Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

Uji Mikrobiologi Es Teh Siap Saji yang Dijual di Kantin Fakultas


Kedokteran UKRIDA dengan Metode Most Probable Number dan Total
Plate Count

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Strata Satu

Steven Dwi Saputra


102015153

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2019
Saya mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana,

Nama Mahasiswa : Steven Dwi Saputra

Nomor Induk Mahasiswa : 102015153

Jurusan : Kedokteran Umum

Dengan ini menyatakan bahwa karya skripsi yang saya buat dengan judul “UJI
MIKROBIOLOGI ES TEH SIAP SAJI YANG DIJUAL DI KANTIN FAKULTAS
KEDOKTERAN UKRIDA DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER
DAN TOTAL PLATE COUNT” adalah :

1. Dibuat dengan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan


lapangan dan buku – buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi
pada karya tugas akhir saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas lain, kecuali pada
bagian – bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang
semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan yang
tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir saya.

Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka karya
tugas akhir ini batal.

Jakarta,

Yang membuat pernyataan

(Steven Dwi Saputra)


PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
UJI MIKROBIOLOGI ES TEH SIAP SAJI YANG DIJUAL DI KANTIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA DENGAN METODE MOST
PROBABLE NUMBER DAN TOTAL PLATE COUNT

Oleh:
Nama : Steven Dwi Saputra
NIM : 102015153
Jurusan : Kedokteran Umum
Penjurusan : Kedokteran Umum

Jakarta,

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Donna Mesina R. Pasaribu, Ssi., M.Biomed) (dr. Wani Devita Gunardi, Sp.Mk)

Ketua KA Prodi

(dr. Handy Winata, M. Biomed)


Lembar Pengesahan Karya Tulis Akhir (Skripsi)

Judul Skripsi : Uji Mikrobiologi Es Teh Siap Saji yang Dijual di Kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA dengan Metode Most
Probable Number dan Total Plate Count
Nama : Steven Dwi Saputra
NIM : 102015153
Jakarta,
Pembimbing Utama :

Donna Mesina R. Pasaribu, Ssi., M.Biomed


Pembimbing Pendamping :

dr. Wani Devita Gunardi, Sp.Mk


Penguji :

Dra. Elisabeth D. Harahap


Ketua KA Prodi :

dr. Handy Winata, M.Biomed


Dekan FK Ukrida :

dr. Antonius Ritchi Castilani, MSI., DFM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “UJI
MIKROBIOLOGI ES TEH SIAP SAJI YANG DIJUAL DI KANTIN FAKULTAS
KEDOKTERAN UKRIDA DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER DAN
TOTAL PLATE COUNT” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
akademik guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Strata Satu Universitas Kristen
Krida Wacana. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan doa dari
berbagai pihak, Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada ibu Donna
Mesina R. Pasaribu, Ssi., M.Biomed selaku Pembimbing Utama, beliau begitu banyak
membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Kesabaran dan perhatiannya
menjadi spirit besar bagi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
dr. Wani Devita Gunardi, Sp.Mk selaku Pembimbing Pendamping yang juga banyak
membantu dalam menyelasikan tugas akhir ini.
Kepala Pimpinan FK Ukrida yang telah memberikan dukungan dan penyediaan
fasilitas dan kebijakan yang sangat membantu mahasiswa untuk melaksanakan
penelitian, penulis sampaikan terimakasih banyak.
Selanjutnya, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada tim penelitian dan
staf laboran FK Ukrida yang selalu menjadi tim yang solid.
Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu,
terimakasih untuk segala bantuan, dukungan, dan fasilitas yang telah diberikan.
Akhirnya kepada keluarga tercinta, dkungan dan pengertian kalian, merupakan
pendorong bagiku untuk menyelasikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Segala pujian, hormat dan kemuliaan bagi namaNya.
Jakarta,
Penulis
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Krida Wacana, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Steven Dwi Saputra
NIM : 102015153
Program Studi : Kedokteran Umum
Fakultas : Kedokteran

Demi pengembangan ilmu, pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Kristen Krida Wacana Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul : “UJI MIKROBIOLOGI ES TEH
SIAP SAJI YANG DIJUAL DI KANTIN FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER DAN TOTAL PLATE COUNT”.
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Universitas Kristen Krida Wacana berhak
menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Steven Dwi Saputra)


ABSTRAK
UJI MIKROBIOLOGI ES TEH SIAP SAJI YANG DIJUAL DI KANTIN FAKULTAS
KEDOKTERAN UKRIDA DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER DAN
TOTAL PLATE COUNT

Steven Dwi Saputra


102015153

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi bakteri Coliform
dan Escherichia coli serta kualitas es teh siap saji yang dijual di kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA. Metode penelitian bersifat Deskriptif Observatif, yaitu peneliti
mengamati secara langsung obyek yang akan diteliti, kemudian digambarkan secara
deskriptif untuk mengetahui kualitas dan ada atau tidaknya bakteri Coliform dan E. coli
menggunakan pemeriksaan laboratorium secara kuantitatif dengan metode perhitungan
Most Probable Number (MPN) Coliform dan Total Plate Count (TPC). Pada penelitian
ini, es batu dan teh diteliti secara terpisah. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
total sampling, yakni meneliti sampel es batu dan teh yang dijual di seluruh kantin FK
UKRIDA dan dilakukan pengulangan sebanyak 1 kali. Total sampel es batu yang diteliti
sebanyak 8 sampel, sedangkan total sampel teh yang diteliti sebanyak 10 sampel. Pada
uji MPN Coliform, hasil yang positif pada tes perkiraan, dilanjutkan dengan tes
penegasan, yang selanjutnya dicocokan dengan tabel MPN seri 9 tabung. Hasil
penelitian menunjukan 8 sampel es batu dan 6 sampel teh tidak memenuhi syarat
mikrobiolgi sebagai air minum berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air. Dan pada uji pelengkap, didapatkan
8 dari 8 sampel es batu tidak ditemukan E. coli melainkan Klebsiella pneumoniae.
Sedangkan sampel teh didapatkan 2 dari 10 sampel positif mengandung E. coli, dan 4
dari 10 sampel positif mengandung Klebsiella pneumoniae. Dan berdasarkan uji TPC, 8
dari 8 sampel es batu tidak memenuhi syarat air minum berdasarkan SNI 7388 tahun
2009 dan SNI 7388 tahun 2009 serta 6 dari 10 sampel teh tidak memenuhi syarat
berdasarkan SNI No. 01-3553 tahun 2006 dan SNI 7388 tahun 2009.

Kata kunci: Es teh, MPN Coliform, TPC, Coliform, Escherichia coli.


ABSTRACT
TEST OF MICROBIOLOGY OF ES TEA READY FOR SALE IN
CANTIN UKRIDA MEDICAL FACULTY WITH NUMBER
METHOD AND TOTAL PLATE COUNT

Steven Dwi Saputra


102015153

This study aims to determine whether there is contamination of Coliform and


Escherichia coli bacteria and the quality of ready-made iced tea sold in UKRIDA
Medical Faculty's canteen. The research method is Descriptive Observative, where the
researcher directly observes the object to be studied, then described descriptively to
determine the quality and presence or absence of Coliform bacteria and E. coli by
quantitative laboratory tests using the method of Most Probable Number (MPN)
Coliform and Total Plate Count (TPC). In this study, ice cubes and tea were examined
separately. Sampling was carried out by means of total sampling, which examined
samples of ice cubes and tea sold in the UKRIDA Medical Faculty’s canteen and was
being repeated again one time. The total sample of ice cube studied were 8 samples,
while the total sample of tea studied were 10 samples. In the Coliform MPN test, the
results were positive on the approximate test, followed by the affirmation test, which
was then matched with the tube 9 MPN series table. The results showed 8 samples of
ice cubes and 6 samples of tea did not fulfill the microbiological requirements as
drinking water based on Permenkes No. 416 / Menkes / Per / IX / 1990 concerning
conditions and supervision of water quality. And in the supplementary test, E. Coli were
not found out of all the 8 ice cube samples, instead, there were Klebsiella pneumoniae
found in 8 out of 8 ice cube samples. While the results for tea samples, 2 out of 10
samples are positive containing E. coli, and 4 out of 10 samples positive containing
Klebsiella pneumoniae. Based on the TPC test, 8 out of the 8 ice cube samples did not
meet the drinking water requirements based on SNI 7388 in 2009 and SNI 7388 in
2009, and 6 out of 10 tea samples did not meet the requirements based on SNI No. 01-
3553 of 2006 and SNI 7388 of 2009.

Keywords: Iced tea, MPN Coliform, TPC, Coliform, Escherichia coli.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................


PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ..................................................
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..........................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................
ABSTRAK ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1. Latar Belakang ..................................................................
1.2. Masalah Penelitian ............................................................
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka ...............................................................
2.2 Kerangka Teori..................................................................
2.3 Kerangka Konsep ..............................................................
2.4 Hipotesis............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................
3.1 Desain Penelitian ...............................................................
3.2 Tempat dan Waktu ............................................................
3.3 Subjek Penelitian...............................................................
3.4 Sampel Penelitian ..............................................................
3.5 Alat dan Bahan ..................................................................
3.6 Cara Kerja .........................................................................
3.7 Parameter yang Diperiksa .................................................
3.8 Variabel Penelitian ............................................................
3.9 Definisi Operasional..........................................................
3.10 Analisis Data .....................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................
4.2 Pembahasan .......................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................
5.2 Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil Uji Perkiraan MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ....................................................
Tabel 4.2 Data hasil Uji Penegasan MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari
kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta .........................................
Tabel 4.3 Data hasil Uji Pelengkap MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari
kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta .........................................
Tabel 4.4 Data hasil TPC dari 4 sampel es batu dari kantin Fakultas Kedokteran
UKRIDA Jakarta ......................................................................................
Tabel 4.5 Data hasil Pengulangan Uji Perkiraan MPN Coliform dari 4 sampel es
batu dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..........................
Tabel 4.6 Data hasil Pengulangan Uji Penegasan MPN Coliform dari 4 sampel es
batu dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..........................
Tabel 4.7 Data hasil Pengulangan Uji Pelengkap MPN Coliform dari 4 sampel es
batu dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..........................
Tabel 4.8 Data hasil Pengulangan TPC dari 4 sampel es batu dari kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA Jakarta ...................................................................
Tabel 4.9 Data hasil Uji Perkiraan MPN Coliform dari 5 sampel teh dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ....................................................
Tabel 4.10 Data hasil Uji Penegasan MPN Coliform dari 5 sampel teh dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ....................................................
Tabel 4.11 Data hasil Uji Pelengkap MPN Coliform dari 5 sampel teh dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ....................................................
Tabel 4.12 Data hasil TPC dari 5 sampel teh dari kantin Fakultas Kedokteran
UKRIDA Jakarta ......................................................................................
Tabel 4.13 Data hasil Pengulangan Uji Perkiraan MPN Coliform dari 5 sampel teh
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..................................
Tabel 4.14 Data hasil Pengulangan Uji Penegasan MPN Coliform dari 5 sampel teh
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..................................
Tabel 4.15 Data hasil Pengulangan Uji Pelengkap MPN Coliform dari 5 sampel teh
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta ..................................
Tabel 4.16 Data hasil Pengulangan TPC dari 5 sampel teh dari kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA Jakarta ...................................................................
DAFTAR SINGKATAN

ALT : Angka Lempeng Total


API : Analytical Profile Index
BAB : Buang air besar
BGLB : Brilliant Green Lactose Bile
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Bq : Bequerel
CFU : Colony Forming Unit
DBD : Demam Berdarah Dengue
EAEC : Escherichia coli enteroagregative
EHEC : Escherichia coli enterohemoragik
EIEC : Escherichia coli enterovasive
EMB : Eosin Methylene Blue
EPEC : Escherichia coli enteropatogenik
ETEC : Escherichai coli enterotoksigenik
HUS : Haemolytic Uremic Syndrome
IMViC : Indol, Merah metil, Voges-Proskauer, Citrate
KLB : Kejadian Luar Biasa
LB : Lactose Broth
MPN : Most Probable Number
ml : mili liter
NTU : Nephelometric Turbidity Unit
PKBPOM : Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
SNI : Standar Nasional Indonesia
STP KLB : Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data Kejadian Luar Biasa
TCU : True Colour Unit
TPC : Total Plate Count
TSIA : Triple Sugar Iron Agar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Tidak Perlu Kaji Etik ......................................................

Lampiran 2. Tabel MPN Coliform 3 seri menurut Thomas .............................................

Lampiran 3. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 1(kiri) dan sampel teh 2
(kanan) pengambilan pengulangan ...................................................................................

Lampiran 4. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 3(kiri) dan sampel teh 4
(kanan) pengambilan pengulangan ...................................................................................

Lampiran 5. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 6.........................................

Lampiran 6. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel es batu 1 (kiri) dan sampel es
batu 2 (kanan) pengambilan pengulangan ........................................................................

Lampiran 7. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel es batu 3 (kiri) dan sampel es
batu 6 (kanan) pengambilan pengulangan ........................................................................

Lampiran 8. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 1 (kiri) dan sampel
teh 2 (kanan) pengambilan pengulangan ..........................................................................

Lampiran 9. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 3 (kiri) dan sampel
teh 4 (kanan) pengambilan pengulangan ..........................................................................

Lampiran 10. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 6 (kiri) dan sampel
es batu 1 (kanan) pengambilan pengulangan ....................................................................

Lampiran 11. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel es batu 3 (kiri) dan
sampel es batu 6 (kanan) pengambilan pengulangan .......................................................

Lampiran 12. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 1 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 2 inkubasi suhu 34⁰C (kanan) pengambilan pertama ...........

Lampiran 13. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 3 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 3 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama ...........

Lampiran 14. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 4 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 4 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama ...........

Lampiran 15. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 6 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 6 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama ...........

Lampiran 16. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 1 inkubasi
suhu 37⁰C (kiri) dan sampel es batu 1 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan
pertama..
Lampiran 17. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 2 inkubasi
suhu 37⁰C (kiri) dan sampel es batu 2 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan
pertama..

Lampiran 18. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 3 inkubasi
suhu 37⁰C (kiri) dan sampel es batu 3 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan
pertama..

Lampiran 19. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 6 inkubasi
suhu 37⁰C (kiri) dan sampel es batu 6 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan
pertama..

Lampiran 20. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada biakan Escherichia coli
..........................................................................................................................................

Lampiran 21. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel teh 1 (kiri) dan
sampel teh 3 (kanan) pengambilan pertama .....................................................................

Lampiran 22. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel teh 4 (kiri) dan
sampel teh 6 (kanan) pengambilan pertama .....................................................................

Lampiran 23. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel es batu 1 (kiri)
dan sampel es batu 2 (kanan) pengambilan pertama ........................................................

Lampiran 24. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel es batu 3 (kiri)
dan sampel es batu 6 (kanan) pengambilan pertama ........................................................

Lampiran 25. Gambar pewarnaan gram pada biakan Escherichia coli ............................

Lampiran 26. Gambar pewarnaan gram pada sampel teh 1 (kiri) dan sampel teh 3
(kanan) pengambilan pertama ..........................................................................................

Lampiran 27. Gambar pewarnaan gram pada sampel teh 4 (kiri) dan sampel teh 6
(kanan) pengambilan pertama. .........................................................................................

Lampiran 28. Gambar pewarnaan gram pada sampel es batu 1 (kiri) dan sampel es batu
2 (kanan) pengambilan pertama .......................................................................................

Lampiran 29. Gambar pewarnaan gram pada sampel es batu 3 (kiri) dan sampel es batu
6 (kanan) pengambilan pertama .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu unsur yang ada di bumi yang sangat penting
dan dibutuhkan untuk kehidupan seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Hal
ini disebabkan karena sebagian besar tubuh manusia sendiri terdiri dari cairan.
Oleh karena itu, manusia perlu mengkonsumsi air untuk mengganti cairan dalam
tubuhnya. Namun air juga dapat menjadi sumber penyakit apabila
terkontaminasi oleh bakteri. Salah satu penyakit yang disebabkan karena
kontaminasi bakteri pada air adalah diare.
Diare merupakan salah satu gangguan Buang Air Besar (BAB) dengan
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir. Diare sampai saat ini masih menjadi salah satu
masalah utama bagi masyarakat yang sulit untuk ditangani. Berdasarkan laporan
Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data Kejadian Luar Biasa (STP KLB),
frekuensi laporan terjadinya diare terus mengalami peningkatan tiap tahunnya
dari tahun 2008 sampai tahun 2010.1 Berdasarkan data STP KLB 2009, KLB
diare menjadi penyakit ke-7 terbanyak yang menimbulkan KLB pada tahun
2009. Sedangkan berdasarkan data STP KLB 2010, diare menempati urutan ke-6
frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, keracunan makanan,
difteri, dan campak.1 Pada tahun 2007, berdasarkan pada pola penyebab
kematian semua umur, diare menjadi penyebab kematian peringkat ke 13 dengan
proporsi 3,5%, sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare menjadi
penyebab kematian peringkat ke-3 setelah Tuberkulosis dan Pneumonia.1
Pada jaman sekarang, banyak minuman yang dijual telah terkontaminasi
oleh bakteri. Hal ini didukung oleh penelitian mikrobiologi terhadap jajanan
minuman yang dijual di sekitar sekolah dasar di wilayah Jemurwonosari
Surabaya yang menunjukkan adanya kontaminasi bakteri coliform dan E. coli
yang melebihi ambang batas maksimal yang dibolehkan dalam air yang
diminum.2 Hal tersebut tentunya menyebabkan minuman yang dikonsumsi
menjadi penyebab terjadinya penyakit pada tubuh manusia.
Salah satu minuman yang paling sering dijumpai atau dijual di tempat
makan adalah es teh. Kontaminasi pada es teh siap saji yang akan dijual dapat
berasal dari berbagai faktor. Salah satu penyebabnya adalah berasal dari bahan –
bahan yang digunakan untuk memproduksinya seperti air yang digunakan.
Sumber air yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya
dapat berasal dari air isi ulang. Air dari depot isi ulang tentunya tidak luput dari
adanya kontaminasi bakteri. Penelitian yang dilakukan pada 51 depot air isi
ulang di kecamatan Maulafa di Kupang pada tahun 2015 didapatkan adanya
3
cemaran mikroba sebesar 51% dan sekitar 33,33% nya tercemar oleh E.coli.
Begitu juga penelitian yang dilakukan di Demak pada tahun 2012 dari 38 sampel
depot air minum isi ulang, didapatkan 8 depot yang jumlah bakteri coliformnya
tidak memenuhi syarat kelayakan.4 Selain itu, penelitian pada air minum isi
ulang yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang di kecamatan Padang
Selatan pada tahun 2014 juga menunjukkan adanya cemaran oleh bakteri
coliform pada 10 dari 13 sampel yang didapatkan.5 Selain dari sumber air yang
digunakan, cemaran bakteri juga dapat berasal dari es batu yang digunakan.
Salah satunya adalah penelitian es batu yang yang digunakan pedagang warung
makanan di Tembalang pada tahun 2015, dimana didapatkan 23 dari 46 sampel
yang terkontaminasi E.coli dan 13 dari 23 sampel yang terkontaminasi E. coli
tersebut merupakan es batu buatan pabrik sedangkan sisanya merupakan es batu
buatan rumah.6 Begitu hal nya dengan penelitian es batu konsumsi yang
digunakan di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran UNIKA AtmaJaya
Jakarta pada bulan Maret 2011 juga didapatkan adanya cemaran E.coli.7 Selain
sumber air serta es yang tercemar bakteri, sumber kontaminasi juga dapat
berasal dari proses pembuatan minuman yang tidak higenis.
Berdasarkan penelitian – penelitian tersebut, tentunya menunjukkan akan
tingginya peluang terjadinya kontaminasi dalam minuman khususnya es teh
yang dapat menyebabkan penyakit. Kontaminasi bakteri pada minuman tersebut
dapat terjadi di berbagai tempat makan termasuk di kantin Fakultas Kedokteran
UKRIDA. Dimana hal tersebut tentunya akan berdampak bagi kesehatan
mahasiswa/i dan civitas UKRIDA lainnya. Oleh karena itu, tentunya perlu
dilakukan penelitian pada minuman yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran
UKRIDA.

1.2 Masalah Penelitian


Angka kejadian diare di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah cemaran bakteri pada minuman yang
dikonsumsi oleh masyarakat.
Cemaran bakteri coliform khususnya Escherichia coli pada minuman yang dijual
di warung – warung makanan masih sangat banyak dijumpai. Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinyapenyakit pada tubuh manusia yang mengkonsumsi
minuman tersebut. Cemaran bakteri Escherichia coli ini dapat terjadi di tempat
makan manapun tidak terkecuali tempat makan yang berada di lingkungan
Fakultas Kedokteran UKRIDA.

1.3 Tujuan Penelitian


o Tujuan Umum:
 Mendeteksi adanya kontaminasi bakteri coliform dan Escherichia coli
pada es teh siap saji yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA
o Tujuan Khusus:
 Mengetahui presentase kontaminasi bakteri coliform pada es teh siap saji
yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA
 Mengetahui kualitas es teh siap saji yang dijual di kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA berdasarkan tingkat kontaminan bakteri coliform
dan E. coli pada minuman tersebut
1.4 Manfaat Penelitian
o Manfaat bagi Peneliti:
 Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari ketika
kuliah.
 Mengetahui serta memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan
dalam melakukan penelitian
 Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang
penelitian
 Menambah ilmu dibidang mikrobiologi
 Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat sekitar
o Manfaat bagi Perguruan Tinggi:
 Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi
dan tugasnya sebagai perguran tinggi yang berperan sebagai lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada
masyarakat.
 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
 Meningkatkan rasa saling pengertian dan kerja sama antara mahasiswa
dan staf pengajar.
 Menjadi bahan masukan bagi pihak fakultas sehingga dapat menentukan
regulasi yang bertujuan untuk menyediakan minuman yang layak
konsumsi bagi civitas UKRIDA
o Manfaat bagi Masyarakat:
 Memberikan informasi pada mahasiswa dan masyarakat untuk lebih
berhati – hati dalam memilih minuman yang akan dikonsumsi.
o Manfaat bagi Pengembangan Ilmu:
 Sebagai bahan referensi pada topik kontaminasi bakteri Escherichia coli
pada minuman khususnya es teh sehingga dapat dilakukan penelitian
dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.
o Manfaat bagi penjual minuman:
 Sebagai bahan pertimbangan bagi penjual minuman untuk lebih
memperhatikan kualitas produknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Air
Air merupakan salah satu komponen yang sangat esensial bagi kehidupan
makhluk hidup terkhusus manusia. Air memiliki banyak kegunaan bagi tubuh manusia.
Di dalam tubuh manusia air berperan dalam proses pencernaan, metabolisme,
mengangkut zat – zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan
menjaga tubuh agar terhindar dari dehidrasi.
Menurut Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, yang termasuk air
adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. 8 Air minum
merupakan air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan berdasarkan Permenkes /492/2010, air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.9 Air yang diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia harus
berasal dari sumber yang bersih dan sehat. Adapun batasan – batasan sumber air yang
bersih dan aman terebut meliputi bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit,
bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun, tidak berasa dan tidak berbau,
dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga, serta
memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO)
ataupun Departemen Kesehatan RI.10 Sedangkan air ditanyatakan telah tercemar apabila
mengandung bibit penyakit, parasit, bahan – bahan kimia yang berbahaya, dan sampah
atau limbah industri.
2.1.2 Water Borne Disease
Air memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan sehari – hari makhluk
hidup. Namun air juga dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia, apabila air yang
dikonsumsi tercemar oleh mikroorganisme patogen maupun zat - zat kimia yang
bersifat racun. Oleh karena itu kemudian dengan adanya penyakit yang disebabkan
karena penularan atau kontaminasi melalui air atau disebut water borne disease.
Water borne disease merupakan penyakit yang disebarkan oleh air minum yang
terkontaminasi.7 Water borne disease juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang
ditularkan langsung melalui air minum, dimana air yang diminum mengandung kuman
patogen sehingga menyebabkan seseorang menjadi sakit. Namun ada juga penyakit
yang tergolong sebagai water borne disease yang tidak diebabkan karena meminum air
minum. Misalnya saja adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang
menginfeksi manusia dengan menembus kulit atau dapat juga melalui kontaminasi di
kolam renang.
Water borne disease disebabkan oleh mikroorganisme berupa bakteri, protozoa,
dan cacing. Adapun beberapa bakteri yang menyebabkan water borne disease adalah
Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, dan
Escherichia coli. Sedangkan protozoa yang sering menyebabkan water borne disease
adalah Entamoeba histolytica dan Giardia lambia. Sedangkan cacing yang sering
menyebabkan water borne disease adalah taenia maupun ascariasi. Mikroorganisme
tersebut dapat mengkontaminasi air minum melalui berbagai cara misalnya melalui
tangan penyaji yang tidak higienis, vektor atau serangga yang terbang maupun merayap,
atau berasal dari sumber air itu sendiri.
2.1.3 Standard Air Minum
Air sudah menjadi suatu hal yang sangat esensial dan diperlukan oleh makhluk
hidup termasuk manusia. Namun tidak semua air yang ada di bumi dapat langsung
diminum dan digunakan sebagai air konsumsi. Tidak jarang juga air mengalami
kontaminasi. Salah satu bahan kontaminannya adalah mikroorganisme. Mikroorganisme
ini dapat berasal dari berbagai hal termasuk berasal dari urine atau feses dari manusia
atau binatang.
Air memiliki berbagai macam standar yang harus dipenuhi sehingga dapat
diminum atau dikonsumsi. Berdasarkan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010,
air minum yang baik harus memenuhi syarat – syarat. Adapun persyaratan kelayakan air
minum meliputi segi mikrobiologi, kimia, fisik, dan radiokatif.9
2.1.3.1 Parameter Mikrobiologi
Salah satu persayaratan air minum yang harus dipenuhi dari segi mikrobiologi
adalah tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan coliform (0/100ml sampel).9 E.
coli dan beberapa bakteri patogen lain sebenarnya menjadi indikator karena paling
mudah diidentifikasi pada pemeriksaan di laboratorium. E.coli sendiri tumbuh pada
suhu 15⁰C - 45⁰C. Selain itu bakteri E. coli dan bakteri patogen lainnya juga dapat
hidup berbulan – bulan di dalam es. Hal tersebut disebabkan karena dibawah suhu 0⁰C,
bakteri – bakteri tersebut berubah menjadi inaktif. Sedangkan berdasarkan WHO,
standard air minum yang digunakan tidak boleh mengandung E. coli dan air bebas dari
bakteri coliform. Selain itu, standard kualitas air WHO yang baik adalah 0 Colony
Forming Unit (CFU)/ 100 ml sampel air. Adanya kandungan bakteri E. coli dalam air
minum menandakan adanya kontaminasi dari tinja dan air tersebut tidak aman untuk
dikonsumsi.11 Adanya bakteri E. coli sendiri juga berkaitan erat dengan infeksi pada
beberapa penyakit pada manusia maupun hewan. Kemudian untuk syarat mutu es batu
di Indonesia sendiri diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3839-1995,
dimana mutu dari es batu harus memenuhi syarat – syarat air minum sesuai Permenkes
RI No. 416/Men. Kesehatan/Per/IX/1990. Dimana berdasarkan permenkes tersebut,
tidak boleh terdapat coliform ataupun E.coli.8 Kemudian syarat dari es batu sendiri
adalah tidak berwarna, tidak mengandung bahan kimia, atau kandungan organik yang
berbahaya. Air sebagai bahan baku pembuatan es batu, seharusnya dapat melihat
persyaratan yang ada dalam SNI No. 01-3553 tahun 2006. Salah satu syarat berdasarkan
SNI No. 01-3553 tahun 2006 adalah batas jumlah koloni total sebesar 100koloni/ml.12
Sedangkan standar untuk teh sendiri berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (PKBPOM) No.16 tahun 2015, batas maksimum pencemarannya
adalah dengan nilai ALT 100 koloni/ml.13 Berdasarkan SNI 7388 tahun 2009 mengenai
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan, batasan cemaran mikroba untuk air
mineral adalah 100 koloni/ml dan batas cemaran mikroba untuk teh adalah 100
koloni/ml.14
2.1.3.2 Parameter Fisik
Dalam hal parameter fisik berdasarkan Permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk minilai
kualitas air minum yakni bau, warna, total zat pada terlarut, kekeruhan, rasa, dan suhu. 9
Berdasarkan standar dari Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum
seharusnya tidak berbau.9,10 Selain itu air juga sebaiknya tidak berwarna, dan apabila
berwarna tidak boleh melebih 15 True Colour Unit (TCU). Air minum juga tidak boleh
berasa. Apabila air minum memiliki rasa, bau, dan berwarna karena suatu zat kimia
yang terlarut, maka pengaruhnya kesehatan tergantung dari bahan kimia yang
memberikan rasa, bau, dan warna tersebut. Sedangkan batas total zat pada terlarut
sendiri adalah 500 mg/L dengan kekeurhan maksimal 5 Nephelometric Turbidity Unit
(NTU). Kekurahan sendiri dapat berasal dari zat padat organik maupun anorganik. Zat
organik yang terkandung dalam air sendiri dapat menjadi nutrisi bagi bakteri.
Sedangkan dari suhunya, sebaiknya suhu udara harus ±3⁰C. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi pelarutan bahan kimia yang ada pada saluran yang dapat membahayakan
kesehatan, menghambat reaksi biokimia dalam saluran, dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.11
2.1.3.3 Parameter Kimia
Dalam parameter kimia, Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/201
menetapkan 88 bahan kimia dan pemeriksaan kadar pH sebagai parameter kimia untuk
pemeriksaan air minum.9 Bahan kimia ini mencakup bahan kimia organik, bahan kimia
anorganik, pestisida, serta disinfektan dan hasil sampingannya. Bahan kimia memiliki
sifat toksik, dimana sifat toksik itu sendiri dibagi menjadi dua macam yakni
nonkarsinogenik dan karsinogenik. Efek nonkarsinogenik memiliki ambang batas
dimana suatu zat akan memiliki efek toksik nonkarsinogenik apabila sampai pada dosis
tertenu. Sedangkan efek karsinogenik tidak memiliki ambang dimana apabila suatu zat
akan memiliki efek toksik karsinogenik pada setiap dosis diatas nol.
2.1.3.4 Parameter Radiologi
Dalam parameter radiologi terdapat dua indikator aktivitas radioaktif dalam
pemeriksaan air minum yakni gross alpha activity (aktivitas alpha) dan gross beta
activity (aktivitias beta).9,10 Aktivitas alpha merupakan sinar radioaktif yang tidak
mempunyai daya tembus. Sinar alpha dapat menyebabkan kontaminasi radioaktif pada
lingkungan yang dapat mengakibatkan rusaknya sel – sel tubuh manusia yang
terkenanya. Radiasi alpha dapat terjadi pada tanah, udara, dan air. Jumlah radiasi alpha
di dalam air bervariasi. Radiasi alpha dalam air minum dapat berupa mineral terlarut
atau dalam kasus radon. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum pada
pemeriksaan radioaktif aktivitas alpha adalah 0,1 Bequerel (Bq)/L. Sinar beta dapat
menembus kulit dan biasanya kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih dalam
daripada sinar alpha. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum pada
pemeriksaan radioaktif aktivitas beta sebesar 1 Bq/L. Apabila melebihi kadar
tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yakni menimbulkan kerusakan pada sel
– sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar beta maka akan menyebabkan luka bakar
yang parah. Sinar beta juga menimbulkan kerusakan pada jaringan atau organ tubuh jika
unsur yang memancarkan sinar beta berada dalam tubuh dalam waktu yang lama.
2.1.4 Coliform
Bakteri coliform merupakan bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora, bersifat aerob fakultatif yang dapat meragikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas. Bakteri coliform termasuk bakteri golongan intestinal,
dimana bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan. Bakteri coliform ini dapat menjadi
sinyal dalam menentukan suatu air minum tercemar oleh bakteri patogen atau tidak. Hal
ini disebabkan karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran pada
air. Selain itu, bakteri coliform berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi bakteri coliform dalam air maka semakin
tinggi juga risiko kontaminasi bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran
manusia dan hewan.10 Adanya bakteri coliform tersebut tentunya akan menunjukkan
sanitasi air yang rendah.
Bakteri coliform merupakan mikroorganisme yang sering digunakan sebagai
indikator kualitas suatu air minum. Terdapat beberapa alasan mengapa bakteri coliform
dipilih menjadi indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan dengan kuman
patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia.10 Salah satu alasannya adalah
karena jumlah bakteri coliform cukup banyak di dalam tubuh manusia yakni sekitar 200
– 400 miliar coliform yang dikeluarkan melalui tinja tiap harinya. Selain itu, bakteri
coliform lebih mudah dideteksi dengan metode kultur dibandingkan dengan kuman
patogen lainnya. Bakteri coliform juga lebih tahan hidup dibandingkan bakteri patogen
lainnya. Bakteri coliform juga lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara
alamiah. Sehingga apabila bakteri coliform ditemukan dalam sampel air, maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa bakteri patogen yang lainnya juga ditemukan dalam
sampel air walaupun dalam jumlah yang kecil.
Adapun kelompok bakteri coliform meliputi bakteri Citrobacter fruendii,
Klebsiella, Enterobacter aerogenes, dan Escherichia coli. Bakteri coliform sendiri
dapat dibagi menjadi dua golongan yakni coliform fecal dan coliform non-fecal. Bakteri
coliform fecal merupakan bakteri coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan
berdarah panas. Sedangkan bakteri coliform non fecal adalah bakteri coliform yang
ditemukan pada hewan, tanaman yang telah mati, atau dari lingkungan.
Total coliform adalah seluruh jumlah bakteri coliform termasuk diantaranya
adalah fecal coliform seperti E. coli ataupun bakteri coliform lain yang berasal dari
tanah. Dengan kata lain, total coliform meliputi coliform fecal maupun coliform non-
fecal. Oleh karena itu, nilai total coliform tidak selalu menandakan adanya kontaminasi
fecal pada air. Akan tetapi total coliform juga cukup bermanfaat dalam menilai apakah
proses disinfeksi pada air telah bekerja dengan baik atau tidak.15
Total coliform tidak cukup kuat untuk menegakkan dan menentukan adanya
kontaminasi fecal atau non-fecal. Oleh karena itu pada pengujian air perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai ada tidaknya fecal coliform. Fecal coliform
merupakan coliform yang berasal dari usus dan kotoran hewan berdarah panas. Karena
asal fecal coliform yang lebih spesifik dari total coliform, maka fecal coliform dianggap
memiliki indikasi adanya kontaminasi dari feses manusia atau hewan dari pada total
coliform. Fecal coliform merupakan bakteri coliform yang dapat memfermentasikan
laktosa pada medium E. coli ataupun medium Brilliant Green Lactose Bile (BGLB).
Pada pemeriksaan air yang terkontaminasi dengan bakteri fecal coliform dengan
menggunakan medium BGLB akan ditandai dengan ditemukannya gas pada tabung
durmah dalam inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37⁰C. Fecal coliform
dipertimbangkan untuk digunakan sebagai indikator karena lebih berhubungan langsung
dengan indikasi adanya kontaminasi fecal yang berasal dari vertebrata berdarah panas
apabila dibandingan dengan bakteri coliform lainnya seperti Klebsiella, Enterobacter,
dan Citrobacter. Salah satu bakteri yang termasuk dalam fecal coliform adalah bakteri
E. coli. Bakteri E. coli ini sangat sering ditemukan pada identifikasi sampel dengan
fecal coliform yang positif.
2.1.5 Escherichia coli
Esherichia coli merupakan salah satu bakteri yang tergolong sebagai bakteri
coliform. E. coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang membentuk rantai
pendek, tidak berspora ataupun berkapsul, sifat katalase positif, sedangkan oksidase
negatif.16 Bakteri E. coli dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasi
laktosa serta menghasilkan asam dan gas.17 E. coli sendiri termasuk bakteri yang dapat
bergerak. Seperti halnya dengan bakteri enterobacter lainnya, bakteri E. coli juga dapat
mengghasilkan fimbrae yang berperan dalam untuk adesi.18 E. coli juga memiliki
kemampuan berkembang biak dengan interval 20 menit apabila faktor media, derajat
keasaman, dan suhu yang sesuai. Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri E. coli
adalah 37⁰C sehingga bakteri tersebut dapat hidup di tubuh manusia dan vertebra
lainnya.18,19 Namun bakteri E. coli dapat juga bertahan pada suhu 60⁰C selama 15 menit
atau 55⁰C selama 60 menit.18 Bakteri E. coli juga dapat tumbuh dalam agar Mac
Conkey.17,18,20 Hal ini disebabkan karena bakteri E. coli dapat memfermentasikan
laktosa yang terdapat dalam agar Mac Conkey.Adapun taksonomi bakteri Escherichia
coli sebagai berikut:21
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri flora normal di usus. Di dalam
usus, bakteri E. coli ini tidak menyebabkan penyakit atau kerusakan apapun. Sedangkan
bakteri E. coli di dalam usus akan mendapatkan makanan atau nutrisi bagi dirinya. Akan
tetapi bakteri ini juga dapat menjadi bakteri patogen dan menyebabkan penyakit. Salah
satu penyakit yang dapat disebabkan karena bakteri ini adalah infeksi saluran kemih,
sepsis, meningitis, dll. Salah satu penyakit yang cukup sering disebabkan oleh bakteri E.
coli adalah diare. Infeksi bakteri E. coli dapat menyebar melalui 3 jalur yakni jalur
fecal-oral, melalui makanan, dan jalur endogen.17 Faktor patogen bakteri E. coli sendiri
dipengaruhi oleh faktor adesi, enterotoksin, dan antifagosit capsul.17 Manifestasi klinis
dari infeksi karena bakteri E. coli sendiri tergantung pada tempat terjadinya infeksi dan
biasanya sulit bahkan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau tanda akibat infeksi
yang disebabkan oleh bakteri lain. Adanya bakteri E. coli dalam minuman menjadi
indikasi adanya kontaminasi tinja.17
Escherichia coli sendiri dibagi menjadi berbagai macam serotipe. Adapun jenis
pembagian dari bakteri Escheria coli itu sendiri yakni Escherichia coli enterpatogenik
(EPEC), Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli enterhemoragik (
EHEC), Escherichia coli entervasive (EIEC), dan Escherichia coli enteroagregative
(EAEC).17–19,21,22
Escherichia coli enterhemoragik adalah penyebab tersering diare di seluruh dunia.
Adanya EHEC dalam jumlah 1-10 koloni per 100 ml dapat menimbulkan manifestasi
penyakit pada manusia.21 EHEC sering berkaitan dengan terjadinya gastroenteritis pada
manusia. Gastroenteritis sendiri merupakan suatu peradangan atau inflamasi pada
bagian pencernaan yang dapat menyebabkan rasa sakit pada perut, muntah, diare, dan
lesu. Reservoir utama dari EHEC adalah hewan domestik. EHEC terlepas ke lingkungan
bebas melalui tinja atau feses dari hewan dan dapat bertahan berbulan – bulan di dalam
tanah. EHEC dapat menginfeksi manusia apabila EHEC terkonsumsi oleh manusia baik
lewat makanan ataupun minuman. EHEC akan masuk mulai dari saluran pencernaan
atas hingga akhirnya berdiam di saluran pencernaan bagian bawah terutama bagian
kolon.19 Bakteri EHEC akan menghasilkan eksotoksin yang akan merusak microvili.16
Manifestasi pada seseorang yang terinfeksi EHEC biasanya dimulai dengan tinja encer
disertai nyeri perut dan muntah – muntah. Tinja yang semula encer lama kelamaan
dapat disertai dengan darah.17 Infeksi EHEC juga dapat berkembang menjadi
Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS) pada beberapa orang.16,23 Namun penyebab
munculnya HUS pasca infeksi EHEC sendiri belum jelas sampai sekarang. Namun
sebagian besar orang yang terinfeksi EHEC sendiri juga dapat kembali pulih tanpa
mengalami cacat.
Escherichia coli entertoksigenik juga menjadi salah satu penyebab utama
terjadinya diare pada manusia dan hewan. Begitu halnya dengan EHEC, ETEC masuk
ke tubuh manusia juga melalui minuman ataupun makanan yang dikonsumsinya. Pada
saat menginfeksi manusia, bakteri ETEC dapat ditemukan di daerah lambung, di
sepanjang usus kecil dan usus besar dan biasanya meyebabkan “traveler’s
diarrhea”.16,17,19 Namun biasanya lebih sering mendiami usus kecil. ETEC memiliki
fimbrae adesif yang membantu dalam penempelan dengan epitel usus. Manifestasi
klinis pada penderita yang terinfeksi ETEC adalah feses atau tinja yang encer. Hal ini
disebabkan karena ETEC menghasilkan enterotoksin yang menstimulasi peningkatan
produksi cAMP sehingga terjadi hipersekresi dari ion klorida dan air serta
penghambatan reabsorbsi sodium.16 Selain itu, biasanya penderita akan merasa kram
pada bagian perut. Tidak jarang juga tinja yang disertai dengan darah. Selain itu
penderita juga dapat mengalami rasa mual, muntah, dan demam. Bakteri ETEC
menghasilkan enterotoksin tidak tahan panas yang menyebabkan terjadinya sekresi air
pada jejenum dan ileum dengan sekresi cairan terbanyak pada daerah jejenum.19 Pada
infeksi ETEC biasanya dapat sembuh sendiri secara spontan dalam beberapa hari walatu
tanpa pemberian obat. Kematian pada penderita infeksi ETEC biasanya disebabkan
karena terjadinya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Escherichia coli enteropatogenik adalah bakteri Escherichia coli yang dapat
menyebabkan diare pada anak kecil terutama pada negara berkembang. 11 Manifestasi
klinis dari penderita infeksi EPEC biasanya akan BAB dengan tinja encer disertai
mukus tapi tidak disertai darah. Selain itu dapat juga muncul gejala lain berupa demam,
lesu, muntah, dehidrasi, dan penurunan berat badan. Bakteri EPEC biasanya lebih sering
berdiam di usus kecil daripada bagian kolon serta merusak bagian mikrovili.16,19 Hal ini
berbeda dengan bakteri EHEC dan E. coli komensial yang lebih sering berada di bagian
kolon. Bakteri EPEC juga sering menyebabkan kerusakan pada bagian epitel di usus
yang dikenal dengan lesi attaching dan effacing.18 Hal tersebut yang dapat membedakan
dengan bakteri E. coli jenis lainnya. Bakteri EPEC juga tidak menghasilkan toksin
shiga, berbeda dengan bakteri EHEC.
Escherichia coli enteroinvasif merupakan bakteri penyebab diare juga. Bakteri
EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa kolon yang
kemudian akan menyebabkan ulkus dan lesi peradangan.23 EIEC menimbulkan penyakit
yang sangat mirip dengan shigelosis. EIEC biasanya menyerang anak – anak di negara
berkembang dan para wisatawan yang datang ke negara tersebut.18
2.1.6 Metode Pengukuran Coliform
Pemeriksaan mikrobiologis air tentunya sangat diperlukan untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap air yang akan dikonsumsi oleh manusia. Pada
pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni, dianggap bahwa setiap koloni
yang tumbuh berasal dari satu sel. Oleh karena itu, untuk mengetahui jumlah bakteri
yang ada dalam suspensi dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni yang
terbentuk. Terdapat 3 macam pemeriksaan untuk mendeteksi dan menghitung jumlah
coliform yang terdapat pada air. Adapun pemeriksaan tersebut adalah total plate count
