin sesuai standar yaitu pelayanan yang
dilakukan seluruhnya oleh petugas kesehatan dan UTD dengan memperhatikan
suhu penyimpanan darah saat didistribusikan. Pada pasien tertutup ini keluarga
pasien tidak lagi dilibatkan sebagai pelaksana distribusi.
salah satunya adalah sistem distribusi atau transportasi tertutup. Sistem
distribusi/transportasi tertutup ini darah mulai proses penyadapan dari
pendonor baik sukarela maupun pengganti, sekrening di UTD, pengiriman ke
Bank Darah Rumah Sakit, pengiriman ke ruang perawatan serta proses
transfusi dilakukan ole petugas. Dalam sistem distirbusi/transportasi darah
tertutup ini tidak melibatkan keluarga pasien sebagai pelaksanaan
distribusi/transportasi.
Reaksi transfusi darah adalah reaksi tubuh resipien terhadap darah
donor, reaksi transfusi dapat ringan sampai berat, dan dapat berupa reaksi
cepat, sedang dan lambat. Standar angka kejadian rekasi transfusi adalah
<0,01%. Reaksi transfusi dipengaruhi oleh fasilitas Skrining Pretransfusi dan
uji cocok serasi yang berkualitas.
5. Pengelolaan limbah laboratorium
Laboratorium rumah sakit dapat menjadi sumber penghasil limbah cair,
padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.
Penanganan dan penampungan limbah terdiri dari :
a. Menyediakan sarana penampungan untuk limbah yang memadai,
diletakkan pada tempat yang tepat, aman dan higenis.
b. Pemisahan limbah untuk memudahkan mengenai berbagai jenis limbah
yang akan dibuang dengan cara menggunakan kantong berkode (kode
warna)
c. Pengelolaan limbah infektif dengan disinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi atau insinerasi.

Pemusnahan darah terdiri dari :


a. Darah yan akan dimusnahkan sesuai standar pengelolaan limbah yaitu
darah yang kadaluarsa atau rusak
b. tersedia SPO pemusnahan darah

D. Pelayanan Program PI di Layanan Kebidanan


Program yang berhasil untuk mencega penyebaran penyakit infeksi melalui
rute darah, duh tubuh, udara, percikan atau kontak di fasilitas pelayanan
kesehatan didasarkan pada pemahaman tentang lingkup masalah prioritas
kegiatan dan secara efektif mempergunakan sumber-sumber yang tersedia.
Karena sumber-sumber yang tersedia secara bervariasi terbatas, aktivitas
perencanaan, implementasi dan pemantauan yang hati-hati secara teratur baik
di klinik kecil maupun sebuah ruma sakit kabupaten yang sibuk, sangat
penting.
Di berbagai fungsi sistem surveilan infeksi sangatlah kurang,
dukungan laboratorium untuk mengidentifikasi sebab-sebab penularan infeksi
nosokomial kurang memadai serta pilihan pengobatan terbatas. Oleh karena itu
pencegahan infeksi selain pilihan yang paling tepat yakni membatasi
penyebaran penyakit di fasilitas kesehatan.
Walaupun demikian sebagian besar infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan dapat di cegah dengan strategi yang relatif tepat dan cepat. Untuk
infeksi yang paling serius yaitu AIDS, hepatitis C dan multidrug resistant
tuberculosis, pencegahan seluruhnya dapat dilakukan. Namum agar hal ini
dapat berlangsung dengan baik, administrator pelayanan kesehatan, pengelola
klinik dan staf pada seluruh tingkat harus sepenuhnya mempunyai komitmen
untuk mendukung dan mempergunakan pedoman dan praktik pencegahan
infeksi yang di anjurkan.

Anda mungkin juga menyukai