Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

POLEMIK RUU DAN KUHP


Dosen : Dr. Rusmawaty Bte Rusdin, M.Si

Disusun Oleh
Gilbert William Tapehe
B 401 16 107

Program Studi Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta
atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Polemik RUU KUHP”
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati
yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini semoga Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan
saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua .

Palu, Oktober 2019

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................1

Daftar isi.................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................4

Bab 2 Pembahan....................................................................................................5

2.1Pasal Kontroversial RUU KUHP dan Masalahnya................................5

2.2 Pendapat Penulis selaku mahasiswa......................................................7

2.3 Solusi.....................................................................................................7

Bab 3 Penutup........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan............................................................................................8

3.2 Saran......................................................................................................8

Daftar Pustaka.....................................................................................9

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rancangan UU KUHP menui banyak kontrovesi, Melalui laman resmi


Kemenkumham, Yasonna H. Laoly memberikan keterangan keterangan pers terkait
dengan beberapa pasal didalam Rancangan Undang-undang Kitab Hukum Pidana
(RUU KUHP) yang menjadi polemik di masyarakat. Penjelasan ini dimaksudkan
untuk mengurangi prasangka dan salah paham di masyarakat. RUU KUHP ini
dibuat untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat dan dalam pembuatan
RUU ini semua stakeholder yang terkait kita undang dan ajak bicara” ujar Yasonna.
Keterlibatan para ahli bidang hukum, lembaga non pemerintah juga kita libatkan
untuk sama-sama merumuskan dan menyempurnakan RUU ini tegas Menkumham
di Graha Pengayoman Jumat 20 Septtember 2019 Dari beberapa pasal RUU KUHP
Menkumham menjelaskan beberapa pasal yaitu pasal 219 Penghinaan Presiden dan
Wapres, Pasal 278 Pembiaaran unggas Pasal 414 Mempertujunkan alat kontrasepsi,
pasal 417 perzinahan), Pasal 418 Kohabitasi, Pasal 432 penggelandangan, Pasal 470
aborsi, dan Pasal 604 Tindak Pidana Korupsi.

Khusus pasal 219 (Penghinaan Presiden dan Wapres) Yasonna menjelaskan


bahwa pasal tersebut tidak akan membatasi hak berekspresi masyarakat, karena
yang bisa dipidanakan adalah mereka yang menyerang pribadi presiden atau wakil
presiden bukan mereka yang mengkritisi kebijakannya. Dari uraian di atas penulis
mengambil judul “Polemik RUU KUHP” untuk di bahas dalam makalah ini

3
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam makalah ini adalah :

1 Bagaimana polemik RUU KUHP


2 Bagaimana Tanggapan dan pendapat Mahasiswa terhadap RUU KUHP

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1 Untuk mengetahui Bagaimana polemik RUU KUHP


2 Untuk mengetahui Bagaimana Tanggapan dan pendapat Mahasiswa terhadap
RUU KUHP

4
Bab 2

PEMBAHASAN

2.1 Pasal Kontroversial RUU KUHP dan Masalahnya


1. Pasal RUU KUHP soal Korupsi
Sejumlah pasal di RUU KUHP memuat hukuman bagi pelaku korupsi yang
lebih rendah daripada UU Tipikor. Aliansi Nasional Reformasi KUHP
menilai hal ini bisa memicu praktik 'jual-beli' pasal. Misalnya, pasal 603
RUU KUHP mengatur pelaku korupsi dihukum seumur hidup atau paling
sedikit 2 tahun penjara dan maksimal 20 tahun. Pasal 604 RUU KUHP
mengatur hukuman sama persis bagi pelaku penyalahgunaan wewenang
untuk korupsi. Lalu, pasal 605 mengatur hukuman ke pemberi suap minimal
1 tahun bui dan maksimal 5 tahun. Pasal 605 pun mengancam PNS dan
penyelenggara negara penerima suap dengan penjara minimal 1 tahun, serta
maksimal 6 tahun. Sedangkan pasal 2 UU Tipikor, mengatur hukuman bagi
pelaku korupsi ialah pidana seumur hidup atau penjara minimal 4 tahun dan
maksimal 20 tahun. UU Tipikor pasal 5 memang memuat aturan hukuman
bagi pemberi suap mirip dengan pasal 605 RUU KUHP. Akan tetapi, pasal
6 UU Tipikor mengatur hukuman lebih berat bagi penyuap hakim, yakni 3-
15 tahun bui. Bahkan, Pasal 12 UU Tipikor huruf (a) mengatur hukuman
bagi pejabat negara atau hakim penerima suap: pidana seumur hidup atau
penjara 4-20 tahun.
2. Pasal Pembiaran Unggas dan Hewan Ternak Pasal 278 RUU KUHP secara
khusus mengatur: orang yang membiarkan unggas miliknya berjalan di
kebun atau tanah telah ditaburi benih/tanaman milik orang lain terancam
denda sampai Rp10 juta. Lalu, pasal 279 juga mengancam setiap orang yang
membiarkan hewan ternaknya berjalan di kebun, tanah perumputan, tanah
yang ditaburi benih, atau tanah yang disiapkan untuk ditaburi benih atau
ditanami, dengan pidana denda maksimal Rp10 juta (kategori II). Bahkan

