WWWMM
WWWMM
Disusun oleh:
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik
dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan social dalam bidang
pertanian yang seiring dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan
langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang
bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh social budaya dalam masyarakat memberikan peranan
penting dalam mencapai hasil pertanian yang optimal. Perkembangan
social budaya dan masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan falam
proses berfikir. Perubahan social dan budaya bisa memberikan dampak
positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan pertanian sangatlah erat
hubungannya bahkan sejak jaman nenek moyang manusia telah mengenal
bercocok tanaman dengan alat-alat tradisional.
B. Tujuan
1. Memahami sosio-kultur dalam Manajemen Sumber Daya Alam
2. Mengetahui sosio-kultur dalam ragam sumber daya alam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sosio-kultur
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sosial ialah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka
memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans
atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang
dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung
cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum,
kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh
manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan
bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi
dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
1. Kebudayaan Material
2. Kebudayaan Nonmaterial
3. Worldview
Budaya masyarakat pertanian selalu ingin membuka lahan dengan cepat dan biaya
murah maka budaya membakar hutan menjadi pilihan utama masyarakat
pertanian.
Budaya Non-Barat teknologi sering bertentangan dengan struktur sosial dan nilai
tradisional. Budaya masyarakat pertanian Indonesia yang selalu terpaku pada adat
istiadat dan kedaan ekonominya yang belum tertata dengan baik, sehingga
penggunaan teknologi masih minim. Sebagai contoh penggnaan tenaga manusia
dalam pemanenan tebu di indo lampung perkasa .
6. Materialism
7. Activity Orientation
Pertanian modern ini akan akan membedakan pola pikir , jika pertaniaan modern
itu dalam pengolahan pengolahan tanah hanya membutuhkan waktu lima jam \
hektar sedangkan pertanian tradisional yang tidak memiliki modal dan budaya
yang susah hilang harus menggunakan cangkul untuk mengolah tanahnya berhari
hari.
a. Progress dan change: Kemajuan dan Perubahan adalah hal yang bagus
b. Time Orientation
c. Konsep waktu: lampau, sekarang dan masa yang akan datang
d. Tepat waktu Budaya masyarakat petani selalu terlambat dalam
penanganan hama dan penyakit.
9. Perception of Self
Tingkat nilai budaya, seperti hakikat bidang manusia, kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu, karya manusia, hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan
hakikat hubungan antar manusia.Tingkat norma-norma, seperti cara, kebiasaan,
tata kelakuan, dan adat-istiadat. Sistem hukum, meliputi tata kelakuan dalam
kehidupan sehari-hari baik secara tertulis atau tidak, tetapi nyata akibat
hukumnya.
Aturan-aturan khusus, seperti aturan jual beli, aturan sopan santun, dan lain-lain.
a. Adaptasinya pasif,
b. Rendahnya tingkat invasi,
c. Kebiasaan hidup yang lamban,
d. Kepercayaan kepada takhayul,
e. Kebutuhan material yang bersahaja,
f. Rendahnya kesadaran terhadap
g. Standar moral yang kaku.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat
kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta
mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya
atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai
masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat.
Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan yang paling banyak menyerap
tenaga kerja. Sektor pertanian juga masih menjadi tumpuan hidup sebagian
mesyarakat, terutama di pedesaan. Namun produktivitas sektor pertanian masih
relatif rendah, karena disamping pengaruh faktor teknik produksi dan ekonomi,
juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat yang belum mendukung
perkembangan sektor pertanian secara optimal.
Salah satu contoh kearifan lokal pertanian yang ada di Indonesia lebih
tepatnya berada di Bali yaitu Subak. Kecerdasan lokal yang dimiliki subak itu
menunjukkan identitas sosio-kultural atau sosio-religius yang unik dan unggul.
kearifan lokal dengan berbagai kecerdasan yang dimiliki subak itu merupakan
bagian dari kebudayaan masyarakat Bali yang menjadi salah satu daya tarik bagi
wisatawan berkunjung ke daerah ini. Kearifan lokal dalam organisasi subak itu
memperoleh keunikan lokal berbasis konsepsi Tri Hita Karana yakni hubungan
yang harmonis dan serasi sesama manusia, dengan lingkungan dan Tuhan yang
mendapat apresiasi universal. Esensi kearifan lokal menyangkut komitmen yang
tinggi terhadap kelestarian alam, rasa relegiusitas dan konstruksi penalaran yang
berempati pada persembahan, harmoni, kebersamaan, dan keseimbangan untuk
jagatraya yang berkelanjutan.
C. Kepercayaan Masyarakat
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka