Anda di halaman 1dari 2

BAB IV[

ANALISIS KASUS

Berdasarkan autoanamnesis, pasien atas nama Bapak Suardi Bin Gatot, laki-laki, umur 72
tahun dengan keluhan timbul benjolan di lipat paha kanan sejak ± 2 bulan SMRS.
Benjolan pertama kali dirasakan ketika pasien batuk. Benjolan dirasakan tidak semakin
membesar dan dapat dimasukan kembali ke rongga perut. Keluhan benjolan di lipat paha
kanan dapat didiagnosis banding salah satunya dengan hernia, hernia merupakan protrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari muskulo aponeurotik dinding perut. Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan
tekanan intra abdominal, misalnya jika penderita batuk, berdiri, dan ketika pasien bekerja
atau mengangkat beban berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita
istirahat, berbaring, atau dimasukkan oleh pasien. Pada pasien ini merupakan jenis hernia
reponibel karena isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk. Berdasarkan anamnesis tidak
didapatkan keluhan nyeri pada benjolan, perut seperti papan, demam, perut kembung,
mual dan muntah yang menunjukkan pada pasien ini tidak terdapat inkarserata karena
illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan
asam basa), strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan
vaskularisasi), dan peritonitis. Penyebab terjadinya hernia yaitu berupa kongenital dan
didapat seperti peningkatan tekanan intra abdomen dan kelemahan otot dinding perut
(karena usia). Beberapa informasi tentang faktor risiko terjadinya hernia pada pasien ini
didapatkan melalui anamnesis yaitu riwayat pekerjaan pasien sebagai seorang sopir truk
yang sering mengangkat beban berat hal ini terkait dengan peningkatan tekanan abdomen
yang dapat menyebabkan dorongan isi perut. Faktor risiko lain adalah usia pasien yang
dapat menjadi faktor risiko terjadinya hernia (72 tahun). Jika aktivitas ini terjadi terus
menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, akan menyebabkan terdorongnya isi
rongga abdomen ke luar rongga tersebut melalui suatu defek yang melemah.
Pemeriksaan fisik terkait benjolan di atas lipat paha kanan pada pasien ini bertujuan
untuk mengonkonfirmasi informasi yang diberikan pasien pada tahap anamnesis dan
menentukan diagnosis penyakit. Dari inspeksi terdapat benjolan di region inguinal dextra
dengan ukuran ± 3 cm, warna sama dengan warna kulit, tidak terdapat hematom maupun
luka bekas operasi. Untuk mengonfirmasi inspeksi, dilakukan palpasi dan didapatkan
benjolan teraba bulat, benjolan dapat di reposisikan dalam rongga abdomen, batas atas
benjolan tidak berbatas tegas, dengan konsistensi kenyal dan permukaan licin. Setelah
dilakukan pemeriksaan ziemen test teraba benjolan oleh digiti II, dan pemeriksaan thumb
test benjolan tidak keluar yang menandakan pada pasien ini merupakan hernia inguinalis
lateralis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kemungkinan diagnosis
pasien ini adalah hernia inguinalis lateralis dextra reponibel. Pemeriksaan penunjang
darah rutin dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dapat dilakukan
untuk menunjang diagnosis yaitu dengan USG inguinal.
Dengan tegaknya diagnosis hernia, maka pada pasien ini terapi yang langsung
direncanakan adalah operasi (herniorraphy), yaitu herniotomy disertai tindakan bedah
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
(hernioplasty). Pemasangan mesh dianjurkan untuk dilakukan setelah herniotomi karena
dapat menurunkan angka rekurensi. Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen
mesh) untuk menutup atau memperkuat dinding belakang canalis inguinalis. Persiapan
sebelum operasi meliputi konsultasi kebagian penyakit dalam dan anestesi.
Operasi dilakukan dalam waktu 1 jam dengan general anestesi. Pembedahan
dilakukan secara terbuka dan dipasang mesh dengan perdarahan 5 cc. Diagnosa pasca
operasi adalah hernia inguinalis lateralis dextra reponibel post herniorraphy+mesh.
Setelah operasi dilakukan follow up perhari dan didapatkan kondisi pasien tampak baik
dan stabil sehingga pada hari kedua dapat direncanakan untuk pulang. Sebelum
dipulangkan pasien diberikan edukasi seperti, kurangi aktifitas yang dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan intra abdomen seperti mengangkat beban berat, mengedan, hindari
makanan dan minuman yang dapat menyebabkan batuk, dll. Aktifitas dapat ditingkatkan
secara perlahan, hal ini dapat mengurangi rekurensi hernia. Merawat luka dan menjaga
kebersihannya agar tidak terjadi infeksi. Meminum obat dengan teratur. Pasien dianjurkan
untuk kontrol ke poli 1 minggu setelah keluar dari RS.

Anda mungkin juga menyukai