5
pasal 279 ayat 2 menyatakan, hewan ternak yang dilibatkan dalam
pelanggaran ini dapat dirampas negara.
3. Pasal RUU KUHP tentang Makar
RUU KUHP mengatur pidana makar melalui pasal 167, 191, 192 dan 193.
Pelaku makar terhadap presiden dan NKRI diancam hukuman mati, seumur
hidup atau bui 20 tahun. Makar terhadap pemerintah yang sah, juga diancam
penjara 12 dan 15 tahun. Pasal 167 menyebut: “Makar adalah niat untuk
melakukan suatu perbuatan yang telah diwujudkan dengan adanya
permulaan pelaksanaan perbuatan tersebut.” Menurut analisis Aliansi
Reformasi KUHP, definisi makar di dalam RUU KUHP itu tak sesuai
dengan akar katanya pada bahasa Belanda, yakni 'aanslag' yang berarti
penyerangan. Masalah definisi ini dinilai berpotensi membikin pasal makar
bersifat karet dan memberangus kebebasan berekspresi masyarakat sipil.
4. Pasal RUU KUHP soal Gelandangan RUU KUHP juga mengatur
pemidanaan gelandangan. Pasal 431 mengancam gelandangan dengan
denda maksimal Rp1 juta. Direktur Program ICJR Erasmus Napitupulu
mendesak penghapusan pasal ini sebab ia warisan kolonial yang menilai
gelandangan sebagai: Orang tidak berguna akibat kesalahan dalam
hidupnya. Adapun Peneliti hukum Mappi FH UI Andreas Marbun menilai
pasal ini bukan solusi atas masalah gelandangan, sekaligus aneh. "Lagipula
gelandangan, kan, miskin, mana sanggup mereka bayar denda.

Dan masih banyak lagi RUU yang penulis berpendapat menui banyak
kontroversi.

6
2.2 Pendapat Penulis selaku mahasiswa

Penulis sebagai mahasiswa merasa geram dengan sikap DPR yang mengaku
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat namun dengan terang terangan menunjukan
sikap keegoisan terhadap masyarakat indonesia, menerut penulis hal ini sangat
disesalkan tetepi mengingat bagaimana sistem pemilihan anggota dewan saat ini
yang banyak menghasilkan anggota DPR yang tidak berkompeten dalam
bidangnya, bukan berasal dari orang orang yang ahli di bidang pemerintahan, DPR
selaku wakil dari aspirasi rakyat benar-benar tidak mewakili rakyat namun
memaksa rakyat indonesia semakin terpuruk, RUU KUHP yang terkesan tidak
matang dan terburu buru tentu saja harus harus di pertanyakan.

2.3 Solusi

Solusi yang penulis ajukan untuk mencegah probolmatika seperti ini


terulang kembali adalah dengan mengatasinya dari awal, dimana dengan
memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar saat Pemilu, pilihlah calon anggota
DPR yang berkompeten, berkarakter, berakhlak, dan yang paham dengan pancasila
dan demokratisasi yang ada di indonesia, bukan dengan memilih calon anggota
DPR karena di bayar atau hanya karena sering eksis namun tidak menghasilkan apa-
apa untuk bangsa dan negara, bahkan sebaliknya, malah menyusahkan rakyat
indonesia itu sendiri

7
Bab 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa RUU KUHP


memang adalah suatu hal yang dapat menyusahkan masyarakat indonesia jika tidak
diawasi dengan baik, RUU tentang korupsi sangat jelas membuat para koruptor
semakin bebas dan liar untuk menghabiskan dana NKRI, dan pada dasarnya seluruh
RUU KUHP kali ini benar benar menitik beratkan masyarakat indonesia

3.2 Saran

Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara
lain:

1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas


penyelenggaraan RUU KUHP, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan
pemerintahan dan antarpemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga


perlu diupayakan. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun
atas kebijakan dan tindakan aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam
pelaksanaan RUU KUHP. Karena pada dasarnya RUU KUHP ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan RUU KUHP sebaiknya


membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan
kelompoknya dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak
tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta
kewajibannya dengan baik.

8
Daftar Pustaka

Buku

Arief, Barda, Nawawi. 2009. RUU KUHP Baru Sebuah Restrukturisasi Sistem
Hukum Pidana Indonesia, Universitas Diponogoro.

Ashofa Burhan, 2010. Metode Penelitian Hukum, Alumni, Bandung.

Atmasasmita Romli. 1983. Problem Kenakalan Anak-Anak Remaja, Armico,


Bandung.

Internet

https://tirto.id/isi-ruu-kuhp-dan-pasal-kontroversial-penyebab-demo-mahasiswa-
meluas-eiFu

diakses pada tanggal 20 Oktober 2019

https://news.detik.com/berita/d-4713872/h-4-ini-pasal-pasal-kontroversial-ruu-kuhp-
yang-segera-disahkan-dpr

diakses pada tanggal 20 oktober 2019

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190923182216-8-101582/motif-dpr-kebut-
pengesahan-ruu-kuhp-di-mata-pakar-hukum

diakses pada tanggal 20 oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai