Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI

TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

(Study empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta dan Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Nama : Reza Setiawan Syah Malik

NIM : 105082002725

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

i
PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP

PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

REZA SETIAWAN SYAH MALIK


NIM: 105082002725

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni,.MM Afif Sulfa SE.,Ak.,Msi


NIP. 150 317 955

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010M

ii
Hari ini Jumat Tanggal 23 Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Reza Setiawan Syah Malik NIM: 105082002725

dengan judul Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA

PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Oktober 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Rahmawati., SE., MM


Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni., MM


Penguji Ahli

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi “Pengaruh


Profesionalisme Dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
(Study empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan Tangerang Selatan)”
adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan dari orang lain baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat dan temuan yang terdapat dalam penelitian ini dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.

Jakarta, 07 April 2010

Reza Setiawan Syah Malik


NIM 105082002725

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Reza Setiawan Syah Malik

2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 04 februari 1986

3. Alamat : Kp. Periuk RT 02/04 Mekarsari

Rajeg Tangerang

4. Telepon : 087885955063

II. PENDIDIKAN

1. SDN Sukasari 1 Tangerang Tahun 1992-1998

2. SLTPN 1 Sepatan Tahun 1998-2001

3. SMUT Krida Nusantara Bandung Tahun 2001-2004

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Nawawi, SH,.MM

2. Ibu : Hanifah

3. Alamat : Kp. Periuk RT 02/04 Mekarsari

Rajeg Tangerang

4. Telepon : 085692171819

v
THE INFLUENCE OF PROFESIONALISM AND PROFESSIONAL ETHICS
ON MATERIALITY LEVEL JUDGEMENT IN THE AUDITING PROCESS
OF FINANCIAL STATEMENT

ABSTRACT

This research designed to analyze of how auditor profesionalism and


professional ethics influence on materiality level judgement in the auditing
process. Literature suggest that auditor with high professionalism are more likely
better to take a decision of materiality level judgement than auditor with low
professionalism. The literature also suggest that auditor with high subservience of
professional ethics are more likely better to take a decision of materiality level
judgement than auditor with low subservience of profesional ethics.
The result of this research that professionalism have significant and
negative influence to materiality level judgement in auditing process of financial
statement,whereas professional ethics have significant and positive influence to
materiality level judgement in auditing process of financial statement.

Keywords: profesionalism. Professional ethics, materiality level judgement

vi
PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP
PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang untuk menganalisa bagaimana pengaruh


profesionalisme dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas
dalam pemeriksaan laporan keuangan. Literatur menyatakan bahwa auditor
dengan tingkat profesionalisme yang tinggi memiliki kemampuan menentukan
tingkat materialitas yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang tingkat
profesionalismenya rendah. Literatur menyatakan pula bahwa auditor dengan
kepatuhan akan etika profesi yang tinggi memiliki kemampuan menentukan
pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan keuangan yang lebih baik
dibandingkan auditor dengan tingkat kepatuhan akan etika profesi yang rendah.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa profesionalisme berpengaruh
secara signifikan negatif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam
pemeriksaan laporan keuangan sementara etika profesi memiliki pengaruh
signifikan positif dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas dalam
pemeriksaan laporan keuangan.

Kata kunci: profesionalisme, etika profesi, pertimbangan tingkat materialitas

vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP
PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Baginda Nabi Muhammad SAW rahmat bagi semesta alam.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil
dalam penyelesaian penelitian ini.
4. Adik-adikku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni,.MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan selama proses penelitian berlangsung.
6. Bapak Afif Sulfa SE,.AK,.Msi selaku dosen Pembimbing Skripsi I dan Ketua
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama proses
penelitian berlangsung.
7. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii
9. Para pengajar dan guru yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada
penulis.
10. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak membantu penulis dalam proses belajar maupun administrasi
kampus.
11. Kawanku Rikawati yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
12. Kawan-kawanku akuntansi D, Ida, Arif, Hirfan, Moel, Andrey, Anwar, Ian,
Ridho, Zakiyah, Sushu, Puput, Zillah, Putri, Zizah dan semua yang tidak
disebutkan disini yang telah menyemangati penulis dalam pengerjaan
penelitian ini.
13. Kawan-kawanku angkatan 6 Krida Nusantara, tiga tahun yang tak terlupakan
suka maupun duka.
14. Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi
Perpajakan angkatan 2005 yang telah memberikan dukungannya selama ini
kepada penulis.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penelitian ini, namun
apabila kekurangan tersebut dapat mendorong ke arah penelitian yang lebih baik,
maka penulis pikir penulis telah melakukan sesuatu yang berarti.

Jakarta, 08 maret 2010

(Reza Setiawan)

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………..…………..……………… i

Lembar Pengesahan Skripsi ……………….………….……………… ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….……………. iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……………….…………… iv

Daftar Riwayat Hidup …………………………………….…………. v

Abstract ……….…………………………………………….…….…... vi

Abstrak ………………………………………………………….…..… vii

Kata Pengantar ………………….…………………………………… viii

Daftar Isi ……….………………..…………………………………… xi

Daftar Tabel …………………………………..……………………… xiv

Daftar Gambar …………………………………..…………………… xv

Daftar Lampiran ……………………………………………………... xvi

BAB I PENDAHULUAN ….………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………….… 1

B. Perumusan Masalah ….……………………………… 4

C. Tujuan Penelitian .…………………………………… 6

D. Manfaat Penelitian …………………………………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………. 8

A. Tinjauan Literatur ………………………………….… 8

1. Profesionalisme …………………………………… 8

2. Etika Profesi ...………………………………….. 13

x
3. Materialitas...…………………………………....... 18

B. Keterkaitan Antara Variabel …………………………... 26

1. Profesionalisme dengan Materialitas ……............... 26

2. Etika Profesi dengan Materialitas…......................... 27

C. Model Penelitian ……….……………………………. 28

D. Perumusan Hipotesis …….………………………….. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………….….. 30

A. Ruang Lingkup Penelitian ..…………………………. 30

B. Metode Penentuan Sampel ………………………….. 30

C. Metode Pengumpulan Data ……………………….…. 31

1.Data Primer ………………………….………......... 31

2. Data Sekunder ………………………………....... 31

D. Metode Analisis Data ………..………………………. 31

1. Statistik Deskriptif ………………………………… 32

2. Uji Kualitas Data ………………………………….. 32

3. Uji Asumsi Klasik ………………………………… 34

3. Uji Hipotesis ………………………………………. 36

E. Operasionalisasi Variabel …………………………….. 38

1. Profesionalisme …………………………………….. 38

2. Etika Profesi ……..……………………………….. 39

3. Materialitas ……………………………………. 39

xi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................ 43

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ….…… 43

1. Tempat dan Waktu Penelitian …………….………. 43

2. Karakteristik Responden ….………………………. 45

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .…………………… 50

1. Statistik Deskriptif ……………………………….. 50

2. Uji Kualitas Data…………………………………. 51

3. Uji Asumsi Klasik ………………………………. 59

4. Uji Hipotesis .......................................................... 62

C. Pembahasan …………………………………………... 67

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN

SARAN……………………………………………… 69

A. Kesimpulan ………………………………………….. 69

B. Implikasi …………………………………………….. 70

C. Saran .………………………………………………… 71

Daftar Pustaka …………………………………………………………… 73

Lampiran-Lampiran ……………………………………………………… 76

xii
Daftar Tabel

Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel ..……………………….. 40

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ………………………. 43

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian …………………………………. 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin …………………….…….………….……. 45

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Posisi Terakhir …………………………………..…….... 46

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Usia ………………………………………….…..……… 47

Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir ……………………………..……… 48

Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan

Pengalaman Kerja ………….………………………….... 49

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………….… 50

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Profesionalisme ……...……............. 51

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Etika Profesi ..................................... 53

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Materialitas .………..…………....... 54

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Materialitas ….….…….………...... 56

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Profesionalisme............….….…... 57

Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Etika Profesi....... …….…………. 58

xiii
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Materialitas....... ..........……..….… 58

Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolonieritas.........................…………...... 59

Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi....................................... 63

Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t......... …………………………….… 64

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik F …………………..…………….….... 66

xiv
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Model Pengaruh Variabel Independen Dengan

Variabel Dependen .……………………..………………. 28

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot …….… 60

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik

Histogram ………………………………………………… 61

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ………………………………………… 62

Daftar Lampiran

xv
Lampiran 1 Surat penelitian skripsi

Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Data dan jawaban responden

Lampiran 4 Hasil uji data SPSS

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Profesi audit dewasa ini sangat dibutuhkan, terutama bagi para pemilik

saham yang mempercayakan pengelolaan perusahaannya kepada manajemen

profesional dalam mengelola dana yang dipercayakan kepada mereka. Bentuk

pertanggungjawaban manajemen tersebut tersaji dalam bentuk laporan

keuangan yang telah diaudit oleh pihak ketiga, dalam hal ini auditor

eksternal. Laporan keuangan tersebut dibuat oleh manajemen dan perlu

diaudit oleh pihak ketiga untuk menghindari adanya salah saji yang material

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak–pihak yang

mempunyai kepentingan atas laporan keuangan tersebut dan diharapkan

laporan keuangan yang unqualified sesuai dengan standar akuntansi yang

berlaku umum.

Dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan mengacu pada

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)

dimana disebutkan bahwa terdapat empat karakteristik suatu laporan

keuangan dapat berguna bagi para pembuat keputusan, yaitu dapat dipahami,

relevan, dapat diandalkan serta dapat diperbandingkan. Agar karakteristik

tersebut dapat dipenuhi maka diperlukanlah audit oleh auditor eksternal agar

laporan keuangan perusahaan memenuhi karakteristik diatas terutama relevan

dan dapat diandalkan(Winda Fridati, 2005:2).

xvii
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh auditor eksternal adalah

profesionalisme. Hal ini diperlukan karena auditor eksternal memegang

peranan penting akan mutu laporan keuangan yang dipercayakan kepadanya

untuk diaudit. Opini yang dikeluarkan oleh auditor eksternal menjadi

pegangan orang–orang yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan

tersebut sehingga profesionalisme menjadi nyawa auditor dalam menjalankan

peranannya.

Profesionalisme dalam profesi audit eksternal telah dijelaskan oleh Hall

(Hendro Wahyudi dan Aida Ainul Mardiyah, 2006:7), yaitu pengabdian pada

profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan

profesi, hubungan dengan rekan seprofesi. Mengingat besarnya kepercayaan

serta tanggung jawab eksternal auditor maka diperlukan suatu pengalaman

yang memadai dan wawasan yang luas untuk dapat menjalankan peranannya

secara baik.

Selain sikap profesionalisme yang harus dipegang teguh seorang

auditor harus pula memiliki etika profesi dalam menjalankan tugasnya, etika

profesi sendiri diatur oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk

menghindari persaingan yang tidak sehat antar akuntan publik. Akuntan

publik yang menaati kode etik profesi maka dapat dikatakan telah dapat

bertingkah laku profesional dalam hubungannya dengan klien maupun rekan

seprofesi.

Perilaku tidak etis dan tidak bermartabat yang dilakukan seorang

akuntan publik tidak hanya dapat merugikan para investor saja namun ini

xviii
juga berdampak negatif pada reputasi auditor dalam masyarakat, contoh yang

paling jelas tentu dapat kita lihat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) besar

didunia yang terlibat skandal dengan kliennya yaitu KAP Arthur Andersen

yang melakukan rekayasa informasi pada laporan keuangan enron. Dampak

yang paling dirasakan auditor dalam peristiwa tersebut adalah hilangnya

kepercayaan perusahaan dan masyarakat terhadap kualitas dan reputasi

auditor yang pernah bekerja pada KAP tersebut karena pelanggaran kode etik

yang telah dilakukannya.

Pertimbangan auditor dalam menetapkan tingkat materialitas sangat

tergantung pada persepsi auditor tentang kebutuhan atas informasi yang

terdapat pada informasi yang diberikan manajemen maupun didapat oleh

auditor dalam proses audit, sehingga tingkat materialitas suatu laporan

keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut.

Statement on Auditing Standard (SAS) No.47 mendefinisikan

materialitas yaitu kebijakan materialitas dibuat dalam kaitannya dengan

kegiatan sekelilingnya dan melibatkan pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.

American Institute Certified Public Accountant (AICPA) menyatakan Tingkat

materialitas laporan keuangan suatu entitas tidak akan sama dengan entitas

yang lain, tergantung pada ukuran entitas. AICPA juga menyebutkan bahwa

resiko audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat,

saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi prosedur audit

(AICPA, 1983:para6) dalam Winda Fridati (2005:5). Risiko audit adalah

resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi

xix
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material (Mulyadi, 2002:165).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Winda Fridati (2005). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

dilihat dari beberapa aspek. Pertama, penambahan variabel independen yaitu

etika profesi yang diambil dari penelitian Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia

Susanto (2008). Kedua, penelitian sebelumnya oleh Winda Fridati (2005)

mengambil sampel pada KAP di kota Yogyakarta, sedangkan penelitian ini

mengambil sampel di Jakarta dan Tangerang Selatan mengingat tingkat

populasi KAP yang lebih banyak dan lebih luas dibanding kota besar lainnya

di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Seorang auditor eksternal dalam menjalankan suatu audit harus

melakukan perencanaan audit yang didalamnya terdapat pertimbangan awal

tingkat materialitas serta penetapan resiko tingkat pengendalian yang

direncanakan. Peran auditor yang semakin berkembang menuntut seorang

auditor untuk terus memperluas pengetahuan mengenai kompleksitas entitas

modern dan aktivitas usaha suatu entitas yang akan diaudit.

Independensi yang dimiliki seorang auditor merupakan salah satu

modal dalam melaksanakan audit, sehingga meskipun pada kenyataannya

auditor dibayar oleh klien namun pada hakikatnya dia harus tetap independen

dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, seorang auditor yang

xx
independen bebas dari konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang

saham serta pihak lain yang berkepentingan atas laporan keuangan yang telah

diaudit. Walaupun seorang auditor memiliki sikap profesionalisme yang

memadai, apabila tidak disertai dengan sikap independen yang sudah diatur

dalam etika profesi auditor, maka auditor tersebut akan kehilangan sikap

tidak memihak yang justru sangat penting dalam mempertahankan

pendapatnya. Menurut Iz Irene (2004:35) dalam Winda Fridati (2005:11)

independensi adalah salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat

auditor. Dua kata kunci dalam pengertian independensi yaitu objektivitas

(kondisi yang adil,tidak bias dan tidak memihak), dan integritas (prinsip

moral yang tidak memihak, jujur, dan mengemukakan fakta apa adanya).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Winda Fridati

(2005), Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008) maka rumusan

masalah yang dapat disimpulkan adalah:

1. Apakah profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi, kewajiban

sosial, kemandirian, kepercayaan profesi, hubungan dengan rekan

seprofesi) dapat mempengaruhi tingkat materialitas dalam pemeriksaan

laporan keuangan ?

2. Apakah etika profesi dapat mempengaruhi tingkat materialitas dalam

pemeriksaan laporan keuangan?

3. Apakah profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi, kewajiban

sosial, kemandirian, kepercayaan profesi, hubungan dengan rekan

xxi
seprofesi) dan etika profesi dapat mempengaruhi tingkat materialitas

dalam pemeriksaan laporan keuangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi,

kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan profesi, hubungan rekan

seprofesi) dapat mempengaruhi tingkat materialitas dalam pemeriksaan

laporan keuangan.

2. Untuk menguji etika profesi dapat mempengaruhi tingkat materialitas

dalam pemeriksaan laporan keuangan.

3. Untuk menguji profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi,

kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan profesi, hubungan rekan

seprofesi) dan etika profesi dapat mempengaruhi tingkat materialitas

dalam pemeriksaan laporan keuangan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

diantaranya:

1. Sebagai bahan masukan bagi auditor untuk meningkatkan etika profesi

serta profesionalismenya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi auditor dalam melakukan audit laporan

keuangan dari segi materialitas.

xxii
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis secara pribadi maupun pembaca

secara umum dalam mempelajari kinerja dan profesionalisme auditor

dalam menentukan tingkat materialitas.

4. Sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di

lingkungan perkuliahan yang berupa teori-teori dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat digunakan dalam

keadaan yang sesungguhnya.

xxiii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Pengertian Profesionalisme

Profesi dan profesionalisme merupakan dua hal yang berbeda.

Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,

sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang

penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak

(Kalbers dan Fogarty, 1995:72). Seorang auditor eksternal dituntut untuk

melakukan pengorbanan pribadi untuk mencapai tingkat profesionalisme

individual, dengan tanggung jawab yang besar terhadap klien dan pihak

yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maka hal itu sudah

menjadi sesuatu yang wajar untuk dilakukan.

Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi

dan mematuhi standar–standar kode etik yang telah ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI), antara lain:

1. Prinsip–prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari

perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi

filosofi.

2. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang

ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.

xxiv
3. Interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para

praktisi harus memahaminya.

4. Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap

memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses

auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya (Hendro Wahyudi

dan Aida Ainul Mardiyah 2006:5).

Perilaku profesional berbanding lurus dengan sikap profesional,

auditor yang memiliki perilaku profesional tercermin dari sikap

profesional yang dia tunjukkan dalam melakukan pekerjaannya. Hall

(Syahril, 2002:7) mengembangkan konsep profesionalisme dari level

individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor

meliputi lima dimensi:

1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi

profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang

dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total

terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan

bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri

secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi

utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah baru kemudian

kepuasan secara material.

2. Kewajiban sosial (social obligation), yaitu pandangan tentang

pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh

masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

xxv
3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa

seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa

adanya tekanan dari pihak lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu

suatu keyakinan bahwa yang berhak menilai untuk suatu pekerjaan

profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang

tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation),

berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi

formal dan kelompok kolega-kolega informal sebagai sumber ide utama

pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun

kesadaran profesinya.

Untuk mewujudkan perilaku profesional dalam menjalankan

profesinya IAI memiliki kewenangan untuk membuat peraturan yang

harus dipatuhi oleh auditor independen. Standar atau persyaratan ini

dirumuskan oleh komite-komite yang dibentuk oleh IAI. Terdapat empat

bidang utama maupun standar yang ditetapkan oleh IAI yang dapat

meningkatkan profesionalisme auditor, yaitu sebagai berikut:

1. Standar auditing. Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite

SPAP) IAI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing.

Standar ini disebut Pernyataan Standar Auditing (PSA) sebelumnya

disebut Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Di Amerika Serikat

pernyataan ini disebut SAS (Statement on Auditing Standard) yang

xxvi
dikeluarkan oleh Auditing Standard Boards (ASB). Pada tanggal 10

November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus pusat IAI telah

mengesahkan sejumlah pernyataan standar auditing, sebelumnya

disebut sebagai Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Penyempurnaan

ini terutama sekali bersumber pada SAS dengan penyesuaian terhadap

kondisi Indonesia dan Standar Auditing Internasional.

2. Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan. Komite SPAP IAI

dan Compilation and Review Standards Committee bertanggung jawab

untuk mengeluarkan pernyataan mengenai pertanggungjawaban

akuntan publik sehubungan dengan laporan keuangan suatu perusahaan

yang tidak diaudit. Pernyataan ini di Amerika Serikat disebut

Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS)

dan di Indonesia disebut Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan

Review (PSAR). PSAR 1 disahkan pada tanggal 1 Agustus 1994

menggantikan pernyataan NPA sebelumnya mengenai hal yang sama.

Bidang ini mencakup dua jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana

akuntan membantu kliennya menyusun laporan keuangan tanpa

memberikan jaminan mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk

situasi dimana akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan

pertanyaan dan analitis tertentu, sehingga dapat memberikan suatu

keyakinan terbatas bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap

laporan keuangan bersangkutan (jasa review).

xxvii
3. Standar atestasi lainnya. Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statements

on Standards for Atestation Engagements. IAI sendiri mengeluarkan

beberapa pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994, pernyataan

ini mempunyai fungsi ganda, pertama, sebagai kerangka yang harus

diikuti badan penetapan standar yang ada didalam IAI untuk

mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang

spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila tidak

terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik

IAI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di Amerika

Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh

seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar auditing,

standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu

menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan

seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003), berkaitan dengan dua

aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural

karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan,

pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik, sedangkan

aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.

Seorang auditor profesional yang telah berpengalaman menghadapi

situasi yang berulang-ulang akan mempengaruhi judgement atau

penilaiannya. Setiap informasi yang datang berulang akan menciptakan

xxviii
judgement yang baru dan pada akhirnya menimbulkan keputusan yang

baru (Winda Fridati, 2005:18).

2. Etika Profesi

Definisi etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:237)

adalah sebagai berikut:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral atau akhlak.

2. Kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai

seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku

manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang

dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau

profesi. Berdasarkan definisi yang dikemukakan tersebut, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa etika merupakan norma yang mengikat

hubungan antar individu secara moral, yang dapat dituangkan dalam

aturan, hukum maupun etika profesional yang dikodifikasi dalam kode etik

suatu profesi, dalam hal ini adalah norma perilaku yang mengatur

hubungan auditor dengan klien, auditor dengan rekan seprofesi, auditor

dengan masyarakat, dan terutama auditor dengan dirinya sendiri.

xxix
Etika profesional (professional ethics) harus lebih dari sekedar

prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang

profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik, sedangkan

kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku

yang ideal sehingga harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan agar dapat

memiliki arti, maka keduanya harus pada posisi di atas hukum, namun

sedikit di bawah posisi ideal.

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat

harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip

moral yang mengatur tentang perilaku profesional (Sukrisno Agoes, 2004).

Tanpa etika profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah

sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh

para pelaku bisnis. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi

yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk

mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003).

Insitut Akuntan Publik Indonesia Seksi 100.1 menyatakan salah satu hal

yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah

tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan

publik. Sehingga setiap praktisi harus mematuhi seluruh prinsip dasar kode

etik ketika bertindak untuk kepentingan publik.

IAI pada kongres VIII tahun 1998 memutuskan prinsip Etika

Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam

Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut

xxx
IAI menyatakan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik,

pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam

pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan perilaku

etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk

berperilaku terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi.

Prinsip ini dibagi menjadi delapan prinsip, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip tanggung jawab profesi menyatakan bahwa sebagai profesional,

anggota IAI mempunyai peranan penting dalam masyarakat, terutama

kepada semua pemakai jasa profesional mereka dan bertanggung jawab

dalam mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan

masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur

diri sendiri bersama-sama dengan sesama rekan anggota. Usaha kolektif

berperan penting dalam memelihara dan meningkatkan tanggung jawab

profesi.

2. Prinsip kepentingan publik menyatakan bahwa setiap anggota

berkewajiban untuk selalu bertindak dalam kerangka pelayanan kepada

publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen

atas profesionalisme. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi

yang penting ini dengan terus menerus memberikan jasa pada tingkat

yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh.

3. Prinsip integritas mengakui integritas sebagai kualitas yang dibutuhkan

untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik. Integritas

xxxi
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan

berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

4. Prinsip objektivitas mengharuskan setiap anggota untuk menjaga

objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan

kewajiban profesionalnya. Auditor bekerja dalam berbagai kapasitas

yang berbeda dan harus menunjukkan objektivitas mereka dalam

berbagai situasi. Auditor dalam praktek publik memberikan jasa

atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain

menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan

jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan

manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga

mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi.

Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas

pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mengharuskan

anggota untuk selalu menjaga dan memelihara kompetensi dan kehati-

hatian profesional serta ketekunan dalam melaksanakan jasa

profesionalnya sesuai dengan kemampuan. Kompetensi diperoleh

melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak

menggambarkan dirinya mempunyai keahlian atau pengalaman yang

tidak mereka miliki. Dalam semua penugasan dan dalam semua

tanggungjawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk

mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas

xxxii
jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti

disyaratkan oleh Prinsip Etika.

6. Prinsip kerahasiaan mengharuskan anggota untuk menghormati

kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan pekerjaan dan

tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa

persetujuan kecuali ada kewajiban profesional atau hukum untuk

mengungkapkannya.

7. Prinsip perilaku profesional menuntut anggota untuk berperilaku yang

konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan

yang mendiskreditkan profesi.

8. Prinsip standar teknis mengharuskan anggota untuk mentaati standar

teknis dan standar profesional yang relevan dalam melaksanakan

penugasan audit (Winda Fridati, 2005:12).

Pengaturan sendiri dan etika profesional demikian penting bagi

profesi akuntan, sehingga peraturan AICPA menetapkan perlunya

dibentuk Divisi atau Tim Etika Profesional, yang memiliki misi sebagai

berikut:

1. Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif

menegakkan standar-standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa

kepentingan masyarakat terlindungi.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai Certified Public

Accounting (CPA).

xxxiii
3. Menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para

anggota mampu menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.

Tim ini terdiri dari beberapa staf penuh waktu, anggota sukarela aktif,

dan investigator sementara yang juga bersifat sukarela sesuai

kebutuhan.

Tim tersebut melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan

misinya sebagai berikut:

a. Menetapkan standar, Komite Eksekutif Etika Profesional melakukan

interpretasi atas Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan

perubahan pada kode perilaku.

b. Penegakan etika, Tim Etika Profesional melakukan investigasi atas

potensi masalah-masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA

serta masyarakat CPA negara bagian dan Program Penegakan Etika

Bersama.

c. Jasa permintaan bantuan teknis (ethics hotline), Tim Etika Profesional

melakukan pendidikan bagi anggota serta mempromosikan pemahaman

atas standar etika yang ada dalam Kode Perilaku Profesional AICPA,

dengan cara menanggapi permintaan bantuan anggota dalam rangka

penetapan Kode Etik Perilaku Profesional AICPA pada bidang praktek

yang spesifik (Kell, Johnson, dan Boynton, 2000:99-100).

3. Materialitas

xxxiv
Pengertian materialitas dilihat dari segi harfiah dapat berarti

signifikan atau esensial. Dalam ruang lingkup akuntansi, materialitas tidak

dapat diartikan begitu saja. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh

para ahli atau badan yang berwenang untuk memberikan pengertian yang

tepat mengenai materialitas. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) SA Seksi 312 materialitas merupakan besarnya informasi

akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari

keadaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi

pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi

tersebut. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan (KDPPLK) paragraf 30 materialitas dianggap sebagai ambang

batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang

dimiliki informasi agar dianggap berguna. Informasi dianggap material

apabila kelalaian untuk mencantumkan atau mencatat informasi tersebut

dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemakai laporan

keuangan. FASB (The Financial Accounting Standards Board)

menjelaskan konsep materialitas sebagai penghilangan atau salah saji

suatu item dalam laporan keuangan adalah material jika, dalam keadaan

yang tertentu, besarnya item tersebut mungkin menyebabkan

pertimbangan orang yang reasonable berdasarkan laporan keuangan

tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh adanya pencantuman atau

peniadaan informasi akuntansi tersebut (Winda Fridati, 2005:14).

xxxv
Materialitas adalah besarnya penghilangan atau salah saji informasi

akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang dapat

mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan

terhadap informasi tersebut (Mulyadi, 2002:158). Materialitas merupakan

salah satu konsep baik dalam audit maupun akuntansi yang penting dan

mendasar. Konsep berarti rancangan, gagasan, atau rencana tindakan yang

konseptual. Dalam akuntansi, materialitas dihubungkan dengan ketepatan

manajemen dalam mencatat dan mengungkapkan aktivitas perusahaan

dalam laporan keuangan. Dalam mempersiapkan laporan keuangan,

manajemen menggunakan estimasi, konsep materialitas dalam akuntansi

menyangkut kekeliruan yang timbul karena penggunaan estimasi tersebut.

Materialitas sebagai konsep dalam audit mengukur lingkup audit.

Materialitas audit menggambarkan jumlah maksimum kemungkinan

terdapat kekeliruan dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan

tersebut masih dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan dan hasil

operasi perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum

(William J, dalam Winda Fridati, 2005). Dua alasan mengapa konsep

materialitas penting dalam audit, yaitu pertama, sebagian pemakai

informasi akuntansi tidak dapat memahami informasi akuntansi dengan

mudah, maka pengungkapan data penting harus dipisahkan dari data yang

kurang penting, karena pengungkapan data penting yang bersamaan

dengan data tidak penting cenderung menyesatkan pemakai laporan

keuangan. Kedua, proses pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk

xxxvi
mendapatkan tingkat jaminan (guarantee) yang layak mengenai kewajaran

penyajian laporan keuangan pada suatu waktu tertentu (Berstein, L dalam

Winda Fridati, 2005:15).

The institute of chartered accountants in australia dalam Yustida

Bernawaty (1994) menyatakan bahwa materialitas berhubungan dengan

luasnya salah saji, peniadaan atau tidak diungkapkannya informasi

keuangan yang akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.

penerapan prinsip materialitas ini ada dalam setiap tahapan pemeriksaan.

Oleh karenanya materialitas harus dipertimbangkan auditor ketika :

1. Merencanakan sifat, waktu dan luasnya prosedur pemeriksaan

2. Melaksanakan prosedur pemeriksaan

3. Menentukan kesesuaian penyajian dan pengungkapan yang

relevan dalam informasi keuangan.

Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar

auditing yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas

pelaksanaan auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing

sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Standar

auditing terdiri dari sepuluh standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI). Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01, SA

seksi 150 dicantumkan sepuluh standar sebagai berikut:

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

xxxvii
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

xxxviii
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikul oleh auditor.

Materialitas terutama berhubungan dengan standar auditing

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar Audit seksi 312

mengenai Resiko dan Materialitas Audit Dalam Pelaksanaan Audit

mengharuskan auditor menentukan materialitas dalam perencanaan audit

dan merancang prosedur audit, serta mengevaluasi kewajaran laporan

keuangan secara keseluruhan. Dalam perencanaan audit, auditor

melakukan pertimbangan awal terhadap materialitas. Pertimbangan

tersebut terdiri dari dua tingkatan yaitu pertimbangan pada tingkat laporan

keuangan dan pertimbangan pada tingkat saldo akun. Pada tingkat laporan

keuangan materialitas dihitung sebagai keseluruhan salah saji minimum

yang dianggap penting atau material atas salah satu laporan keuangan. Hal

ini disebabkan karena laporan keuangan pada dasarnya adalah saling

terkait satu sama lain dan sama halnya dengan prosedur audit yang dapat

xxxix
berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. Pada tingkat saldo

akun, materialitas merupakan salah saji terkecil yang mungkin terdapat

dalam saldo akun yang dipandang material. Dalam mempertimbangkan

materialitas pada tingkat ini auditor harus juga mempertimbangkan dengan

materialitas pada tingkat laporan keuangan karena salah saji yang mungkin

tidak material secara individu dapat bersifat material terhadap laporan

keuangan bila digabungkan dengan saldo akun yang lain. Pertimbangan

materialitas pada saat perencanaan audit mungkin berbeda dengan

pertimbangan materialitas pada saat evaluasi laporan keuangan karena

keadaan yang melingkupi berubah dan adanya informasi tambahan selama

proses audit (Mulyadi dalam Winda Fridati 2005:17).

Pertimbangan materialitas (materiality judgement) bukanlah

pertimbangan yang dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialitas

merupakan pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor

atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang

meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP SA Seksi 312,

2001:para10). Pertimbangan materialitas tersebut dihubungkan dengan

keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.

Keadaan yang melingkupinya mengandung arti bahwa dalam menentukan

materialitas faktor keadaan entitas patut diperhatikan. Pertimbangan

kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji sedangkan pertimbangan

kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci

tertentu dalam laporan keuangan, salah saji yang secara kuantitatif tidak

xl
material bisa menjadi material secara kualitatif (SPAP SA Seksi 312,

2001:para11).

The American Accounting Association (AAA) mengklasifikasikan

faktor yang dipertimbangkan dalam pertimbangan materialitas adalah:

1. Karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kuantitatif,

yaitu:

a. Besarnya suatu item (lebih besar atau kecil) relatif terhadap

pengharapan normal.

b. Besarnya suatu item relatif terhadap item-item serupa (relatif

terhadap total dari terjadinya laba periode tersebut dan lain-lain).

2. Karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kualitatif.

a. Tindakan bawaan penting, aktifitas atau kondisi yang tercerminkan

(tidak bias, tidak diharapkan, pelanggaran terhadap kontrak).

b. Sifat bawaan penting suatu item sebagai indikator dari bagian

kejadian di masa mendatang yang mungkin (pikiran mengenai

perubahan dalam praktek usaha dan lain – lain).

The Cost Accounting Standard Board memberikan (CASB)

memberikan kriteria yang lebih luas sebagai berikut :

1. Jumlah dollar absolut yang terlibat.

2. Jumlah biaya kontrak total dibandingkan dengan jumlah yang sedang

dipertimbangkan.

3. Hubungan antara item biaya dan tujuan biaya.

4. Pengaruh terhadap pendanaan pemerintah.

xli
5. Hubungan dengan harga.

6. Pengaruh kumulatif item yang tidak material secara individu.

Semua faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan secara

bersama-sama, tidak dapat ditentukan secara individu (Bernawi dalam

Winda Fridati, 2005:19).

B. Keterkaitan Antar Variabel

1. Profesionalisme dengan pertimbangan tingkat materialitas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Winda Fridati (2005:53)

mengenai pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat

materialitas, hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

profesionalisme auditor maka akan semakin tepat pertimbangan auditor

terhadap materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Semakin

tinggi tingkat pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian,

keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan sesama profesi maka

akan semakin tepat pertimbangan auditor terhadap materialitas dalam

pengauditan laporan keuangan.

