Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Hiperemisis Gravidarum


Mual dan muntah dengan intensitas sedang sering terjadi sampai sekitar 16 minggu
gestasi dan terjadi lebih dari separuh wanita hamil. Jika parah tidak berespon terhadap
terapi sederhana, keadaan nya disebut hiperemisis gravidarum. Hiperemisis di
definisikan sebagai muntah yang sedemikian parah sehingga menyebabkan penurunan
berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat nya hilangan nya asam
hidrokrolida melalui muntahan dan hipokalemia. Pada sebagian kasus, terjadi disfungsi
hati sementara terdapat hiperbilirubinnemia ringan, dan kadar transaminase hati serum
meningkatkan pada hampir separuh wanita yang dirawat inap. Kadar enzim jarang
melebihi 200 U/L. Hiperemisis tampaknya berkaitan dengan peningkatan kadar serum
gonadotropin korion esterogen yang cepat atau tinggi. Keterkaitan dengan Helicobacter
pylori, yaitu penyebab penyakit ulkuseptik pernah dilaporkan.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2011:141).

B. Gejala dan Tingkat


Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemisis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah, akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemisis.
1. Tingkat I (Ringan)
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat
badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan
darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II (Sedang)
Mual muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah,
apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kotor dan kering, nadi kecil dan cepat, suhu
badan naik (dehidrasi) , ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,
hemokosentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetoniuria, dan dari nafas
keluar bau asteton.
3. Tingkat III (Berat)
Keadaan umum jelek, keasadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi kecil,
halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus.
Komplikasi yang dapat berakibatkan fatal terjadi pada susunan syaraf pusat
(enselofati Wernicke) dengan adanya nistagmus, diplopia, perubahan mental.

C. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemisis gravidarum diperoleh keterangan
bahwa tejadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis.
2. Jantung : Jantung atrofi, kecil dari biasa, kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial.
3. Otak : Terdapat bercak perdarahan pada otak.
4. Ginjal : Tampak pucat, degenarasi lemak pada kontorti.

D. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan pasien rawat jalan biasanya mencakup anjuran untu makan dengan
porsi kecil tetapi lebih sering dan berhenti sebelum kenyang. Pasien juga dianjurkan
untuk menghindari makanan-makanan yang memicu atau memperparah gejala jika
tindakan sederhana ini gagal, antiemetik seperti prometazine (25 mg setiap 6 jam per
oral), proklorperazine dan klorpronazine diberikan untuk meredakan mual dan muntah.
Untuk penyakit yang parah dapat diberikan metokpramid (10 mg setiap 6 jam per oral)
obat ini merangsang motilitas saluran cerna atas tanpa merangsang sekresi lambung, atau
pangkreas. Metilprednisolon juga dilaporkan efektif untuk mengendalikan hiperemesis
yang parah.
Menurut Muchtar Rustam 2011 penanganan yang dilakukan pada hiperemisis
gravidarum :
1. Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada
ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang ibu hamil,
makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam makan porsi sedikit-sedikit tapi sering.
Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual, dan muntah.
Defeksi hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat, menggunakan sedativa (Luminal, Stesolid), Vitamin (B1 dan B6), anti-
muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan) antasida dan anti
mulas.
3. Hiperemisis gravidarm tingkat II dan III harus di rawat inap di rumah sakit.
a. Kadang-kadang beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja, telah banyak
mengurangi mual muntahnya.
b. Isolasi, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja
yang masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi
mual dan muntah.
c. Terapi psikologik, berikan pengetian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar dan normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan
coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio dan ekonomi dan
pekerjaaan serta lingkungan.
d. Cairan infus sebaiknya menggunakan larurtan yang memiliki kalori tinggi seperti
Vitamin, Futrolit, untuk menambah kalori yang kurang dari makanan yang
didapat beroral sekaligus mencegah kekurangan elektrolit.
e. Berikan obat-obatan seperti yang dikemukan diatas .
f. Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat cepat memperbaiki keadaan
umum penederita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga
menyebabkan, tidak bisa makan, minum dan berat badan turun. Jahe dan daun mint dapat
mengurangi mual dan muntah pada kehamilan karena didalam jahe dan daun mint tedapat
minyak atsiri yang memblokir reflek muntah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan frekuensi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil sebelum dan saat
diberikan permen jahe dan permen mint. Metode penelitian ini adalah Quasy Experimental
dengan desain time series. Sampel
Penelitian ini sebanyak 30 orang ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yang
berada di
wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Analisis yang digunakan adalah
analisis univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney, alat ukur yang
digunakan
adalah lembar observasi dan pengolahan data menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian
menunjukkan nilai P value 0,008 artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata frekuensi
hiperemesis gravidarum antara kelompok permen jahe dan permen mint dengan mean rank
(19,57)
pada kelompok permen jahe dan (11,43) pada permen mint. Dengan demikian, kelompok
pemberian permen jahe lebih efektif dibandingkan dengan pemberian permen mint. Bagi
peneliti
selanjutnya diharapkan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui berapa gram jumlah
jahe atau
mint dalam 1 permen.

Anda mungkin juga menyukai