(TPC), the multiple-tube method atau yang sering disebut sebagai metode Most
Probable Number (MPN), dan the membrane-filtration.10,11 Prinsip yang digunakan
pada pemeriksaan dengan metode TPC dan the membrane-filtration sendiri berasalkan
dari sifat bakteri coliform yang berkembang baik dalam waktu 24 sampai 72 jam pada
suhu tertentu dan dalam suasana yang cocok yakni dalam sebuah media yang terdiri dari
agar – agar yang mengandung beberapa jenis zat kimia. Zat kimia tersebut menjadi
nutrisi bagi jenis bakteri tertentu serta dapat mengatur nilai pH. Sedangkan prinsip dari
pemeriksaan dengan metode MPN sendiri sebenarnya hampir sama hanya saja bakteri
coliform tidak berkembangbiak pada media atau berupa agar tetapi tersuspensi dalam
kaldu atau media borth yang mengandung gizi atau nutrisi untuk pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang dapat terdeteksi merupakan bakteri yang dapat meragikan salah satu unsur
zat gizi atau nutrisi seperti laktosa. Akibat adanya fermentasi atau peragian tersebut
maka dapat terbentuk gas ataupun gelembung – gelembung gas. Dengan kata lain,
gelembung – gelembung gas tersebut menunjukkan adanya bakteri.
2.1.6.1 Total Plate Count
Pada pemeriksaan dengan metode Total Plate Count yang dihitung merupakan
bakteri yang masih hidup. Prinsip dari pemeriksaan dengan metode TPC adalah dengan
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar. Hal tersebut
supaya mikroorganisme dapat berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat secara kasat mata dan dapat dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Dengan
metode ini, dapat dihitung jumlah bakteri yang masih hidup, dapat menentukan jenis
mikroba yang tumbuh dalam media, dan dapat mengisolasi serta mengidentifikasi jenis
koloni dari mikroba tersebut. Pemeriksaan dengan metode TPC ini memerlukan teknik
pengenceran.20 Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, perlu dilakukan
pengenceran sampel terlebih dahulu. Pengenceran ini dilakukan untuk mengurangi
jumlah kandungan mikroba dalam sempel. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan
jumlah mikroorganisme secara spesifik serta didapatkan perhitungan yang tepat. Setelah
dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media agar.20 Kemudian
dilakukan inkubasi pada lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, dilakukan
penghitungan dari jumlah koloni bakteri yang terbentuk. Adapun syarat penghitungan
dari koloni terbentuk adalah satu koloni dihitung sebagai satu koloni, dua koloni yang
bertumpuk dihitung sebagai satu koloni, beberapa koloni yang berhubungan dihitung
sebagai 1 koloni, dan dua koloni yang berdekatan dan masih dapat dibedakan dihitung
sebagai dua koloni.24 Jumlah koloni yang terbentuk dari masing – masing media agar
dihitung jumlah koloninya. Jumlah koloni pada agar yang digunakan harus sekitar 30
hingga 300 koloni. Hal ini diambil karena apabila jumlah koloni yang dihitung lebih
dari 300 maka akan membentuk agar dengan koloni yang terlalu padat sehingga sulit
untuk menghitung, sedangkan apabila dibawah 30 koloni akan meningkatkan persentase
kesalahan perhitungan yang terlalu besar.20
2.1.6.2 The Membrane-Filtration
Metode membrane-filtration merupakan pemeriksaan air minum yang mampu
mengisolasi koloni. Prinsip utama dari metode membrane-filtration adalah menyaring
sampel melewati saringan yang sangat tipis yang terbuat dari bahan selulosa. Hal
tersebut menyebabkan sel – sel yang terdapat pada sampel akan terjebak pada
permukaan membran filter.10 Bakteri yang melekat pada membran tersebut akan
dipindah ke media EMB (Eosin Methylene Blue) dan diinkubasi selama satu hari pada
suhu 37⁰C. Pada penelitian yang membandingkan antara pemeriksaan air minum isi
ulang antara metode MPN dengan metode membrane-filtration sendiri didapatkan
perbedaan yang signifikan antara metode membrane-filtration dengan metode MPN,
dimana metode membrane-filtration lebih sensitif dibandingkan metode MPN.24
Kelebihan dari metode membrane-filtration ini dibandingkan dengan metode
pemeriksaan lainnya adalah kemampuannya dalam mengalisa sampel dengan volume
yang besar dalam waktu yang singkat.10 Sedangkan pada metode MPN tidak dapat
menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya apabila volume sampel
besar.24 Selain itu kelebihan dari metode membrane-filtration ini sendiri adalah dapat
menghitung dengan tepat. Hal ini berbeda dengan metode MPN memiliki keterbatasan
dalam mendeteksi bakteri Escherichia coli.
2.1.6.3 Metode Probable Number
Most Probable Number merupakan salah satu cara pemeriksaan untuk mendeteksi
dan menghitung jumlah coliform dalam air. Prinsip utama dari metode MPN adalah
mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi
mikroorganisme yang sesuai dan apabila ditanam di dalam tabung tidak selalu
menghasilkan pertumbuhan yang positif.21 Sampel diuji dengan MPN dengan 3 tahapan
yakni uji pendugaan, uji kesempurnaan, dan uji penegasan.11,21 Pada tahap pertama
yakni uji pendugaan akan digunakan media Lactose Broth. Sedangkan pada uji
penegasan akan digunakan media BGLB. Sedangkan pada uji kesempurnaan dapat
menggunakan agar EMB ataupun Mac Conkey.20
Uji pendugaan dilakukan dengan memasukkan sampel sebanyak 10 ml ke dalam
LB (Lactose Broth) sebanyak 3 buah tabung, kemudian memasukkan sampel sebanyak
1 ml ke dalam Lactose Broth Single Strength sebanyak 3 buah tabung, dan memasukkan
sampel es teh sebanyak 0,1 ml ke dalam Lactose Broth sebanyak 3 buah. Jumlah tabung
tiap pengenceran dapat lebih dari 3, semakin banyak tabung yang digunakan
menunjukkan ketelitan yang lebih tinggi.25 Hasil positif akan ditandai dengan adanya
gas dan menjadi keruh.21,26 Hasilnya kemudian dicatat dan dicocokkan dengan indeks
tabel MPN menurut Collins. Hasil positif pada tahap pertama atau uji pendugaan akan
dilanjutkan ke tahap uji penegasan atau konfirmasi. Pada uji konfirmasi dilakukan
dengan cara menginokulasikan 1-2 ose suspensi dari hasil yang positif pada media
BGLB. Pada uji penegasan perlu dilakukan duplo, dimana satu seri diinkubasi pada
suhu 37⁰C ( untuk golongan coli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 44⁰C (untuk
golongan coli fecal). Bakteri golongan coli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu
44⁰C, sedangkan golongan coli fecal dapat tumbuh baik pada suhu 44⁰C.26 Warna hijau
berlian pada media BGLB berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan menumbuhkan bakteri golongan coliform.21 Setelah itu akan dilakukan
inkubasi pada suhu 37 ⁰C selama 24-48 jam. Hasil positif akan ditandai dengan adanya
gas pada tabung durham.26 Hasil positif uji penegasan akan dilanjutkan ke tahap uji
kesempurnaan atau pelengkap. Uji pelengkap dilakukan dengan cara mengambil 1-2 ose
suspensi hasil positif pada uji penegasan ke media agar dengan cara goresan/streak.
Media agar yang dapat digunakan bermacam – macam, dapat berupa media ENDO agar,
EMB, ataupun Mac Conkey.2,7,20 Setelah itu diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24-48
jam. Kemudian hasil biakan itu dapat digunakan sebagai isolat bakteri untuk
pemeriksaan pewarnaan gram sebagai uji pelengkap dan dapat dilakukan pemeriksaan
identifikasi. Pada pewarnaan gram, bakteri Escherichia coli akan menunjukkan gram
negatif berbentuk batang pendek.26 Uji identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa
cara yakni dengan uji biokimia dan menggunakan pemeriksaan Analytical Profile Index
(API) test.
2.1.6.3.1 Uji Biokimia
Uji biokimia bakteri adalah suatu cara untuk mengidentifikasi bakteri yang belum
diketahui sebelumnya. Setiap bakteri memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga
pemeriksaan biokimia ini sangat membantu proses identifikasi. Uji identifikasi bakteri
Escherichiae coli dilakukan dengan melakukan uji fermentasi karbohidrat, uji IMViC (
Indol, Merah metil, Voges- Proskauer, dan Citrate), uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar),
uji motilitas dan uji katalase.21,26,27 Hasil positif adanya kontaminasi bakteri E. coli
ditandai dengan ditemukannya hasil bakteri gram negatif, positif pada pemeriksaan
indol, positif pada uji merah metil yang ditemukan adanya warna merah setelah
pemberian indikator merah metil, hasil negatif pada pemeriksaan voges-proskauer
dengan tidak ditemukannya perubahan menjadi warna merah setelah ditetesi KOH 40%
dan α-naphtol, dan negatif pada uji sitrat dengan tidak adanya perubahan warna pada
media.19,28 Selain itu pada pemeriksaan uji fermentasi karbohidrat akan ditemukannya
hasil positif pada semua jenis karbohidrat. Hal ini ditandai dengan adanya gas dan
perubahan warna media menjadi kuning karena adanya asam. Selain itu akan didapatkan
hasil positif pada uji katalase yang ditandai dengan adanya gelembung setelah ditetesi
larutan H2O2 3% diatas suspensi pada object glass. Selain itu pada uji TSIA akan
menunjukkan hasil positif/positif dengan ditemukan adanya warna kuning/kuning pada
media TSIA karna bakteri E. coli mampu memfermentasikan glukosa, sukrosa, dan
laktosa.
2.1.6.3.2 Api Test
Analytical Profile Index (API) test merupakan sistem identifikasi yang telah
distandardkan dengan menggunakan 20 miniatur tabung yang berisi substrat yang telah
dikeringkan untuk uji biokimia mikroorganisme. Semua data yang didapatkan pada 20
miniatur tabung akan dimasukkan ke dalam tabel identifikasi sehingga spesies bakteri
dapat diketahui.29 Pemeriksaan API test memiliki berbagai macam kit seperti API
20NE, API NH, API 20 Strep, RAPIDEC Staph, API Staph, API Coryne, API 20A, dan
API 20E.30 API 20NE berguna untuk identifikasi bakteri gram negatif yang merupakan
non-Enterobacteriaceae. API NH berguna untuk identifikasi Branhamella catarrhalis
dan Neisseria haemophillus. API 20Strep berguna untuk identifikasi streotococci dan
enterococcus. RAPIDEC Staph berguna untuk identifikasi staphylococci. API Staph
berguna untuk identifikasi staphylococci dan micrococci. API Coryne berguna untuk
identifikasi Corynebacteria dan organisme coryne. API 20 A berguna untuk identifikasi
bakteri anaerob. API 20E berguna untuk mengidentifikasi spesies dan subspesies
Enterobacteriaceae dan identifikasi kelompok spesies mikroorganisme non-fermentatif.
Pemeriksaan untuk identifikasi bakteri spesies dan subspesies Enterobacteriaceae
dapat menggunakan API 20E.Uji biokimia menggunakan API 20E ini dilakukan dengan
cara menumbuhkan bakteri pada media nutrient agar miring yang selanjutnya
diinokulasi selama 24 jam pada suhu 37⁰C. Isolat yang telah dibiakan tersebut
kemudian diambil 1 ose dan dibiakkan lagi ke dalam 5 ml NaCl 0,85%. Suspensi
bakteri selanjutnya dimasukkan ke dalam strip kertas API yang terdiri atas 20
mikrotabung yang berisi reagen kering.29 Setelah 24 jam, diamati perubahan warna yang
terjadi pada mikrotube. Data hasil uji biokimia pada mikrotabung tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam software API KIT 20E.29,31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif cross-sectional dimana
memberikan gambaran mengenai kualitas bakteriologis dari es batu dan teh siap saji
yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA dengan cara observasi dan
identifikasi bakteri Escherichia coli dengan metode Most Probable Number dan Total
Plate Count.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat pengambilan sampel berasal dari kantin Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana. Sedangkan tempat pemeriksaan sampel dilakukan di
laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2018.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah teh siap saji dan es batu yang dijual di kantin Fakultas
Kedokteran Kristen Krida Wacana yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
tersebut adalah es teh yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA. Adapun es
teh yang dijual diluar batas area yang terdapat di kriteria inklusi dikeluarkan dari sampel
penelitian.
3.4 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
total sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan teknik
pengambilan sampel ini dikarenakan jumlah populasi kurang dari 100 sehingga seluruh
populasi perlu dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel akan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Sampel penelitian yang digunakan berupa teh siap saji dan es batu yang
digunakan untuk pembuatan es teh.
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Tabung durham
 Erlenmeyer
 Pipet 10 ml
 Inkubator
 Autoclave
 Mikro pipet
 Pipet tetes
 Bunsen
 Cawan petri
3.5.2 Bahan
 Media Lactose Broth
 Media BGLB
 Media agar EMB
 Sampel teh
 Sampel es batu
 Agar Mac Conkey
 IMVIC
3.6 Cara Kerja
1. Membeli teh siap saji dan es batu yang dijual di ke-6 tempat makan yang berada
di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA
2. Membuat media Lactose Broth untuk pemeriksaan teh dan es batu
a) Timbang lactose broth yang akan digunakan
b) Siapkan aquadest di dalam erlemeyer 1 liter
c) Tuangkan lactose broth ke dalam aquadest di dalam erlemeyer
d) Aduk secara terus – menerus dengan menggunakan magnetic stirrer
e) Apabila campuran telah larutan homogen, angkat dari hotplate
f) Tuangkan larutan ke dalam tabung reaksi
g) Tutup tabung reaksi dengan menggunakan kapas
h) Masukkan ke dalam autoclave pada suhu 121⁰C selama 15 menit
i) Setelah diautoclave, keluarkan larutan yang telah steril
j) Dinginkan, simpan di dalam tempat yang dingin
3. Melakukan uji praduga MPN untuk pemeriksaan teh dan es batu
a) Siapkan 18 tabung untuk 1 sampel
b) Media lactose broth ditambah indikator bromothymol blue dimasukkan
sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
c) Masukan tabung durham ke dalam tabung reaksi dengan posisi tabung
durham terbalik
d) Streilisasi media lactose broth menggunakan autoclaf
e) Memasukkan 10 ml sampel air ke dalam 3 tabung lactose broth yang telah
disterilisasi
f) Memasukkan 1 ml sampel air ke dalam 3 tabung lactose broth yang telah
disterilisasi
g) Memasukkan 0,1 ml sampel air ke dalam 3 tabung lactose broth yang telah
disterilisasi
h) Lakukan duplo
i) Inkubasi 9 tabung reaksi yang telah terisi sampel air dan lactose broth pada
suhu 37⁰C selama 24 – 48 jam
j) Inkubasi 9 tabung reaksi yang telah terisi sampel air dan lactose broth pada
suhu 44⁰C selama 24 – 48 jam
k) Amati apakah terdapat kekeruhan atau terbentuknya gas yang menandakan
adanya pertumbuhan
4. Membuat media BGLB untuk pemeriksaan teh dan es batu
a) Timbang serbuk media BGLB yang akan digunakan
b) Siapkan aquadest di dalam erlemeyer 200 ml
c) Larutkan serbuk media BGLB ke dalam aquadest
d) Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan
e) Pelarutan tidak boleh sampai mendidih (pelarutan harus sempurna sehingga
tidak ada kristal yang bersisa)
f) Ambil media sebanyak 10 ml dan ditaruh ke dalam tabung reaksi yang telah
diisi tabung durham dengan posisi terbalik
g) Diautoclave 121⁰C selama 15 menit
h) Dikeluarkan larutan dari autoclave, saat suhu sudah rendah (20⁰C) dan
tekanan telah turun
i) Jika tidak segera digunakan, dibungkus dengan kertas, kemudian disimpan
pada almari es
5. Melakukan uji konfirmasi MPN untuk pemeriksaan teh dan es batu
a) Sampel yang diduga mengandung coliform dalam media lactose broth ( dari
setiap tabung yang ada gas), diinokulasikan ke dalam tabung BGLB
b) Lakukan duplo
c) Inkubasi pada suhu 37⁰C dan suhu 44⁰C selama 24 jam
d) Amati apakah terdapat kekeruhan atau terbentuknya gas yang menandakan
adanya pertumbuhan
e) Apabila Escherichia coli tumbuh pada suhu 44⁰C berarti merupakan faecal
coli
f) Tentukan jumlah coliform dan total coliform berdasarkan tabel MPN
6. Melakukan uji pelengkap MPN untuk pemeriksaan teh dan es batu
a) Tanam pada perbenihan Mac Conckey dari masing – masing tabung BGLB
yang diinkubasi pada suhu 44⁰C selama 24 jam yang terdapat gas
b) Melakukan pewarnaan gram
i. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan atau
fiksasi di atas api Bunsen
ii. Tuangkan dengan larutan gentian violet dan biarkan selama 1-2 menit
iii. Bilas dengan air mengalir
iv. Tuangkan dengan lugol dan diamkan selama 1 menit
v. Bilas dengan air mengalir lalu bersihkan dengan alkohol sampai zat
warna pada sediaan bersih
vi. Bilas dengan air mengalir
vii. Tuangkan safranin atau karbol fuchsin selama 20-30 detik
viii. Bilas dengan air mengalir
ix. Keringkan di udara
x. Amati dibawah mikroskop
7. Biakan sampel yang positif pada agar Mac Conkey dengan cara gores
8. Melakukan uji Identifikasi
a) Melakukan pemeriksaan IMVIC dari kultur agar MacConkey
9. Melakukan pengulangan pada langkah pertama hingga ketujuh sebanyak 2 kali
lagi pada sampel yang diambil pada hari berbeda.
10. Melakukan uji Total Plate Count
a) Membuat Plate Count Agar
b) Lakukan pengenceran 1:10,1:100,1:1000,1:10000, 1:100000
 Siapkan 5 tabung reaksi yang berisi masing - masing 9 ml
 Ambil 1 ml sampel dan taruh ke tabung pertama yang berisi 9 ml
 Aduk atau kocok hingga merata
 Ambil 1 ml dari tabung reaksi pertama dan pindahkan ke tabung reaksi
kedua
 Aduk atau kocok hingga merata
 Lakukan sampai tabung ke lima, hingga didapatkan tabung reaksi dengan
pengenceran 1:10,1:100,1:1000,1:10000, 1:100000
c) Kemudian taruh sampel dengan pengenceran 1: 10, 1: 1000, dan 1:10000 ke
masing – masing cawan petri
d) Tuang Plate Count Agar ke masing masing cawan petri
e) Buat sampel duplo
11. Melakukan Pengulangan uji Total Plate Count
3.7 Parameter yang Diperiksa
Bakteri coliform dan Escherichia coli
3.8 Variabel Penelitian
 Variabel terikat: jumlah bakteri coliform, jumlah Escherichia coli
 Variabel bebas: teh dan es batu yang dijual di 6 tempat makan yang berbeda
pada kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA
3.9 Definisi Operasional
 Jumlah bakteri coliform adalah banyaknya jumlah bakteri coliform yang
ditemukan pada 100 ml sampel es batu dan teh siap saji berdasarkan tabel MPN
coliform.
 Tes perkiraan positif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap perkiraan ketika ditemukan adanya gas atau
gelembung udara pada tabung durham dan atau disertai dengan kekeruhan pada
media lactosa broth yang sudah diinokulasi dan diinkubasi pada suhu 37⁰C
selama 24 jam.
 Tes perkiraan negatif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap perkiraan ketika tidak ditemukan gas atau
gelembung udara pada tabung durham dan atau disertai dengan kekeruhan pada
media lactosa broth yang sudah diinokulasi dan diinkubasi pada suhu 37⁰C
selama 24 jam.
 Tes penegasan positif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap penegasan ketika ditemukan gas atau
gelembung udara pada tabung durham dan atau kekeruhan pada media BGLB
yang sudah diinokulasi dan diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam.
 Tes penegasan negatif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap penegasan ketika tidak ditemukan gas atau
gelembung udara pada tabung durham dan atau kekeruhan pada media BGLB
yang sudah diinokulasi dan diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam.
 Tes pelengkap positif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap pelengkap ditemukannya adanya bakteri
Escherichia coli yang tumbuh pada media EMB setelah diinokulasi dan
diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam.
 Tes pelengkap negatif adalah suatu keadaan dimana pada pemeriksaan coliform
dengan metode MPN pada tahap pelengkap tidak ditemukannya adanya bakteri
Escherichia coli yang tumbuh pada media EMB setelah diinokulasi dan
diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam.
 Most Probable Number merupakan salah satu cara untuk memperkirakan
konsentrasi mikroorganisme dari sampel dengan cara meniru pertumbuhan kaldu
cair dalam pengenceran.
 Total Plate Count merupakan salah satu cara penghitungan jumlah
mikroorganisme dari sampel dengan cara menumbuhkan sel mikroorganisme
pada media agar, sehingga mikroba yang masih hidup akan berkembangbiak dan
membentuk koloni yang dapat langsung dihitung tanpa bantuan mikroskop
dengan syarat jumlah koloni pada cawan petri yang dipilih bekisar antara 30 –
300 koloni.
 Eschericia coli adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang atau basil
pendek yang memiliki panjang sekitar2µm, diameternya sekitar 0,7µm, lebar
0,4-0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif, serta dapat membentuk koloni yang
bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.
3.10 Analisis Data
Analisa data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif yang disajikan secara
tabulatif dan naratif, yakni penyajian data hasil penelitian dalam bentuk tabel dan
kalimat, kemudian diambil kesimpulan tentang jumlah bakteri coliform berdasarkan
tabel MPN serta jumlah koloni mikroorganisme dari pemeriksaan TPC yang didapat
dari sampel – sampel yang telah diuji dan berdasarkan uji identifikasi bakteri
menggunakan API test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Adapun hasil penelitian uji bakteriologi terhadap es batu dan teh siap saji
yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Waca Jakarta
dengan metode MPN dan TPC disajikan dalam bentuk tabel. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pembacaan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan.
Tabel 4.1 Data hasil Uji Perkiraan MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Perkiraan MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Sampel A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Es batu sampel 1 + + + + + + + - -
Es batu sampel 2 - + + + + + + + +
Es batu sampel 3 + + - + + + + + +
Es batu sampel 6 + + + + + + + + +
Dari tabel 4.1 dapat dilihat hasil tes perkiraan MPN Coliform pada es batu
yang berasal dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta yang menunjukkan
bahwa semua sampel positif mengandung bakteri yang diduga bakteri golongan
Coliform. Hal ini dilihat dari tiap sampel yang masih terdapat tabung – tabung dengan
hasil positif. Hasil yang positif dari uji perkiraan MPN Coliform ini perlu dilanjutkan ke
uji penegasan. Hal ini bertujuan untuk melihat nilai MPN Coliformnya. Adapun hasil uji
penegasan tersebut dapat dilihat pada tabel4.2.
Tabel 4.2 Data hasil Uji Penegasan MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Penegasan MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Volume
A A A B B B C C C 10 1 0,1 MPN/1
Sampel 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ml ml ml 00ml Keterangan
Tidak
37 memenuhi
⁰C + - + - - + + 2 1 1 20 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 1 ⁰C + - + - - + - 2 1 0 15 syarat
Tidak
Es batu 37 memenuhi
sampel 2 ⁰C + + + + + + + + 2 3 3 44 syarat
Tidak
44 memenuhi
⁰C + + + + + + + + 2 3 3 44 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + + + + + + + 2 3 3 44 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 3 ⁰C + + + + + + + + 2 3 3 44 syarat
Tidak
37 >=189 memenuhi
⁰C + + + + + + + + + 3 3 3 8 syarat
Tidak
Es batu 44 >=189 memenuhi
sampel 6 ⁰C + + + + + + + + + 3 3 3 8 syarat

Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil dari tahap penegasan bahwa jumlah tabung
dari tiap sampel yang menunjukkan hasil positif cukup beragam. Namun secara
keseluruhan, pada tahap penegasan ini, seluruh sampel memberikan hasil positif.
Seluruh sampel es batu, keempat sampel es batu tersebut memberikan hasil tabung
reaksi yang positif, baik yang diinkubasi pada suhu 37⁰C maupun 44⁰C. Tabung yang
dianggap positif sendiri merupakan tabung yang berubah menjadi keruh dan terbentuk
gas dalam tabung durham. Dari perkiraan jumlah coliform dengan metode MPN sendiri,
menunjukkan bahwa sampel – sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat
mikrobiologi suatu minuman berdasarkan Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990.8
Presentase kontaminasi Coliform pada sampel es batu pada uji MPN ini sebesar 100%.
Kemudian tiap sampel yang positif dilakukan uji pelengkap MPN dengan pemeriksaan IMVIC,
TSIA, gerak, dan pewarnaan gram. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel4.3.
Tabel 4.3 Data hasil Uji Pelengkap MPN Coliform dari 4 sampel es batu dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Pelengkap MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Ind Merah Voges Sitr TSI Ger Pewarnaan
Sampel ol Metil Proskauer at A ak Gram Tersangka
Batang gram Escherichia
Kontrol + + - - + + negatif coli
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 1 - - + + + - negatif pneumoniae
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 2 - - + + + - negatif pneumoniae
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 3 - - + + + - negatif pneumoniae
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 6 - - + + + - negatif pneumoniae
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, sampel yang
diperiksa menunjukkan hasil berupa bakteri tersangka Klebsiella pneumoniae. Dimana
dari tabel 4.3 seluruh sampel menunjukkan hasil berupa pemeriksaan indol, merah
metil, dan gerak negatif, serta pemeriksaan voges proskauer, sitrat, dan TSIA positif,
dan pada pewarnaan gram menunjukkan gambaran batang gram negatif.
Sampel es batu tersebut tidak hanya dilakukan uji MPN saja, melainkan
juga dilakukan uji TPC. Dimana pada TPC ini akan dilihat jumlah total koloni bakteri
pada tiap sampel. Adapun hasil dari TPC pada sampel es batu tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data hasil TPC dari 4 sampel es batu dari kantin Fakultas Kedokteran
UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Total Plate Count dari 4 Sampel Es Batu
〖10〗^(- 〖10〗^(- 〖10〗^(- Jumlah Koloni Rata -
Sampel 1) 3) 5) Rata Keterangan
Es batu 5 0 0 Tidak memenuhi
sampel 1 6 1 0 500 syarat
Es batu 243 5 0 Tidak memenuhi
sampel 2 282 8 0 6500 syarat
Es batu 531 139 1 Tidak memenuhi
sampel 3 603 184 4 161500 syarat
Es batu 531 154 32 Tidak memenuhi
sampel 6 572 183 34 168500 syarat
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hasil dari pemeriksaan total plate count dari sampel
es batu. Dari keempat sampel, jumlah koloni bakteri berbeda – beda. Berdasarkan SNI
01-3553 tahun 2016 dan SNI 7388 tahun 2009, batas cemaran bakteri untuk air sebagai
bahan es batu adalah 100 koloni/ml.12,14 Berdasarkan persyaratan tersebut, keempat
sampel es batu tersebut tidak memenuhi syarat pada pemeriksaan total plate count.
Pemeriksaan MPN dan TPC dari sampel es batu tersebut kemudian
dilakukan pengulangan kembali dengan metode yang sama namun pembelian sampel
dilakukan pada hari yang berbeda. Adapun hasil pengulangan uji perkiraan MPN dari
sampel es batu dapat dilihat dari tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data hasil Pengulangan Uji Perkiraan MPN Coliform dari 4 sampel es batu
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Perkiraan MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Sampel A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Es batu sampel 1 + + + - + + + + -
Es batu sampel 2 + + + + + + + - -
Es batu sampel 3 + + + + + + + + +
Es batu sampel 6 + + + + + + + + -
Dari hasil pengulangan uji perkiraan MPN Coliform dari keempat sampel es
batu masih ditemukan adanya dugaan cemaran bakteri Coliform (lihat tabel 4.5). Hal ini
ditandai dengan hasil positif dimana ditemukan adanya gas pada tabung durham dan
kekeruhan pada media LB yang telah ditanami sampel. Dari tabung – tabung
pemeriksaan yang positif tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan lagi yakni
uji penegasan. Adapun hasil pengulangan dari uji penegasan MPN pada sampel es batu
dapat dilihat dari tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data hasil Pengulangan Uji Penegasan MPN Coliform dari 4 sampel es batu
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Penegasan MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Volume
A A A B B B C C C 10 1 0,1 MPN/
Sampel 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ml ml ml 100ml Keterangan
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + - - + - - 2 1 0 15 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 1 ⁰C + - - - + - - 1 1 0 7 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + - + + + - + 2 2 1 26 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 2 ⁰C + - - + + + - 1 3 1 19 syarat
Tidak
37 >=189 memenuhi
⁰C + + + + + + + + + 3 3 3 9 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 3 ⁰C + + - + + + + + + 2 3 3 44 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + + + + + + + 3 3 2 438 syarat
Tidak
Es batu 44 memenuhi
sampel 6 ⁰C + + + - + + + + 3 2 2 116 syarat
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil pengulangan penegasan MPN
didapatkan bahwa masih terdapat tabung yang memberikan hasil positif yang
diinkubasi pada suhu 37⁰C maupun 44⁰C. Adapun tabung reaksi yang positif pada tahap
penegasan dapat dilihat dari adanya gelembung gas pada tabung durham dan terjadi
kekeruhan. Dari perkiraan jumlah Coliform dengan metode MPN sendiri, menunjukkan
bahwa sampel –sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat. Presentase kontaminasi
Coliform dari sampel pengulangan es batu pada uji MPN sebesar 100%. Kemudian dari
tiap sampel yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan BGLB dipilih 1 tabung
reaksi yang positif untuk dilakukan uji pelengkap MPN. Adapun hasil pengulangan uji
pelengkap MPN pada es batu dapat dilihat dari tabel 4.7
Tabel 4.7 Data hasil Pengulangan Uji Pelengkap MPN Coliform dari 4 sampel es batu
dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Uji Pelengkap MPN Coliform dari 4 Sampel Es Batu
Ind Merah Voges Sitr TSI Ger Pewarnaan
Sampel ol Metil Proskauer at A ak Gram Tersangka
Batang gram Escherichia
Kontrol + + - - + + negatif coli
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 1 - - + + + - negatif pneumoniae
Es batu Batang gram Escherichia
sampel 2 + + - - + + negatif coli
Es batu Batang gram Escherichia
sampel 3 + + - - + + negatif coli
Es batu Batang gram Klebsiella
sampel 6 - - + + + - negatif pneumoniae
Dari tabel 4.7 dapat dilihat hasil uji pelengkap MPN yang meliputi
pemeriksaan indol, merah metil, voges proskauer, sitrat, TSIA, gerak, dan pewarnaan
gram. Dari hasil pengulangan uji pelengkap pada sampel es batu, didapatkan 2 dari 4
sampel yang menunjukkan bakteri tersangka Escherichia coli. Sedangkan 2 sampel
lainnya menunjukan bakteri tersangka Klebsiella pneumoniae.
Kemudian selain uji MPN, sampel es batu juga dilakukan pengulangan pada
uji total plate count. Adapun hasil uji pengulangan total plate count pada sampel es batu
dapat dilihat dari tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data hasil Pengulangan TPC dari 4 sampel es batu dari kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Total Plate Count dari 4 Sampel Es Batu
〖10〗^(- 〖10〗^(- 〖10〗^(- Jumlah Koloni Rata -
Sampel 1) 3) 5) Rata Keterangan
Es batu 5 2 0 Tidak memenuhi
sampel 1 7 2 0 2000 syarat
Es batu 31 0 0 Tidak memenuhi
sampel 2 65 2 0 480 syarat
Es batu 262 23 0 Tidak memenuhi
sampel 3 287 29 0 2745 syarat
Es batu 82 18 16 Tidak memenuhi
sampel 6 240 70 12 1610 syarat
Dari tabel 4.8 dapat dilihat hasil pengulangan dari pemeriksaan total plate
count pada sampel es batu. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah koloni rata –
rata/ml lebih dari batas maksimum cemaran (100koloni/ml). Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa berdasarkan hasil tes uji total plate count, keempat sampel
pengulangan es batu tersebut tidak layak konsumsi atau tidak memenuhi syarat.
Kemudian setelah pemeriksaan MPN Coliform dan TPC dengan sampel es
batu, pada penelitian ini juga melakukan pemeriksaan MPN Coliform dan TPC dengan
sampel teh yang dijual di kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta. Pemeriksaan
MPN Coliform pada sampel teh ini diawali dengan uji perkiraan atau penduga. Adapun
hasilnya pada uji perkiraan MPN dengan sampel teh tawar dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Data hasil Uji Perkiraan MPN Coliform dari 5 sampel teh dari kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Perkiraan MPN Coliform dari 5 Sampel Teh
Sampel A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Teh 1 + + - + - - - - -
Teh 2 + + - - - - - - -
Teh 3 + + + + + + + + +
Teh 4 + + - + - - - - -
Teh 6 + + + + + + + - -
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pada uji penduga MPN terhadap sampel
teh, diduga terdapat cemaran bakteri Coliform yang tumbuh. Hal ini dilihat dari tiap
sampel yang masih terdapat tabung – tabung dengan hasil positif (menunjukan adanya
kekeruhan dan gelembung gas pada tabung durham). Dari tabung - tabung reaksi pada
tes perkiraan MPN kemudian dilanjutkan pada tes penegasan MPN. Adapun hasil dari
uji penegasan MPN pada sampel teh dapat dilihat dari tabel 4.10.
Tabel 4.10 Data hasil Uji Penegasan MPN Coliform dari 4 sampel teh dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Penegasan MPN Coliform dari 4 Sampel Teh
Volume
A A A B B B C C C 10 1 0,1 MPN/1
Sampel 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ml ml ml 00ml Keterangan
Te 37 + + + 2 1 0 15 Tidak
h1 ⁰C memenuhi
syarat
Tidak
44 memenuhi
⁰C + + + 2 1 0 15 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + + + + + + + + 3 3 3 >=1898 syarat
Tidak
Te 44 memenuhi
h3 ⁰C + + + + + + + + + 3 3 3 >=1898 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C - + + 1 1 0 7 syarat
Tidak
Te 44 memenuhi
h4 ⁰C - + - 1 0 0 4 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + - - + + + 2 2 1 26 syarat
Tidak
Te 44 memenuhi
h6 ⁰C + + - - + - - 2 1 0 15 syarat
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat sampel teh yang menunjukan
hasil positif pada uji penegasan MPN namun terdapat juga sampel teh yang menunjukan
hasil negatif. Dari tabel 4.10 dapat terlihat bahwa terdapat 4 sampel yang tidak
memenuhi syarat. Dimana pada sampel 1, 3,4, dan 6 menunjukan hasil positif pada
beberapa tabung reaksi, baik yang diinkubasi pada suhu 37⁰C maupun 44⁰C. Sedangkan
pada sampel 2 menunjukan hasil negatif pada seluruh tabung reaksi, baik yang diinkubasi pada
suhu 37⁰C maupun 44⁰C. Presentase kontaminasi coliform pada sampel teh pada uji MPN ini
sebesar 80%. Kemudian dari sampel – sampel yang memiliki tabung reaksi positif kemudian
dilakukan uji pelengkap MPN yang diambil dari salah satu tabung reaksi yang menunjukan hasil
positif. Adapun hasil dari uji pelengkap MPN dari sampel teh dapat dilihat dari tabel 4.11.
Tabel 4.11 Data hasil Uji Pelengkap MPN Coliform dari 5 sampel teh dari kantin
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Tes Pelengkap dari 4 Sampel Teh
Samp Ind Merah Voges Sitr TSI Ger Pewarnaan
el ol Metil Proskauer at A ak Gram Tersangka
Kont Batang gram
rol + + - - + + negatif E.coli
Teh Batang gram Klebsiella
1 - - + + + - negatif pneumoniae
Teh Batang gram Klebsiella
3 - - + + + - negatif pneumoniae
Teh - - + + + - Batang gram Klebsiella
4 negatif pneumoniae
Teh Batang gram Klebsiella
6 - - + + + - negatif pneumoniae
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil uji pelengkap MPN yang meliputi
pemeriksaan indol, merah metil, voges proskauer, sitrat, TSIA, gerak, dan pewarnaan
gram. Adapun untuk hasil tes pelengkap MPN dari keempat sampel teh yang positif
pada uji penegasan MPN menunjukan bakteri tersangka Klebsiella pneumoniae.
Sampel teh selain dilakukan pemeriksaan MPN juga dilakukan pemeriksaan
total plate count. Adapun hasil dari TPC pada sampel teh tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12 Data hasil TPC dari 5 sampel teh dari kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jakarta
Data Hasil Tes Total Plate Count dari 5 Sampel Teh
Sampe 〖10〗^(- 〖10〗^(- 〖10〗^(- Jumlah Koloni Rata -
l 1) 3) 5) Rata Keterangan
78 1 0 Tidak memenuhi
Teh 1 107 1 0 925 syarat
12 0 0
Teh 2 8 0 0 100 Memenuhi syarat
561 83 1 Tidak memenuhi
Teh 3 644 96 4 89500 syarat
9 0 0 Tidak memenuhi
Teh 4 9 1 0 500 syarat
15 0 0 Tidak memenuhi
Teh 6 16 1 0 500 syarat
Dari tabel 4.12 dapat dilihat hasil dari pemeriksaan total plate count pada
sampel teh. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 5 sampel teh, hanya terdapat 1
sampel yang nilainya memenuhi syarat batasan cemaran mikroba pada sampel teh.
Dimana berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (PKBPOM)
No.16 tahun 2015 dan SNI 7388 tahun 2009, batas maksimum pencemarannya adalah dengan
nilai ALT 100 koloni/ml.13,14 Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa 4 dari 5 sampel teh (80%)
memiliki jumlah koloni rata – rata lebih dari batas maksimum cemaran bakteri yang artinya
tidak layak berdasarkan hasil pemeriksaan total plate count.
Sama halnya dengan pemeriksaan es batu yang dilakukan pengulangan,
pada pemeriksaan MPN Coliform dan TPC pada sampel teh juga dilakukan
pengulangan. Pengulangan MPN Coliform dimulai dengan uji perkiraan atau penduga.
Adapun hasil dari uji perkiraan MPN pada sampel teh pengulangan dapat dilihat dari
tabel 4.13.
Tabel 4.13 Data hasil Pengulangan Uji Perkiraan MPN Coliform dari 5 sampel teh dari
kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Perkiraan MPN Coliform dari 5 Sampel Teh
Sampel A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Teh 1 + - - - - - - - -
Teh 2 - - - - - - - - -
Teh 3 + + + + + - + + +
Teh 4 + + - - + + - - -
Teh 6 - - - - - - - + +
Dari hasil tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada hasil pengulangan tes
perkiraan MPN pada sampel teh terdapat 1 sampel (sampel2) yang tidak memberikan
hasil tabung positif sama sekali. Oleh karena itu, sampel tersebut tidak dilanjutkan ke
uji penegasan MPN. Sedangkan empat sampel teh lainnya masih terdapat tabung –
tabung reaksi yang menunjukan hasil positif (ada kekeruhan dan adanya gelembung gas
pada tabugn durham). Karena masih terdapat tabung – tabung reaksi yang memberikan
hasil positif pada tes perkiraan MPN, maka tabung – tabung yang positif tersebut akan
dilanjutkan ke uji penegasan MPN. Adapun hasil tes penegasan MPN dari sampel teh
pengulangan dapat dilihat dari tabel 4.14.
Tabel 4.14 Data hasil Pengulangan Uji Penegasan MPN Coliform dari 5 sampel teh dari
kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Penegasan MPN Coliform dari 5 Sampel Teh
Volume
A A A B B B C C C 10 1 0,1 MPN/1
Sampel 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ml ml ml 00ml Keterangan
Tidak
37 memenuhi
⁰C + 1 0 0 4 syarat
Tidak
Te 44 memenuhi
h1 ⁰C + 1 0 0 4 syarat
37 Memenuhi
⁰C 0 0 0 0 syarat
Te 44 Memenuhi
h2 ⁰C 0 0 0 0 syarat
Tidak
37 memenuhi
⁰C + + + + + + + + 3 2 3 139 syarat
Te 44 Tidak
h3 ⁰C + + + + - + + - 3 1 2 72 memenuhi
syarat
37 Memenuhi
⁰C - - - - 1 0 0 0 syarat
Te 44 Memenuhi
h4 ⁰C - - - - 1 0 0 0 syarat
37 Memenuhi
⁰C - - 0 0 0 0 syarat
Te 44 Memenuhi
h6 ⁰C - - 0 0 0 0 syarat
Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa dari 5 sampel, hanya 4 sampel yang
dilakukan uji penegasan dan 1 sampel yang tidak dilakukan uji penegasan. Sampel 2
tidak dilakukan uji penegasan dikarenakan pada uji perkiraan MPN, tidak terdapat
tabung reaksi yang positif. Kemudian dari keempat sampel yang dilakukan uji
penegasan MPN, terdapat 2 sampel yakni sampel 1 dan 3 menunjukan hasil positif pada
tabung reaksi yang diinkubasi pada suhu 37⁰C dan 44 ⁰C. Sedangkan 2 sampel lainnya
yakni sampel 4 dan sampel 6 tidak terdapat tabung reaksi yang positif pada uji
penegasan MPN baik pada tabung reaksi yang diinkubasi pada suhu 37⁰C maupun 44
⁰C. Presentase kontaminasi coliform pada sampel teh pengulangan pada uji MPN ini sebesar
40%. Kemudian dari 2 sampel yakni sampel 1 dan 3 yang menunjukan hasil positif pada
uji penegasan, dilakukan uji pelengkap MPN. Adapun hasil dari uji pelengkap MPN dari
sampel teh pengulangan dapat dilihat dari tabel 4.15.
Tabel 4.15 Data hasil Pengulangan Uji Pelengkap MPN Coliform dari 5 sampel teh dari
kantin Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Pelengkap dari 2 Sampel Teh
Samp Ind Merah Voges Sitr TSI Ger Pewarnaan
el ol Metil Proskauer at A ak Gram Tersangka
Kont Batang gram
rol + + - - + + negatif Escherichia coli
Batang gram Klebsiella
Teh 1 - - + + + - negatif pneumoniae
Batang gram Klebsiella
Teh 3 - - + + + - negatif pneumoniae
Dari tabel 4.15 dapat dilihat mengenai hasil pengulangan tes pelengkap dari
sampel teh yang menunjukan hasil positif pada uji penegasan MPN. Adapun tes
pelengkap yang dilakukan meliputi tes indol, merah metil, voges proskauer, sitrat,
TSIA, gerak, dan pewarnaan gram. Dari tabel 4.15, terdapat dua sampel teh yang
memberikan hasil tes indol, merah metil, dan gerak negatif, sedangkan tes voges
proskauer, sitrat, dan TSIA yang positif, dan hasil pewarnaan gram berbentuk batang
gram negatif (tersangka bakteri Klebsiella pneumoniae).
Kemudian selain uji MPN, sampel teh juga dilakukan pengulangan pada uji
total plate count. Dimana pada TPC ini akan dilihat jumlah total koloni bakteri pada
tiap sampel. Adapun hasil uji pengulangan total plate count pada sampel es batu dapat
dilihat dari tabel 4.16.
Tabel 4.16 Data hasil Pengulangan TPC dari 5 sampel teh dari kantin Fakultas
Kedokteran UKRIDA Jakarta
Data Hasil Pengulangan Tes Total Plate Count dari 5 Sampel Teh
Sampe 〖10〗^(- 〖10〗^(- 〖10〗^(- Jumlah Koloni Rata -
l 1) 3) 5) Rata Keterangan
5 1 0 Tidak memenuhi
Teh 1 3 0 0 500 syarat
2 0 0
Teh 2 1 0 0 15 Memenuhi syarat
125 0 0 Tidak memenuhi
Teh 3 169 6 0 1470 syarat
11 0 0
Teh 4 1 0 0 60 Memenuhi syarat
5 0 0
Teh 6 7 0 0 60 Memenuhi syarat
Dari tabel 4.16 dapat dilihat hasil pengulangan dari pemeriksaan total plate
count pada sampel teh. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 2 sampel (40%)
yang memiliki jumlah koloni rata – rata/ml lebih dari batas maksimum cemaran
(100koloni/ml) yakni sampel 1 dan 3. Sedangkan 3 sampel (60%) lainnya yakni sampel
2,4,6 memiliki jumlah koloni rata –rata dibawah batas maksimum cemaran mikroba.
Dengan kata lain, ketiga sampel tersebut dapat memenuhi syarat berdasarkan
pemeriksaan total plate count.
Selain dilakukan penelitian terhadap sampel es batu, pada penelitian ini juga
melihat sumber es batu yang digunakan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara kepada penjual di kantin FK UKRIDA mengenai sumber es batu yang
digunakan. Dari wawancara tersebut, didapatkan bahwa sampel es batu pertama,
keenam menggunakan es batu kristal yang dibeli dari perusahaan es batu. Sedangkan
sampel kedua dan ketiga menggunakan es batu yang dibuat sendiri. Sedangkan air yang
digunakan untuk membuat teh sendiri berbeda – beda. Dimana sampel 1 menggunakan
air yang dimasak sendiri, sampel 2 menggunakan air yang disaring, sedangkan sampel
3, 4, dan 6 menggunakan air isi ulang.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Nilai Hasil MPN Coliform dan TPC pada Es Batu
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri Coliform
dan E. coli pada sampel es teh dengan menguji es batu dan teh secara terpisah. Hasil
yang didapat dari pemeriksaan pada es batu pada pemeriksaan MPN Coliform,
menunjukan bahwa semua sampel positif mengandung bakteri Coliform. Hal tersebut
menunjukan bahwa adanya kontaminasi atau cemaran bakteri Coliform pada sampel es
batu.
Hasil pemeriksaan pada tes perkiraan atau penduga pada sampel es batu
serta pengulangannya (tabel 4.1, tabel 4.5) menunjukan hasil positif, dimana terjadinya
kekeruhan pada media lactose broth serta terbentuk gas pada tabung durham. Hal ini
menunjukan adanya fermentasi laktosa pada media LB dengan suhu inkubasi tersebut. 32
Adanya kekeruhan pada uji penduga positif terjadi karena kandungan laktosa dalam
medium di fermentasi menjadi alkohol dan membentuk asam karboksilat yang
kemudian asam karboksilat yang menyebabkan keruh dan dari fermentasi tersebut juga
mengasilkan karbon dioksida sehingga terdapat gelembung pada tabung durham.32,33
Dimana hal tersebut mengindikasikan adanya dugaan cemaran bakteri Coliform pada uji
tersebut.21 Sedangkan tabung durham yang berisi gelembung gas berfungsi untuk
menunjukan adanya hasil fermentasi laktosa yang menghasilkan asam gas.34
Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, syarat mikrobiologi
air minum salah satunya adalah tidak adanya cemaran bakteri Coliform maupun E. coli.
Sedangkan pada tahap penegasan MPN Coliform pada sampel es batu pengambilan pertama
maupun pengulangan (lihat tabel 4.2 dan tabel 4.6) baik pada suhu 37⁰C dan 44 ⁰C, terdapat
hasil positif. Dimana pada tabung reaksi yang berisi media BGLB dan tabung durham
terbalik, terjadi kekeruhan pada media BGLB dan ditemukan adanya gelembung pada
tabung durham yang terbalik. Hal tersebut menunjukan adanya hasil fermentasi laktosa
karena adanya bakteri peragi laktosa. Adanya kandungan Brilliant Green dalam media
BGLB bertujuan untuk menghambat perkembangan mikroba gram negatif selain
Coliform, serta kandungan garam empedu dapatmenghambat bakteri gram positif.12,35
Uji penegasan dilakukan untuk meyakinkan keberadaan uji Coliform karena pada uji
perkiraan hasil yang positif tidak selalu disebabkan oleh adanya bakteri Coliform.12
Oleh karena itu, penentuan perkiraan jumlah cemaran Coliform diambil dari hasil tes
penegasan MPN yang menggunakan media BGLB. Jumlah susunan seri tabung yang
positif kemudian dibandingan dengan tabel MPN menurut Thomas.36 Sehingga nantinya
akan didapatkan jumlah perkiraan cemaran bakteri Coliform pada sampel tersebut.
Jumlah perkiraan cemaran bakteri Coliform pada sampel es batu pengambilan pertama
dan pengulangan melebihi batas cemaran Coliform yang dianjurkan menurut Permenkes
RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa es batu tersebut
tidak layak secara mikrobiologis berdasarkan pemeriksaan MPN Coliform.
Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan penegasan MPN Coliform, sampel –
sampel yang positif akan dilanjutkan pemeriksaan pelengkap MPN Coliform untuk melihat
perkiraan bakteri yang mengkontaminasi. Uji pelengkap MPN Coliform yang dilakukan
meliputi pewarnaan gram, dan uji biokimia yakni tes indol, merah metil, voges – proskauer,
sitrat, TSIA, gerak. Pada pemeriksaan indol yang positif menunjukan adanya cincin
berwarna merah, sedangkan pada hasil negatif menujukan tidak terbentuknya cincin
warna merah. Kemudian pada pemeriksaan merah metil dan voges proskauer yang
positif menujukkan adanya perubahan warna menjadi merah, sedangkan hasil negatif
tidak menunjukan perubahan warna menjadi merah. Kemudian pada pemeriksaan sitrat
yang positif menunjukan adanya perubahan warna menjadi biru, sedangkan hasil negatif
menunjukan tidak adanya perubahan warna (tetap hijau).
Dari hasil pemeriksaan pelengkap es batu pada pengambilan pertama (tabel 4.3)
didapatkan bahwa sampel es batu tersebut mengalami cemaraan dari bakteri tersangka
Klebsiella pneumoniae. Dimana hal ini dilihat dari hasil uji pelengkap MPN Coliform pada
sampel es batu pengambilan pertama yang menunjukan pemeriksaan indol, merah metil, dan
gerak negatif, serta pemeriksaan voges proskauer, sitrat, dan TSIA positif, dan pada
pewarnaan gram menunjukkan gambaran batang gram negatif.19 Sedangkan pada uji
pelengkap sampel es batu pengulangan menunjukan adanya dua sampel yang tercemar
bakteri tersangka Klebsiella pneumoniae yakni pada sampel 1 dan 6, dan dua sampel
yang tercemar bakteri tersangka Escherichia coli yakni pada sampel 2 dan sampel 3.
Dimana pada sampel 2 dan 3 menunjukan hasil pemeriksaan indol, merah metil, TSIA
dan gerak positif, serta pemeriksaan voges proskauer, sitrat negatif, dan pada pewarnaan
gram menunjukkan gambaran batang gram negatif menunjukan tersangka bakteri E.
coli.19,28,37
Kemudian sampel es batu pada pengambilan pertama dan pengulangan juga
dilakukan pemeriksaan TPC. Dari hasil pemeriksaan TPC, sampel es batu tersebut
membentuk jumlah koloni > 100 koloni/ml (lihat tabel 4.4 dan tabel 4.8). Padahal
berdasarkan SNI 01-3553 tahun 2016 dan SNI 7388 tahun 2009, batas cemaran bakteri
untuk air sebagai bahan es batu adalah 100 koloni/ml.12,14 Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan TPC, sampel es batu pada pengambilan
pertama dan pengulangan tidak memenuhi syarat atau tidak layak konsumsi.
Pada dasarnya dari hasil adanya cemaraan bakteri Coliform sudah
menunjukan bahwa sampel tersebut tidak memenuhi syarat atau tidak layak berdasarkan
ketentuan. Adanya bakteri tersangka E. coli pada uji pelengkap ini lebih menguatkan
bahwa pada sampel tersebut ada cemaran dari bakteri coli fecal. Sedangkan hasil uji
pelengkap MPN yang menunjukan cemaran bakteri tersangka Klebsiella pneumoniae
menunjukan bahwa adanya cemaran bakteri coli non fecal. Namun adanya bakteri
Klebsiella pneumoniae ini juga menunjukan bahwa es batu tersebut tidak layak
konsums, karena bakteri Klebsiella pneumoniae merupakan golongan bakteri Coliform
yang seharusnya tidak boleh ditemukan adanya bakteri Coliform dalam es batu yang
akan dikonsumsi. Seperti halnya dengan interpretasi pada uji MPN Coliform pada
sampel es batu, hasil interpretasi uji TPC pada sampel es batu tersebut juga memberikan
interpretasi tidak memenuhi syarat atau tidak layak konsumsi.
4.2.2 Nilai Hasil MPN Coliform dan TPC pada Teh
Pemeriksaan es batu dilakukan terpisah dengan pemeriksaan teh. Seperti
halnya dengan pemeriksaan es batu, sampel teh tawar juga dilakukan uji MPN Coliform
dan TPC. Dimana pada pemeriksaan MPN Coliform bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya cemaran bakteri Coliform, melihat perkiraan cemaran bakteri Coliform, dan
melihat ada tidaknya cemaran Escherichia coli. Sedangkan pada pemeriksaan TPC
bertujuan untuk melihat jumlah CFU/ml.
Pada pemeriksaan MPN Coliform, dimulai dengan uji perkiraan atau
penegasan. Dimana dalam hal ini, sampel akan diinkubasi pada media lactose broth
pada suhu 37⁰C. Hasil pemeriksaan pada tes perkiraan atau penduga pada sampel teh
pengambilan pertama (tabel 4.9) menunjukan hasil positif, dimana terjadi kekeruhan
pada media lactose broth serta terbentuk gas pada tabung durham. Sedangkan dari
sampel teh pengulangan, didapatkan adanya gelembung pada keempat sampel (sampel
1,3,4,6), namun terdapat satu sampel (sampel2) yang tidak menunjukan adanya
kekeruhan pada media lactose broth ataupun terbentuk gas pada tabung durham. Oleh
karena itu, sampel yang negatif (tidak mengalami kekeruhan dan gelembung gas) tidak
dilanjutkan ke tahap selanjutnya (uji penguat). Adanya kekeruhan dan gelembung gas
pada sampel yang diduga tercemar Coliform terjadi karena adanya fermentasi laktosa
dari bakteri Coliform.21,33,34 Dari uji perkiraan ini, diduga terjadi cemaran bakteri
Coliform pada seluruh sampel teh pengambilan pertama. Sedangkan pada sampel
pengulangan, terdapat dugaan cemaran pada 4 sampel (sampel 1,3,4,dan 6). Dalam hal
ini dapat terjadi perbedaan pada sampel 2 antara pengambilan pertama dan kedua. Hal
ini dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti kontaminasi selama proses
penyajian teh, tangan penyaji yang tidak hygenis, ataupun tempat atau wadah penyajian
pada pengambilan pertama yang kurang bersih.
Dari tabung – tabung reaksi yang menunjukan hasil positif pada media
lactose broth (uji perkiraan atau penduga) kemudian dilanjutkan dengan uji penegasan
MPN Coliform dengan dibuat duplo (inkubasi suhu 37⁰C dan 44⁰C). Dari hasil uji
penegasan pada sampel teh pengambilan pertama (tabel 4.10) didapatkan 4 sampel
(sampel 1,3,4,6) yang terdapat tabung positif dan 1 sampel (sampel 2) yang tidak
memberikan hasil positif pada seluruh tabung reaksi, baik yang inkubasi pada suhu
37⁰C dan 44⁰C. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sampel 2 tidak terdapat cemaran
bakteri Coliform. Karena sampel 2 tidak terdapat tabung yang positif, maka sampel 2
tidak dilanjutkan uji pelengkap. Adanya pertumbuhan pada uji perkiraan tetapi tidak
memberikan hasil positif pada uji penegasan diduga cemaran bukan disebabkan karena
bakteri Coliform. Kemudian dari uji penegasan pada sampel teh pengulangan (tabel
4.14) dapat dilihat bahwa terdapat 2 sampel (sampel 1 dan 3) memberikan beberapa
tabung positif (tercemar bakteri Coliform) dan terdapat 2 sampel (sampel 4 dan 6) yang
tidak menunjukan tabung positif (tidak tercemar bakteri Coliform), baik yang dinkubasi
pada suhu 37⁰C maupun 44⁰C. Adanya perbedaan interpretasi pada sampel teh
pengambilan pertama dan pengulangan pada sampel 4 dan sampel 6 dapat disebabkan
karena berbagai faktor seperti tangan penyaji yang tidak bersih ketika menyajikan
sampel pada pengambilan sampel pertama, ataupun wadah pada sampel penyajian
pertama yang tidak bersih.
Sampel teh pengambilan pertama dan pengulangan yang terdapat tabung
positif pada uji penegasan MPN Coliform kemudian diambil 1 tabung dari masing
masing – masing sampel untuk dilakukan uji pelengkap. Pada uji pelengkap MPN
Coliform dilakukan test indol, merah metil, voges proskauer, sitrat, TSIA, gerak, dan
pewarnaan gram. Adapun hasi uji pelengkap pada sampel pengambilan pertama dan
pengulangan (tabel 4.11 dan tabel 4.15) dapat dilihat bahwa perkiraan atau tersangka
bakteri Coliform yang mengkontaminasi adalah bakteri Klebsiella Pneumoniae. Hal ini
disebabkan karena pada uji pelengkap memberikan hasil pemeriksaan indol, merah
metil, dan gerak negatif, serta pemeriksaan voges proskauer, sitrat, dan TSIA positif,
dan pada pewarnaan gram menunjukkan gambaran batang gram negatif yang
menunjukan tersangka bakteri Klebsiella pneumoniae.19
Selain dilakukan pemeriksaan MPN Coliform, sampel teh juga dilakukan
pemeriksaan TPC. Dari hasil TPC sampel teh pengambilan pertama (tabel 4.12) dapat
dilihat bahwa dari 5 sampel teh, hanya terdapat 1 sampel (sampel 2) yang memenuhi
syarat atau batas cemaran bakteri maksimal berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (PKBPOM) No.16 tahun 2015 dan SNI 7388 tahun 2009.
Dimana batas maksimum cemaran bakteri menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (PKBPOM) No.16 tahun 2015 dan SNI 7388 tahun 2009 adalah 100
koloni/ml.13,14 Sedangkan 4 sampel lainnya ( sampel 1,3,4, dan 6) menunjukan jumlah koloni
rata – rata lebih dari 100 koloni/ml. Sehingga dapat dikatakan bahwa keempat sampel tersebut
(sampel 1,3,4,6) tidak memenuhi syarat atau tidak layak konsumsi. Kemudian dari hasil
pengulangan TPC pada sampel teh (tabel 4.16) didapatkan 3 sampel (sampel 2,4,6) yang
menunjukan jumlah koloni kurang dari 100 koloni/ml atau dapat dikatakan memenuhi syarat.
Sedangkan 2 sampel (sampel 1 dan 3) menunjukan jumlah koloni lebih dari 100 koloni/ml atau
dapat dikatakan tidak memenuhi syarat atau tidak layak konsumsi. Adanya perbedaan
interpretasi pada sampel 4 dan 6 dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti tangan penyaji
yang kurang bersih ketika menyajikan sampel teh pengambilan pertama, ataupun dari wadah
tempat sampel teh pengambilan pertama yang tidak bersih.
Dari uji MPN Coliform dan TPC pada sampel teh pengambilan pertama dan
pengulangan terjadi perubahan interpretasi pada beberapa sampel. Dimana pada sampel teh
pengambilan pertama hanya sampel 2 yang memenuhi syarat baik dari uji MPN Coliform dan
TPC, sedangkan sampel lainnya tidak memenuhi syarat baik dari uji MPN Coliform dan TPC.
Namun ketika dilakukan uji terhadap sampel yang dilakukan pengambilan ulang, terdapat 3
sampel (sampel 2,4,6) yang memenuhi syarat baik dari uji MPN Coliform maupun TPC,
sedangkan 2 sampel lainnya (sampel 1 dan 3) masih tetap tidak memenuhi syarat berdasarkan
uji MPN Coliform dan TPC. Dimana hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor cemaran seperti
tangan penyaji yang kurang bersih ketika menyajikan teh, wadah tempat sampel yang tidak
bersih. Dengan kata lain, tingkat hygenitas penyaji belom dikelola dengan cukup baik, sehingga
terkadang masih dapat menyebabkan teh yang disajikan mengalami kontaminasi dari mikroba.
4.2.3 Cemaran bakteri pada Sampel Es Batu & Teh
Dari hasil wawancara sendiri didapatkan data bahwa es batu yang
digunakan oleh penjual di kantin FK UKRIDA berasal dari perusahaan es batu dan ada
juga yang membuat sendiri. Cemaran dari es batu baik yang dibeli maupun dibuat
sendiri dapat berbagai macam sumber. Sumber cemaran bakteri dari sampel es batu
yang dibuat sendiri dapat berasal dari sumber air yang digunakan yang tidak bersih,
proses pembuatan yang tidak higenis, tempat penyimpanan yang tidak bersih, proses
penyajian yang kurang higenis.1,2,6,7,38 Umumnya, sumber cemaran bakteri dari sampel
es batu yang dibeli hampir sama dengan sumber cemaran bakteri dari sampel es batu
yang dibuat sendiri. Namun sumber cemaran bakteri dari sampel es batu yang dibeli
dapat berasal dari proses pendistribusian misalnya menggunakan truk terbuka atau
tertutup, dikemas atau tidak.6,39,40
Sumber air yang tidak bersih dapat menyebabkan E. coli yang terkandung
dalam air tidak mati dalam proses pembekuan sehingga saat es tersebut mencair dapat
memungkinkan E. coli untuk aktif kembali.41 Sumber air yang digunakan dalam
pembuatan es batu umumnya berasal dari air tanah yang diproses (disaring dan diberi
zat kimia untuk pembersihan) dan air galon isi ulang. Sumber air tanah yang diproses
maupun air galon isi ulang biasanya memiliki masalah yang sama pada proses water
treatment yang kurang memadai serta perawatan alat menjadi masalah utama cemaran
bakteri.7 Selain itu, air galon isi ulang dapat terjadi pencemaran dari galon yang tidak
higienis.12 Sedangkan air tanah yang diproses dapat tercemar karena berada di daerah
yang tidak memenuhi standar misalnya dekat dengan septic tank atau limbah.
Dalam proses pembuatan es batu, tidak jarang es batu yang dibuat
mengalami cemaran. Masalah utama terjadinya cemaran adalah karena adanya masalah
kebersihan dari alat yang digunakan. Selain itu pada proses pembuatan es secara
tradisional, dimana masih menggunakan kulkas, kebersihan orang yang membuat es
juga menjadi potensi masuknya cemaran.7
Distribusi es batu dari pabrik ke warung makan yang tidak benar dan bersih
juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada es batu. Es batu yang tidak
ditutup dengan baik, dapat menyebabkan timbulnya kontak antara es batu dengan hal –
hal lain yang menyebabkan pencemaran bakteri, misalnya seperti udara selama
pendistribusian.6,7
Pada tahap penyimpanan juga dapat mengalami pencemaran. Proses
pencemaran pada tahap penyimpanan es batu dapat terjadi karena penyimpanan yang
tidak bersih atau higenis, misalnya diletakan pada lingkungan yang terbuka atau tempat
yang tidak bersih lainnya. Selain itu, wadah yang tidak hygenis juga dapat menjadi
sumber cemaraan pada es batu.
Proses penyajian yang tidak higenis paling sering disebabkan karena
peralatan saji tidak higenis. Selain itu dapat bersumber dari tangan penyaji yang tidak
higenis. Dimana hal ini dapat terjadi karena tidak cuci tangan sebelum mengambil atau
menyajikan es batu ataupun minuman lainnya, mencuci tangan bukan dengan air
mengalir melainkan dari air dalam ember cucian piring, cuci tangan tidak benar, cuci
tangan tidak menggunakan sabun, ataupun dapat berasal dari alat untuk menyajikan
(memecah es batu) dan wadah penyajian yang tidak hygenis.6,42 Oleh karena itu,
pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh penyaji.
Cemaran pada teh sendiri dapat berasal dari berbagai faktor. Sama hal ya dengan
cemaran pada es batu, cemaran pada minuman yang dibuat dapat terjadi pada proses pembuatan,
penyimpanan, maupun penyajian minuman. Kebersihan rumah makan atau lingkungan juga
dapat mempengaruhi adanya cemaran bakteri. Kemudian sumber air yang digunakan juga
mengambil peranan dengan tingkat angka cemaran bakteri pada minuman.32
Pada penelitian ini, sumber air yang digunakan berasal dari air masak sendiri
(20%), air isi ulang (60%), dan air filter/ penyaringan (20%). Sampel teh dengan sumber air
yang bersumber dari air masak sendiri menunjukan adanya cemaran bakteri baik pada
pengambilan pertama maupun pengulangan. Padahal seharusnya, proses memasak air selama 2-
3 menit dengan suhu 100⁰C dapat membunuh seluruh bakteri kecuali spora.43 Namun
pada sampel 1 (menggunakan air masak) masih terdapat cemaran mikroba. Hal ini dapat
saja terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal seperti sumber air yang tidak bersih
ditambah dengan proses memasaknya yang tidak benar. Hal tersebut dapat
menyebabkan mikroba dalam sumber air tidak mati, sehingga ketika dilakukan
pemeriksaan uji bakteriologi dapat ditemukan adanya cemaran bakteri tersebut.
Kemudian sampel teh dengan sumber air yang bersumber dari air isi ulang tidak lepas dari
cemaran bakteri, dimana 3 dari 3 sampel bersumber air isi ulang mengalami kontaminasi,
walaupun pada pengulangan hanya 1 dari 3 sampel yang mengalami kontaminasi. Hal ini dapat
saja terjadi karena pada beberapa penelitian didapatkan bahwa air isi ulang terkadang masih
dapat ditemukan cemaran bakteri Coliform maupun E. coli.12 Hal ini dapat terjadi bukan hanya
dari air baku yang digunakan, tetapi juga dapat disebabkan karena kurang memadainya proses
filtrasi, proses sterilisasi yang menggunakan sinar ultra violet atau ozonisasi yang dilakukan di
depo air isi ulang, maupun pada proses pengisian air ke dalam galon air isi ulang tersebut.12
Pada proses pembuatan minuman, peralatan yang tidak bersih atau higenis dapat
menyebabkan terjadinya cemaran pada minuman yang dibuat. Selain itu perilaku pembuat
minuman yang tidak higenis juga dapat mempengaruhi kontaminasi atau cemaran bakteri pada
minuman.6,32
Pada proses penyimpanan, penyimpanan yang tidak bersih dan terlalu lama juga
dapat menyebabkan terjadinya cemaran bakteri. Rentang waktu antara teh dibuat hingga
disajikan ke konsumen juga menjadi faktor penyebab terjadinya kontaminasi. Waktu yang lama
dapat memberikan waktu inkubasi bagi mikroba untuk melakukan aktivitas metabolisme dan
berkembang biak.32 Tempat penyimpanan yang tidak bersih juga dapat meningkatkan cemaran
bakteri.
Pada proses penyajian, tingkat hygenisitas dari penyaji minuman yang buruk juga
dapat menyebabkan terjadinya cemaran pad minuman. Wadah atau tempat penyajian minuman
juga ikut mengambil peran dalam proses cemaran bakteri pada minuman yang disajikan.6
Wadah minuman yang tidak bersih serta wadah yang tidak tertutup dengan rapat dapat
menyebabkan cemaran pada minuman tersebut. Wadah minuman yang tidak tertutup rapat, akan
menyebabkan minuman dapat berkontak langsung dengan udara luar.
Selain itu, kebersihan rumah makan juga ikut mempengaruhi tingkat pencemaran
pada minuman yang dibuat.43 Kebersihan rumah makan yang tidak bersih dapat memudahkan
terjadinya pencemaran pada minuman yang dibuat oleh penyaji.
Cemaran pada es batu maupun minuman teh yang dikonsumsi oleh manusia
dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan orang yang meminumnya. Cemaran
pada es batu maupun minuman teh tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Salah satu penyakit yang sering disebabkan karena adanya cemaran bakteri dari
makanan atau minuman yang dikonsumsi adalah diare. Adanya cemaran bakteri
Escherichia coli sendiri menjadi indikator adanya bakteri patogen lainnya seperti
Salmonella typhi. Dimana adanya bakteri Salmonella thypi dapat menyebabkan demam
tifoid. Atau adanya cemaran bakteri Vibrio cholerae pada makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh seseorang dapat menyebabkan terjadinya kolera.
Walaupun cemaran bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit, namun
terkadang seseorang dapat tidak menderita penyakit setelah memakan atau meminum
minuman atau makanan yang tercemar oleh bakteri. Hal ini disebabkan karena adanya
adaptasi sistem imun manusia.7 Kemudian adanya sistem imun yang baik pada tubuh
seseorang atau sistem imun tubuh seseorang yang sudah mengenali antigen yang masuk
pada tubuh orang tersebut, membuat orang tersebut tidak mudah jatuh sakit atau
menderita penyakit yang disebabkan karena antigen atau bakteri yang masuk tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap uji mikrobiologi
MPN Coliform dan TPC pada sampel es batu dan teh pada kantin FK UKRIDA Jakarta,
dapat disimpulkan bahwa:
 Pada pengambilan pertama, sampel 1 es batu memiliki nilai MPN Coliform 20
per 100 ml, sampel 2 es batu memiliki nilai MPN Coliform 44 per 100ml,
sampel 3 es batu memiliki nilai MPN Coliform 44 per 100ml, sampel 6 es batu
memiliki nilai MPN Coliform >=1898 per 100ml. Sedangkan pada pengulangan,
sampel 1 es batu memiliki nilai MPN Coliform 15 per 100ml, sampel 2 es batu
memiliki nilai MPN Coliform per 26 100ml, sampel 3 es batu memiliki nilai
MPN Coliform >=1898 per 100ml, sampel 6 es batu memiliki nilai MPN
Coliform 438 per 100ml.
 Pada pengambilan pertama, sampel 1 es batu memiliki nilai TPC 500 CFU/ml,
sampel 2 es batu memiliki nilai TPC 6500 CFU/ml, sampel 3 es batu memiliki
nilai TPC 161500 CFU/ml, sampel 6 es batu memiliki nilai TPC 168500
CFU/ml. Sedangkan pada pengulangan, sampel 1 es batu memiliki nilai TPC
2000 CFU/ml, sampel 2 es batu memiliki nilai TPC 480 CFU/ml, sampel 3 es
batu memiliki nilai TPC 2745 CFU/ml, sampel 6 es batu memiliki nilai TPC
1610 CFU/ml.
 Dari 4 sampel es batu pengambilan pertama dan 4 sampel es batu pengulangan,
terdapat dua sampel dinyatakan tersangka bakteri E.coli sesuai dengan hasil uji
biokimia & pewarnaan gram serta enam sampel dinyatakan tersangka bakteri
Klebsiella pneumoniae sesuai dengan hasil uji biokimia & pewarnaan gram.
 Dari 4 sampel es batu pengambilan pertama dan 4 sampel es batu pengulangan,
terdapat delapan sampel dinyatakan tidak memenuhi syarat baik berdasarkan
pemeriksaan MPN Coliform maupun TPC.
 Pada pengambilan pertama, sampel 1 teh memiliki nilai MPN Coliform 15 per
100ml, sampel 2 teh memiliki nilai MPN Coliform 0 per 100ml, sampel 3 teh
memiliki nilai MPN Coliform >=1898 per 100ml, sampel 4 teh memiliki nilai
MPN Coliform 7 per 100ml, sampel 6 teh memiliki nilai MPN Coliform 26 per
100ml. Sedangkan pada pengulangan, sampel 1 teh memiliki nilai MPN
Coliform 4 per 100ml, sampel 2 teh memiliki nilai MPN Coliform 0 per 100ml,
sampel 3 teh memiliki nilai MPN Coliform 139 per 100ml, sampel 4 teh
memiliki nilai MPN Coliform 0 per 100ml, sampel 6 teh memiliki nilai MPN
Coliform 0 per 100ml.
 Pada pengambilan pertama, sampel 1 teh memiliki nilai TPC 925 CFU/ml,
sampel 2 teh memiliki nilai TPC 100 CFU/ml, sampel 3 teh memiliki nilai TPC
89500 CFU/ml, sampel 4 teh memiliki nilai TPC 500 CFU/ml, sampel 6 teh
memiliki nilai TPC 500 CFU/ml. Sedangkan pada pengulangan, sampel 1 teh
memiliki nilai TPC 100 CFU/ml, sampel 2 teh memiliki nilai TPC 15 CFU/ml,
sampel 3 teh memiliki nilai TPC 1470 CFU/ml, sampel 4 teh memiliki nilai TPC
60 CFU/ml, sampel 6 teh memiliki nilai TPC 60 CFU/ml.
 Dari 5 sampel teh pengambilan pertama dan 5 sampel teh pengulangan, terdapat
enam sampel dinyatakan tersangka bakteri Klebsiella pneumoniae sesuai dengan
hasil uji biokimia & pewarnaan gram dan empat sampel yang bebas dari
kontaminasi bakteri Coliform.
 Dari 5 sampel teh pengambilan pertama dan 5 sampel teh pengulangan, terdapat
enam sampel dinyatakan tidak memenuhi syarat baik berdasarkan pemeriksaan
MPN Coliform maupun TPC.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti
 Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah pemeriksaan untuk
bakteri patogen lainnya.
 Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan melakukan pemeriksaan fisik.
 Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan melakukan pemeriksaan kimia.
 Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan melakukan pemeriksaan radiologi.
 Untuk menentukan bakteri yang mengontaminasi makanan ataupun minuman
secara pasti dapat dilakukan dengan pemeriksaan AAPI test.
 Peneliti selanjutnya juga dapat menambah pengulangan sampel dengan
menggunakan metode penelitian yang berbeda, dan atau identifikasi kuman yang
berbeda.
5.2.2 Bagi Penjual Minuman
 Penjual minuman harus lebih memperhatikan kebersihan dari bahan dan alat
yang digunakan untuk membuat minuman yang akan dijual.
 Penjual minuman harus lebih menjaga kebersihan dalam proses pembuatan
minuman yang akan dijual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi J, Sitohang V, Anggraeni ND, Sibuea F, Muliadi A, Manullang EV, et
al. Situasi Diare di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011;3.
2. Prayekti E. ANALISIS MIKROBIOLOGI JAJANAN MINUMAN DI SEKITAR
SEKOLAH DASAR PADA WILAYAH JEMURWONOSARI , SURABAYA. J
SainHealth. 2017;1(2):41–5.
3. Pakpahan RS, Picauly I, Mahayasa INWM. Cemaran Mikroba Escherichia coli
dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi Ulang Escherichia coli Microbial
and Total Coliform Bacterial Contamination of 2ElLL Drinking Water. J Kesehat
Masy Nas. 2015;9(4):301–7.
4. Muhammad Navis Mirza. Hygiene Sanitasi dan Jumlah Coliform Air Minum. J
Kesehat Masy. 2014;9(2):167–73.
5. Afif F, Erly, Endrinaldi. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi
Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang
Selatan. 2015;4(2):376–80. Tersedia pada: http://jurnal.fk.unand.ac.id
6. Rifta R, Budiyono, Darundiati YH. Studi Identifikasi Keberadaan Escherichia
coli pada Es Batu yang Digunakan oleh Pedagang Warung Makanan di
Tembalang. J Kesehat Masy [Internet]. 2016;4(2):176–85. Tersedia pada:
http://ejournal-sl.undip.ac.id/index.php/jkn
7. Narwati YT, Rika I, Putra DA, Wiraputranto MC. Uji Mikrobiologis Es Batu
Konsumsi di Kantin Sekitar Lingkungan Fakultas Kedokteran UNIKA Atma
Jaya. Damianus J Med. 2013;12(1):8–15.
8. Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
[Internet]. PERMENKES No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Indonesia; 1990 hal.
1–10. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/index.php?act=regulation
9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
[Internet]. PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 Indonesia; 2010 hal.
1–9. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/index.php?act=regulation
10. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. 64-73 hal.
11. Rajvaidya N, Markandey DK. Microbiology. ke-16. New Delhi: S.B. Nangia
APH Publishing Corporation; 2006. 51-64 hal.
12. Radji M, Oktavia H, Suryadi H. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang
di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng
Sawah Jakarta Selatan. Maj Ilmu Kefarmasian. 2008;5(2):101–9.
13. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. 2016 hal. 52.
14. Badan Standardisasi Nasional. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam
Pangan. 2009 hal. 16–7.
15. The British Columbia Ground Water Association. Total, Fecal & E. coli Bacteria
in Groundwater [Internet]. Water Stewardship Information Series. British
Coloumbia; 2007 [dikutip 13 Maret 2018]. Tersedia pada:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/environment/air-land-water/water/water-
wells/coliform020715_fin2.pdf
16. Harvey RA, Cornelissen CN, Fisher BD. Lippincott’s illustrated reviews :
Microbiology. 3 ed. Harvey RA, editor. Lippincott’s illustrated reviews.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2013. 111-115 hal.
17. Virella G. Microbiology and Infectious Disease. Ke-3. United States: William &
Wilkins; 1997. 141-147 hal.
18. Greenwood D, Slack R, Peutherer J, Barer M. Medical Microbiology. Ke-17.
Philadelphia: Churchill Lingingstone Elsevier; 2007. 275-284 hal.
19. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology. 26 ed. Journal of Chemical Information and
Modeling. United States: A Lange Medical Book:The McGraw-Hill Companies;
2013. 231-235 hal.
20. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Review Of Medical Microbiology. 16 ed.
United States: Lange Medical Publications; 1984. 102-104, 239-242 hal.
21. Tristyanto N. Uji Bakteriologi MPN Coliform dan Escherichia coli pada Air
Baku Kolam Renang di Kota Malang. PT Semesta Anugerah; 7-18 hal.
22. Ramadhan TR. Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Produk Depot Air
Minum di Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Tahun 2009. Universitas Indonesia;
2009.
23. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical Microbiology. 10 ed.
New York. New York: Thiem Stuttgart; 2005. 293-296 hal.
24. Rizki Z, Mudatsir, Samingan. Perbandingan Metode Tabung Ganda dan
Membran Filter Terhadap Kandungan Escherichia Coli pada Air Minum Isi
Ulang. J Kedokt Syiah Kuala. 2013;13(1):6–12.
25. Dwidjoseputro D, S. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan;
1981.
26. Widiyanti NLPM, Ristiati NP. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo
Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Vol. 3, Jurnal Ekologi Kesehatan.
2004. 64-73 hal.
27. Syauqi. A. Mikrobiologi Lingkungan: Peranan Mikroorganisme dalam
Kehidupan. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2017.
28. Rahayu SA, Gumilar MH. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar
Margahayu Raya Bandung Dengan Indentifikasi Bakteri Escherichia coli.
Indones J Pharm Sci Technol. 2017;4(2):50–6.
29. Shbib SA, Soukkarieh C. The Accuracy of API 20E and PCR Using 16s rRNA
Gene for Characterization of Escherichia coli Strains Causing Urinary Tract
Infections in Damascus-Syria. Int J PharmTech Res. 2015;8(4):741–9.
30. Sugiartha IGE. Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (
API ) dan Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical
Dedicated Reasonable ( TDR ) -300B. 2016.
31. Utari SASSL, Darmayasa IBG, Suyasa IWB. Isolasi, Identifikasi dan Uji Potensi
Bakteri yang Berperan pada Pengolahan Air Limbah yang Mengandung
Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman. J Simbiosis. 2015;3(1):301–12.
32. Putri AM, Kurnia P. Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform dan Total
Mikroba dalam Es Dung-Dung di Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Media Gizi Indones. 2018;13(1):41–8.
33. Puspitasari I, Indriyati N, Yulita V, Rusli R. Pengujian Kualitas Aspek
Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang. In: Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Ke-1. 2015.
34. Suriawira U. Mikrobiologi Air dan Dasar - Dasar Pengolahan Secara Biologis.
Bandung: Angkasa; 2008.
35. Corry JEL, Curtis GDW, Baird RM. Handbook of Culture Media for Food and
Water Microbiology. 3 ed. Cambridge: The Royal Society of Chemistry; 2012.
744 hal.
36. Soemarno. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan RI; 2000.
37. Putri ND. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu yang Dijual Warung
Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah; 2015.
38. Yanti E. Studi Tentang Bakteri Escherichia coli dan Logam Berat dalam Es Batu
yang Digunakan Pedangang di Sepanjang Pantai Purus Kota Padang. STKIP
PGRI Sumatera Barat; 2014.
39. Liliana DP, Masria S, Astuti RDI. Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri
Kontaminan pada Es Balok dan Es Kristal di Pabrik Es Batu dan Penjual
Minuman Sekitar Unisba. In: Prosiding Pendidikan Dokter. 2016. hal. 273–8.
40. Fajriaty NR. Perbedaan Jumlah Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Es
Batu yang Berbahan Baku Air PDAM dan Non PDAM Pada Penjual Minuman
Disekitar Stadion Manahan Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta;
2016.
41. Rahmaniar SA, Habib I. Perbandingan Kualitas Es Batu di Warung Makan
dengan Restoran di DIY dengan Indikator Jumlah Bakteri Coliform dan
Escherichia coli Terlarut. Mutiara Med. 2011;11(3):150–8.
42. Kamelia M, Anggoro BS, Sa’adah FP. Analisis Kualitas Es Batu Berdasarkan
Kandungan Coliform di Kantin UIN Raden Intan Lampung. Buos J Tadris
Pendidik Biol. 2018;9(1):61–71.
43. Ariefansyah MN, Suharti N, Anas E. Identifikasi Bakteri Coliform yang Terdapat
pada Minuman Es Teh di Rumah Makan Tepi Laut Purus Padang Barat. J
Kesehat Andalas. 2015;4(3):777–80.
LAMPIRAN
Lampiran1.
Lampiran 2.

Tabel MPN 333 Menurut Formula Thomas

Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman


3 x 10 ml 3 x 1ml 3 x 0,1 ml Indeks MPN per 100 ml
0 0 0 0
0 0 1 3
0 0 2 6
0 0 3 9
0 1 0 3
0 1 1 6
0 1 2 9
0 1 3 12
0 2 0 6
0 2 1 9
0 2 2 12
0 2 3 16
0 3 0 9
0 3 1 13
0 3 2 16
0 3 3 19
1 0 0 4
1 0 1 7
1 0 2 11
1 0 3 14
1 1 0 7
1 1 1 11
1 1 2 15
1 1 3 18
1 2 0 11
1 2 1 15
1 2 2 19
1 2 3 23
1 3 0 15
1 3 1 19
1 3 2 23
1 3 3 27
2 0 0 10
2 0 1 14
2 0 2 19
2 0 3 24
2 1 0 15
2 1 1 20
2 1 2 25
2 1 3 30
2 2 0 21
2 2 1 26
2 2 2 31
2 2 3 37
2 3 0 27
2 3 1 33
2 3 2 38
2 3 3 44
3 0 0 29
3 0 1 39
3 0 2 49
3 0 3 60
3 1 0 46
3 1 1 58
3 1 2 72
3 1 3 86
3 2 0 76
3 2 1 95
3 2 2 116
3 2 3 139
3 3 0 190
3 3 1 271
3 3 2 438
3 3 3 >=1898
Gambar 1. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 1(kiri) dan sampel teh 2
(kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 2. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 3(kiri) dan sampel teh 4
(kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 3. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel teh 6.


Gambar 4. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel es batu 1 (kiri) dan sampel es
batu 2 (kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 5. Gambar hasil uji Total Plate Count sampel es batu 3 (kiri) dan sampel es
batu 6 (kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 6. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 1 (kiri) dan sampel teh
2 (kanan) pengambilan pengulangan.
Gambar 7. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 3 (kiri) dan sampel teh
4 (kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 8. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel teh 6 (kiri) dan sampel es
batu 1 (kanan) pengambilan pengulangan.

Gambar 9. Gambar hasil uji perkiraan MPN Coliform sampel es batu 3 (kiri) dan
sampel es batu 6 (kanan) pengambilan pengulangan.
Gambar 10. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 1 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 2 inkubasi suhu 34⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 11. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 3 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 3 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 12. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 4 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 4 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama..
Gambar 13. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel teh 6 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel teh 6 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 14. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 1 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel es batu 1 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 15. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 2 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel es batu 2 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.
Gambar 16. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 3 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel es batu 3 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 17. Gambar hasil uji penegasan MPN Coliform sampel es batu 6 inkubasi suhu
37⁰C (kiri) dan sampel es batu 6 inkubasi suhu 44⁰C (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 18. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada biakan Escherichia coli.
Gambar 19. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel teh 1 (kiri) dan
sampel teh 3 (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 20. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel teh 4 (kiri) dan
sampel teh 6 (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 21. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel es batu 1 (kiri) dan
sampel es batu 2 (kanan) pengambilan pertama.
Gambar 22. Gambar hasil uji pelengkap MPN Coliform pada sampel es batu 3 (kiri) dan
sampel es batu 6 (kanan) pengambilan pertama.

Gambar 23. Gambar pewarnaan gram pada biakan Escherichia coli.

Gambar 24. Gambar pewarnaan gram pada sampel teh 1 (kiri) dan sampel teh 3 (kanan)
pengambilan pertama.
Gambar 25. Gambar pewarnaan gram pada sampel teh 4 (kiri) dan sampel teh 6 (kanan)
pengambilan pertama.

Gambar 26. Gambar pewarnaan gram pada sampel es batu 1 (kiri) dan sampel es batu 2
(kanan) pengambilan pertama.

Gambar 27. Gambar pewarnaan gram pada sampel es batu 3 (kiri) dan sampel es batu 6
(kanan) pengambilan pertama.

Anda mungkin juga menyukai