Michael gibbins (1984) dalam Winda Fridati (2005:9) berusaha

meneliti mengenai bagaimana cara kerja pertimbangan profesional akuntan

publik secara psikologis, dan menemukan bahwa PJPA (Professional

Judgement Accountant Public) adalah proses yang pragmatik. Suatu proses

melalui faktor-faktor berupa: pengalaman sehari-hari, terutama yang

berhubungan dengan menghadapi lingkungan yang penuh tuntutan,

xlii
menjalani hidup hari demi hari, menghasilkan uang, pembenaran terhadap

tindakan, merespon terhadap motivasi dari kantor tempat bekerja dan

belajar dari feedback atau tidak belajar dari kesalahan.

Hastuti dkk. (2003) dalam Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia

Susanto (2008:7) meneliti tentang hubungan profesionalisme dengan

pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan

dengan menggunakan lima dimensi profesionalisme yang sebelumnya

dikembangkan oleh Hall (1968). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat profesionalisme mempunyai hubungan yang signifikan dengan

pertimbangan tingkat materialitas. Semakin tinggi tingkat profesionalisme

akuntan publik, semakin baik pertimbangan tingkat materialitasnya.

2. Etika Profesi dengan pertimbangan tingkat materialitas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arleen Herawaty dan

Yulius Kurnia Susanto (2008) tentang profesionalisme, pengetahuan

akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, etika profesi dan

pertimbangan tingkat materialitas hasilnya menunjukkan bahwa etika

profesi berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Hal ini menunjukkan, semakin tinggi akuntan publik menaati

kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya.

Teori Cognitiive Moral Development bermanfaat dalam

penggambaran psikologi pembuatan pertimbangan etis dalam domain

akuntan publik (Ponemon, 1992) dalam St Vena Purnamasari (2006:6).

xliii
Ponemon (1992) dalam St Vena Purnamasari (2006:6) menyatakan bahwa

perkembangan ke tahap pertimbangan etis yang lebih tinggi akan

membantu sensitifitas seorang individu untuk lebih mengkritisi kejadian,

masalah dan konflik. Auditor dengan kapasitas pertimbangan etis yang

tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis.

C. Model Penelitian

Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Profesionalism
e (X1)
Materialitas
(Y)
Etika Profesi
(X2)

Gambar 2.1
Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas

D. Perumusan Hipotesa Penelitian

Penelitian dengan menggunakan dimensi profesionalisme Hall

(1968) yang dilakukan oleh Winda Fridati (2005) menunjukkan bahwa

dimensi profesionalisme mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dan penelitian yang dilakukan Arleen

Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008) menunjukkan Kode Etik IAPI

xliv
dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan

Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan

yang baik untuk mutu auditing. Semakin tinggi akuntan publik menaati

kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut:

Ha1 : Dimensi profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan

keuangan.

Ha2 : Etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan

tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Ha3: Dimensi profesionalisme yaitu (pengabdian pada profesi, kewajiban

sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap profesi, hubungan dengan

rekan seprofesi) dan etika profesi berpengaruh secara signifikan

terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan

laporan keuangan.

xlv
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang lingkup Penelitian

Populasi dapat diartikan sebagai sekelompok orang, kejadian atau

segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta dan Tangerang

Selatan.

B. Metode Penentuan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah para profesional yang bekerja

di Kantor Akuntan Publik baik sebagai partner, manager, senior dan junior

auditor maupun pegawai magang. Metode pemilihan sampel yang digunakan

adalah nonprobabilitas sampling, yaitu apabila setiap elemen populasi tidak

mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Penelitian

ini menggunakan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling),

yang mengumpulkan informasi dari elemen populasi yang tersedia pada saat

dilakukannya penelitian untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian. Kuesioner ini dititipkan pada profesional yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik untuk kemudian dibagikan kepada auditor yang bekerja di

KAP bersangkutan sesuai kepentingan penelitian dan dikembalikan dengan

jangka waktu yang telah ditetapkan.

xlvi
C. Metode pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer didefinisikan sebagai data yang secara langsung

diperoleh dari sumber penelitian yang asli, tanpa media perantara (Nur

Indriartoro dan Supomo, 1999:147). Data primer yang diambil pada

penelitian ini menggunakan opini subjek penelitian individual dengan

metode survey, yaitu dengan mengajukan pertanyaan tertulis melalui

kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden. Data yang

diambil dari kuesioner yang dibagikan tersebut mewakili variabel–variabel

yang akan diukur.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara

tidak langsung melalui media perantara (Nur Indriartoro dan Supomo,

1999:147). Dalam penelitian ini data sekunder meliputi telaah literatur

untuk membentuk landasan teori, penentuan atribut berdasarkan penelitian

terdahulu atau dari teori yang ada untuk mengukur variabel–variabel

penelitian. Data sekunder diperoleh melalui jurnal, buku maupun internet

serta literatur terkait lainnya.

D. Metode Analisis

Kegiatan pengolahan data dilakukan dengan proses tabulasi terhadap

kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada

xlvii
masing-masing pertanyaan untuk setiap variabel. Analisa data menggunakan

regresi berganda (multiple regresion) untuk menguji pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian dilakukan

pengecekan dengan melakukan plot data untuk melihat adanya data linier atau

tidak linier. Persamaan regresi yang digunakan adalah:

Y = a + b1x1 + b2x 2 + e

Keterangan:

Y = Pertimbangan tingkat materialitas

b 1,b2 = Koefisien regresi

X1 = Profesionalisme

X2 = Etika profesi

e = Galat (error terms)

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Imam Ghozali, 2005:19).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti

melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

xlviii
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.

2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali

dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s

Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak

reliabel (Imam Ghozali, 2005:41-42).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada keusioner mampu

mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan

cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-

pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di

bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali,

2005:45).

xlix
3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik data atas data primer ini, maka peneliti

melakukan uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Menguji dalam sebuah model regresi yaitu variabel dependen, variabel

independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati

normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat melihat grafik Normal P- P

plot of regression standardized residual. Deteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso,

2000:214).

Dasar pengambil keputusan antara lain (1) jika data menyebar di sekitar

garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas, serta (2) jika data menyebar jauh dari

garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas menyatakan hubungan antara sesama variabel

independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Santoso (2000:206) menyatakan bahwa deteksi

adanya multikolinearitas dibagi menjadi dua yaitu (a) besaran VIF

l
(variance inflation factor) dan tolerance. Pedoman suatu model

regresi bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar

angka 1 dan mempunyai nilai tolerance mendekati 1, serta (b) besaran

korelasi antar variabel independen.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas terjadi jika varian dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain terjadi ketidaksamaan. Model regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu

X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual yang

telah di studendized (Santoso,2000:210).

Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut: (a) jika ada

pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar), maka telah terjadi

heteroskedastisitas dan (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi. Gujarati (1995:187) menyatakan “deteksi heterokedastisitas

dapat menggunakan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara

meregresikan variabel independen dengan residual. Jika hasil uji

Glejser signifikan maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan

jika hasil uji Glejser tidak signifikan, maka model regresi tersebut

bebas heteroskedastisitas.

li
4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi

berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar

variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang

sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2000:163). Model regresi

berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih

variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran

interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur Indriantoro dan

Supomo, 2002:211)

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R²

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Imam Ghozali, 2005: 83).

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

lii
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05

(Imam Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000:168) dasar

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap

variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen

atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap

variabel dependen atau terikat.

c. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F

digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Imam

Ghozali, 2005:84).

liii
Menurut Singgih Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa

melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak (kalbers dan

fogarty, 1995:72). Sehingga auditor memiliki tanggung jawab terhadap

pekerjaannya kepada publik baik dalam bentuk pribadi maupun terikat

konteks pekerjaan. Seorang eksternal auditor yang telah dianggap

profesional harus memiliki (1) pengabdian pada profesi, (2) kewajiban

sosial, (3) kemandirian, (4) keyakinan pada profesi, (5) hubungan dengan

sesama profesi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang

liv
dikembangkan oleh Winda Fridati (2005) yang terdiri dari 24 butir

pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang berkaitan dengan 5

(lima) pilihan yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang

setuju, (4) setuju, (5) sangat setuju.

2. Etika Profesi

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu

profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku

para anggotanya (Murtanto dan Marini 2003). Dalam penelitian ini etika

profesi yang digunakan adalah Kode Etik Akuntan Indonesia yang

didalamnya mengatur tentang hubungan akuntan publik dengan klien, rekan

sejawat dan dengan masyarakat. Setiap responden diminta untuk menjawab

8 butir pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan jawaban

adalah (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju

(5) sangat setuju.

3. Materialitas

Materialitas adalah besarnya penghilangan atau salah saji informasi

akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang dapat

mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap

informasi tersebut (Mulyadi 2002:158). Setiap responden diminta untuk

menjawab 10 butir pertanyaan yang dikembangkan oleh Winda Fridati

(2005) dan diukur menggunakan skala likert berkaitan dengan 5 (lima)

pilihan yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4)

setuju, (5) sangat setuju.

lv
Tabel 3.1
Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Pengukuran

Profesionalisme 1. Pengabdian pada 1. Kompetensi Skala Interval

profesi 2. Pengalaman

3. Keyakinan
2. Kewajiban sosial
4. Loyalitas
3. Kemandirian
5. Kepercayaan

4. Keyakinan terhadap 6. Independensi

profesi 7. Keterbukaan

8. Penugasan
5. Hubungan dengan
9. Pengambilan
sesama profesi
keputusan

10. Tekanan

11. Investigasi

12. Kepentingan

13. Opini

14. Pertimbangan

15. Evaluasi kerja

lvi
16. Partisipasi

17. Diskusi

18. Organisasi

19. Pengetahuan

auditor

Etika Profesi 1. Ketaatan Skala Interval

terhadap aturan

2. Independensi

3. Tanggung jawab

4. Integritas

5. Objektivitas

6. Sikap dan

tingkah laku

lvii
Materialitas 1. Penilaian Skala Interval

2. Resiko audit

3. Perencanaan

4. Opini

5. Pengalaman

6. Pengetahuan

dan

kecakapan

7. Sikap

independensi

8. Komitmen

auditor

9. Tingkat

kepercayaan

terhadap

peraturan

profesi

lviii
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akuntan publik (auditor) yang

bekerja di kantor akuntan publik yang terletak di wilayah DKI Jakarta dan

Tangerang Selatan. Auditor yang dilibatkan meliputi partner, manajer,

supervisor, auditor senior dan auditor junior.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden.

Pernyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 1 februari 2010 sampai 22

februari 2010 dan dilakukan ke 17 kantor akuntan publik yang berada di

DKI Jakarta dan Tangerang Selatan dengan peta distribusi sebagai berikut:

Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian

No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner Kuesioner

dikirim dikembalikan

1. Abdul Hamid Dan Khairunnas 5 5

2. Drs. Rasin, Ichwan & Rekan 6 6

3. Handoko Tomo 10 7

lix
4. Mulyamin Sensi 7 7

5. Purwantono, Sarwoko, Sanjaya 6 0

6. Abubakar Usman 7 5

7. Chaeroni 3 3

8. Nugroho Dan Rekan 5 3

9. Adnan Ali 6 0

10. Amir Abadi Jusuf 6 0

11. Hasnil Dan Rekan 6 6

12. Moh. Sofwan Dan Rekan 3 3

13. Drs. Usman & Rekan 5 5

14. Drs. Soewarno 5 5

15. Joachim Sulistyo & Rekan 5 5

16. Herman, Dody, Tanumihardja & 3 3


Rekan

17. Drs. Wirawan Dan Rekan 5 5

TOTAL 93 68

Sumber: Data Primer

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 93 buah dan jumlah yang

kembali adalah sebanyak 68 buah atau 73,11%. Jumlah kuesioner yang

lx
tidak kembali adalah 25 buah atau 26,89%. %. Data sampel ini dapat

dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Auditor Persentase

1. Jumlah kuesioner yang disebar 93 100%

2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 25 26,89%

3. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 68 73,11%

Sumber: Data primer yang diolah

2. Karakteristik Responden

Dalam deskripsi data ini, peneliti menyajikan identitas responden

yaitu auditor eksternal pada beberapa kantor akuntan publik di wilayah

Jakarta dan Tangerang Selatan.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 32 47.1 47.1 47.1

perempuan 36 52.9 52.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: data primer yang diolah

lxi
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 36 orang atau 52,9%

responden didominasi oleh jenis kelamin perempuan, dan sisanya

sebesar 32 orang atau 47,1% berjenis kelamin laki-laki.

b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir

Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Partner 1 1.5 1.5 1.5

Supervisor 4 5.9 5.9 7.4

Senior
20 29.4 29.4 36.8
auditor

Junior
43 63.2 63.2 100.0
auditor

Total 68 100.0 100.0

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.4 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas responden

sebanyak 43 orang atau sebesar 63,2% menduduki posisi sebagai

auditor junior, 29,4% atau sebanyak 20 orang menduduki posisi

sebagai auditor senior, 1 orang atau sekitar 1,5% menduduki posisi

sebagai partner serta 4 orang atau 5,9% menduduki posisi sebagai

supervisor.

lxii
c. Deskripsi responden beradasarkan usia

Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21 1 1.5 1.5 1.5

22 5 7.4 7.4 8.8

23 15 22.1 22.1 30.9

24 8 11.8 11.8 42.6

25 13 19.1 19.1 61.8

26 9 13.2 13.2 75.0

27 3 4.4 4.4 79.4

28 5 7.4 7.4 86.8

29 2 2.9 2.9 89.7

30 4 5.9 5.9 95.6

31 1 1.5 1.5 97.1

33 1 1.5 1.5 98.5

42 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.5 diatas menunjukkan auditor yang bekerja pada kantor

akuntan publik sebesar 1,5% diantaranya berusia 21,31,33 dan 42

tahun, sedangkan yang berusia 22 dan 28 tahun sebanyak 7,4%.

Auditor yang berusia 23 tahun sebanyak 22,1%, sedangkan yang

lxiii
berusia 24 tahun sebanyak 11,8%. Auditor yang berusia 25 tahun

sebanyak 19,1%, yang berusia 26 tahun sebanyak 13,2%,

sedangkan yang berusia 27 tahun sebanyak 4,4%. Auditor yang

berusia 29 tahun sebanyak 5,4%, sedangkan yang berusia 30 tahun

sebesar 5,9%. Mayoritas auditor yang bekerja pada kantor akuntan

publik berusia 23 tahun atau 22,1% dan 25 tahun sebanyak 19,1%.

d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 1 1.5 1.5 1.5

S1 63 92.6 92.6 94.1

S2 4 5.9 5.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.6 mengindikasikan bahwa rata-rata auditor berpendidikan

terakhir Strata Satu (S1) atau yang sederajat, ini ditunjukkan

dengan angka 92,6% atau sebanyak 63 orang, sedangkan Strata

Dua (S2) ditunjukkan dengan angka 5,9% atau sebanyak 4 orang

dan 1,5% atau sekitar 1 orang berpendidikan Diploma III (D3).

e. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja

lxiv
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman kerja

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <3 tahun 55 80.9 80.9 80.9

3-7 tahun 13 19.1 19.1 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.7 dibawah ini menjelaskan pengalaman kerja auditor di kantor

akuntan publik yaitu 80,9% atau sekitar 55 auditor yang memiliki

pengalaman bekerja kurang dari 3 tahun, 19,1% atau sekitar 13 auditor

yang memiliki pengalaman kerja antara 3 sampai 7 tahun.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

lxv
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi

profesionalisme, etika profesi dan pertimbangan tingkat materialitas akan

diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tprof 68 89 128 103.56 8.454

Tetp 68 23 40 32.57 3.316

Tmat 68 40 85 67.65 5.994

Valid N (listwise) 68

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel profesionalisme jawaban

minimum responden sebesar 89 dan maksimum sebesar 128, dengan rata-

rata total jawaban 103,56 dan standar deviasi sebesar 8,454. Pada variabel

etika profesi minimum jawaban responden sebesar 23 dan maksimum

sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban 32,57 dan standar deviasi

sebesar 3,3316. Variabel materialitas minimum jawaban responden

sebesar 40 dan maksimum sebesar 85, dengan rata-rata total jawaban

67,65 dan standar deviasi sebesar 5,994.

2. Hasil Uji Kualitas Data

lxvi
a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada

kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat

signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat

dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga

variabel dengan 68 sampel responden.

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,345** 0,004 Valid

Pertanyaan 2 0,488** 0,000 Valid

Pertanyaan 3 0,579** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,546** 0,000 Valid

Pertanyaan 5 0,684** 0,000 Valid

Pertanyaan 6 0,593** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,537** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,574** 0,000 Valid

lxvii
Pertanyaan 9 0,296* 0,014 Valid

Pertanyaan 10 0,402** 0,001 Valid

Pertanyaan 11 0,500** 0,000 Valid

Pertanyaan 12 0,533** 0,000 Valid

Pertanyaan 13 0,291* 0,016 Valid

Pertanyaan 14 0,454** 0,000 Valid

Pertanyaan 15 0,525** 0,000 Valid

Pertanyaan 16 0,546** 0.000 Valid

Pertanyaan 17 0,351** 0,003 Valid

Pertanyaan 18 0,353** 0,003 Valid

Pertanyaan 19 0.440** 0,000 Valid

Pertanyaan 20 0,244* 0,045 Valid

Pertanyaan 21 0,428** 0,000 Valid

Pertanyaan 22 0,523** 0,000 Valid

Pertanyaan 23 0,463** 0,000 Valid

Pertanyaan 24 0,333** 0,003 Valid

lxviii
Pertanyaan 25 0,320** 0,008 Valid

Pertanyaan 26 0,352** 0,003 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.9 menunjukkan variabel profesionalisme mempunyai kriteria

valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05.

Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Etika Profesi

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,463** 0,000 Valid

Pertanyaan 2 0,758** 0,000 Valid

Pertanyaan 3 0,585** 0,000 Valid

Pertanyaan 4 0,763** 0,000 Valid

Pertanyaan 5 0,639** 0,000 Valid

Pertanyaan 6 0,630** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,559** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,627** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

lxix
Tabel 4.10 menunjukkan variabel etika profesi mempunyai kriteria

valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05.

Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas materialitas

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 1 0,206 0,092 Tidak Valid

Pertanyaan 2 0,222 0,069 Tidak Valid

Pertanyaan 3 0,357** 0,003 Valid

Pertanyaan 4 0,078 0,525 Tidak Valid

Pertanyaan 5 0,213 0,082 Tidak Valid

Pertanyaan 6 0,425** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,499** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,605** 0,000 Valid

Pertanyaan 9 0,566** 0,000 Valid

Pertanyaan 10 0,724** 0,000 Valid

Pertanyaan 11 0,527** 0,000 Valid

Pertanyaan 12 0,628** 0,005 Valid

lxx
Pertanyaan 13 0,676** 0,000 Valid

Pertanyaan 14 0,341** 0,004 Valid

Pertanyaan 15 0,423** 0,000 Valid

Pertanyaan 16 0,714** 0,000 Valid

Pertanyaan 17 0,497** 0,000 Valid

Pertanyaan 18 0,463** 0,000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.11 menunjukkan variabel materialitas mempunyai kriteria

valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05, terkecuali empat pertanyaan dari variabel materialitas yaitu

pertanyaan 1,2,4 dan 5 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki

nilai signifikansi diatas 0,05, sehingga harus dikeluarkan dan tidak

diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil

pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan

responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan

pertanyaan 1,2,4 dan 5 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian

berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan dapat dilihat pada

tabel 4.12.

lxxi
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Setelah pertanyaan 1,2,4 dan5 Dikeluarkan

Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pertanyaan 3 0,375** 0,002 Valid

Pertanyaan 6 0,536** 0,000 Valid

Pertanyaan 7 0,598** 0,000 Valid

Pertanyaan 8 0,636** 0,000 Valid

Pertanyaan 9 0,616** 0,000 Valid

Pertanyaan 10 0,636** 0,000 Valid

Pertanyaan 11 0,486** 0,000 Valid

Pertanyaan 12 0,626** 0,000 Valid

Pertanyaan 13 0,684** 0,000 Valid

Pertanyaan 14 0,422* 0,021 Valid

Pertanyaan 15 0,423** 0,000 Valid

Pertanyaan 16 0,639** 0,000 Valid

Pertanyaan 17 0,492** 0,000 Valid

Pertanyaan 18 0,522** 0,000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

lxxii
Tabel 4.12 menunjukkan variabel materialitas mempunyai kriteria

valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari

instrumen penelitian, instrument dikatakan reliabel jika nilai Cronbach

Alpha diatas 0,6.

Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Profesionalisme

Cronbach's

Alpha Based on

Cronbach's Standardized

Alpha Items N of Items

.839 .856 26

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.13 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

profesionalisme sebesar 0,839, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.

lxxiii
Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Etika Profesi

Cronbach's Alpha

Based on Standardized

Cronbach's Alpha Items N of Items

.750 .791 8

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.14 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel etika

profesi sebesar 0,750, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan

dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s

alpha lebih besar dari 0,6.

Tabel 4.15
Hasil Uji Reliabilitas Variabel materialitas

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized

Cronbach's Alpha Items N of Items

.788 .831 14

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.15 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel

materialitas sebesar 0,788, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.

lxxiv
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang

digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti

bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang

relatif sama dengan jawaban sebelumnya.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan

dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)

serta besaran korelasi antar variabel independen.

Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 Tprof .960 1.042

Tetp .960 1.042

a. Dependent Variable: Tmat

Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa masing-masing variabel

mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance

inflation factor (VIF) disekitar angka 1. Dimana profesionalisme dan

etika profesi mempunyai nilai tolerance 0,960 dan mempunyai nilai

lxxv
VIF 1,042. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan

regresi tidak terdapat problem multiko.

b. Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas P-Plot

lxxvi
Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Histogram

Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini

menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asusmsi normalitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas.

lxxvii
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka 0

(nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi

pertimbangan tingkat materialitas berdasarkan masukan atas variabel

profesionalisme dan etika profesi

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model

analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen.

lxxviii
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate

a
1 .907 .822 .817 .390

a. Predictors: (Constant), Tetp, Tprof

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.17 menunjukkan nilai R sebesar 0,907 atau 90,7%. Hal ini

berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pertimbangan tingkat

materialitas dengan profesionalisme dan etika profesi adalah sangat

kuat karena berada dikisaran 0,80-0,999 (Riduwan dan Engkos

Achmad Kuncoro, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,817

atau 81,7%, ini menunjukkan bahwa variabel pertimbangan tingkat

materialitas yang dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme dan

etika profesi adalah sebesar 81,7%, sedangkan sisanya sebesar 0,183

atau 18,3% (1-0,817) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

disertakan dalam model penelitian ini.

b. Hasil Uji Statistik t

Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probability t

lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika

nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak

Ha.

lxxix
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik t

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .654 .696 .939 .351

Tprof -.449 .141 -.487 -3.191 .002

Tetp 3.379 .372 1.385 9.076 .000

a. Dependent Variable: Tmat


Sumber: data primer yang diolah

Hipotesis 1: Pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan

tingkat materialitas.

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel profesionalisme

mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti menerima

Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa profesionalisme berpengaruh secara

signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil dari 0,05.

Hipotesis 2: Pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel etika profesi

mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima

Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa etika profesi berpengaruh secara

signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel etika profesi lebih kecil dari 0,05.

lxxx
Berdasarkan tabel 4.18, maka diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut

Y = 0,654 - 0,449X1 + 3,379X2 + e

Dimana:

Y = Pertimbangan tingkat materialitas

X1 = Profesionalisme

X2 = Etika Profesi

e = Error

Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta

sebesar 0,654. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel profesionalisme

dan etika profesi dianggap konstan, maka pertimbangan tingkat

materialitas akan konstan sebesar 0,654.

Koefisien regresi pada variabel profesionalisme sebesar -0,449,

hal ini berarti jika variabel profesionalisme bertambah satu satuan

maka variabel pertimbangan tingkat materialitas akan berkurang

sebesar 0,449. Meskipun memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05

hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Hastuti dkk.(2003) dan Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto

(2006) dimana koefisien korelasi bernilai positif, namun hal ini dapat

dipahami mengingat 63% responden merupakan auditor junior dengan

tingkat pengalaman dibawah tiga tahun sehingga tingkat

profesionalismenya sudah tentu berbeda dengan auditor yang memiliki

lxxxi
tingkat pengalaman kerja yang lebih lama. Koefisien regresi pada

variabel etika profesi sebesar 3,379, hal ini berarti jika variabel etika

profesi bertambah satu satuan maka variabel pertimbangan tingkat

materialitas akan bertambah sebesar 3,379.

Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik F

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 50.260 2 25.130 212.289 .000a

Residual 7.694 65 .118

Total 57.954 67

a. Predictors: (Constant), Tetp, Tprof

b. Dependent Variable: Tmat

Hipotesis 3: Pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap

pertimbangan tingkat materialitas.

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.19 nilai F diperoleh

sebesar 212,289 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha3 diterima, sehingga dapat

dikatakan bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

lxxxii
C. Pembahasan

1. Pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa profesionalisme

berpengaruh secara signifikan negatif. terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Dengan demikian, semakin tinggi profesionalisme maka

semakin rendah dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.

Profesionalisme yang tinggi terbentuk dari pengalaman dan situasi

berulang yang dihadapi auditor yang akan mempengaruhi judgement atau

penilaiannya. Semakin berpengalaman auditor dalam menghadapi situasi

tersebut maka dapat dikatakan semakin profesional ia menjalankan

tugasnya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hendro Wahyudi dan Aida Ainul Mardiyah (2006), serta

Winda Fridati(2005).

2. Pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa etika profesi berpengaruh

secara signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Dengan demikian, semakin tinggi tingkat etika profesi yang dimiliki oleh

auditor maka akan semakin baik dalam menentukan pertimbangan tingkat

materialitas. setiap akuntan publik dituntut untuk memiliki komitmen

moral yang tinggi dalam menjalankan profesinya sesuai aturan kode etik

yang telah ditetapkan, sehingga auditor yang taat terhadap kode etik

profesi maka akan semakin baik dalam menentukan pertimbangan tingkat

materialitas dan auditor yang memiliki tingkat etika profesi yang rendah

lxxxiii
maka semakin kurang baik pula dalam menentukan pertimbangan tingkat

materialitasnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agoes (1996), Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia

Susanto(2006), Nizarul Alim, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti (2007).

3. Pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika

profesi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pertimbangan

tingkat materialitas. Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat

profesionalisme maka semakin tinggi pula ketaatan auditor terhadap kode

etik profesi sehingga pertimbangan tingkat materialitas yang dilakukan

akan semakin baik karena dalam menentukan judgement atau penilaian

auditor bebas dari segala konflik kepentingan. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arleen Herawaty dan

Yulius Kurnia Susanto (2006), Winda Fridati (2005).

lxxxiv
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme

dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Responden

penelitian ini berjumlah 68 orang auditor pada kantor akuntan publik yang

terletak di Jakarta dan Tangerang Selatan. Berdasarkan pada data yang telah

dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan

dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas

menunjukkan hasil yang signifikan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat profesionalisme semakin rendah pertimbangan

tingkat materialitas .Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hastuti dkk (2003), Hendro Wahyudi dan Aida Ainul

Mardiyah (2006), serta Winda Fridati(2005). Perbedaan ini disebabkan

oleh faktor pengalaman auditor. Auditor yang memiliki pengalaman yang

luas tentu memiliki tingkat profesionalisme yang lebih baik dibandingkan

dengan auditor yang pengalamannya minim.

2. Pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas

menunjukkan hasil yang signifikan positif. Hal ini menunjukkan bahwa

kepatuhan akan etika yang baik berbanding lurus dalam menentukan

lxxxv
pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Agoes (1996), Arleen Herawaty dan Yulius

Kurnia Susanto(2006), Nizarul Alim, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti

(2007).

3. Pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas menunjukkan hasil yang signifikan positif. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arleen Herawaty dan

Yulius Kurnia Susanto (2006), Hastuti dkk (2003), Winda Fridati (2005)

B. Implikasi

Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh terhadap

pertimbangan tingkat materialitas. Profesionalisme auditor merupakan kualitas

diri yang terbentuk berdasarkan pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial

akan pekerjaan, adanya tanggung jawab yang melekat secara profesi,

kemandirian dan hubungan dengan rekan seprofesi, sehingga faktor

pengalaman individu dalam menghadapi situasi sulit dan berulang sangat

berpengaruh terhadap ketepatan untuk menilai materialitas suatu akun atau

laporan keuangan. Etika profesi sendiri terbentuk untuk mengikat profesi

secara moral, sehingga individu profesi dapat bertindak ideal dalam

menjalankan profesinya. Prinsip-prinsip etika profesi akuntansi sendiri bersifat

mengikat sehingga mengharuskan akuntan untuk berperilaku sesuai aturan

yang telah ditetapkan. Semakin baik akuntan memiliki komitmen terhadap

lxxxvi
aturan etika maka semakin baik pula dalam menentukan pertimbangan tingkat

materialitas dan pengambilan keputusan.

C. Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih akomodatif, dengan adanya beberapa masukan mengenai

beberapa hal diantaranya:

1. Penelitian berikutnya diharapkan mempertimbangkan faktor pengalaman

maupun lama kerja auditor dalam menilai profesionalisme.

2. Untuk penelitian mendatang, diharapkan menyebarkan dan

mengumpulkan kuesioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah

responden dapat lebih banyak dan hasilnya dapat lebih akurat.

3. Untuk penelitian mendatang, disarankan survei dengan metode lain,

misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan

atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaaan.

4. Konsep profesionalisme, etika profesi maupun materialitas selalu

berkembang sehingga diharapkan penelitian berikutnya selalu

memperhatikan dinamika perkembangan atau perubahan peraturan hukum

maupun kejadian-kejadian yang berhubungan dengan konsep-konsep

tersebut.

lxxxvii
DAFTAR PUSTAKA

Arleen Herawaty, Yulius Kurnia Susanto, “Profesionalisme Pengetahuan Akuntan


Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi Dan Pertimbangan
Tingkat Materialitas”. Trisakti school of management, Jakarta, 2008.

Abdul, Hamid, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Fahalina, Herawati, “Pengaruh Persepsi Profesi Dan Kesadaran Etis Terhadap


Komitmen Profesi Akuntan Publik”. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang, Surakarta, 2007.

Gujarati, D, Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995

Hastuti, Theresia Dwi, Stefani L. I., dan Clara S, “Hubungan Antara


Profesionalisme Auditor dengan Materialitas Dalam Proses Pengauditan
Laporan Keuangan”, SNA VI, Universitas Airlangga, Surabaya, 2003.

Hendro Wahyudi, Aida Ainul Mardiyah, “Pengaruh Profesionalisme Auditor


Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”.
STIE Malangkucecwara, Malang, 2006.

Imam, Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 3,


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

Ikatan Akuntan Indonesia, “standar profesional akuntan publik”, Salemba Empat,


Jakarta, 2001.

Institut Akuntan Publik Indonesia, “Kode etik Profesi Akuntan Publik”, diakses
pada 06-04-2010.

Kalbers, Lawrence P, Fogarty, Timothy J, “Profesionalism and Its Consequences


: A Study Of Internal Auditor”, Auditing : A Journal of Practice and
Theory, 1995.

Kell, W.G., R.N. Johnson dan W.C. Boynton, “Modern Auditing”. Edisi Ketujuh.
Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.

Lekatompessy, J.E, “Hubungan Profesionalisme dengan konsekuensinya:


Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja, dan
Keinginan Berpindah (study empiris di lingkungan akuntan publik)”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.5, No.1, April, hlm 69-84, 2003.

lxxxviii
Maryani, Ludigdo, “Survei Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan
Perilaku Etis Akuntan”. TEMA. Volume II Nomor 1, 2001.

Mulyadi, “Auditing Buku 1”. Jakarta: Salemba Empat, 2002.

Murtanto dan Marini, “Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta
Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika
Profesi Akuntan”, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober,
hlm. 790-805, 2003

Mutiara, Maimunah, "Etika Profesi Akuntan Publik Dalam Kaitannya Dengan


Good Corporate Governance”, STIE Musi, Palembang, 2006.

Nizarul Alim, M, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti, “pengaruh kompetensi dan
independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
variabel moderasi”. p. 1-26, 2007

Nur Indriantoro, Bambang Supomo, “Metodologi penelitian bisnis untuk


akuntansi dan manajemen Ed1”, BPFE, Jogjakarta,1999.

Nugrahaningsih, P, “Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam


Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor Individual: Locus of
Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender dan Equity Sensitivity)”. SNA
VIII Solo. p. 617-630, 2005.

Ponemon, L, “Ethical Reasoning and selection socialization in accounting”.


Accounting, Organization and Society, 1992.

Rahmawati, “Hubungan antara Profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja


Tugas, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Keinginan Untuk Pindah”.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,1997.

Riduwan Engkos, Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memakai Analisis


Jalur”, Cetakan 1 Januari, Alfabeta, Bandung, 2007.

Santoso, Singgih, “SPSS Versi 10.0”, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia,
Jakarta, 2000.

Syahrir, “Analisis Hubungan antara Profesionalisme Akuntan Publik Dengan


Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen Dan Keinginan Berpindah”. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2002.

St. Vena, Purnamasari, “Sifat Machiavellian Dan Pertimbangan Etis: Anteseden


Independensi Dan Perilaku Etis Auditor”. Unika Soegijapranata,
Semarang, 2006.

lxxxix
Sukrisno, Agoes, “Auditing: Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Kedua, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Winda, Fridati, “Analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan


pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan di Jogjakarta”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta,
2005.

Yustrida, Bernawaty, “Faktor-faktor yang dipertimbangkan akuntan publik dalam


penentuan materialitas”.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, 1994.

xc

Anda mungkin juga menyukai